Anda di halaman 1dari 17

PEGANGAN PELATIH

ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI

MODUL V.1
BENDA ASING ESOFAGUS

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

DAFTAR ISI

A. WAKTU........................................................................................................... 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 2
C. METODA PEMBELAJARAN ........................................................................ 2
D. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 3
E. KOMPETENSI ................................................................................................ 3
F. REFERENSI .................................................................................................... 4
G. GAMBARAN UMUM .................................................................................... 4
H. CONTOH KASUS .......................................................................................... 5
I. EVALUASI DAN INSTRUMEN PENILAIAN ............................................. 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .............................6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR .................... 11
L. MATERI PRESENTASI ............................................................................... 14

1
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

A. WAKTU

Proses Pengembangkan Kompetensi Alokasi Waktu


Sesi di dalam kelas 18 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum 18 12 X 60 menit (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian kompetensi 18 jam (facilitation and assessment)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana benda asing esofagus seperti yang telah disebutkan diatas,
yaitu:
1. Mengenali gejala dan tanda benda asing esofagus
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus benda asing
esofagus
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi benda
asing esofagus
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah
rutin, X-foto servikal, toraks, CT Scan dan flouroskopi.
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi medikamentosa yang tepat
serta melakukan tindakan esofagoskopi
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan esofagus darurat
apabila ditemukan obstruksi nafas akibat benda asing esofagus.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain
(disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasibenda asing esofagus yang
tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya torakotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya

C. METODA PEMBELAJARAN

1. Presentasi Modul
2. Kuliah
3. MiniLecture
4. Referat/Tinjuan Pustaka
5. Jurnal Reading
6. Skills Lab
7. Wet Lab
8. Poliklinik
9. Bed Side Teaching (BST)
2
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

10. Tindakan/Operasi
11. Laporan kasus
12. Morning case report

D. PERSIAPAN SESI

1. Materi benda asing esofagus meliputi :


a. Slide 1: Pendahuluan
b. Slide 2: Anatomi Esofagus
c. Slide 3: Area penyempitan Esofagus
d. Slide 4: Fisiologi menelan
e. Slide 5: Benda asing esofagus
f. Slide 6: Diagnosis
g. Slide 7: Penatalaksanaan
h. Slide 8: Komplikasi
i. Slide 9: penanganan post operasi

2. Kasus : Kelainan kongenital laring


Seorang laki laki, 64 tahun datang ke IGD THT-KL dengan
keluhan:tertelan gigi palsu 5 jam sebelum masuk rumah sakit, tidak ada
sesak maupun batuk. Saat ini rasa mengganjal di leher dan sulit menelan
makanan padat.

3. Sarana dan Alat Bantu Latih :


a. Model anatomi laring, video
b. Penuntun belajar (learning guide) terlampir
c. Tempat belajar (training setting): bangsal THT-KL, Poliklinik
THT-KL, IGD THT-KL, kamar operasi.

E. KOMPETENSI

1. Kompetensi Umum
a. Mampu membuat diagnosis bends asing esophagus berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan ( Laringoskopi Direk/ Fiber-Optic Laringoscopy (FOL)/
foto polos leher AP dan lateral)
b. Mampu melakukan tatalaksana serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi bila diperlukan.

2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. menjelaskan patogenesis obstruksi benda asing esofagus
3
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

2. menjelaskan gambaran klinis obstruksi benda asing esofagus


3. menjelaskan jenis benda asing esofagus
4. melakukan ekstraksi benda asing di esofagus

