Anda di halaman 1dari 27

LEMBAR PENGESAHAN

Mahasiswa di bawah ini

Alfin Krisdana Samudera

Telah Menyelesaikan Tugas Besar Mata Kuliah :

IRIGASI

Program Studi Teknologi Konstruksi Jalan,Jembatan dan Bangunan Air


Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Malang
Dengan Laporan Tugas Besar Berupa ;

No Laporan Praktimum Dosen Tanda Tangan


1. Perencanaan Saluran Irigasi Medi Efendi ST.,MMT
Tersier

Malang, 19 Mei 2020


Diperiksa Oleh :
Dosen Mata Kuliah

Medi Efendi ST.,MMT


NIP. 19640815 198803 1 002

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini disusun dan diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Irigasi, pada Program Studi Teknologi Konstruksi
Jalan, Jembatan dan Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Malang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu, khususnya kepada :

1. Bapak Medi Efendi ST.,MMT. selaku Dosen pengampu mata kuliah Irigasi
yang telah memberikan banyak masukan.
2. Orang tua di rumah yang senantiasa memberi dukungan yang tiada henti-
hentinya
3. Rekan-rekan mahasiswa Teknologi Konstruksi Jalan, Jembatan dan
Bangunan Air Jurusan Teknik Sipil angkatan 2018 atas semua bantuan,
dukungan, dan hiburan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa tugas ini tidak lepas dari berbagai kekurangan, oleh
karena itu, kritik dan saran akan diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang  berkepentingan.

Malang, 19 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... 1


KATA PENGANTAR ...................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ...................................................................... 5
1.4 Tujuan ...................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI ...................................................................... 6
2.1 Pengertian Irigasi ....................................................................... 6
2.2 Tujuan Irigasi ....................... ............................................... 6
2.3 Sumber Air Irigasi ....................................................................... 6
2.4 Cara Pemberian Air Irigasi ............................................................ 7
2.5 Macam Bangunan ............................................................ 8
2.6 Susunan Petak-Petak ............................................................11
BAB III PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI ........................12
3.1 Tinjauan umum .......................................................................13
3.2 Tahap Persiapan .......................................................................14
3.3 Pengumpulan Data .......................................................................14
3.4 Analisis dan Pengolahan Data .................................................16
3.5 Diagram Alir Perencanaan .................................................17
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................18
4.1 Pola Tata Tanam dan Kebutuhan Debit Irigasi ............................19
BAB V PENUTUP .............................................................26
4.1 Kesimpulan .............................................................26
4.2 Saran .............................................................26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar tiap makhluk hidup. Baik manusia,


hewanmaupun tumbuhan sangat membutuhkan air. Bagi manusia, air tidak
hanya berfungsi sebagai pemuas dahaga. Kegunaan air lainnya adalah untu
kmencuci, mandi, irigasi untuk pertanian, bahkan sebagai pembangkit
tenagalistrik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air
menjadisemakin tinggi. Sementara itu, keberadaan air cenderung semakin
langka.Untuk itu, penggunaan air harus dilakukan secara efektif dan
seefisienmungkin.Sebagai negara agraris, kebutuhan air bagi Indonesia
sangat tinggi demimendukung sektor pertanian. Ketersediaan air di sektor
pertanian tentunyadapat menunjang kebutuhan bahan pangan bagi
masyarakat. Namun, adasaaatnya air yang tersedia cukup melimpah dan
ada saatnya ketersediaan airsangat minim tergantung pada musim. Selain
itu, lahan yang jauh dari sumberair akan mengalami kesulitan dalam
penyediaan air untuk pertanian. Dengandemikian keberadaan bangunan air
dan irigasi sangat diperlukan untukmenjamin ketersediaan dan distribusi
air bagi lahan baik dekat maupun jauhdari sumber mata air.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Jaringan dan skema irigasi?
2. Bagaimana Pola tanam dan debit kebutuhan irigasi?
3. Bagaimana Dimensi saluran pembawa?
4. Bagaimana Dimensi bangunan pelengkap?

