Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

“Tetanus pada anak”


Disusun oleh: dr. Syafhira Alika Putri

Pembimbing: dr. Marsu Walis

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD PROF. DR. M. A HANAFIAH SM BATUSANGKAR
2023
IDENTITAS PASIEN

Nama Alamat
An. F Lintau

Usia Berat badan


2 tahun 9,5 kg

Tanggal lahir Tinggi badan


05 Juni 2023 82 cm

Jenis Kelamin Tanggal masuk RS


Perempuan 19 Juli 2023
Anamnesis
Dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 19 Juli 2023 di IGD RSUD Hanafiah

Keluhan Utama Keluhan tambahan

Kejang sejak 3 hari SMRS Demam, seluruh tubuh kaku, mulut memcucu,
sulit membuka mulut, keluar cairan dari telinga
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien An. F datang ke IGD RSUD Hanafiah Batusangkar dibawa


oleh orang tuanya pada tanggal 19 Juli 2023 dengan keluhan kejang sejak 3
hari SMRS. Kejang disertai dengan demam. Saat kejang seluruh tubuh kaku
dari leher, dada, punggung, perut, kedua tangan dan kaki, dengan posisi
tangan mengepal dan lengan menekuk ke arah dada, kedua kaki lurus, tubuh
sedikit menekuk ke belakang. Kejang berlangsung ±30 detik-1 menit, kejang
dengan kaku berulang >5x/hari, kejang timbul saat ada sentuhan, cahaya
maupun rangsangan suara, mata tidak mendelik ketas, tidak keluar busa dari
mulut, wajah tampak biru, tubuh teraba dingin, setelah kejang pasien
membuka mata dan menangis. Ayah pasien mengatakan 14 hari SMRS
pasien tertusuk paku di telapak kaki. Pada pasien didapatkan seluruh badan
kaku dan mulut mencucu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam sejak 1 minggu SMRS, demam dirasakan
sepanjang hari yang disertai dengan keluarnya cairan
berbau berwarna putih kehijauan dari telinga kanan. Selama
sakit pasien sulit makan dan minum karena sulit membuka
mulut dan menelan. BAK normal warna kuning jernih,
lancar, BAB normal, tidak ada kesulitan. Pasien sudah
dibawa ke Puskesmas Lintau, lalu pasien dirujuk ke RSUD
Hanafiah.
Anamnesis
Rw. Penyakit Dahulu Rw. Penyakit Keluarga
Keluhan serupa disangkal Tidak ada yang memiliki
Trauma disangkal keluhan serupa dengan pasien
Infeksi SSP diisangkal

Rw. Lingkungan Rw. Kehamilan dan persalinan


Pasien tinggal di komplek Penyakit selama kehamilan, anemia,
peternakan ayam petelur. perdarahan, trauma, merokok, dan alkohol
Kebersihan lingkungan dan disangkal. Pasien langsung menangis kuat
pribadi kurang setelah lahir dan tidak ada kebiruan
Anamnesis

Riwayat Imunisasi Anak tidak mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan usianya

Riwayat Pertumbuhan Ibu pasien tidak rutin ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan pasien.
Ibu pasien hanya memeriksakan anaknya jika sakit.

Riwayat Perkembangan Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya

ASI diberikan sejak lahir

Susu formula pernah diberikan sampai pasien berusia 2 bulan dan diberikan selang-seling
Riwayat Nutrisi dengan ASI. Sufor diberikan karna ASI ibu sedikit.