F. REFERENSI

1. Gregory N, Melanie W, Catherine J. Esophalogy. Ballenger’s


Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery.17th ed. 975-982. BC
Decker-London. 2009
2. Wang YA, Peura DA: Foreign Bodies. Joel E. Richter, Donald O.
Castell ed. The Esofagus. 5th ed. 689-706.Wiley-Blackwell. 2012
3. American Society for Gastrointestinal Endoscopic Guideline for the
Management of Ingested Foreign Bodies. Volume 73, No 6.:2011
4. Friedman EM, Yunker WK. Ingestion injuries and foreign bodies in the
aerodigestive tract. In: Byron I.Bailey. Head and Neck Surgery
Otolaryngology. 5nd ed. Lippincot-Raven. 2015. P 1399
5. Kavitt RT, Vaezi MF. Disease of the esophagus. In: Flint PW, Haughoy
BH, Lund VJ, et al. Cummings otolaryngology Head and Neck Surgery.
6th ed. 2015. Elsevier Saunders. Philadelphia. P 993
6. Yao chien chin, Wu I-Ting, et all, Endoscopic Management of Foreign
Bodeis in the Upper Gastrointestinal Tract of Adult, Hindawi
Publishing Corporation Biomed Research International Volume 2015,
July 2015
7. Wang Changxiong, Cheng Ping, Removal of impacted esophageal
foreign bodies with a dual channel endoscope : 19 cases, Experimental
and Therapeutic Medicine 6: 233-235, 2013, April 2013
8. Erbil Bulent, Karaca Mehmet Ali, et all, Emergency admissions due to
swallowed foreign bodies in adult, World Journal of Gastroenterology,
6447-6452, Oktober 2013
9. Hong Kyong Hee, Kim Yoon Jae, et all, Risk Factors for complications
associated with upper gastrointestinal foreign bodies, World Journal of
Gastroenterology, 8125-8131, July 2015
10. Sugawa Choichi, Ono Hiromi et all, Endoscopic management of foreign
bodies in the upper gastrointestinal tract: A review World Journal of
Gastroenterology, 475-481, Oktober 2014

G. GAMBARAN UMUM

Mempelajari struktur penting dan fungsi esofagus, konsep dasar dan


terminologi anatomi, fisiologi, farmakologi, radiologi, dan pembedahan yang
berhubungan dengan benda asing.

4
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

H. CONTOH KASUS

Seorang laki2 berumur 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan: sulit


menelan. Keluhan sejak 4 jam yang lalu, tidak disertai sesak nafas. Dari
anamnesis ditemukan keluhan muntah bila menelan makanan atau minuman
dan diketahui penderita menggunakan gigi palsu. Pada pemeriksaan foto
jaringan lunak leher posisi AP dan Lateral didapatkan gambaran radio opak
pada lumen esofagus setinggi vertebra servical IV-VI.

Diskusi : (yang harus dikuasai)


 Faktor resiko esofagoskopi pada usia lanjut
 Tahapan ekstraksi benda asing melalui esofagoskopi

I. EVALUASI DAN INSTRUMEN PENILAIAN

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
5
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

dibicarakan di depan pasien dan memberi masukan untuk memperbaiki


kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik mengevaluasi melalui:
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation check list form
(terlampir)
- Penjelasan lisan dari dari peserta didik / diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai
7. Pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian akhir setelah penyelesaian modul meliputi (K, P, A )
- Log-Book
- Ujian Tulis Kolegium THT-KL
- Ujian Lisan OSCE Kolegium THT-KL

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

1. Kuesioner Sebelum Pembelajaran


1. Dimanakah daerah esofagus yang paling mudah trauma pada waktu
melakukan esofagoskopi ?
a. Krikofaring
b. Persilangan aorta
c. Persilangan bronkus
d. Penekanan jantung
e. Melewati hiatus diafragmatikus
Jawaban: A
2. Seorang anak usia 3 tahun. Datang ke instalasi rawat darurat dengan
anamnesis tertelan uang logam 2 jam yang lalu. Saat ini mengeluh
makan minum muntah dan terasa menggannjal di tenggorok.
Bagaimana penatalaksanaan yang perlu dilakukan segera ?
a. Palpasi didaerah tiroid
b. Foto servika - torakal
c. Foto esofagogram
d. Heimlich maneuver
e. Esofagoskopi
Jawaban: B
3. Pernyataan manakah yang paling benar tentang esofagus ?
a. Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan otot
b. Laisan luar otot esofagus merupakan otot sirkular
c. Dipersyarafi oleh syaraf simpatis dan parasimpatis
6
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

d. Sebagian besar mukosa dilapisi epitel silindris


e. Dinding esofagus tahan terhadap trauma dan mudah regenerasi
Jawaban: C
4. Pada kasus benda asing yang gagal dikeluarkan pada saat pertama kali,
kapan sebaiknya rencana esofagoskopi berikutnya dilakukan ?
a. Dalam waktu 1x24 jam
b. Menunggu kondisi pasien membaik
c. Pada 6 jam berikutnya
d. Setelah 2x24 jam
e. Setelah pemeriksaan foto polos servikotorakal ulang
Jawaban: D
5. Lokasi tersering tersangkutnya benda asing ingestan pada esofagus
adalah :
a. Pada persilangan esofagus dengan bronkus utama kiri
b. Pada persilangan esofagus dengan aorta
c. Pada penyempitan diafragma
d. Pada esofagus bagian servikal di bawah konstriksi krikofaringeal
e. Pada daerah gastroesofageal junction
Jawaban: D

