Anda di halaman 1dari 7

NOTULENSI DIKUSI ILUSTRASI KASUS

DM BEDAH PERIODE 27 APRIL - 24 MEI 2020

MINGGU 1 (27 April - 3 Mei 2020)


Divisi/SPV Urologi (dr. Medianto Purnomo, Sp.U)
Tanggal/Ja 29 April 2020 pukul 21.00
m
Kelompok Kelompok I
 Muhammad Taufik
 Robby Alkhusairi
 Iben Dipta
 Ditra Tryasniansa
 Hayuning widhuhutami
Judul Topik Diskusi 1 : BPH (KASUS 1)
Notulensi 1. Kasus BPH + retensi urin / kasus : "Tn. L /laki laki,
datang dengan keluhan tidak bisa bak sejak 3 jam sblm
masuk rumah sakit, bak bercampur darah 3 hari yang
lalu, awalnya nyeri hilang timbul dan menjalar sampai ke
daerah umbilicus. Saat ini nyeri dirasa kemeng. gejala
luts (+) sejak 2 minggu, riwayat batu sebelumnya
disangkal.
dari palpasi suprapubic terdapat massa kistuk (+) teraba
2 jari dari pusar.
Diskusi :
hubungan batu buli dan BPH pasien ?
karena ada retensi, urin tidak bias keluar, lalu terbentuk
pengendapan dan menjadi batu.
Mengapa Pada pasien dilakukan biopsy buli?
karena ukuran batu buli >3cm, sesuai prosedur dilakukan
biopsy karena curiga keganasan.

2. Kasus retensi urin + BPH “Tn. M /laki laki, dating


dengan keluhan tidak bias BAK, rujukan dengan clot
retensi + hematuria, tidak bias BAK sejak 6 jam sebelum
ke RS. BAK merah sejak 2 hari lalu di seluruh proses
miksi dan disertai gumpalan, dari RS sblmnya sudah di
irigasi lewat kateter three way. Punya riwayat CAD + HT
st.II. rutin konsumsi obat CPG, Simvastatin,
Candesartan. Pernah riwayat TURP.
dari palpasi suprapubic terdapat massa kistuk (+) teraba
2 jari dari pusar.

Diskusi :
DD Hematuria? Post TURP,Batu, Prostat belum habis.
Planning ? dilakukan spooling, kalua masih meah dilakukan
injeksi as.trenexamat, trasfusi untuk naikkan hb, jika masih
berdasar -> di sistoskopi.
MINGGU 1 (27 April - 3 Mei 2020)
Divisi/SPV Bedah Urologi / dr. Andri, Sp.U
Tanggal/Ja 29 April 2020 pukul 20.00
m
Kelompok Kelompok I
 Muhammad Taufik
 Robby Alkhusairi
 Iben Dipta
 Ditra Tryasniansa
 Hayuning widhuhutami
Judul Topik Diskusi 1 : Kasus batu
Notulensi Nyeri kolik adalah : nyeri yang diakibatkan dari organ
berongga/berbentuk tabung yang memiliki gerakan peristaltis.
Dj stend berfungsi untuk menyalurkan urin dari upper ke lower
urinary tract, pada pemasangan DJ stend pasien juga dapat
mengeluhkan nyeri kolik karena DJ stend adalah benda
asing.

Pembacaan USG pada ginjal

ESWL : bias dilakukan bila batu berada pada ginjal pole atas
dan median Karena batu bias turun dengan gravitasi,
sedangkan untuk pole bawah menggunakan PCNL

Proses pembentukkan batu :


- Promotor
- Inhibitor
- Hipersaturasi
- Supersaturasi
- Stasis urin

Batu bias requrent karena factor factor seperti genetic dan life
style.
MINGGU 1 (27 April - 3 Mei 2020)
Divisi/SPV Bedah Onkologi / dr. Wisnubroto, Sp.B.Onk(K)
Tanggal/Ja 30 April 2020 pukul 15.00
m
Kelompok Kelompok I
 Muhammad Taufik
 Robby Alkhusairi
 Iben Dipta
 Ditra Tryasniansa
 Hayuning widhuhutami
Judul Topik Diskusi 1 : Nodul hipertiroid (KASUS 1)
Notulensi Kasus : pasien dating ke rs dengan nodul di leher, apa yang
akan dokter lakukan
1. Anamnesis : sejak kapan, pertumbuhan bagaimana,
benjolan bergerak atau tidak saat menelan, dari
keterangan pasien apakah sering berdebar debar,
tremor, mudah lelah, dan sering berkeringat
2. Pemfis : dilihat di trigonum anterior leher apakah ada
benjolan atau tidak
3. Palpasi : periksa bagian leher pasien dari belakang
dengan 3 jari, raba juga apakah ada pembesaran
kelenjar getah bening/tidak
4. Auskultasi : ada bunyi bruit/tidak
5. Perkusi : di sternumapakah ada bunyi dull -> tanda ada
metastase
6. Lalu di diagnosis : menentukan diagnosis banding
7. Pemeriksaan penunjang : kadar TSH, lalu baru tes
kadar T3 T4
8. Pemeriksaan usg : benjolan berupa padat / kistik,
berapa jumlah nodul, ada pembesaran kelenjar gerah
bening/tidak
9. Bila dicurigai ganas lakukan biopsy dengan FNAB
10. Terapi : di Eutiroid kan terlebih dahulu, setelah itu
tentukan perlutindakan bedah atau tidak.

