Nama Alamat
An. F Lintau
Kejang sejak 3 hari SMRS Demam, seluruh tubuh kaku, mulut memcucu,
sulit membuka mulut, keluar cairan dari telinga
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Imunisasi Anak tidak mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan usianya
Riwayat Pertumbuhan Ibu pasien tidak rutin ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan pasien.
Ibu pasien hanya memeriksakan anaknya jika sakit.
Riwayat Perkembangan Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya
Susu formula pernah diberikan sampai pasien berusia 2 bulan dan diberikan selang-seling
Riwayat Nutrisi dengan ASI. Sufor diberikan karna ASI ibu sedikit.
Saat ini pasien makan 3x sehari, porsi kecil, nasi dan lauk pauk
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Kesadaran : Composmentis
• Nadi : 110 x/menit
• Respirasi : 28 x/menit
• Suhu : 37,5°C
Status Gizi
• BB : 9,5 kg
• TB : 82 cm
• BB/U : Gizi baik (Z scores >-2)
• TB/U : Perawakan normal (Z scores >-2)
• BB/TB : Normal (Z scores >-2)
Status Lokalis
● Kepala: normocephal, rambut hitam, tipis
● Wajah: rhisus sardonikus (+), udem (-)
● Mata: CA (-/-), SI (-/-), pupil bulat, isokor (+/+)
● THT: sekret (-/-)
● Mulut: mulut mencucu (+), trismus (+)
● Leher: kuduk kaku (+), kaku kuduk (+),
pembesaran KGB (-)
● Thorax: jantung dan paru dalam batas normal
● Abdomen: defans muscular (+)
● Punggung: opistotonus (+)
● Ekstremitas: spasme general (+), terdapat
bekas luka (+), edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap Hasil
Hb 10,3
Ht 28,8
Leukosit 10.500
Trombosit 621.000
GDR 117
Na 136
K 4,4
Cl 101
Resume
Pasien An. F, Perempuan usia 2 tahun datang ke IGD RSUD Hanafiah
Batusangkar dengan keluhan kejang sejak 3 hari SMRS. Kejang disertai dengan
demam. Saat kejang seluruh tubuh kaku dari leher, dada, punggung, perut, kedua
tangan dan kaki, dengan posisi tangan mengepal dan lengan menekuk ke arah dada,
kedua kaki lurus, tubuh sedikit menekuk ke belakang. Kejang berlangsung ±30 detik-1
menit, kejang dengan kaku berulang >5x/hari, kejang timbul saat ada sentuhan, cahaya
maupun rangsangan suara, mata tidak mendelik ketas, tidak keluar busa dari mulut,
wajah tampak biru, tubuh teraba dingin, setelah kejang pasien membuka mata dan
menangis. Ayah pasien mengatakan 14 hari SMRS pasien tertusuk paku di telapak kaki.
Pada pasien didapatkan seluruh badan kaku dan mulut mencucu. 1 minggu SMRS
pasien demam dan keluar cairan berbau berwarna putih kehijauan dari telinga kanan.
Selama sakit pasien sulit makan dan minum karena sulit membuka mulut dan menelan.
Riwayat imunisasi tidak lengkap.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan frekuensi nadi
110x/menit, nafas 28x/menit, suhu 37,5°C. Pemeriksaan fisik generalisata didapatkan
kekauan pada wajah (rhisus sardonikus), trismus (+), mulut mencucu (+), kuduk kaku
(+), kaku kuduk (+), opistotonus (+), perut tegang seperti papan (defans muscular),
pada ekstremitas didapatkan spasme general (+) dan terdapat bekas luka di telapak
kaki.
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10,3, Ht 28,8,
leukosit 10.500, trombosit 621.000 dan GDR 117.
Diagnosis
Susp. Tetanus Otitis Media Akut
Penatalaksanaan
• O2 1-2 lpm
• IVFD Kaen 1B 12 tpm makro
• Inj. Tetagam 500 IU (IM)
• Inf. Metronidazole 4x75 mg
• Inj. Diazepam 2 mg per 4 jam, jika masih sering/ada kejang
rangsang jadikan per 3 jam.
• Paracetamol Syr 4x1 cth
• Kloramfenikol tetes telinga 3x1 gtt
• Pasang NGT
• Rawat diruang isolasi, perawatan HCU, kontrol VS, ruangan
dengan lampu gelap dan minimal suara
Follow Up
20 Juli 2023 (08.30 WIB) 20 Juli 2023 (18.20 WIB)
S : Demam (-), kejang 2x, kaku (+), mulut mencucu (+), intake masuk. S : Kejang 3x durasi 2 menit-5 detik-5 detik.