2. Kuesioner Tengah Pembelajaran


1. Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ayahnya ke dokter dengan
riwayat ayahnya ke dokter dengan riwayat tertelan uang logam 1000
rupiah 3 hari yang lalu. Anak masih bisa makan minum seperti biasa.
Anak tidak tampak sakit, keadaan umum baik. Pemeriksaan apakah
yang perlu dilakukan untuk memastikan adanya benda asing ?
a. Laringoskopi indirek
b. Laringoskopi direk
c. Foto polos servikotorakal
d. Foto polos abdomen
e. Foto barium esofagus
Jawaban: C
2. Seorang perempuan usia 70 tahun datang ke IGD dengan keluhan terasa
mengganjal di tenggorok sejak bangun tidur tadi pagi. Diketahui pasien
menggunakan gigi palsu dan tidak melepasnya saat tidur. Pasien tidak
dapat menelan, setiap mencoba makan dan minum selalu muntah.
Keadaan umum pasien baik, tanda vital dalam batas normal. Tindakan
apakah yang perlu segera dilakukan ?
a. Laringoskopi direk
b. Laringoskopi indirek
c. Bronkoskopi
d. Esofagoskopi
e. Pemasangan nasogastric tube
Jawaban: D
7
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

3. Seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke IGD dengan riwayat tertelan


daging bakso sejak 2 jam yang lalu, penderita tidak dapat menelan dan
selalu muntah bila mencoba makan dan minum. Tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan foto polos servikolateral tidak terlihat
adanya benda asing. Tindakan apa yang sebaiknya dilakukan berikutnya
?
a. Foto barium esofagus
b. Laringoskopi direk
c. Foto polos abdomen
d. Esofagoskopi
e. Observasi 1x24 jam
Jawaban: D
4. Seorang perempuan usia 72 tahun dengan riwayat tertelan tulang ayam
sejak 1 hari yang lalu, penderita kemudian dilakukan tindakan
esofagoskopi dan tulang ayam berhasil diekstraksi. Setelah tindakan
esofagoskopi penderita mengeluh demam, nyeri pada dada dan
kesulitan menelan. Tindakan apa yang akan anda lakukan ?
a. Foto barium esofagus
b. Esofagoskopi ulang
c. Foto polos torakoservikal dan dada
d. Pemberian antibiotik dan analgetik
e. Segera konsul ke bagian bedah thoraks
Jawaban: C
5. Seorang laki-laki usia 50 tahun dilakukan tindakan esofagoskopi setelah
tertelan gigi palsu dan gigi palsu berhasil dikeluarkan. Pada saat
tindakan esofagoskopi, ekstraksi sangat sulit dilakukan dan timbul
laserasi sampai ke lapisan otot. Tindakan selanjutnya apa yang anda
lakukan ?
a. Foto polos dada
b. Pemeriksaan CT Scan esofagus segera
c. Rencana esofagoskopi ulang
d. Foto barium esofagus
e. Pemantauan tanda klinis dan pemasangan NGT
Jawaban: E

3. Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif


1. Seorang laki-laki usia 75 tahun dibawa ke IGD dengan riwayat kemarin
pagi sewaktu makan bakso tertelan sesuatu sehingga setelah itu tidak
dapat menelan sama sekali. Setiap mencoba menelan makanan maupun
minum selalu muntah. Pada pemeriksaan pasien tampak terbaring
lemah, mata cekung, napas teratur lemah, tidak sesak. Tekanan darah
100/70, nadi 72 x/menit teratur dan lemah. Turgor kulit turun. Tindakan
apakah yang perlu segera dilakukan ?
a. Esofagoskopi
8
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

b. Foto polos barium esofagus


c. Foto polos torak
d. Rehidrasi
e. Pemeriksaan elektrolit darah
Jawaban: D

SOAL OSCE

Seorang wanita usia64 tahun datang ke IGD rumah sakit Surabaya diantar
oleh petugas RS Kabupaten Sampang dengan keluhan menelan gigi palsu
sejak 8 jam yang lalu. Orang tersebut merasa gigi palsunya lepas saat sedang
makan malam.Saat kejadian tersebut tidak ada keluhan batuk bertubi-tubi
maupun sesak.Sesaat kemudian terasa nyeri di leher saat minum air tanpa
disertai muntah.