Jenis pembedahan :
Hanya 1 lobus : lobektomi
Kanan kiri jinak : subtotal tiroidektomi
Ganas : tital tiroidektomi:
MINGGU 1 (27 April - 3 Mei 2020)
Divisi/SPV Bedah Plastik (dr. Wilma Agustina, Sp.BP-RE)
Tanggal/Ja 5 Mei 2020 pukul 14.00 – 15.50
m
Kelompok Kelompok 2
 Fitri Ramadhiyanti
 Febrinda Esti Syafitri
 Dorothea Respa Kusumaningrat
 Rachma Fathin Nu'Ma Shafa
 Nur Nadhirah binti Ennaidi
Judul Topik Diskusi 1 : CLP (KASUS 1)
Notulensi Kasus CLP / Kasus :
By. Ny. Faradilla/L/13hari/2600gr/11481944/R 11

Anamnesis:
Orang tua pasien mengatakan pasien terlahir dengan
bibir sumbing dan tidak memiliki langit-langit mulut.

Pre natal :
Ayah: 28th/Tukang bangunan
Ibu: 21th/IRT
Anak pertama : Perempuan, 4th, sehat
Anak kedua : pasien.
Ibu rutin kontrol ke bidan 1x/bulan,
Sakit sewaktu Hamil : keputihan (+) saat kehamilan
berusia 7 bulan, batuk (-), demam (-).
Minum obat : Jamu (-), herbal (-). Pijat oyok (-),
trauma(-)

Natal
pasien lahir normal di Bidan praktek swasta, usia
kehamilan 36-37 minggu. BB 2.600 gr, ketuban jernih,
langsung menangis. icterus(-) anemis (-)
Diskusi :
 Bagaimana terjadinya CLP?
CLP terjadi dikarenakan kegagalan fusi / tidak
bertemunya Processus prontonasal, Processus
maxillaris, Processus mandibularis saat trimester 1-2
(minggu 8-9)
 Saat bayi baru lahir, apa saja yang harus diperhatikan?
VACTERL (Vertebrae, Ani, Cardiac,
TracheoEsophageal, Renal, Limb).
Telecanthus: jarak antara kedua mata (kantus medial)
melebar.
Columella nasi: memisahkan alae nasi kanan dan kiri.
Vermilion: bagian kemerahan pada bibir.
 Apa diagnosis pasien?
Unilateral Complete CLP Sinistra.
Complete: nasal floor terpotong.
Yang dikategorikan sebagai Lip (bibir) termasuk:
mukosa, otot, kulit, vermilion.
 Bagaimana penanganan pada pasien?
Masalah yang dihadapi banyak  penanganan
multidisiplin!
Operasi (rujuk ke dokter bedah plastik) persiapan Rule
of 10  berat 10 pon, Hb 10, usia 10 minggu 
Indonesia: berat 5 kg, Hb 10, usia 3 bulan.
 Bagaimana pemberian ASI atau susu pada pasien?
- Posisi setengah duduk
- Mammae menutupi celah  jika CLP kiri, menyusui
dengan mammae kanan, dan sebaliknya.
- Pakai sendok  melatih/membiasakan pasien sejak
pre-op, jadi post-op sudah terbiasa.
Judul Topik Diskusi 2 : Pressure Ulcer (Kasus 2)
Notulensi Kasus Pressure Ulcer / Kasus :
*Susilah/P/83th/10330413/R22bed10.1*

Anamnesis
Pasien dikonsulkan karena terdapat luka di pantat yang
muncul sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tirah baring lama
sejak 8 tahun yang lalu.

Pasien dirawat oleh TS Paru karena keluhan sesak


nafas.

RPD :
Hipertensi(+)
Asma(-)
DM Type II (-)
TB(-)
CVA (+) 8 tahun yang lalu. Pasien tidak dapat berjalan
sejak 8 tahun yang lalu.
Diskusi :
 Mengapa pressure ulcer sering terjadi pada orang tua?
Pada orang tua tidak mempunyai hyaluronic acid untuk
kelembaban kulit.
 Bagaimana tatalaksana pada pressure ulcer?
- Perbaiki kondisi lokal kulit dan sistemik
- Mobilisasi berkala setiap 2 jam
- Menjaga kulit tetap moist (skin hygiene)  baby oil,
minyak zaitun, body lotion
- Rawat luka
- Kultur luka sebelum rawat  untuk mengetahui jika
ada infeksi
 Bagaimana klasifikasi pressure ulcer?
- Stadium I : erythema menetap (merah menetap saat
tekanan dihilangkan / non-blanchable), kulit intak
- Stadium II : kulit tidak intak, partial-thickness, dasar
nya masih dermis
- Stadium III : kulit tidak intak, full-thickness, dasar nya
lemak sub kutan, sebelum fascia
- Stadium IV : kulit tidak intak, full-thickness, sudah
terlihat fascia (otot, tulang)
 Pada pasien Stadium berapa?
Stadium IV, sudah nampak otot.

Anda mungkin juga menyukai