CSS Relia Seftiza (T1 MRI)
CSS Relia Seftiza (T1 MRI)
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang ada pada saat ini memberi
kemudahan bagi para praktisi kesehatan untuk mendiagnosa penyakit serta
menentukan jenis pengobatan bagi pasien. Salah satu bentuk kemajuan tersebut
adalah penggunaan alat MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melakukan
pencitraan diagnosa penyakit pasien.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.
Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat
gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi
tubuh pasien. Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh
manusia akan tampak jelas, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat
dievaluasi secara teliti. Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI
adalah suatu alat diagnostik mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh
dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa
operasi, penggunaan sinar X ataupun bahan radioaktif. Hasil pemeriksaan MRI
yaitu berupa rekaman gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan
menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (1 Tesla =
1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.1
2
2.3 Komponen MRI
Komputer pada MRI merupakan otak dan komponen utama yang
digunakan untuk memproses sinyal, menyimpan data dan menampilkan gambar
yang dihasilkan. Selain sistem computer, komponen utama pada perangkat MRI
adalah: magnet utama, koil gradient X, Y, dan Z, koil pemancar dan penerima
radiofrekuensi, serta sistem akuisisi data dalam komputer.
Pada gambar 2.1 menunjukkan beberapa perangkat keras dari mesin MRI dimana
diantaranya magnet utama, koil gradient X, Y, dan Z, koil pemancar dan penerima
radiofrekuensi.3
3
Permanent magnet (generating a constant static magnetic
field)
Gradient magnetic field coil (providing MR signal with positional information)
Transmitter coil (applying an RF pulse)
Receiver coil (receiving MR signal)
Display
Image
Nc Processing
system
Rf Signal
4
Prinsip dasar pencitraan MRI dapat disimpulkan secara ringkas yaitu
dalam keadaan normal proton proton hydrogen dalam tubuh tersusun secara acak
sehingga tidak ada jaringan magnetisasi. Ketika pasien dimasukan kedalam medan
magnet yang kuat dalam pesawat MRI, proton-proton dalam tubuh pasien akan
searah (parallel) dan tidak searah (antiparallel) dengan kutub medan magnet
pesawat serta melakukan gerakan presesi. Selisih proton proton yang searah dan
berlawanan arah amat sedikit dan tergantung kekuatan medan magnet pesawat dan
selisih inilah yang akan merupakan inti bebas (tidak berpasangan) yang akan
membentuk jaringan magnetisasi. Pemberian gelombang radio frequency (RF)
proton menyerap sinyal elektromagnetik atau sinyal MRI. Sinyal - sinyal diterima
oleh sebuah koil antena penerima, selanjutnya sinyal- sinyal tersebut diubah
menjadi pulsa listrik dan dikirim ke sistem komputer untuk diubah menjadi
gambar.4
Gambar 2.3 menunjukkan dasar fisika MRI, dimana (a) inti hidrogen
mengitari sumbunya atau spinning memiliki medan magnet, panah kuning
merupakan arah sumbu magnetis. Pada awalnya inti hidrogen (1–6), berpresesi
dengan berbagai sudut akan tetapi saat masuk kedalam medan magnet eksternal
(B0) akan berbaris, jumlah momen magnetis disebut vektor magnetisasi (NMV).
RF diberikan NMV membentuk sudut yang menghasilkan dua komponen
magnetisasi yaitu magnetisasi longituginal (Mz) dan magnetisasi transversal
5
(Mxy). Presesi Magnetisasi transversal disekitar koil penerima, dipengaruhi
tegangan (i). Ketika RF dimatikan terjadi T1 pembangkitan atau T1 recovery, T2
peluruhan atau T2 decay dan T2*.
Gambar 2.4
6
Waktu gaung adalah interval waktu dari saat terakhir pada RF diberikan
sampai terdeteksinya sinyal MR (Magnetic Resonance) maksimum. Sinyal MR
maksimum tersebut merupakan sinyal spin echo. TE disebut pendek, jika
waktunya kurang dari 30 ms. Pemberian TE dengan panjang waktu sekitar tiga
kali lipat TE pendek disebut TE panjang. Pemilihan panjang dan pendeknya akan
mempengaruhi intesitas sinyal yang didapat.
Gambar 2.5
7
a. Fase Presesi dimana telah diketahui inti sebuah atom terdiri dari neutron
yang tidak bermuatan (netral) dan proton yang bermuatan positif.
Protonyang bersifat magnetic memiliki medan magnet yang mengarah
pada 2 kutub (utara dan selatan) mirip dengan sebuah magnet kecil
sehingga proton proton dengan kutubnya tersebut lazim disebut “Magnetic
Dipole”. Dalam keadaan normal proton proton hydrogen dalam tubuh
tersusun secara acak sehingga tidak dihasilkan jaringan magnetisasi.