4
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Jaringan dan skema irigasi


2. Perencanaan Pola tanam dan debit kebutuhan irigasi
3. Perencanaan Dimensi saluran pembawa
4. Perencanaan Dimensi bangunan pelengkap

1.4 Tujuan

Tujuan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Jaringan dan skema irigasi


2. Untuk mengetahui Pola tanam dan debit kebutuhan irigasi
3. Untuk mengetahui Dimensi saluran pembawa
4. Untuk mengetahui Dimensi bangunan pelengkap

5
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi adalah penambahan kekurangan air tanah secara buatan
dengan memberikan air secara sistematis pada tanah yang diolah untuk
menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas
pertumbuhan tanaman. Perlu diingat bahwa dalam pemberian air tidak
boleh sampai berlebihan (melebihi kebutuhan air yang diperlukan
tanaman) karena kebutuhan air yang berlebihan akan merusak tanaman.
Usaha – usaha irigasi meliputi penyedian sarana dan prasarana
untuk membagikan air berupa saluran pemberi dan untuk membuang air
kelebihan berupa saluran drainase. Dalam pembuatan saluran pemberi
harus didasarkan pada kebutuhan air maksimum untuk menghindari
kekurangan air pada areal irigasi. Sedangkan pembuatan untuk saluran
drainase didasarkan pada jumlah air yang harus dibuang dalam jangka
waktu tertentu untuk menghindari kelebihan air pada areal irigasi.
2.2 Tujuan Irigasi
Secara langsung tujuan irigasi adalah membasahi tanah. Sedangkan
tujuan tak langsung adalah :
 Mengatur suhu tanah
 Membersihkan tanah
 Memberantas hama
 Mempertinggi permukaan tanah
 Menimbun tanah rendah
2.3 Sumber Air Irigasi
Sumber air irigasi adalah sungai – sungai kecil, danau – danau,
rawa – rawa, mata air tanah dan lain – lain. Akan tetapi bersarnya air yang
terjadi adalah berbeda dan tergantung dari musim dan lokasinya. Jadi
besarnya air yang tersedia menjadi sumber air daerah yang dirancang
adalah besarnya air yang ada dikurangi besarnya air yang telah digunakan
berdasarkan peraturan air.

6
Harga minimum berat air yang tersedia juga menjadi indeks untuk
menelaah tersedianya sumber air. Jika besarnya air yang diperlukan itu
tidak dapat disediakan oleh sumber air yang tersedia maka untuk
meningkatkan harga minimum yang tersedia harus dipikirkan
kemungkinannya mengenai pembangunan waduk yang tidak menyuplai air
yang tidak efektif dari sumber air itu.
Lokasi sumber air dan pengambilan sumber air itu adalah faktor –
faktor yang penting akan sangat mempengaruhi skala dari fasilitas
penyaluran air itu harus ditelaah dengan memperhatikan kondisi – kondisi
dasar sebagai berikut :
 Debit air minimum yang tersedia adalah besar .
 Jumlah air yang tersedia adalah besar.
 Kualitas dan suhu air yang baik.
 Pengambilannya yang mudah.
 Lokasinya didekat daerah yang akan di irigasi.
2.4 Cara Pemberian Air Irigasi
a. Cara pemberian air irigasi
Sesudah lokasi sumber air dan pengambilan sudah
ditentukan, maka selanjutnya harus diadakan penentuan mengenai
cara penyaluran air itu ke daerah atau petak – petak yang di tanami.
Penyaluran hanya dapat dilakukan dengan pompa jika
daerah yang akan dialiri lebih tinggi dari sumber air. Kadang –
kadang meskipun sumber Biasanya untuk debit yang besar saluran
terbuka adalah lebih ekonomis.
Adapun untuk lebih jelasnya pemberian air dapat
digolongkan menjadi beberapa kelompok, ditinjau dari salurannya.
1. Lewat permukaan.
Cara pemberian air irigasi lewat permukaan dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
 Perluapan dan penggenangan bebas
(efesiensi rendah).
 Perluapan dan penggenangan terkendali

