Status Urologi
Regio Flank
o Inspeksi: Massa (-/-), scar post op (-/-)
o Palpasi: Nyeri Tekan (-/-)
o Perkusi: Nyeri ketok CVA (-/-)
Regio Suprapubis
o Inspeksi: Bulging
o Palpasi: Teraba massa kistik 2 jari diatas umbilicus
Regio Genitalia Eksterna
o Laki-laki, tersirkumsisi, meatus uretra eksternal
normal
Diskusi :
1. Anamnesa: LUTS adalah lower urinary tract symptoms,
dengan skor IPSS ada 8 komponen:
Incomplete emptying
Frequency
Intermittency
Urgency
Weak stream
Straining
Quality of life
Jika skala 0-7 ringan, 8-19 sedang, 20-35 berat
2. Ditanyakan HT dan DM untuk menyingkirkan diagnosis
banding
DM neurogenic bladder, sering berkemih karena ada
peningkatan glukosa dalam darah sehingga byk yg
terfiltrasi dan membutuhkan banyak air, pasien akan sering
merasa haus
5. Pengobatan prostat:
- α- adrenergic blocker Untuk relaksasi otot polos
pada prostat. Tamsulosin, diberikan selama 5-7 hari,
dan
- 5-α reduktase inhibitor Menghambat enzim 5-alfa
reduktase, sehingga menghambat testoteron menjadi
DHT (proliferasi prostat). Finasteride atau Dutasteride,
3-6 bulan
TWOC: kateter lepas, pasien minum obat evaluasi bisa
kencing atau tidak. Jika tidak bisa dipasang lagi.
Pembedahan:
- Minimal Invasif:
TURP bipolar (NaCl) dan monopolar (aquabisa
TURP syndroma).
Laser Tolium untuk mengiris jaringan
- Invasif: Open Prostatectomy ada dua metode
Madeleine dan Frayer
Status Urologi
Regio Flank
o Massa -/-
o Nyeri Ketok CVA +/-
Suprapubic Region
o VU tidak teraba jari dari pusat
Regio Genitalia Eksterna
o Perempuan
o MUE Normal
o Produksi urin: 1500 cc/24 jam, kuning jernih
Diskusi
b) IVP
(+): Bisa mengetahui anatomi dan fungsi dari traktus
urinarius, karena memakai kontras bisa terdapat
gradingnya 1,2,3,4
(-): alergi kontras, bisa Contrast Induced Nefropati :
produksi urine menurun, creatinin meningkat.
Prevalensi CIN:
o Normal function : 0-5%
o EGFR 45-60 : 8%
o EGFR 30-45 : 13%
o EGFR <30 : 27%
Pembahasan :
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, yaitu jaringan
tipis yang membentang di dinding dalam abdomen.
Patogenesis :
1. prosedur medis, contohnya CAPD
2. Ruptur appendix, ulkus gaster atau perforasi usus
3. Pankreatitis
4. Diverticulitis
5. Trauma
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Darah rutin lekositosis, anemia (?),
Elektrolit, Ureum dan Creatinin, BGA
Roentgen abdomen : Obliterasi peritoneal fat line dan
psoas shadow peritoneum edema Air-filled loop pada
usus, dengan gambaran penebalan dan dinding yang
opaque usus edema dan ileus paralitik. Free
intraperitoneal air perforasi
USG, CT scan Abdomen, MRI tidak digunakan secara
rutin
Terapi :
1. Terapi diagnostik
History and examination
• History and examination
• Ruptured abdominal aortic aneurysm
• Mesenteric Infarction
• Perforated peptic ulcer
• Acute Pancreatitis
• Acute Myocardial infarction
Investigation
• Full blood count
• Urea and electrolytes
• Serum lactate and blood gases
• Abdominal x-ray, supine
• Serum amylase/lipase
• Cross-match
• FAST Scan
2. Terapi terapeutik
Resusitasi
• IV access yang adekuat
• Oksigenasi
• Transfusi bila Hb <8 mg/dl
• Waspadai hemoglobin normal pada pasien dengan
perdarahan akut.
• Pertimbangkan transfusi jika hemoglobin <10 g / dL dan
perdarahan lebih lanjut atau direncanakan pembedahan
mayor
Symptom Control
• Analgesik opioid secara intravena / intramuscular
• Terapi antiemetik
• Tabung nasogastrik jika muntah
Monitoring
• IV access yang adekuat
• Oksigenasi
• Transfusi bila Hb <8 mg/dl
• Waspadai hemoglobin normal pada pasien dengan
perdarahan akut.
