Anda di halaman 1dari 9

NOTULENSI DIKUSI ILUSTRASI KASUS

DM BEDAH PERIODE 27 APRIL - 24 MEI 2020

MINGGU 2 (4 Mei - 10 Mei 2020)


Divisi/SPV Urologi (dr. Andri Kustanto Sp.U)
Tanggal/Ja 06 Mei 2020 pukul 07.30-08.00
m
Kelompok Kelompok 3
 Bayu Yudha Pratama
 Novel Yourdhan Rehandhika
 Devi Annisa
 Asfar Safitrullah Asmoro P
 Hana’ Putri Rahmansari
Judul Topik Diskusi 1 : BPH
Notulensi Kasus BPH + retensi urin / kasus : "Tn. Y /laki laki, datang
dengan Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 12
jam sebelum masuk RS. Riwayat LUTS sejak 5 bulan yang lalu
ditandai dengan BAK sering, sedikit-sedikit, bangun tidur malam
hari 2-3x untuk BAK, BAK harus mengedan, pancaran lemah dan
terasa tidak tuntas. riwayat BAK bercampur darah dan BAK
mengeluarkan batu disangkal. Riwayat demam disangkal.

Status Urologi
Regio Flank
o Inspeksi: Massa (-/-), scar post op (-/-)
o Palpasi: Nyeri Tekan (-/-)
o Perkusi: Nyeri ketok CVA (-/-)
Regio Suprapubis
o Inspeksi: Bulging
o Palpasi: Teraba massa kistik 2 jari diatas umbilicus
Regio Genitalia Eksterna
o Laki-laki, tersirkumsisi, meatus uretra eksternal
normal

Diskusi :
1. Anamnesa: LUTS adalah lower urinary tract symptoms,
dengan skor IPSS ada 8 komponen:
Incomplete emptying
Frequency
Intermittency
Urgency
Weak stream
Straining
Quality of life
Jika skala 0-7 ringan, 8-19 sedang, 20-35 berat
2. Ditanyakan HT dan DM untuk menyingkirkan diagnosis
banding
DM  neurogenic bladder, sering berkemih karena ada
peningkatan glukosa dalam darah sehingga byk yg
terfiltrasi dan membutuhkan banyak air, pasien akan sering
merasa haus

3. Kenapa tidak dilakukan RT terlebih dahulu karena hasil


bisa false positif
Hasil RT: mukosa licin, medianus mendatar
(pembesaaran), lobus lateralis 2 jari (pembesaran),
simetris (kedua prostat), pole atas tdk teraba
(pembesaaran), nodul tdk ada, nyeri tekan
BCR + (persyarafan)
Kesimpulan: susp.BPH

4. Teori pembentukan prostat ada 5,


- Dihydrotestosteron
- Keseimbangan estrogen testoteron
- Interaksi antara sel stroma - epitel
- Berkurangnya sel yg mati (apoptesis)
- Stem cell

5. Pengobatan prostat:
- α- adrenergic blocker  Untuk relaksasi otot polos
pada prostat. Tamsulosin, diberikan selama 5-7 hari,
dan
- 5-α reduktase inhibitor  Menghambat enzim 5-alfa
reduktase, sehingga menghambat testoteron menjadi
DHT (proliferasi prostat). Finasteride atau Dutasteride,
3-6 bulan
TWOC: kateter lepas, pasien minum obat evaluasi bisa
kencing atau tidak. Jika tidak bisa dipasang lagi.

Pembedahan:
- Minimal Invasif:
 TURP bipolar (NaCl) dan monopolar (aquabisa
TURP syndroma).
 Laser Tolium untuk mengiris jaringan
- Invasif: Open Prostatectomy  ada dua metode
Madeleine dan Frayer

MINGGU 2 (27 April - 3 Mei 2020)


Divisi/SPV Bedah Urologi / dr. Paksi S, Sp.U(K)
Tanggal/Ja 07 Mei 2020 pukul 09.00 – 10.00
m
Kelompok Kelompok 3
 Bayu Yudha Pratama
 Novel Yourdhan Rehandhika
 Devi Annisa
 Asfar Safitrullah Asmoro P
 Hana’ Putri Rahmansari
Judul Topik Diskusi 2 : Kasus batu
Notulensi Kasus: Ny. S/Perempuan
Pasien mengeluh nyeri pinggang kanan sejak 3 bulan yang
lalu. Awalnya nyeri dikatakan hilang timbul dan menjalar ke
perut depan. Saat ini nyeri dirasakan kemeng. Nyeri
dirasakan berkurang saat istirahat dan memberat saat
aktifitas. Riwayat ekspulsi batu (-), Riwayat BAK merah (-),
Riwayat Demam (-), mual (-), muntah (-) Riwayat Gangguan
BAB (-).