MPASI diberikan saat usia 6 bulan

Saat ini pasien makan 3x sehari, porsi kecil, nasi dan lauk pauk
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

• Kesadaran : Composmentis
• Nadi : 110 x/menit
• Respirasi : 28 x/menit
• Suhu : 37,5°C

Status Gizi

• BB : 9,5 kg
• TB : 82 cm
• BB/U : Gizi baik (Z scores >-2)
• TB/U : Perawakan normal (Z scores >-2)
• BB/TB : Normal (Z scores >-2)
Status Lokalis
● Kepala: normocephal, rambut hitam, tipis
● Wajah: rhisus sardonikus (+), udem (-)
● Mata: CA (-/-), SI (-/-), pupil bulat, isokor (+/+)
● THT: sekret (-/-)
● Mulut: mulut mencucu (+), trismus (+)
● Leher: kuduk kaku (+), kaku kuduk (+),
pembesaran KGB (-)
● Thorax: jantung dan paru dalam batas normal
● Abdomen: defans muscular (+)
● Punggung: opistotonus (+)
● Ekstremitas: spasme general (+), terdapat
bekas luka (+), edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap Hasil

Hb 10,3

Ht 28,8

Leukosit 10.500

Trombosit 621.000

GDR 117

Kimia Klinik Hasil

Na 136

K 4,4

Cl 101
Resume
Pasien An. F, Perempuan usia 2 tahun datang ke IGD RSUD Hanafiah
Batusangkar dengan keluhan kejang sejak 3 hari SMRS. Kejang disertai dengan
demam. Saat kejang seluruh tubuh kaku dari leher, dada, punggung, perut, kedua
tangan dan kaki, dengan posisi tangan mengepal dan lengan menekuk ke arah dada,
kedua kaki lurus, tubuh sedikit menekuk ke belakang. Kejang berlangsung ±30 detik-1
menit, kejang dengan kaku berulang >5x/hari, kejang timbul saat ada sentuhan, cahaya
maupun rangsangan suara, mata tidak mendelik ketas, tidak keluar busa dari mulut,
wajah tampak biru, tubuh teraba dingin, setelah kejang pasien membuka mata dan
menangis. Ayah pasien mengatakan 14 hari SMRS pasien tertusuk paku di telapak kaki.
Pada pasien didapatkan seluruh badan kaku dan mulut mencucu. 1 minggu SMRS
pasien demam dan keluar cairan berbau berwarna putih kehijauan dari telinga kanan.
Selama sakit pasien sulit makan dan minum karena sulit membuka mulut dan menelan.
Riwayat imunisasi tidak lengkap.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan frekuensi nadi
110x/menit, nafas 28x/menit, suhu 37,5°C. Pemeriksaan fisik generalisata didapatkan
kekauan pada wajah (rhisus sardonikus), trismus (+), mulut mencucu (+), kuduk kaku
(+), kaku kuduk (+), opistotonus (+), perut tegang seperti papan (defans muscular),
pada ekstremitas didapatkan spasme general (+) dan terdapat bekas luka di telapak
kaki.
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10,3, Ht 28,8,
leukosit 10.500, trombosit 621.000 dan GDR 117.
Diagnosis
Susp. Tetanus Otitis Media Akut