Orang tersebut menggunakan gigi palsu sejak 10 tahun yang lalu di tukang
gigi dan tidak pernah memeriksakan lagi. Seingat orang itu, ada kawat
melengkung di salah satu sisi akrilik gigi palsunya.Tidak ada keluhan nyeri
dada maupun sesak. Orang tersebut baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini.Beberapa minggu terakhir, gigi palsunya dirasa sedikit kendor.

Pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran kompos mentis, tidak ada sesak,


tidak sianosis.Berat badan 60 kg. Tekanan darah 100/70 mmHg, napas
24x/menit, dan suhu 37,4C.

PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada orang tersebut?
Jelaskan secara singkat
2. Pemeriksaan apa selanjutnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis?
3. Dibuat x-foto (terlampir). Bagaimana bacaan foto tersebut?
4. Bagaimana tindakan selanjutnya? Ceritakan bagaimana tahapannya!
5. Penderita menggambarkan bentuk gigi palsunya (terlampir). Pikirkan
bagaimana cara ekstraksi benda asing tersebut.
6. Durante operasi tampak kawat dengan ujung menancap mukosa
hipofaring kanan. Kemudian dilakukan ekstraksi dengan mengait
kawat yang berada di hipofaring dan benda asing terangkat semua
(terlampir). Jelaskan apa tindakan saudara setelah benda asing
terangkat?

PENILAIAN

Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai


Maks Peserta
9
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

Pertanyaan 1 Benda asing esophagus 20


Dugaan (penjelasan)
penyakit
Pertanyaan 2 X-foto servikal AP dan lateral 20
Pemeriksaan
penunjang
Pertanyaan 3 Benda asing berdensitas logam 10
Bacaan foto berbentuk kawat setinggi
vertebra servikal 4 sampai 7
Pertanyaan 4 Ekstraksi benda asing dengan 20
Tindakan esofagoskopi (prosedur)
Pertanyaan 5 Kawat di luar akrilik yang 20
Teknik menancap mukosa dilepas
ekstraksi terlebih dahulu, kemudian
diekstraksi
Pertanyaan 6 Dilakukan esofagoskopi 10
Eksplorasi eksplorasi (alasan)

10
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit
perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu
kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

NAMA PESERTA: ................................. TANGGAL: .................................

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice&Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
 Laboratorium
 Pemeriksaan penunjang
II. PERSIAPAN PROSEDUR
I. Pastikan kelengkapan peralatan esofagoskopi telah
tersedia dan lengkap, yaitu:
1. Esofagoskop berbagai ukuran
2. Teleskop 0
3. Forsep ekstraksi sesuai dengan jenis benda asing
4. Kanul suction
5. Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
6. Camera system, monitor dan lumina jika tersedia
II. Persiapan Pasien
1. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum
esofagoskopi
2. Anestesi umum
3. Penderita berbaring terlentang dengan posisi
11
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

KEGIATAN KASUS
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi
sehingga leher fleksi dan kepala ekstensi
maksimal
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala
III. TAHAPAN PROSEDUR TINDAKAN
1. Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di
bagian proksimal dan tangan kiri di bagian distal
seperti memegang pensil
2. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir
atas dan mengait gigi insisivus
3. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang
bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi
4. Tangan kanan memegang bagian proksimal
esofagoskop dengan menjepit di antara jari telunjuk
dan jari tengah
5. Esofagoskop didorong perlahan dengan
menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi
bawah esofagoskop dan tangan kanan berfungsi
untuk mengarahkan esofagoskop dengan
memegangnya seperti memegang pensil pada leher
pegangan
6. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam
mulut pada garis tengah lidah
7. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
8. Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior
faring sampai terlihat adanya aritenoid kanan dan kiri
9. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid. Suatu
gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan pada
ujung esofagoskop sehingga tampak lumen introitus
esofagus
10. Skope didorong memasuki lumen esofagus dengan
hati-hati dengan menggerakan ibu jari tangan kiri
secara perlahan. Dilakukan evaluasi introitus kearah
atas, bawah, kanan dan kiri
11. Selanjutnya esofagoskop didorong menyusuri lumen
esofagus dengan gerakan ibu jari tangan kiri
12. Melalui esofagus segmen torakal. Kepala penderita
harus diturunkan sampai mendatar untuk
menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen tetap
tampak.Bila posisi penderita benar maka esofagoskop
biasanya akan menyusup masuk dengan mudah. Pada
12
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

