Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PENETAPAN KADAR Na2CO3 (SODA ABU)

TITRASI ASIDIMETRI

Dibuat oleh:

-Ari Sutono (B2C015004)

-Moh. Makhbub Aly (B2C015008)

I. TUJUAN
-Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi asidimetri.
-Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar Na2CO3 (Soda Abu) dengan metode titrasi
asidimetri.

II. LANDASAN TEORI

Soda abu adalah zat padat ringan yang cukup larut dalam air dan biasanya mengandung
99,3 % Na2CO3. Soda abu memiliki kelarutan dalam air kira-kira 30% berat larutan. Soda abu
dalam industri kimia dikenal dengan istilah ‘soda ash’. Soda abu berbentuk bubuk, dan
berwarna putih. Soda abu biasanya digunakan pada pembuatan sabun. Kadar soda abu yang
digunakan pada pembuatan sabun tidak bole terlalu banyak, karena dapat menimbulkan rasa
panas di tangan saat sabun colek digunakan. penggunaan soda abu yang dianjurkan dalam
formula pembuatan sabun colek adalah sekitar 7 % dari komposisi total bahan sabun colek.
Selain pada industri pembuatan sabun, soda abu juga banyak digunakan pada industri gula,
industri obat, industri kertas, industri tekstil, industri metalurgi, industri keramik, industri
bahan makanan, dll
Berikut sifat Fisis dan Kimia Sodium Karbonat (Na2CO3)
 Berat molekul                              : 106 g/mol
 Bentuk                                         :  Kristal
 Warna                                          :  Putih
 Titik lebur, 0oC                             :  7,1 g/100 g H2O
 Densitas, 20oC                             :   2,533 g/ml
 Kapasitas panas, 85oC                 :  26,41 cal/gmoloC

Percobaan penentuan kadar soda abu menggunakan metode titrasi asidimetri. Yang
dimaksud dengan titrasi adalah penambahan titran ke dalam analit didasarkan pada proses
pengukuran volume titran dan Titrasi asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 1


menggunakan asam sebagai titran untuk penentuan kadar basa dari suatu contoh dengan
menggunakan larutan baku standar dan dengan indikator pH yang sesuai. Yang dimaksud
dengan larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang
diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Asam yang sering dipakai dalam
analisis asidimetri adalah HCl. Namun sebelum pemakaian, asam ini harus distandardisasi
dengan larutan baku primer karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan
senyawa lain di udara. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi HCl
adalah larutan boraks.

Pada penentuan kadar soda abu (Na2CO3), soda abu tidak dapat dititrasi langsung
dengan HCl, tetapi soda abu harus diencerkan terlebih dahulu. Dalam hal ini indikator yang
digunakan adalah indikator PH, indikator yang dapat berubah warnanya pada range pH
tertentu. Dan indikator yang digunakan adalah indikator Metyl Orange (MO). indikator yang
juga digunakan pada Titrasi Standarisasi HCl. Penggunaan indikator MO dikarenakan trayek
pH indikator MO mencakup pH titik ekivalen antara asam kuat dengan basa lemah. Jadi
ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah
titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Maka pada saat itu titrasi dihentikan.
(Anonim,2007).
a. Larutan
Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut
homogen karena sifat-sifatnya sama di sebuah cairan. Karena larutan adalah campuran
molekul biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan
dalam larutan murni. Gaya tarik inter molekul diantara molekul tidak sejenis menyebabkan
pelepasan energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran
homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen koponen
dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara untuk
memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam
kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem konsentrasi menyatakan
satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitas zat terlarut pelarut (Anonim,2007).
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi
dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk
larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya
adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada
reaksi samping (Khopkar, 1990).
Dalam menguji suatu reaksi untuk menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan
untuk suatu titrasi, pembuatan suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman untuk titrasi
asam basa suatu kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH atau pOH versus ml titran. Kurva