7
 Sistem kalenan
 Sistem cekungan
2. Melalui bawah permukaan
 Saluran terbuka
 Dengan pipa berperporasi
3. Pemberian air dengan pancaran
Dengan pipa berperporasi
 Alat pancar berputar
4. Pemberian air dengan tetesan
Sedangkan ditinjau dari alirannya ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
 Irigasi aliran yang kontinyu
Cara ini adalah pemberian air irigasi
secara kontinyu selama piriode irigasi. Cara
ini diterapkan untuk daerah – derah dimana
irigasi itu berlimpah – limpah. Cara ini tidak
ekonomis karena perkolasi dan limpasan
permukaan yang banyak.
 Irigasi terputus – putus
Memberikan air secara terputus –
putus pada interval tertentu selama beberapa
hari. Cara ini diterapkan untuk daerah –
daerah yang tidak mempunyai irigasi yang
berlimpah. Kebanyakan irigasi pompa atau
waduk menerapkan cara ini.
 Irigasi aliran balik (return flow irigation)
Adalah cara mempertinggi
pegunungan berulang – ulang yang kadang -
Kadang dilaksanakan didaerah yang sangat
kekurangan air irigasi, cara berulang – ulang
adalah hanya menggunakan air yang tersisa
dari bagian atas pada bagian bawah.

8
b. Metode Drainase
Sistem drainase pada umumnya berupa sistem drainase
permukaan yang berupa saluran terbuka atau parit yang dibuat
berdasarkan perhitungan, namun pada keadaan khusus saluran
drainase dapat berupa drainase bawah tanah. Untuk drainase daerah
pantai biasanya digunaan saluran terbuka. Dalam drainase daerah
pantai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Terhambatnya aliran dari sungai ke laut ditijau
masalah kemungkinan terjadi luapan.
2. Kenaikan muka air tanah
3. Kemungkinan mengalirkan air kelebihan dari petak
yang satu ke petak sawah yang lain.
4. Hujan.
5. Rembesan air laut.
6. Pengaruh nyata dari pasangan surut
2.5 Macam – macam Bangunan
Banyak bangunan yang diperlukan untuk pengoprasian yang efektif dari
sistem saluran parit yang sulit dalam satu proyek irigasi.
a. Saluran – saluran parit
Elevasi dari parit lapangan harus cukup untuk
memungkinkan aliran gaya berat lapangan. Oleh karenanya parit -
parit jarang digali sepenuhnya, tetapi di buat dalam tanggul –
tanggul yang datar. Dalam pembuatan parit – parit perlu
diperhatikan beberapa hal antara lain :
 Dimensi dan bentuk saluran perlu
diperhatikan agar dapat saluran yang stabil.
 Perencanaan dimensi dan bentuk
memperhitungkan kecepatan aliran erosi,
sedimentasi maupun kelongsoran tebing
saluran irigasi.
 Kecepatan terpakai atau perencanaan harus
lebih kecil dari kecepatan erosi tetapi masih

9
lebih besar dari kecepatan transport
sedimen , tetapi aliran air masih mampu
melakukan transport sedimen yang berarti
menghindari pengendapan.
 Rute saluran pada umumnya mencirikan
saluran yang tersedia yaitu kemiringan tanah
yang tersedia dalam hal ini saluran dapat
berupa saluran punggung maupun saluran
tranche.
b. Tanggul Saluran
Tanggul saluran dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi
untuk melayani lalu lintas ringan pada daerah layanan di irigasi dan
lain – lain. Pada umumnya tanggul saluran dibutuhkan tinggi
cadangan pada freeboard dengan tinggi 0,5 m. namun bila kondisi
sekitar daerah sangat rendah dibandingkan muka air saluran atau
pada daerah – daerah yang sering tergenang banjir diperlukan
saluran dengan tinggi lebih besar dari 50 m.
c. Bangunan Pembagi
Bangunan pembagi dipergunakan untuk membagi aliran ke
berbagai saluran. Bangunan pada saluran besar terbagi menjadi tiga
bagian utama :
 Alat pembendung saluran besar
Dengan alat ini maka air pada saluran besar setiap
waktu dapat diatur sesuai tinggi pelayanan yang
direncanakan.
Perlengkapan untuk jalan air melintasi tanggul saluran
besar menuju saluran cabang.
 Konstruksi ukur
Konstruksi ukur ini berfungsi untuk mengukur debit
air yang lewat sedangkan untuk bangunan pembagi pada
saluran kecil bisa dibuat secara sederhana saja , bangunan
ini berupa bak saja atau bak tersier dan kuarter.