KEGIATAN KASUS
waktu esofagoskop mencapai penyempitan aorta dan
bronkus kiri, lumen akan menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala
penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan
kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga agar
sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian
bawah esofagus. Operator mengarahkan esofagoskop
ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus
dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10
dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus
diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Selama melakukan tahapan tersebut, dilakukan
identifikasi dan posisi benda asing, dilakukan
evakuasi menggunakan forcep yang sesuai
16. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan
17. Untuk evaluasi (adanya sisa benda asing, laserasi
mukosa, perdarahan, perforasi dan kemungkinan
adanya kelainan esofagus yang lain) dilakukan
esofagoskopi ulangan sampai sfingter esofagus
bawah
IV. PASCA TINDAKAN
1. Observasi tanda perdarahan akibat laserasi atau
adanya perforasi
2. Bila terdapat laserasi dalam sampai lapisan
muskularis atau perforasi, maka dilakukan
penanganan konservatif berupa pemasangan NGT
dalam 3 jam pertama dan dipertahankan selama 10
hari dengan pemantauan klinis yang ketat, CT scan
dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan

13
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

L. MATERI PRESENTASI

Slide 1: Pendahuluan
PENDAHULUAN

Benda asing esofagus : terhentinya benda / makanan dalam esofagus dan


tidak masuk ke gaster

Kekerapan:
 Banyak kasus tertelan pada anak yang tidak diketahui orang tua
 80% dapat melewati GIT tanpa masalah

Jenis benda asing:


 Makanan : tulang, daging, kikil
 Bukan makanan: uang logam, gigi palsu, baterai kancing

Slide 2: Anatomi Esofagus


ANATOMI ESOFAGUS

Esofagus: menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga


mulut dan faring ke gaster

 1/3 atas: otot bergaris / serat lintang


Batas atas: sfingter esofagus atas
 2/3 bawah: otot polos  otot sirkular dan longitudinal
Batas bawah: sfingter esofagus bawah

Slide 3: Area penyempitan Esofagus


AREA PENYEMPITAN ESOFAGUS

Anatomis
 Muskulus krikofaring (C6)  paling sempit
 Pintu masuk toraks (T1)
 Arkus aorta (T4)
 Bifurkasio aorta (T6)
 Hiatal (pertemuan gastroesofageal)

Fisiologis
 1-2 cm di bawah krikofaring  just below

14
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

Slide 4: Fisiologi menelan


FISIOLOGI MENELAN

Proses menelan:
 Fase oral: volunter
 Fase orofaring: involunter
 Fase eosfagus: involunter

Slide 5: Benda asing esofagus


BENDA ASING ESOFAGUS

Apabila lama:
 Menimbulkan pressure necrosis
 Menyebabkan lesi / nekrosis
 Granulasi

Apabila tajam:
 Menimbulkan perforasi
 Menimbulkan mediastinitis

Slide 6: Diagnosis

DIAGNOSIS

Gejala klinis tergantung:


 Ukuran / bentuk / lokasi benda asing
 Ada / tidaknya komplikasi
Anamnesis:
 Riwayat tertelan sesuatu
 Rasa mengganjal pada tenggorok
 Kadang-kadang sakit / sulit menelan
 Muntah bila makan / minum
Pemeriksaan:
 Tes minum: obstruksi total : muntah
obstruksi sebagian : minum sedikit
 Hipersalivasi
Penunjang: radio-opak
 Anak: soft tissue leher-toraks-abdomen
 Dewasa: soft tissue leher PA/lateral
15
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus

Slide 7: Tatalaksana
PENATALAKSANAAN

Esofagoskopi ekstraksi

Bila gagal : esofagotomi (external approach)

BA uang logam: bukan kasus gawat darurat, tapi harus diekstraksi dalam waktu
24 jam dengan persiapan optimal

Perlu eosfagoskopi segera:


 Telah terjadi komplikasi
 Benda asing tajam
 Benda asing baterai (< 4 jam)

Slide 8: Komplikasi
KOMPLIKASI

 Dehidrasi
 Lesi esofagus
 Perforasi esofagus  mediastinitis
 Aspirasi

Slide 9: penanganan post operasi


PENANGANAN POST OPERASI

Bila ada laserasi: konservatif, pasang NGT selama 10 hari dan evaluasi

Penanganan bedah:
1. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan secara endoskopik
2. Adanya tanda perforasi esofagus, sehingga membutuhkan penanganan
bedah untuk penutupan perforasi

16

Anda mungkin juga menyukai