OLEH KELOMPOK IX
FREDERIKUS SAKU
LODIANUS LUTI
KEDIRI
2010/2011
Scenario Kasus 3
MIOPIA
Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh
di depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan
pemfokusan cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan
retina.
Klasifikasi Miopia
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan
makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia
(kekurangan kalsium, kekurangan vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang
masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa
koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina
sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu
kuat atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich, 1993).
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan
jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari
miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat
secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila
karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia
kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada
bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa
bertambah cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone,
1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya
akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar
protein yang meninggi pada peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme
berkepanjangan dari otot siliaris (spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama
melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo
miopia (Sastradiwiria, 1989).
Sebahagian kasus-kasus miopia dapat diketahui dengan adanya kelainan pada jarak
pandang. Pada tingkat ringan, kelainan baru dapat diketahui bila penderita telah
diperiksa (Desvianita cit Adler, 1997).
Gejala subjektif :
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita
miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan
penglihatan kabur bila melihat objek jauh.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari
miopianya dapat disembuhkan.
3. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk
mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.
4. Penderita miopia biasanya suka membaca, sebab mudah melakukannya tanpa
usaha akomodasi (Slone, 1979).
Gejala objektif :
1. Miopia simple :
o Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar. Kadang-kadang bola mata ditemukan agak
menonjol.
o Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai kresen miopia yang ringan disekitar papil saraf optik.
o Miopia Patologi :
o Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simple.
o Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-
kelainan pada :
Korpus vitreum
Papil saraf optik
Makula
Retina terutama pada bagian temporal
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Masalah Keperawatan
1. Penurunan tajam penglihatan
2. Gangguan aman nyaman
3. Resiko cidera akibat sering mengedipkan mata
Refraksi Subyektif
Metoda ‘trial and error’
Anatomi Lensa
Fisiologi lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot
siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil,
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat,
otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi
lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian
optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa
menyumbang +18.0- Dioptri.
- Refraksi Obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa kerja ∫+2.00 pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop
(against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai
tercapai netralisasi
b.Autorefraktometer (komputer)
PENATALAKSANAAN
1.Kacamata
Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
2.Lensa kontak
Untuk : anisometropia
Myopia tinggi
3.Bedah refrakstif
a. bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan
anterior kornea ( Excimer laser, operasi lasik )
b. bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan
implantasi lensa intraokuler
> NIC
> NOC
2. Citra tubuh: Persepsi positif terhadap penampilan diri dan fungsi tubuh
Nb: -
Cara optik
Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini
tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara
lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah
menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea,
penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan
kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari
susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting.
-
Cara operasi pada kornea
Cara operasi di atas masih mempunyai kekurangan – kekurangan, oleh karena itu
para ahli mencoba untuk mencari jalan lain yang dapat mengatasi kekurangan
tersebut dengan jalan mengambil lensa mata yang masih jernih (clear lens
extraction/CLE).
Scenario Kasus 4
“Seorang Laki-laki ,55 Tahun datang ke Poli Mata RSU Gambiran mengeluh
penglihatan semakin kabur disertai penglihatan Kabur,tidak perih,tidak nyeri dan
mata tidak merah dari wawancara pasien dapat membaca dengan jarak dekat sedikit
membaik ,dari observasi ada bercak putih dimanik-manik Mata dan tidak terdapat
kotoran pada Mata”( Katarak )
KATARAK
A. PENGERTIAN
Katarak adalah kekeruhan [opasitas] dari lensa yang tidak dapat
menggambarkan obyek dengan jelas di retina.
B. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan
bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah . penambahan densitas
iniakibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru
dihasilkan di korteks ,serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi
pada beberapa bagian lensa.
C. ETIOLOGI
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain;
a. trauma
b. terpapar substansi toksik
c. Penyakit predisposisi
d. Genetik dan gangguan perkembangan
e. Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
f. Usia
Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan
kerusakan congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas
( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat
tinggal seseorang.
1. katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65 – 74
tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada
semua orang pada usia 70 tahun.
3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma
tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio
aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai
tahun.
4. Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu
( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).
5. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan
dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan
katarak.
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi
alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan
melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas
yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).
6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan
okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan
retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.
D. INSIDEN
Diperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak
setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap
tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
E. PENCEGAHAN
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia
sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering
terjadi. Penggunaan tindakan keselamatan ditempat kerja dapat mengurangi insiden
terjadinya katarak traumatic yang disebabkan oleh radiasi, panas, paparan x-ray.
Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan
kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat menurunkan
insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera, perawatan
secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi
insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini.
ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN
A. Riwayat
- Usia, karena penyakit ini umumnya pada usia tua.
- Faktor – faktor predisposisi : trauma pada mata baik pada masa lalu maupun yang baru
terjadi, radiasi bahan radoaktif atau x-ray, penyakit sistemik seoerti DM, hipoparatiroid,
Down syndrome dan dermatitis atopik, penggunaan obat – obatan seperti
kortikosteroid, chlorpromazine, atau obat – obatan miotik, penyakit intraokuler seperti
uveitis yang berulang.
a) Pemeriksaan fisik: Manifestasi klinik
- Gejala awal katarak : Penglihatan kabur, penurunan persepsi warna, dan nucleus lensa
mulai menjadi kuning.
- Gejala lanjut katarak : Diplopia, penurunan ketajaman penglihatan berkembang menjadi
kebutaan, refleks merah tidak ada dan adanya pupil putuh.
B. Pemeriksaan Diagnostik.
Ofstalmoskopik dan pemeriksaan biomikroskopikdilakukan oleh ahli oftal mologi adalah
paling diagnostik karena ini memungkinkan fisualisasi langsung untuk mengefaluasi derajad
keburaman lensa. Pemeriksasan ini dilakukan diruang ahli oftalmologi.
b) Pengkajian psykososial
Kehilangan penglihatan biasanya berangsur – angsur dan klien mungkin menyangkal
perubahan yang terjadi sampai klien merasa kehilangan penglihatan yang secara berarti
mempengaruhi aktifitas seperti membaca, menyiapkan makanan ,berjalan atau mengemudi.
Ketakutan kehilangan penglihatan dapat menjadi menakutkan. Kecemasan sering terjadi juga
bila klien mencari evaluasi okuler.
C. Penatalaksanaan.
1. Pencegahan tidak ada.
2. Insipien dan imatur : Koreksi
3. Pembedahan : Jika tajam penglihatan menurun dimana pasien tidak dapat
menyesuaikan dengan gaya hidupnya,/untuk kosmetika: Komplikasi penyakit
lain .
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.