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 2


semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan dalam memilih
indikator yang tepat (Underwood, 1999).

b. Asam Klorida (HCl)


Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat
berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung
dengan molekul air membentuk ion hidronium,
H3O+: HCl + H2O → H3O+ + Cl−
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat
digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam
kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. Asam monoprotik memiliki satu tetapan
disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk
asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah
dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl.[10] Ketika garam klorida seperti NaCl
ditambahkan ke larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Cl− adalah konjugat basa yang sangat lemah dan HCl secara penuh
berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa
molaritas H+ sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat
digit angka bermakna.
Dari tujuh asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik
yang paling sulit menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak
berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia
mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam
konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan
konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang
sangat baik.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa.
Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang
jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer
dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya
ketika dibuat. Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna"
sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan
menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa dasar
semacam kalsium karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat
dianalisa. (Anonim,2007).

c. Boraks sebagai bahan baku

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 3


Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakanlarutan baku
basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.Titrasi
adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buretyang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampaiterjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volumetitran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.
Titik ekivalen adalah saatyang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di
dalamprakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau
titik akhir stoikometri.Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantusehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaandi
mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkanperubahan warna
indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-
tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakandari pada titrimetrik. Akan tetapi
dilihat dari segi yang kata, titrimetrik´ lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu
dibatasi oleh titrasi. (Anonim,2007).

III. PRINSIP KERJA DAN REAKSI


a. Prinsip kerja
Sampel (Na2CO3) direaksikan dengan larutan HCl yang telah distandarisasi dengan
Natrium Tetra Borat dengan menggunakan indikator Metyl Orange (MO) sehingga
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga (kuning kemerahan).
b. Reaksi
HCl + Na2CO3  NaCl + H2O + CO2

IV. ALAT DAN REAGENSIA


a. Alat
 Neraca analitik
 Buret dan stand
 Labu ukur 250 ml
 Corong
 Erlenmeyer 250 ml
 Gelas ukur
 Pipet ukur
 Pipet volume
 Filler
 Beaker glas

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 4


b. Reagensia
 Asam Klorida (HCl) pekat
 Natrium tetra borat ( Na2B4O7 . 10 H2O )
 Na2CO3 . 0H2O (Detergent Bubuk)
 Indikator MO (Metyl Orange)
 Aquadest
 Tissue

V. CARA KERJA
a. Pembuatan larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 N
 Di dalam lemari asam diambil kurang lebih 2,5 ml HCl pekat P.A
 Dimasukkan kedalam beaker gelas 100 ml yang telah diisi aquadest
 Diaduk hingga homogen dan dipindahkan kedalam gelas ukur volume 250 ml
 Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 250 ml

b. Pembuatan larutan Natrium Tetra Borat (Na2B4O7 . 10 H2O ) 0,1 N


 Ditimbang secara seksama ± 4,7 gram boraks
 Dimasukkan kedalam labu ukur volume 250,0 ml
 Ditambahkan aquadest sampai larut
 Diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas volume

c. Standarisasi larutan Asam Klorida (HCl) dengan Natrium Tetra Borat (Na 2B4O7 .
10 H2O)
 Diisi buret dengan HCl 0,1 N
 Dipipet 10,0 ml Natrium Tetra Borat
 Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer volume 250 ml
 Ditambahkan 3-5 tetes indikator MO (Metyl Orange)
 Dittitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi jingga
(kuning kemerahan)
 Dihitung normalitas larutan HCl tersebut

d. Penetapan kadar larutan Na2CO3 (Soda Abu)


 Ditimbang secara seksama 3,5470 gram soda abu (Na 2CO3) pekat dengan cawan
petri
 Dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur volume 250,0 ml
 Dipipet 25,0 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 5


 Ditambahkan 3-5 tetes indikator Metyl Orange
 Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai laruta menjadi jingga
 Dihitung kadar Na2CO3 tersebut