Status Urologi
Regio Flank
o Massa -/-
o Nyeri Ketok CVA +/-
Suprapubic Region
o VU tidak teraba jari dari pusat
Regio Genitalia Eksterna
o Perempuan
o MUE Normal
o Produksi urin: 1500 cc/24 jam, kuning jernih

Diskusi

1. Nyeri kolik adalah : nyeri yang hilang timbul dari organ


berongga/berbentuk tabung yang memiliki gerakan
peristaltis. (Organ berongga  tractus urinarius,
digesticus)

Pada pasien ada nyeri pada pinggang kanan, di tempat yg


sama dengan adanya hepar, colon.
DDx:
- Hepar : Hepatitis, Colesititis, Colitiasis
- Muskulo : Myolitis, fracture costae XII, Spondilitis HNP

Maka perlu ditanyakan pada anamnesis untuk menyingkirkan


ddx,
1. Riwayat trauma
2. Apakah nyeri menjalar, ke arah mana?
3. Kualitas feses konsistensi, warna
4. Aktivitas yang mempengaruhi: bekerja atau istirahat
Karateristik nyeri colic: hilang timbul, tajam seperti dipelintir

2. Pemeriksaan Bimanual Palpasi:


 Posisi pemeriksa di sebelah kanan, posisi pasien
supinasi
 Tangan kiri di bagian posterior pada sudut CVA, tangan
kanan pasien menekan2 dari anterior abdomen di
daerah ginjal
 Kaki pasien ditekuk separuh dan inspirasi maksimal
agar diafragma mendatar, agar ginjal ke arah prominen
dan mudah teraba.
3. Pemeriksaan nyeri ketok CVA:
 Palpasi dulu di bagian CVA apakah nyeri atau tidak?
Bila tidak ada nyeri, lakukan nyeri ketok di CVA
 Tangan kiri menggengam dan tangan kanan dengan
ulnar memukul.
 Normalnya tidak ada nyeri yang menjalar dan hanya
nyeri di tempat. Bila ada batu akan terasa nyeri

4. Dari diagnosis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis


klinis: Nyeri kolik dextra

5. Pemeriksaan penunjang yang disarankan:


- Urinalisis: apakah hasil Eritrosituria atau
Leukosituria
- DL : nilai Hb apakah pasien anemia; Leukosit
apakah ada infeksi; Fungsi Ginjal: Ur dan Cr
Hasil lab pada pasien:
Urinalisis Eritrosit 1258mmol/L; Leukosit 1933mmol/L
Faal ginjal Ur 20mg/dl; Cr 0,8mg/dl

6. Dari pemeriksaan penunjang, diagnosis klinis: suspect


batu

7. Pemeriksaan penunjang lainnya:


a) USG:
(+): tidak ada radiasi, non-invasive, harga relatif murah
(-): operator dependent
Bacaan pada USG: Batu Ginjal USG ada Accoustic Shadow
dan Hyperechoic

b) IVP
(+): Bisa mengetahui anatomi dan fungsi dari traktus
urinarius, karena memakai kontras bisa terdapat
gradingnya 1,2,3,4
(-): alergi kontras, bisa Contrast Induced Nefropati :
produksi urine menurun, creatinin meningkat.
Prevalensi CIN:
o Normal function : 0-5%
o EGFR 45-60 : 8%
o EGFR 30-45 : 13%
o EGFR <30 : 27%

Cara pembacaan IVU:


- Identitas
- Jenis foto
- 4S :
 Side (Marker R/L, lihat udara bebas di gaster/ kontur
hepar),
 Soft Tissue : Peritoneal Fat (Terlihat normal D=S, bisa
tidak terlihat pada pasien Peritonitis); Psoas Line
Bentuk segitiga seperti piramis, gambaran dari M.
Psoas mayor, memanjang T12-Trochanter; Distribusi
Udara Usus
 Skeletal
Osteolitik
Osteoblastik
Osteofit
 Stone/Bayangan Radioopaque

menit 5 foto: Nefrogram untuk lihat fungsi ginjal dan


pelvycocalyceal),
menit ke 15: Akan gambarkan ureter),
menit ke 30: untuk melihat ren mobilis (pergeseran dari ginjal)
jika ren mobilis bila bergerak sebanyak 1 vertebrae lumbal,
Post miksi: pasien diminta BAK, lalu lihat sisa kontras di
buli/post voiding residual

c) NCCT (Non Contrast CT Scan) Abdomen: Gold Standard


(+) : Bisa melihat ukuran, apakah ada hidronefosis , Bisa
mengetahui segala jenis batu ( Ca Oksalat, asam urat, Sulfit),
bisa melihat kepadatan dari batu (HU : Hounsfield Unit)
Spesifitas 97% dan Sensitifitas 96%,tidak menggunakan
kontras
(-) : Radiasinya sangat jauh lebih besar daripada IVU/IVP,
alat terbatas, harga relatif lebih mahal

