ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI
MODUL V.1
BENDA ASING ESOFAGUS
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
DAFTAR ISI
A. WAKTU........................................................................................................... 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ......................................................................... 2
C. METODA PEMBELAJARAN ........................................................................ 2
D. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 3
E. KOMPETENSI ................................................................................................ 3
F. REFERENSI .................................................................................................... 4
G. GAMBARAN UMUM .................................................................................... 4
H. CONTOH KASUS .......................................................................................... 5
I. EVALUASI DAN INSTRUMEN PENILAIAN ............................................. 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .............................6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR .................... 11
L. MATERI PRESENTASI ............................................................................... 14
1
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
A. WAKTU
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana benda asing esofagus seperti yang telah disebutkan diatas,
yaitu:
1. Mengenali gejala dan tanda benda asing esofagus
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus benda asing
esofagus
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi benda
asing esofagus
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah
rutin, X-foto servikal, toraks, CT Scan dan flouroskopi.
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi medikamentosa yang tepat
serta melakukan tindakan esofagoskopi
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan esofagus darurat
apabila ditemukan obstruksi nafas akibat benda asing esofagus.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain
(disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasibenda asing esofagus yang
tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya torakotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya
C. METODA PEMBELAJARAN
1. Presentasi Modul
2. Kuliah
3. MiniLecture
4. Referat/Tinjuan Pustaka
5. Jurnal Reading
6. Skills Lab
7. Wet Lab
8. Poliklinik
9. Bed Side Teaching (BST)
2
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
10. Tindakan/Operasi
11. Laporan kasus
12. Morning case report
D. PERSIAPAN SESI
E. KOMPETENSI
1. Kompetensi Umum
a. Mampu membuat diagnosis bends asing esophagus berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan ( Laringoskopi Direk/ Fiber-Optic Laringoscopy (FOL)/
foto polos leher AP dan lateral)
b. Mampu melakukan tatalaksana serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi bila diperlukan.
2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. menjelaskan patogenesis obstruksi benda asing esofagus
3
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
F. REFERENSI
G. GAMBARAN UMUM
4
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
H. CONTOH KASUS
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
5
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
SOAL OSCE
Seorang wanita usia64 tahun datang ke IGD rumah sakit Surabaya diantar
oleh petugas RS Kabupaten Sampang dengan keluhan menelan gigi palsu
sejak 8 jam yang lalu. Orang tersebut merasa gigi palsunya lepas saat sedang
makan malam.Saat kejadian tersebut tidak ada keluhan batuk bertubi-tubi
maupun sesak.Sesaat kemudian terasa nyeri di leher saat minum air tanpa
disertai muntah.
Orang tersebut menggunakan gigi palsu sejak 10 tahun yang lalu di tukang
gigi dan tidak pernah memeriksakan lagi. Seingat orang itu, ada kawat
melengkung di salah satu sisi akrilik gigi palsunya.Tidak ada keluhan nyeri
dada maupun sesak. Orang tersebut baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini.Beberapa minggu terakhir, gigi palsunya dirasa sedikit kendor.
PERTANYAAN
1. Menurut perkiraan saudara, apa yang terjadi pada orang tersebut?
Jelaskan secara singkat
2. Pemeriksaan apa selanjutnya yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis?
3. Dibuat x-foto (terlampir). Bagaimana bacaan foto tersebut?
4. Bagaimana tindakan selanjutnya? Ceritakan bagaimana tahapannya!
5. Penderita menggambarkan bentuk gigi palsunya (terlampir). Pikirkan
bagaimana cara ekstraksi benda asing tersebut.
6. Durante operasi tampak kawat dengan ujung menancap mukosa
hipofaring kanan. Kemudian dilakukan ekstraksi dengan mengait
kawat yang berada di hipofaring dan benda asing terangkat semua
(terlampir). Jelaskan apa tindakan saudara setelah benda asing
terangkat?