VI. RUMUS PERHITUNGAN


N 1 ×V 1
 Normalitas HCl (NHCl) ¿
VHCl
Vt × NHCl × BE ×V 1
 Kadar ( % ) Na2CO3 ¿ ×100 %
W ( mg ) ×V 2

Keterangan

 N1 = Normalitas Baku Primer


 V1 = Volume Baku Primer
 Vt = Volume titrasi pada Penetapan kadar
 NHCl = Normalitas HCl yang sebenarnya
 BE = Berat ekivalen Na2CO3
 V1 = Volume Na2CO3 yang dibuat (ml)
 V2 = Volume Na2CO3 yang dipipet (ml)
 W = Massa Na2CO3 yang ditimbang (mg)

VII. DATA PERCOBAAN


a. Data Penimbangan
Hasil penimbangan sampel Soda Abu (Detergent bubuk) yang diperoleh adalah 3,5470
gram = 354,70 mg

b. Data Titrasi Standarisasi

No. Volume Baku Primer (ml) Volume Buret (ml) Volume Titrant (ml)
1. 10,0 0,00 – 11,70 11,70
2. 10,0 0,00 –1 0,80 10,80
3. 10,0 0,00 – 10,80 10,80

c. Data Penetapan Kadar

No. Volume Sampel (ml) Volume Buret / HCl (ml) Volume Titrant (ml)
1. 25,0 0,00 –7,50 7,50
2. 25,0 0,00 –7,50 7,50
3. 25,0 0,00 – 8,00 8,00

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 6


VIII. PERHITUNGAN
 Standarisasi HCl
Normalitas HCl yang sebenarnya berdasarkan data titrasi standarisasi diatas
N 1 xV 1
1. N2 =
Vt
0,1 x 10,0
=
11,70
= 0,0854 N
N 1 xV 1
2. N2 =
Vt
0,1 x 10,0
=
10,80
= 0,0926 N
N 1 xV 1
3. N2 =
Vt
0,1 x 10,0
=
10,80
= 0,0926 N

Sehingga, Normalitas rata-rata larutan HCl yang sebenarnya adalah

0,0854 N +0,0926 N +0,0926 N


Nrata2 ¿ =0,0902 N
2

 Penetapan Kadar Na2CO3


kadar Na2CO3 berdasarkan data penetapan kadar diatas adalah
Vt × NHCl × BE ×V 1
1. % Na2CO3 ¿ ×100 %
W ( mg ) × v 2

7,50× 0,0902× 53× 100,0


¿ ×100 % ¿ 40,4336 %
354,70× 25,0

Vt × NHCl × BE ×V 1
2. % Na2CO3 ¿ ×100 %
W ( mg ) × v 2

7,50× 0,0902× 53× 100,0


¿ ×100 % ¿ 40,4336 %
354,70× 25,0

Vt × NHCl × BE ×V 1
3. % Na2CO3 ¿ ×100 %
W ( mg ) × v 2

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 7


8,00× 0,0902× 53 ×100,0
¿ × 100 % ¿ 43,1292 %
354,70× 25,0

Sehingga, kadar rata-rata soda abu (Na2CO3) adalah

40,4336 %+ 40,4336 %+ 43,1292 %


% Na2CO3 rata rata ¿ =41,33213 %
3

IX. PERSYARATAN
b
Kadar soda abu (Na2CO3) % = 30 %
b

X. HASIL DAN KESIMPULAN


Dari percobaan penetapan kadar soda abu (Na 2CO3) dengan metode titrasi asidimetri
didapatkan normalitas HCl yang sebenarnya adalah 0,0902 dan kadar soda abu (Na 2CO3)
adalah 41,33213 %
Dapat di simpulkan bahwa kadar soda abu (Na 2CO3) adalah 41,33213 % dan kadar ini tidak
sesuai dengan persyaratan yang menyatakan kadar soda abu (Na2CO3) 30 %. Kadar soda abu
(Na2CO3) lebih dari kadar yang disyaratkan, 41,33213 % > 30%.