8. Terapi pada kasus batu


- NSAID: Natrium diclofenac 100-150mg, atau opioid
- ESWL : dan PNCL, endourology mengikuti size batunya
- MET berupa alpha blocker dapat diberikan batu kurang
dari 10 mm atau 5 mm dengan syarat di proksimal distal
MINGGU
MINGGUII 2(4(4Mei
April - 8-Mei
10 Mei 2020) 2020)
Divisi/SPV
Divisi/SPV BEDAH
Bedah ANAK Anak (dr. (dr. Widanto,
Widanto, Sp.B
Sp.B,Sp.BA(K))
Sp.BA(K))
Tanggal/Ja
Tanggal/Ja 8 8Mei Mei20202020pukul pukul14.30
15.00
mm
Kelompok
Kelompok Kelompok
Kelompok1 1
 Nabilah
NabilahHanifah HanifahMuktiMukti
 Colleen
ColleenInas InasPratiwi
Pratiwi
 Nurul
NurulAtikaAtikaPratiwi
Pratiwi
 DesyDesyEka EkaRahayu
Rahayu
 Cyntia
CyntiaPutri PutriWidyasari
Widyasari
Kelompok
Kelompok4 4
 Muhammad
MuhammadTaufik Taufik
 Robby
RobbyAlkhusairi
Alkhusairi
 IbenIbenDiptaDipta
 Ditra
DitraTryasniansa
Tryasniansa
 Hayuning
Hayuningwidhuhutami
widhuhutami
Judul
JudulTopik
Topik Diskusi
Diskusi1: 4Duodenal : Intussusepsi,
AtresiaAtresia Ani, Gastrocichis
Notulensi
Notulensi Kasus:
KasusBayi 4 laki-laki/7hari datang dengan keluhan utama
muntah
bayi kembung,
hijau sejak keluar
lahir.BAB
Muntah
keluar
tiapdarah
kali diberi
dan lendir
minum.
Gambaran
letak obstruksi foto x-ray
: rendah
abdomen: double bubble appereance
 Problem list: high level bowel
x-ray : gambaran obstruksi, doughnut sign (+)
obstruction
 ddx :
Muntah hijau disebabkan oleh obstruksi pada distal ampula
- vateri.
intussusepsi
Kemungkinan terjadi pada duodenum karena pada
- gambaran
dysentriae radiologis tidak didapatkan udara dibagian
tatalaksana
distal. :
 - DDX
airway : patenAni, Malformasi, Pankreatik annular
: Atresia
- breathing
 Penatalaksanaan: : kemungkinan ada desakan
- -oksigenasi
Primary Survey – ABCDE
- Bisa
ngt (untuk
didapatkandekompresi)
problem pada breathing akibat resiko
- terjadinya
rehidrasi aspirasi akibat muntah berulang sehingga
- dibutuhkan
kie keluargaoksigenasi.
dan rujuk ke bedah anak, masih ada waktu
rujuk karna distensi
- Lakukan dekompresi blm terlalu besar
menggunakan OGT
- Berikan resusitasi cairan
Kasus
Ada resiko 5 dehidrasi akibat muntah setelah diberi minum
Bayi
- Rujuk keatresia
dengan fasilitasani dengan breathing
kesehatan yang ahli
yang memiliki bermasalah
bedah
ddx :untuk
atresia ani sesuai dengan tipe
dilakukan tindakan operatif masing-masing atresia
ani
tatalaksana :
Kesimpulan
 - Working
oksigenasi diagnosis: high level bowel obstruction ec susp
- duodenal
kompresi atresia dengan ogt
- rujuk ke bedah
 Pada kasus kelainan umum/anak untuk
kongenital segera
pada dilakukan
fasilitas kesehatan
tindakan
primer, sebagaioperatif dokter
(kolostomi)
umum perlu melakukan tindakan
awal untuk menatalaksana kegawatan pada anak, setelah
Kasus
itu lakukan6 rujukan ke fasilitas kesehatan yang memiliki
bayi dibawa
ahli bedah untuk dengan usus yang
dilakukan memburai
tindakan keluar keluar
operatif.
diagnosis : gastrotitis (umbilikus SELALU ada du sebelah
kiri dari defek abdomen
MINGGU II (4 Meiddx - 8 :Mei
enfalokel
2020) (letak umbilikus berbeda dari gastroschichis
tatalaksana : harus segera dilakukan rujukan
Divisi/SPV BEDAH ANAK (dr. Widanto, Sp.B, Sp.BA(K))
Tanggal/Ja 8 Mei 2020 pukul 14.30
Kasus 7
m
bayi datang dengan tidak ditemukan lubang anus, muntah
Kelompok Kelompok 1
lendir
 dari
Nabilah
x-rayHanifah Mukti
: obstruksi di atas (esofagus), tengah (lambung),
 dan
Colleen Inas
bawah (rektum) Pratiwi
 diagnosis
Nurul Atika : Pratiwi
 -Desy
atresia Eka Rahayu
esofagus
 -Cyntia Putri
obstruksi setinggi Widyasari
dibawah amoula fateri (setinggi
Kelompok
duodenum) 4
 -Muhammad
atresia ani Taufik
MINGGU 2 (4 April - 10 Mei 2020)
Divisi/SPV Bedah Digestif (dr. Setyo Sugiharto, Sp.B-KBD)
Tanggal/Ja 8 Mei 2020 pukul 9.00
m
Kelompok Kelompok I
 Muhammad Taufik
 Robby Alkhusairi
 Iben Dipta
 Ditra Tryasniansa
 Hayuning widhuhutami
Judul Topik Diskusi Kasus : Peritonitis
Notulensi Kasus :
Wanita 60 tahun dengan keluhan utama nyeri perut sejak
kemarin. Riwayat sakit maag dan pegel linu. Riwayat minum
obat obat pegel linu. BAB kehitaman. Pemeriksaan fisis distensi
abdomen, BU menurun, perkusi timpani, Pekak hepar
menghilang.