10
 Pintu – pintu air.
 Pipa – pipa irigasi
Digunakan untuk menghin dari kehilangan air serta
biaya tahunan dari biaya tahunan dari bangunan parit –
parit, kebanyakan petani bergeser kepemakaian jaringan
distribusi pipa untuk mengairi lahan pertanian.
2.6 Susunan Petak – petak
a. Petak primer
Petak primer adalah petak yang mencakup saluran areal
irigasi, petak ini dialiri oleh saluran primer. Satu petak atau saluran
primer dapat terdiri dari beberapa petak atau saluran sekunder.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder merupakan luasan irigasi yang dialiri oleh
saluran sekunder, dalam satu petak atau saluran sekunder dapat
terdiri dari beberapa petak atau saluran tersier.
c. Petak tersier
Petak tersier meliputi luas yang dialiri oleh saluran tersier.
Satu petak tersier dapat terdiri dari beberapa petak kuarter. Bentuk
dan luas petak tersier mendekati empat persegi panjang dengan
perbandingan panjang dan lebar antara satu sampai setengah.
Luas petak tersier yang dianjurkan pada keadaan normal
dapat dibagi menjadi beberapa keadaan :
 Pada tanah dasar luasnya 200-300 ha.
 Pada tanah agak miring luasnya 100-200 ha.
 Pada tanah perbukitan luasnya 50-100 ha.

Contoh kriteria petak tersier :

 Luas petak tersier terdapat keseragaman.


 Pemberian air untuk suatu petak tersier harus melalui suatu
tempat dan dapat diatur dan diukur dengan baik.
 Batas – batas petak tersier harus jelas dan tegas.

11
 Semua bidang sawah dalam petak tersier itu harus dapat
menerima air dari tempat pemberian air.
 Petak tersier diharapkan merupakan satu kesatuan yang
dimiliki satu desa saja.
 Air kelebihan yang tidak digunakan harus dibuang dengan
baik melalui saluran drainase ayng terpisah dengan saluran
primer.
 Batas – batas petak tersier diusahakan menggunakan batas
– batas petak yang sama yang semula ada. Misalnya : parit
alam, jalan desa, jalan raya, jalan kereta api, dan lain – lain.
d. Petak kuarter
Petak kuarter dialiri oleh saluran kuarter namun pada kenyatannya
petak kuarter ini jarang ada.

12
BAB III
PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI

3.1. Tinjauan Umum

Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan


dan evaluasi dari data yang diperoleh ,berhubungan dengan perencanaan yang
lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya
metodologi yang baik dan benar, karena metodologi merupakan acuan untuk
menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam perencanaan.
Dalam Perencanaan dimensi dan perhitungan pola tata tanam ini kami membuat
metode penyusunan sebagai berikut :
1. Menentukan layout petak
 lokasi sumber air sedapat mungkin berada pada posisi yang
memungkinkan seluruh lahan diairi secara gravitasi
 bentuk lahan biasanya mengikuti topografi, tetapi bila memungkinkan
bentuk bentuk segi empat merupakan bentuk yang paling menguntungkan
 ukuran lahan (panjang dan lebar) ditentukan berdasarkan kapasitas
infiltrasi dan debit
2. Menentukan kebutuhan air irigasi
3. Menentukan waktu infiltrasi (opportunity time) yaitu waktu yang
diperlukan untuk air untuk meresap ke dalam tanah
4. Menentukan debit irigasi
1. debit harus cukup besar untuk memberikan air yang seragam ke seluruh
lahan tetapi tidak terlalu besar sehingga dapat menimbulkan erosi
5. Menentukan waktu pemberian air irigasi (inflow time) yaitu waktu yang
diperlukan untuk meresapkan sejumlah air yang diperlukan ke seluruh lahan.

13
3.2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan
pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal
penting yang harus dilakukan dengan tujuan supaya kegiatan terstruktur,
terkoordinasi dan mendapatkan hasil seperti yang direncanakan.
Adapun yang termasuk dalam tahap persiapan ini meliputi :

1. Studi pustaka mengenai masalah yang berhubungan irigasi.


2. Menentukan kebutuhan data.

3.3. Pengumpulan Data


Dalam Tahapan ini dilakukan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan
dalam tugas ini. Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan tugas besar ini dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana
pembangunan maupun hasil survei yang dapat langsung dipergunakan
sebagai sumber dalam perancangan bangunan.
2. Data Sekunder
Dalam proses perencanaan, diperlukan analisis yang teliti. Semakin
rumit permasalahan yang dihadapi maka kompleks pula analisis yang
akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan
data atau informasi, teori konsep dasar dan alat bantu yang memadai,
sehingga kebutuhan akan data sangat mutlak diperlukan.
Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses
pembuatan dan penyusunan Laporan Tugas Besar ini. Data sekunder
ini didapatkan bukan melalui pengamatan secara langsung di
lapangan. Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder ini antara
lain adalah literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan yang
berkaitan erat dengan proses perencanaan .