Ketika pasien dimasukan kedalam medan magnet yang kuat dalam
pesawat MRI, magnetik dipole tubuh pasien akan searah (parallel) dan
tidak searah (antiparallel) dengan kutub medan magnet pesawat. Selisih
proton proton yang searah dan berlawanan arah amat sedikit dan
tergantung kekuatan medanmagnet pesawat dan selisih inilah yang akan
merupakan inti bebas (tidak berpasangan) yang akan membentuk jaringan
magnetisasi.
b. Fase Resonansi dimana kita mengetahui secara tepat frekuensi presesi
proton proton sangat mutlak untuk menentukan besarnya frekuensi presesi
gelombang radio (RF) yang akan dipancarkan untuk mengubah arah
orientasi dipole yang membentuk jaringan magnetisasi. Ketika proton
proton hydrogen mengalami 1 presesi, maka proton proton akan mudah
menyerap energi luar. Pada saat fase presesi itulah gelombang radio (RF)
dipancarkan dan proton proton hydrogen akan menyerapnya dan mulai
bergerak meninggalkan arah longitudinal (L direction) yang sejajar dengan
arah kutub magnet pesawat menuju kearah transversal (Tegak lurus
terhadap sumbu medan magnet pesawat) dan menghasilkan magnetisasi
transversal.
c. Fase Relaksasi dibagi menjadi T1 dan T2. T1 didefenisikan sebagai waktu
yang diperlukan proton proton hydrogen sekitar 63% telah berada kembali
dalam arah longitudinal (magnetisasi longitudinal). T1 mencerminkan
tingkat transfer energi frekuensi radio (RF) dari proton proton keseluruh
jaringan sekitar (Tissue-Lattice) sehingga T1 biasa pula dikenal; istilah
“Spin Lattice-Relaxation”, dimana besar T1 tergantung pada konsentrasi
dan kepadatan proton. Waktu yang diperlukan proton proton dari keadaan
8
magnetisasi transversal berkurang hingga sekitar 37 % saja merupakan
nilai T2 yang sebenarnya. Kehilangan signal yang diakibatkan oleh medan
magnetic lokal yang tidak homogen tersebut, menutupi nilai T2 yang
sebenarnya.6
Gambar 2.6
9
2.8 Pembobotan Pada MRI
10
semakin lama semakin menguat (recovery) dengan waktu recovery yang konstan
dan berupa proses eksponensial.
Pada saat pulsa RF dihentikan (off), akan terjadi proses dimana Net Magnetisasi
Vektor kehilangan energi yang dikenal dengan relaksasi. Ada dua fenomena yang
terjadi pada saat terjadinya relaksasi yaitu jumlah magnetisasi pada bidang
longitudinal secara perlahan semakin meningkat yang dikenal dengan peristiwa
recovery dan pada saat yang sama jumlah magnetisasi pada bidang transversal
akan meluruh yang dikenal dengan decay
Sebagai contoh adalah lemak dan cairan cerebro spinal. Lemak memiliki
waktu relaksasi T1 yang pendek sekitar 180 ms sedangkan untuk cairan
cerebrospinal memiliki waktu relaksasi T1 yang panjang berkisar 2000 ms.
Sehingga untuk mencapai waktu relaksasi T1 (63%), lemak akan lebih cepat
dibanding dengan cairan cerebrospinal. Dengan demikian untuk pembobotan T1,
jaringan dengan waktu relaksasi T1 pendek (lemak) akan tampak terang dan
jaringan dengan waktu relaksasi T1 panjang (cairan cerebrospinal) akan tampak
gelap.
11
Relaksasi T1 adalah konstanta waktu. T1 didefinisikan sebagai waktu yang
diperlukan Mz (magnetisasi longitudinal) untuk mencapai 63% dari magnetisasi
awal.8
Tissue T1 (msec)
Muscle 870
Liver 490
Kidney 650
Grey Matter 920
White Matter 790
Lung 830
CSF 2.400
12
Gambar 2.9 MRI T1
BAB III
KESIMPULAN
13
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen.
Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan
tergantung pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat
gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi
tubuh pasien.
Komponen utama pada perangkat MRI adalah: magnet utama, koil
gradient X, Y, dan Z, koil pemancar dan penerima radiofrekuensi, serta sistem
akuisisi data dalam komputer. Parameter pada magnetic resonance imaging
adalah variabel yang dapat mengakibatkan terjadinya pembedaan kontras. Dan
khususnya dalam bidang kesehatan untuk mendiagnosa suatu kelainan pada
jaringan tubuh manusia. Parameter dalam MRI dapat dibagi menjadi dua, yaitu
waktu pengulangan atau time repetition (TR) dan waktu gaung atau time encho
(TE). Pembobotan pada MRI merupakan suatu pencitraan dengan menggunakan
beberapa parameter yang berhubungan dengan jaringan tubuh yang akan di
diagnosa, dipengaruhi oleh nilai TR dan TE.
Proses relaksasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu relaksasi spin-kisi
(relaksasi longitudinal) dan relaksasi spin-spin (relaksasi transversal) yang
ditandai masing-masing dengan waktu relaksasi T1 dan T2.
DAFTAR PUSTAKA
14
2. Bushberg, J.T. 2002. The Essential Physic Of Medical Imaging. California
: University of California
3. Brown MA, Semelka RC. MRI: Basic Principles and Applications Third
Edition. Hoboken, New Jersey, USA: John Wiley and Sons, Inc; 2003.
4. Schild HH. MRI: Made Easy. Berlin, Germany: Schering AG; 1990.
5. Blink EJ. MRI: Physics. http://mriphysics.net/bin/mri-physics-en-
rev1.3.pdf. Diakses pada tanggal 3 Juni 2018
6. Westbrook, Catherine, Carolyne Kaut, and John Talbot. 2011. MRI in
Practice, Fourth Edition.United Kingdom: Blackwell Science Ltd.
7. Alam DY. Rauf N. Samad BA. Perbandingan Parameter Waktu Relaksasi
Transversal Propeller dan Waktu Relaksasi Transversal Flair pada Citra
MRI. Universitas Hasanudin
8. Brown, M.A. dan Semelka, R. C. MRI Basic Principles and Application,
Fourth Edition.New Jersey: Wiley-Blackwell. 2010
15