Penatalaksanaan
• O2 1-2 lpm
• IVFD Kaen 1B 12 tpm makro
• Inj. Tetagam 500 IU (IM)
• Inf. Metronidazole 4x75 mg
• Inj. Diazepam 2 mg per 4 jam, jika masih sering/ada kejang
rangsang jadikan per 3 jam.
• Paracetamol Syr 4x1 cth
• Kloramfenikol tetes telinga 3x1 gtt
• Pasang NGT
• Rawat diruang isolasi, perawatan HCU, kontrol VS, ruangan
dengan lampu gelap dan minimal suara
Follow Up
20 Juli 2023 (08.30 WIB) 20 Juli 2023 (18.20 WIB)
S : Demam (-), kejang 2x, kaku (+), mulut mencucu (+), intake masuk. S : Kejang 3x durasi 2 menit-5 detik-5 detik.
BAB (+), BAK (-) O : SpO2 -> 50% -> suction -> SpO2 98%. RR 40x/menit, pulmo: rh
O : Ku sdg, kes CM, HR 124x/mnt, RR 32 x/mnt, T 37,1 +/+, slem
A : Tetanus + OMA dextra A : Tetanus + OMA dextra + BP + distress nafas
P : Terapi lanjut, puasakan pasien P : Anjuran rujuk, drip ceftriaxone 1x500 mg, Inj. Diazepam
tingkatkan menjadi 2,5 mg/2 jam. Jika dalam 2 jam, kejang >30 detik
20 Juli 2023 (12.00 WIB) bolus extra diazepam 2 mg.
S : Kejang 4x dalam waktu <2 jam
O : Ku berat, kes CM, HR 108x/mnt, RR 28x/mnt, T 37
A : Tetanus + OMA dextra 20 Juli 2023 (18.58 WIB)
P : bolus diazepam 3 mg, bolus pelan dengan O2 terpasang. Lalu S : Henti nafas, henti jantung
jadikan Inj. Diazepam 2 mg/ 2 jam bolus pelan. Terapi lain lanjut O : Nadi (-), nafas spontan (-)
A : Cardiac arrest
P : RJP 5 siklus 5 kali diselingi dengan injeksi epinefrin. Os
20 Juli 2023 (17.00 WIB) dinyatakan meninggal dihadapan pasien dan keluarga pukul 19.14
S : Kejang 1x durasi 5 detik. Obat sulit diinjeksikan akibat kondisi
pasien yang kejang berulang sehingga terdapat bengkak di lengan kiri.
O : SpO2 -> 0% -> O2 -> suction -> SpO2 95%
A : Tetanus + OMA dextra
P : Tunda injeksi
Tinjauan Pustaka
TETANUS

Definisi Etiologi
Penyakit dengan tanda utama kekakuan otot Disebabkan oleh Clostridium tetani, kuman obligat
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. anaerob yang menghasilkan dua eksotoksin yaitu
Gejala yang ditimbulkan bukan disebabkan tetanolysin dan tetanospasmin. Tetanolysin
kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam
eksotoksin yang dihasilkan oleh kuman. penyakit ini, sedangkan tetanospasmin yang
menyebabkan manifestasi tetanus.
Port d’entry

Luka tusuk, patah tulang,


komplikasi kecelakaan, gigitan 01 02 Otitis media, karies gigi,
luka kronik
binatang, luka bakar yang luas

Luka operasi, luka yang tidak


dibersihkan dengan baik
03 04 Pemotongan tali
yang tidak steril
pusat
Patofisiologi
Penatalaksanaan

Mencukupi kebutuhan cairan dan Penganan spasme:


nutrisi, menjaga saluran nafas Diazepam 0,1-0,3
tetap bebas, mencari port d’entry, mg/kgbb/kali dalam 2-4 jam
beri O2

HTIG 3000-6000 IU/IM Antibiotik metronidazole


dosis tunggal diberikan secara iv dengan dosis
30 mg/kgBB/hari dengan
interval setiap 6 jam
Komplikasi

Saluran nafas Kardiovaskular Musculoskeletal


Spasme otot pernapasan, spasme Peningkatan saraf simpatis berupa Karena spasme berkepanjangan
otot laring dan seringnya kejang takikardi, hipertensi, bisa terjadi perdarahan dalam otot.
menyebabkan terjadinya asfiksia. vasokonstriksi perifer Pada tulang dapat terjadi fraktur
Karena akumulasi sekresi saliva columna vertebralis akibat kejang
serta sukar menelan air liur, terus menerus.
makanan dan minuman sehingga
sering terjadi pneumonia aspirasi.