14
Pengumpulan data primer dan data sekunder dari berbagai sumber seperti:
􀂾 Data hidrologi
􀂾 Data debit
􀂾 Data catchment area
􀂾 Data topografi
􀂾 Data demografi
􀂾 Data irigasi seperti data luas tanam, pola/tata tanam, debit air
maksimum/minimum, kebutuhan air (ltr/ha) dan lain lain.
􀂾 Data desain yang telah pernah dilakukan
􀂾 Dan penyelidikan geologi dan mekanika tanah

Metode pengumpulan data yang dilaksanakan adalah:


􀂃 Metode Literatur, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi,
mengolah data tertulis dan metode kerja yang dilakukan.
􀂃 Metode Kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data atau bahan yang
diperoleh dari buku-buku kepustakaan.

Data-data yang digunakan dalam perencanaan ini diperoleh sebagai berikut:


1. Peta Topografi
Peta merupakan sistem informasi geografi dimana informasi-informasi
tentang letak geografis, sungai, pemukiman, jalan, batas administrasi
dapat diperoleh. Peta ini akan digunakan sebagai acuan atau peta kerja dalam
mempelajari arah aliran dan karakteristik sumberdaya air . Secara
khusus juga dapat digunakan untuk memperkirakan lokasi trase saluran, batas-
batas survei.

2. Data Hidrometri
Data Curah Hujan mencakup Nama Stasiun, Nomor Stasiun, Lokasi
(koordinat) dan ketinggian stasiun dari permukaan laut. Periode data
yang diperlukan kurang lebih 10 – 20 tahun baik berupa data harian,
data bulanan atau data tengah bulanann.

15
3. Data Hidroklimatologi, Oceanografi
Data Klimatologi mencakup Nama Stasiun, Nomor Stasiun, Lokasi
(koordinat) dan ketinggian stasiun dari permukaan laut, temperatur,
kelembaban, kecepatan angin dan penyinaran matahari. Data
klimatologi yang dibutuhkan adalah spesifik dataran rendah dan
dataran tinggi. Data-data ini merupakan data rata-rata dengan periode
5 tahun. Data klimatologi diperoleh di BMG, Dinas PU, Cabang Dinas
PU.
Data Hidrometri biasanya tersedia dalam bentuk pembacaan AWLR
atau peil schal muka air yang sudah dikorelasikan menjadi data debit
dengan lengkung debit untuk lokasi yang bersangkutan. Data ini jika
tersedia diperoleh dari Dinas Pengairan, Badan Penelitian Air.

3.4. Analisis dan Pengolahan Data


Pengolahan data meliputi kegiatan pengakumulasian, pengelompokan
jenis data, kemudian dilanjutkan dengan analisis. Pada tahapan ini dilakukan
proses pengolahan dan analisis data meliputi :
a. Analisis data debit
Tidak ada data debit yang tercatat dari sungai tersebut. Untuk review
desain bendung ini kelak akan digunkan cara perhitungan debit
dengan memakai data curah hujan.
Data debit banjir misalnya berhubungan erat dengan dimensi bendung
seperti tinggi dan lebar bendung, tinggi tanggul, tinggi tembok tepi,
lantai belakang dan lain-lain, dimensisaluran, pintu intake serta bangunan air yang
ada pada saluran.

b. Analisis data hujan


Analisa data hujan digunakan untuk menentukan curah hujan
rancangan yang akan dipakai sebagai dasar dalam perencanaan
limpasan air hujan pembuang permukaan

16
c. Analisis klimatologi
Analisis klimatologi digunakan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi yang digunakan untuk analisis kebutuhan air untuk
penyiapan lahan.