XI. PEMBAHASAN
Percobaan titrasi kali ini adalah penetapan kadar soda abu (Na2CO3) dengan
mengunakan asam kuat HCl sebagai titran. Namun sebelum melakukan penetapn kadar, HCl
terlebih dahulu harus dibakukan (distandarisasi) dengan melakukan titrasi dengan boraks
(Na2B4O7) dan indikator metil orange (MO) 3-5 tetes sebagai indikator visualnya. Yang
dimana pada titik ahir titrasi terjadi perubahan warna laruta dari yang berwarna kuning
menjadi jingga (kuning kemerahan). Ditemukan normalitas HCl sebanyak 0,0902 N.

Indikator yang digunakan pada percobaan penetapan kadar ini adalah indikator Metil
Orange (MO) sebagai indikator visual yang akan menandakan terjadinya reaksi sempurna
atau tercapainya titik akhir titrasi, yaitu dengan terjadinya perubahan warna larutan yang
semula kuning menjadi jingga (kuning kemerahan).

Percobaan penetapan kadar ini menggunakan metode titrasi asidimetri, yaitu titrasi
dengan menggunakan larutan baku yang bersifat asam dalam penetapan kadar suatu zat yang
bersifat basa. Larutan baku asam yang digunakan adalah HCl. Setelah standarisasi HCl

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 8


selesai, maka dilanjutkan dengan penetapan kadar Na2CO3. Soda abu (Na2CO3) dititrasi
dengan HCl dan kemudian ditetesi indikator Metyl Orange (MO), larutan mula-mula tak
berwarna, setelah diberi indikator Metyl orange (MO) warna larutan berubah menjadi kuning
(orange) dan pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna larutan menjadi jingga. Hal itu
dikarenakan penambahan [H+], menyebabkan [OH-] berkurang dan keseimbangan bergeser ke
kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi jingga.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2HCl + Na2CO3  2NaCl + H2O + CO2

Percobaaan ini dilakukan secara triplo (tiga kali pengerjaan). Pada titrasi pertama di
dapatkan volume titrant 7,50 ml, pada titrasi kedua didapatkan 7,50 ml dan pada titrasi ke tiga
diperoleh 8,00 ml. Sehingga diperoleh kadar dari Na2CO3 sebanyak 41,33123 %.
Kadar yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang menyatakan kadar
Na2CO3 adalah 30 %, 41,33213 % > 30 % . Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal berikut.
 Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar
tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang
digunakan.
 Normalitas dari HCl yang diperoleh pada standarisasi kurang akurat.
 Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.
 Kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi (TAT).

XII. CATATAN DAN DOKUMENTASI


a. Catatan
 Dalam melakukan titrasi, harus sangat diperhatikan TAT dari titrasi yang
dilakukan untuk mengurangi terjadinya kesalahan titrasi
 Perubahan warna yang terjadi pada saat TAT harus benar-benar diketahui

b. Dokumentasi
1. Titrasi Standarisasi

Sebelum Titrasi (kuning) Setelah titrasi (jingga)

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 9


2. Titrasi Penetapan Kadar

Sebelum Titrasi (kuning) Setelah titrasi (jingga)

XIII. Daftar Pustaka

 Tim Dosen, 2014. Penuntun Kimia Analisis Kuantitatif. ATIM,


Makassar.
 Day, RA dan Underwood. 1999. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi
Kelima: Erlangga. Jakarta
 http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida (diakses pada tanggal 29
Desember 2016)
 https://www.scribd.com/doc/39472449/Laporan-Resmi-1 (diakses
pada tanggal 29 Desember 2016)
 Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: UI
Press

Praktikum Kimia Analitik: Pendidikan Kimia UNIMUS 2016 10

Anda mungkin juga menyukai