19
Pembahasan
Case Pembahasan
Pasien An. F, Perempuan usia 2 tahun datang ke IGD Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan
RSUD Hanafiah Batusangkar dengan keluhan kejang sejak meningkatnya tonus otot dan spasme. Tetanus disebabkan
3 hari SMRS. Kejang disertai dengan demam. Saat kejang oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
seluruh tubuh kaku dari leher, dada, punggung, perut, Proses infeksi dimulai dengan masuknya spora ke dalam
kedua tangan dan kaki, dengan posisi tangan mengepal dan tubuh melalui Port d’entry yang dapat berasal dari otitis
lengan menekuk ke arah dada, kedua kaki lurus, tubuh media ataupun luka. Spora tersebut akan berubah menjadi
sedikit menekuk ke belakang. Kejang berlangsung ±30 bentuk vegetatif kemudian berbiak dengan cepat untuk
detik-1 menit, kejang dengan kaku berulang >5x/hari, menghasilkan neurotoksin. Eksotoksin akan menempel
kejang timbul saat ada sentuhan, cahaya maupun pada polisialogangliosida cerebri dan menyebabkan
rangsangan suara, mata tidak mendelik ketas, tidak keluar penghambatan pelepasan neurotransmitter berupa glisin
busa dari mulut, wajah tampak biru, tubuh teraba dingin, dan GABA, hal ini yang mengakibatkan kekakuan dan
setelah kejang pasien membuka mata dan menangis. Ayah kejang.
pasien mengatakan 14 hari SMRS pasien tertusuk paku di
telapak kaki. Pada pasien didapatkan seluruh badan kaku
dan mulut mencucu. 1 minggu SMRS pasien demam dan
keluar cairan berbau berwarna putih kehijauan dari telinga
kanan. Selama sakit pasien sulit makan dan minum karena
sulit membuka mulut dan menelan. Riwayat imunisasi
tidak lengkap.
Case Pembahasan
Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada
frekuensi nadi 110x/menit, nafas 28x/menit, suhu temuan klinis, karena pada pemeriksaan laboratorium
37,5°C. Toksin yang mengenai saraf simpatis akan tidak spesifik. Diagnosis pada pasien ini sudah sesuai
menimbulkan hipertermia atau takikardi. Pemeriksaan dengan teori yang mana ditemukan tanda-tanda klinis
fisik generalisata didapatkan kekauan pada wajah tetanus yaitu trismus, rhisus sardonikus, defans
(rhisus sardonikus), trismus (+), mulut mencucu (+), muscular dan opistotonus, keluhan spasme otot tidak
kuduk kaku (+), kaku kuduk (+), opistotonus (+), disertai dengan penurunan kesadaran. Serta ditemukan
perut tegang seperti papan (defans muscular), pada penyakit otitis media dan luka pada telapak kaki yang
ekstremitas didapatkan spasme general (+) dan diduga sebagai sumber masuknya bakteri C. tetani.
terdapat bekas luka di telapak kaki.

Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan Peningkatan jumlah leukosit menunjukan adanya


peningkatan jumlah leukosit. proses infeksi.
Case Pembahasan
Selama perawatan pasien telah mendapatkan terapi Pemberian oksigen dilakukan untuk membantu suplai
oksigen, tetagam, antibiotik (metronidazole), oksigen karena pasien sering mengalami apneu
diazepam. berulang akibat kejang rangsang. Pola pernapasan
dapat terganggu akibat spasme yang melibatan otot
dada, hal ini mengakibatkan kejadian hipoventilasi
dan apneu pada pasien tetanus. Tetagam merupakan
tetanus immunoglobulin yang diberikan untuk
menetralisir tetanospasmin yang belum berikatan.
Antibiotik diberikan untuk mengeradikasi bakteri
dimana antibiotik lini pertama untuk bakteri anaerob
yaitu metronidazole.
Case Pembahasan
Pada hari rawatan pertama, pasien mengalami Seringnya kejang berulang pada pasien
kejang rangsang berulang dan distress nafas. menyebabkan spasme otot-otot pernapasan
Pasien dinyatakan meninggal setelah dan spasme otot laring sehingga
dilakukan RJP 5 siklus dan injeksi epinefrin. menyebabkan terjadinya asfiksia. Karena
akumulasi sekresi saliva serta sukar menelan
air liur, makanan dan minuman sehingga
sering terjadi pneumonia aspirasi.
Thank
you 

Anda mungkin juga menyukai