3.5. Diagram Alir Perencanaan


Proses penyusunan Tugas Besar pada Perencanaan Bangunan Suplesi Pegadis
Daerah Irigasi batang Samo, Riau dapat disajikan dalam diagram alir berikut:

mulai

Tahapan Persiapan :
-Identifikasi Masalah
-Study Pustaka

Pengumpulan data :

Peta topografi, curah hujan,


klimatalogi, debit

-Analisa data hujan : -Analisa data klimatologi :


analisa hujan efektif
Perhitungan evapotranspirasi
-Analisa debit

-Pola tata tanam

-menentukan/menggambar petak tersier


dan kuarter

- menggambar skema jaringan

Perencanaan dimensi :

Dimensi memanjang &


melintang

selesai
17
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pola Tata Tanam dan Debit Kebutuhan irigasi


4.1.1. Perhitungan Evapotranspirasi metode Penman Bulan Januari
1. Pola Tata Tanam
Pola tata tanam yaitu Padi – Padi
Periode perhitungan : 15 harian
 Padi var. Biasa
 Awal tanam : Oktober minggu pertama

2. Koefisien Tanaman (K)


Koefisien tanaman pada saat PD = 1,200
Koefisien tanaman = 0

3. Rata-rata Koefisien Tanaman


K = Koefisien tanaman pada saat PD + Koefisien tanaman + Koefisien
tanaman
= (1,300 + 0)/2
= 0,650

4. Evaporasi Potensial (ET0)


ET0 = C x ET0*
Diketahui : T = 25,8 oC => w = 0,753 , f(t) = 15,850 , eg = 33,220
LL = 7,5 => Rg = 16,025
ed = eg x RH => 33,220x 94 % = 31.227 mbar
f(ed) = 0,34 – 0,044 ed1/2
= 0,34 – 0,044 x 31.227 /2
= 0,094

18
Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Rg
= (0,25 + 0,54 x 40%) 16,025
= 7,468 mm/hari

f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N


= 0,1 + 0,9 x 40%
= 0,460

Rn1 = f(t) . f(ed) . f(n/N)


= 15,850 x 0,094x 0,460
= 0,686 mm/hari

f(u) = 0,27(1+0,864u)
= 0,27(1+0,864 x 1,1)
= 0.527

eg – ed = 33,220 – 31.227 = 1,993 mbar


C = 1,10

ET0* = w (0,75Rs – Rn1) + (1-w)f(u)(eg-ed)


= 0,759 ((0,75x 7,468) – 0,686) + (1-0,753). 0.527. 1,993
= 3,960 mm/hari

ET0 = C x ET0*
= 1,1 x 3,960
= 4,356 mm/hari

5. Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)


Etc = ET0 x K
= 4,356 mm/hari x 0,650
= 2,831 mm/hari

19
6. Rasio Luas Kebutuhan Air Konsumtif
Rasio luas kebutuhan air konsumtif = 0,60

7. Kebutuhan Air Konsumtif dengan Rasio Luas


Kebutuhan air konsumtif dengan rasio luas = Rasio luas kebutuhan air
konsumtif x Etc = 0,60 x 2,831 mm/hari
= 1,699 mm/hari

8. Peggantian Air karena Bo dan P (M)


E0 = C x ET0
= 1,1 x 4,356
= 4,791 mm/hari
Maka :
M = ET0 + Perkolasi
= 4,791 mm/hari + 1
= 5,791 mm/haris

9. k’
M . T 5,791. 31
k’ = = =0,598
S 300

10. Pd (Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan dan Pembibitan)


 ek = ek
= 4,791,0,598
= 2,554
Maka :
M . e k 5,791 .2,554
Pd = = =9,518 mm /hari
e k −1 2,554−1

11. Rasio Luas Penyiapan Lahan


Rasio luas penyiapan lahan = 0,4

20
12. Kebutuhan Air Penyiapan Lahan dengan Rasio Luas
Kebutuhan air penyiapan lahan dengan rasio luas = rasio luas penyiapan
lahan x Pd
= 0,40 x 9,518 mm/hari
= 3,807 mm/hari

13. Perkolasi (P)


P = 1 (Clay Loam)

14. Penggantian Lapisan Genangan (WLR)


WLR =3,333

15. Rasio Luas Pengganti Lapisan Genangan


Rasio luas pengganti lapisan genangan = 0,25

16. Penggantian Lapisan Genangan dengan Rasio Luas


Penggantian lapisan genangan dengan rasio luas = 0,833
(WLR x rasio luas pengganti lapisan genangan)