BAB (+), BAK (-) O : SpO2 -> 50% -> suction -> SpO2 98%. RR 40x/menit, pulmo: rh
O : Ku sdg, kes CM, HR 124x/mnt, RR 32 x/mnt, T 37,1 +/+, slem
A : Tetanus + OMA dextra A : Tetanus + OMA dextra + BP + distress nafas
P : Terapi lanjut, puasakan pasien P : Anjuran rujuk, drip ceftriaxone 1x500 mg, Inj. Diazepam
tingkatkan menjadi 2,5 mg/2 jam. Jika dalam 2 jam, kejang >30 detik
20 Juli 2023 (12.00 WIB) bolus extra diazepam 2 mg.
S : Kejang 4x dalam waktu <2 jam
O : Ku berat, kes CM, HR 108x/mnt, RR 28x/mnt, T 37
A : Tetanus + OMA dextra 20 Juli 2023 (18.58 WIB)
P : bolus diazepam 3 mg, bolus pelan dengan O2 terpasang. Lalu S : Henti nafas, henti jantung
jadikan Inj. Diazepam 2 mg/ 2 jam bolus pelan. Terapi lain lanjut O : Nadi (-), nafas spontan (-)
A : Cardiac arrest
P : RJP 5 siklus 5 kali diselingi dengan injeksi epinefrin. Os
20 Juli 2023 (17.00 WIB) dinyatakan meninggal dihadapan pasien dan keluarga pukul 19.14
S : Kejang 1x durasi 5 detik. Obat sulit diinjeksikan akibat kondisi
pasien yang kejang berulang sehingga terdapat bengkak di lengan kiri.
O : SpO2 -> 0% -> O2 -> suction -> SpO2 95%
A : Tetanus + OMA dextra
P : Tunda injeksi
Tinjauan Pustaka
TETANUS
Definisi Etiologi
Penyakit dengan tanda utama kekakuan otot Disebabkan oleh Clostridium tetani, kuman obligat
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. anaerob yang menghasilkan dua eksotoksin yaitu
Gejala yang ditimbulkan bukan disebabkan tetanolysin dan tetanospasmin. Tetanolysin
kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam
eksotoksin yang dihasilkan oleh kuman. penyakit ini, sedangkan tetanospasmin yang
menyebabkan manifestasi tetanus.
Port d’entry
19
Pembahasan
Case Pembahasan
Pasien An. F, Perempuan usia 2 tahun datang ke IGD Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan
RSUD Hanafiah Batusangkar dengan keluhan kejang sejak meningkatnya tonus otot dan spasme. Tetanus disebabkan
3 hari SMRS. Kejang disertai dengan demam. Saat kejang oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
seluruh tubuh kaku dari leher, dada, punggung, perut, Proses infeksi dimulai dengan masuknya spora ke dalam
kedua tangan dan kaki, dengan posisi tangan mengepal dan tubuh melalui Port d’entry yang dapat berasal dari otitis
lengan menekuk ke arah dada, kedua kaki lurus, tubuh media ataupun luka. Spora tersebut akan berubah menjadi
sedikit menekuk ke belakang. Kejang berlangsung ±30 bentuk vegetatif kemudian berbiak dengan cepat untuk
detik-1 menit, kejang dengan kaku berulang >5x/hari, menghasilkan neurotoksin. Eksotoksin akan menempel
kejang timbul saat ada sentuhan, cahaya maupun pada polisialogangliosida cerebri dan menyebabkan
rangsangan suara, mata tidak mendelik ketas, tidak keluar penghambatan pelepasan neurotransmitter berupa glisin
busa dari mulut, wajah tampak biru, tubuh teraba dingin, dan GABA, hal ini yang mengakibatkan kekakuan dan
setelah kejang pasien membuka mata dan menangis. Ayah kejang.
pasien mengatakan 14 hari SMRS pasien tertusuk paku di
telapak kaki. Pada pasien didapatkan seluruh badan kaku
dan mulut mencucu. 1 minggu SMRS pasien demam dan
keluar cairan berbau berwarna putih kehijauan dari telinga
kanan. Selama sakit pasien sulit makan dan minum karena
sulit membuka mulut dan menelan. Riwayat imunisasi
tidak lengkap.
Case Pembahasan
Pada pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan Diagnosis tetanus sepenuhnya didasarkan pada
frekuensi nadi 110x/menit, nafas 28x/menit, suhu temuan klinis, karena pada pemeriksaan laboratorium
37,5°C. Toksin yang mengenai saraf simpatis akan tidak spesifik. Diagnosis pada pasien ini sudah sesuai
menimbulkan hipertermia atau takikardi. Pemeriksaan dengan teori yang mana ditemukan tanda-tanda klinis
fisik generalisata didapatkan kekauan pada wajah tetanus yaitu trismus, rhisus sardonikus, defans
(rhisus sardonikus), trismus (+), mulut mencucu (+), muscular dan opistotonus, keluhan spasme otot tidak
kuduk kaku (+), kaku kuduk (+), opistotonus (+), disertai dengan penurunan kesadaran. Serta ditemukan
perut tegang seperti papan (defans muscular), pada penyakit otitis media dan luka pada telapak kaki yang
ekstremitas didapatkan spasme general (+) dan diduga sebagai sumber masuknya bakteri C. tetani.
terdapat bekas luka di telapak kaki.