• Pertimbangkan transfusi jika hemoglobin <10 g / dL dan
perdarahan lebih lanjut atau direncanakan pembedahan
mayor
Non-Surgical Treatment
• Antibiotik intravena (diduga perforasi, iskemia
mesenterika)
• PPI dosis tinggi
Tindakan Operatif : Laparotomi
Prognosis :Jika tindakan operasi dan pemberian antibiotic
spektrum luas cepat dilakukan maka prognosisnya dubia ad
MINGGU
MINGGU
2 (4 2
Mei(4-Mei
10 Mei
- 102020)
Mei 2020)
Divisi/SPV
Divisi/SPV
BTKVBTKV (dr. Artono
(dr. Artono
Isharanto,
Isharanto,
Sp.B,Sp.B,
Sp.BTKV)
Sp.BTKV)
Tanggal/Ja
Tanggal/Ja
4 Mei82020
Mei 2020
pukulpukul
19.0015.00
– 20.00
– 16.00
m m
Kelompok
Kelompok Kelompok
Kelompok2 2
Fitri Ramadhiyanti
bonam Fitri Ramadhiyanti
Febrinda
FebrindaEsti Syafitri
Esti Syafitri
Dorothea
DorotheaRespa Respa
Kusumaningrat
Kusumaningrat
Rachma
Rachma FathinFathin
Nu'Ma Nu'Ma
ShafaShafa
Nur Nadhirah
Nur Nadhirah
binti Ennaidi
binti Ennaidi
JudulJudul
TopikTopik
Diskusi
Diskusi
1 : Trauma
2 : Contusio
PenetrasiPulmonum
(KASUS(KASUS
1) 2)
Notulensi
Notulensi
1. Kasus
2. KasusTraumaContusio
PenetrasiPulmonum
Thorax / kasus :
Aris Novi/L/33th/11482326
Journal
(P1, trauma)
Dhar SM, Breite MD, Barnes SL, Quick JA. 2018. Pulmonary
Contusion in Mechanically Ventilated Subjects After Severe
JK : 17.00
Trauma. Respiratory Care Paper in Press, hal. 1-5. (JURNAL
JD : 03.00
ADA DI FILE)
MOI : Jatuh ke sungai
Primary
Diskusi survey
:
A:Patent
Contusio Pulmonum
B: Spontan,
Traumasimetris,
thorax RR: 20x/m,
memar di SpO2
paru : 99%
tanda klinis sering tidak
C: T: terlihat.
156/88 mmhg,
N: 72x/menit
Severe trauma akselerasi >>, potensial aksi >> edema
D: GCS 456, pupil
maksimal dalambulat isokor,
3x24 jam.3mm/3mm, RC (+/+),
lateralisasi (-)
ARDS
Secondary
- Jika Survey
edema paru maksimal
Anamnesis:
- Oksigenasi <<, difusi <<
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung setelah terjatuh
kesungai dan tertusuk
Apa Saja Hal yangpaku.
Perlu Dicermati?
Riwayat
- Pasien dicabut
dicoba – pasienolehyangtemannya namun gagal.
butuh resusitasi cairan
Sesak (-),Mungkin
Riwayatbersamaan
pingsan (-),dengan
mual (-), muntah
trauma ada(-), kejang
organ damage
(-) di tempat lain ARDS bisa lebih cepat terjadi.
- Memberikan analgesik + antiinflamasi di awal
bisa memperlama terjadinya ARDS atau tidak terjadi
sama sekali.
- Tanda – tanda klinis
o Kemungkinan terjadi contusio di tempat terjadinya
trauma untuk mengetahui jika terjadi ARDS
atau edema paru diakibatkan oleh contusio/bukan.
o Memar lebih dulu di lateral jadi pada foto thorax
infiltrat pasti (+) di lateral.
o Kalo infiltrat di tengah (hilus, butterfly) Acute
lung edema.
o Kalo infiltrat di apex khas tuberculosis.
o Kalo infiltrat di paru kanan bawah aspirasi
pneumonia.
- Pada pasien terjadi syok, tapi ternyata bukan
hemorrhagic lalu diresusitasi
edema paru diuretic force akan berpengaruh
kalau contusio pulmonum diberi diuretic force tidak
hilang (infiltrat tetap ada) Surgical Rescucitation
(mencari lubang di “tangki” yang masih terbuka/bocor).
- Jika terdapat bleeding
Pada contusio pulmonum, edema yang terjadi karena
proses inflamasi cairan excess intraparenkim
- Trauma thorax potensial aksi pada dinding dada,
organ dalam (+) problem hemodinamik.