Pembahasan :
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, yaitu jaringan
tipis yang membentang di dinding dalam abdomen.

Patogenesis :
1. prosedur medis, contohnya CAPD
2. Ruptur appendix, ulkus gaster atau perforasi usus
3. Pankreatitis
4. Diverticulitis
5. Trauma

Tanda-tanda kardinal peritonitis adalah :


1. Nyeri tekan pada bagian tertentu, atau seluruh perut
(dalam kasus peritonitis difus)
2. Demam
3. Takikardia
4. Dehidrasi
Gambaran diatas merupakan gambaran umum dan keadaan
eksaserbasi pada rasa nyeri.

Pemeriksaan penunjang :
 Laboratorium : Darah rutin  lekositosis, anemia (?),
Elektrolit, Ureum dan Creatinin, BGA
 Roentgen abdomen : Obliterasi peritoneal fat line dan
psoas shadow peritoneum edema Air-filled loop pada
usus, dengan gambaran penebalan dan dinding yang
opaque  usus edema dan ileus paralitik. Free
intraperitoneal air perforasi
 USG, CT scan Abdomen, MRI tidak digunakan secara
rutin
Terapi :
1. Terapi diagnostik
History and examination
• History and examination
• Ruptured abdominal aortic aneurysm
• Mesenteric Infarction
• Perforated peptic ulcer
• Acute Pancreatitis
• Acute Myocardial infarction
Investigation
• Full blood count
• Urea and electrolytes
• Serum lactate and blood gases
• Abdominal x-ray, supine
• Serum amylase/lipase
• Cross-match
• FAST Scan