PENILAIAN
10
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU
KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
Nama
Diagnosis
Informed Choice&Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
II. PERSIAPAN PROSEDUR
I. Pastikan kelengkapan peralatan esofagoskopi telah
tersedia dan lengkap, yaitu:
1. Esofagoskop berbagai ukuran
2. Teleskop 0
3. Forsep ekstraksi sesuai dengan jenis benda asing
4. Kanul suction
5. Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
6. Camera system, monitor dan lumina jika tersedia
II. Persiapan Pasien
1. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum
esofagoskopi
2. Anestesi umum
3. Penderita berbaring terlentang dengan posisi
11
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
KEGIATAN KASUS
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi
sehingga leher fleksi dan kepala ekstensi
maksimal
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala
III. TAHAPAN PROSEDUR TINDAKAN
1. Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di
bagian proksimal dan tangan kiri di bagian distal
seperti memegang pensil
2. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir
atas dan mengait gigi insisivus
3. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang
bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi
4. Tangan kanan memegang bagian proksimal
esofagoskop dengan menjepit di antara jari telunjuk
dan jari tengah
5. Esofagoskop didorong perlahan dengan
menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi
bawah esofagoskop dan tangan kanan berfungsi
untuk mengarahkan esofagoskop dengan
memegangnya seperti memegang pensil pada leher
pegangan
6. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam
mulut pada garis tengah lidah
7. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
8. Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior
faring sampai terlihat adanya aritenoid kanan dan kiri
9. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid. Suatu
gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan pada
ujung esofagoskop sehingga tampak lumen introitus
esofagus
10. Skope didorong memasuki lumen esofagus dengan
hati-hati dengan menggerakan ibu jari tangan kiri
secara perlahan. Dilakukan evaluasi introitus kearah
atas, bawah, kanan dan kiri
11. Selanjutnya esofagoskop didorong menyusuri lumen
esofagus dengan gerakan ibu jari tangan kiri
12. Melalui esofagus segmen torakal. Kepala penderita
harus diturunkan sampai mendatar untuk
menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen tetap
tampak.Bila posisi penderita benar maka esofagoskop
biasanya akan menyusup masuk dengan mudah. Pada
12
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
KEGIATAN KASUS
waktu esofagoskop mencapai penyempitan aorta dan
bronkus kiri, lumen akan menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala
penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan
kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga agar
sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian
bawah esofagus. Operator mengarahkan esofagoskop
ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus
dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10
dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus
diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Selama melakukan tahapan tersebut, dilakukan
identifikasi dan posisi benda asing, dilakukan
evakuasi menggunakan forcep yang sesuai
16. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan
17. Untuk evaluasi (adanya sisa benda asing, laserasi
mukosa, perdarahan, perforasi dan kemungkinan
adanya kelainan esofagus yang lain) dilakukan
esofagoskopi ulangan sampai sfingter esofagus
bawah
IV. PASCA TINDAKAN
1. Observasi tanda perdarahan akibat laserasi atau
adanya perforasi
2. Bila terdapat laserasi dalam sampai lapisan
muskularis atau perforasi, maka dilakukan
penanganan konservatif berupa pemasangan NGT
dalam 3 jam pertama dan dipertahankan selama 10
hari dengan pemantauan klinis yang ketat, CT scan
dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan
13
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
L. MATERI PRESENTASI
Slide 1: Pendahuluan
PENDAHULUAN
Kekerapan:
Banyak kasus tertelan pada anak yang tidak diketahui orang tua
80% dapat melewati GIT tanpa masalah
Anatomis
Muskulus krikofaring (C6) paling sempit
Pintu masuk toraks (T1)
Arkus aorta (T4)
Bifurkasio aorta (T6)
Hiatal (pertemuan gastroesofageal)
Fisiologis
1-2 cm di bawah krikofaring just below
14
Modul V.1 – Benda Asing Esofagus
Proses menelan:
Fase oral: volunter
Fase orofaring: involunter
Fase eosfagus: involunter
Apabila lama:
Menimbulkan pressure necrosis
Menyebabkan lesi / nekrosis
Granulasi
Apabila tajam:
Menimbulkan perforasi
Menimbulkan mediastinitis
Slide 6: Diagnosis
DIAGNOSIS
Slide 7: Tatalaksana
PENATALAKSANAAN
Esofagoskopi ekstraksi
BA uang logam: bukan kasus gawat darurat, tapi harus diekstraksi dalam waktu
24 jam dengan persiapan optimal
Slide 8: Komplikasi
KOMPLIKASI
Dehidrasi
Lesi esofagus
Perforasi esofagus mediastinitis
Aspirasi
Bila ada laserasi: konservatif, pasang NGT selama 10 hari dan evaluasi
Penanganan bedah:
1. Bila benda asing tidak dapat dikeluarkan secara endoskopik
2. Adanya tanda perforasi esofagus, sehingga membutuhkan penanganan
bedah untuk penutupan perforasi
16