17. Kebutuhan Air di Sawah


Kebutuhan air di sawah = Kebutuhan air konsumtif dengan rasio luas +
Kebutuhan air penyiapan lahan dengan rasio luas +
P + Pd
= 1,699 mm/hari + 3,807 mm/hari + 1 + 9,538
= 13,599 mm/hari

18. Curah Hujan Efektif (Re)


10
ℜ= = 0,667 mm/hari
15
Pola tanam pada saat PD dengan koefisien 0,7 karena sama dengan tanaman
padi
Re = 15,818 mm/hari x 1/15 x 0,7 = 0,7382 mm/hari

21
19. Kebutuhan Bersih Air di Sawah (NFR)
NFR = Kebutuhan air di sawah - Re
= 13,599 mm/hari – 0,7382 mm/hari
= 12,861 mm/hari

NFR = 12,861 * 0,1157


= 1,489 l/dt/ha

20. Kebutuhan Bersih Air di Sawah Maksimum


Kebutuhan bersih air di sawah maksimum didapat sebesar 2,170 l/dt/ha

21. Efisiensi Irigasi (e)


e = 82%

22. Kebutuhan Air di Saluran Pengambilan


NFR 1,489 l/dt /ha
Kebutuhan air di saluran pengambilan= = =1,374 l/dt /ha
e 82 %

Kebutuhan Air di Saluran Pengambilan Maksimum


Kebutuhan air di saluran pengambilan maksimum didapat sebesar 2,003
l/dt/ha

22
4.1.2. Perhitungan Elevasi Muka Air
Diket:

NFR= 1,489

Sub
Petak Kuarter A (ha)
Petak tersier Tersier
A1 11.19
A2 12.46
TW1Ki A
A3 13.82
A4 13.71
Jumlah   51.17
A1 11.09
A
A2 11.05
TW2ki
B1 13.95
B
B2 14.07

Diketahui : w = 0,2

L = 149,25 m

V = 1 m3/dtk

n = 0,017

bahan saluran beton, bentuk saluran pesegi (b = h)

1. K2 – T2
 Q K2- T2 = NFR x Luas Petak B2
= 1,489 x 14,07
= 30,523 lt/dt
= 0,031 m3/dt

2. h (tinggi saluran)
 h K2- T2
h = 0.14 (dicoba)

23
3. A (Luas Penampang)
 A = 2h^2
= 2 x 0.14^2
= 0,392

5. P (keliling basah)

 P = 4h = 4 x 0.14 = 0,56

6. R (Jari-jari hidrolis)

 R =½h
= ½ x 0,14
= 0,07

7. S (kemiringan)
 S =( n . V) 2
R2/3
= ( 0,017 . 1) 2
0,072/3
= 0,0245

Beda Tinggi
 BT = Elevasi tanah asli atas – elevasi tanah asli bawah
= 29 - 29
=0

8. Jumlah losses
 =SxL
= 0,0245 x 149,25
= 3,656 m

24
9. Elevasi Muka Air Bawah dan Atas
 Atas = Elevasi Tanah Asli atas - w

= 29 - 0,2

= 28,80 m

Bawah = Elevasi muka air atas – ( S . L )

= 28,80 - ( 0,0245 x 149,25)

= 25,13 m

10. Elevasi Dasar Saluran Bawah dan Atas


 Atas = Elevasi muka air atas – h

= 28,80 – 0.14

= 28,66 m

 Bawah = Elevasi muka air bawah – h

= 26,144 – 0.14

= 24,99 m

25
BAB V
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapat :

NFR = 1,489 lt/Ha/det


Luas Area irigasi = 201.5333318Ha
Debit Terbesar = 20,03 lt/dtk
Elevasi Mercu = + 29
Elevasi Petak Terjauh= + 29

4.2 Saran

Untuk mengurangi tingkat kesalahan dan memperbesar


ketelitian,sebaiknya dalam perhitungan desain jaringan irigasi digunakan
berbagai software yang mendukung. Seperti Autocad untuk analisis
panjang, luas dan penggambaran, serta Microsoft Excel untuk membantu
perhitungan data.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/73276037-Laporan-perencanaan-irigasi.html
Suhardono Agus. Buku Modul Pedoman Tugas Irigasi. Prodi TKJJBA
Jurusan Teknik Sipil. Politeknik Negeri Malang 2019.

27

Anda mungkin juga menyukai