2. Terapi terapeutik
Resusitasi
• IV access yang adekuat
• Oksigenasi
• Transfusi bila Hb <8 mg/dl
• Waspadai hemoglobin normal pada pasien dengan
perdarahan akut.
• Pertimbangkan transfusi jika hemoglobin <10 g / dL dan
perdarahan lebih lanjut atau direncanakan pembedahan
mayor
Symptom Control
• Analgesik opioid secara intravena / intramuscular
• Terapi antiemetik
• Tabung nasogastrik jika muntah
Monitoring
• IV access yang adekuat
• Oksigenasi
• Transfusi bila Hb <8 mg/dl
• Waspadai hemoglobin normal pada pasien dengan
perdarahan akut.
• Pertimbangkan transfusi jika hemoglobin <10 g / dL dan
perdarahan lebih lanjut atau direncanakan pembedahan
mayor
Non-Surgical Treatment
• Antibiotik intravena (diduga perforasi, iskemia
mesenterika)
• PPI dosis tinggi
Tindakan Operatif : Laparotomi
Prognosis :Jika tindakan operasi dan pemberian antibiotic
spektrum luas cepat dilakukan maka prognosisnya dubia ad
MINGGU
MINGGU
2 (4 2
Mei(4-Mei
10 Mei
- 102020)
Mei 2020)
Divisi/SPV
Divisi/SPV
BTKVBTKV (dr. Artono
(dr. Artono
Isharanto,
Isharanto,
Sp.B,Sp.B,
Sp.BTKV)
Sp.BTKV)
Tanggal/Ja
Tanggal/Ja
4 Mei82020
Mei 2020
pukulpukul
19.0015.00
– 20.00
– 16.00
m m
Kelompok
Kelompok Kelompok
Kelompok2 2
 Fitri Ramadhiyanti
bonam Fitri Ramadhiyanti
 Febrinda
 FebrindaEsti Syafitri
Esti Syafitri
 Dorothea
 DorotheaRespa Respa
Kusumaningrat
Kusumaningrat
 Rachma
 Rachma FathinFathin
Nu'Ma Nu'Ma
ShafaShafa
 Nur Nadhirah
Nur Nadhirah
binti Ennaidi
binti Ennaidi
JudulJudul
TopikTopik
Diskusi
Diskusi
1 : Trauma
2 : Contusio
PenetrasiPulmonum
(KASUS(KASUS
1) 2)
Notulensi
Notulensi
1. Kasus
2. KasusTraumaContusio
PenetrasiPulmonum
Thorax / kasus :
Aris Novi/L/33th/11482326
Journal
(P1, trauma)
Dhar SM, Breite MD, Barnes SL, Quick JA. 2018. Pulmonary
Contusion in Mechanically Ventilated Subjects After Severe
JK : 17.00
Trauma. Respiratory Care Paper in Press, hal. 1-5. (JURNAL
JD : 03.00
ADA DI FILE)
MOI : Jatuh ke sungai

Primary
Diskusi survey
:
A:Patent
Contusio Pulmonum
B: Spontan,
Traumasimetris,
thorax  RR: 20x/m,
memar di SpO2
paru  : 99%
tanda klinis sering tidak
C: T: terlihat.
156/88 mmhg,
N: 72x/menit
Severe trauma  akselerasi >>, potensial aksi >>  edema
D: GCS 456, pupil
maksimal dalambulat isokor,
3x24 jam.3mm/3mm, RC (+/+),
lateralisasi (-)
 ARDS
Secondary
- Jika Survey
edema paru maksimal
Anamnesis:
- Oksigenasi <<, difusi <<
Pasien mengeluhkan nyeri pada punggung setelah terjatuh
kesungai dan tertusuk
Apa Saja Hal yangpaku.
Perlu Dicermati?
Riwayat
- Pasien dicabut
dicoba – pasienolehyangtemannya namun gagal.
butuh resusitasi cairan
Sesak (-),Mungkin
Riwayatbersamaan
pingsan (-),dengan
mual (-), muntah
trauma ada(-), kejang
organ damage
(-) di tempat lain  ARDS bisa lebih cepat terjadi.
- Memberikan analgesik + antiinflamasi di awal
 bisa memperlama terjadinya ARDS atau tidak terjadi
sama sekali.
- Tanda – tanda klinis
o Kemungkinan terjadi contusio di tempat terjadinya
trauma  untuk mengetahui jika terjadi ARDS
atau edema paru diakibatkan oleh contusio/bukan.
o Memar lebih dulu di lateral  jadi pada foto thorax
infiltrat pasti (+) di lateral.
o Kalo infiltrat di tengah (hilus, butterfly)  Acute
lung edema.
o Kalo infiltrat di apex  khas tuberculosis.
o Kalo infiltrat di paru kanan bawah  aspirasi
pneumonia.
- Pada pasien terjadi syok, tapi ternyata bukan
hemorrhagic lalu diresusitasi
 edema paru  diuretic force akan berpengaruh
kalau contusio pulmonum diberi diuretic force  tidak
hilang (infiltrat tetap ada)  Surgical Rescucitation
(mencari lubang di “tangki” yang masih terbuka/bocor).
- Jika terdapat bleeding
Pada contusio pulmonum, edema yang terjadi karena
proses inflamasi  cairan excess  intraparenkim
- Trauma thorax  potensial aksi pada dinding dada,
organ dalam  (+) problem hemodinamik.

Anda mungkin juga menyukai