Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang.
Perkembangan ini tentunya diharapkan dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih
maju baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Sesuai dengan
perkembangan teknologi yang sudah sampai pada revolusi industri 4.0 atau generasi
keempat tentunya perkembangan teknologi ini mengharuskan Indonesia untuk terus
berkembang baik dalam bidang pendidikan maupun teknologi agar dapat menuju
kearah yang lebih maju. Jika dikaitkan dengan pendidikan, kemajuan teknologi
memungkinkan proses belajar menjadi lebih mudah. Menurut Sanjaya (2012:62),
dewasa ini ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat siswa
bisa belajar dimana saja, kapan saja, dan apa saja sesuai dengan minat dan gaya
belajar. Proses tersebut membutuhkan kerja sama dalam melangsungkan suatu
pembelajaran yang efektif. Jamil (2014:76), pembelajaran yang efektif akan
mendorong kearah perubahan, pengembangan serta meningkatkan hasrat untuk
belajar. Kurangnya keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung membuat kelas
kurang menyenangkan dan bahkan membosankan. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki pemahaman yang memadai tentang siswa yang menjadi sasaran tugasnya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi maka kegiatan pembelajaran pun
mengalami perubahan, dari yang semula berbentuk Teacher Center Learning menjadi
Student Center Learning dimana peserta didik dijadikan pusat dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan sistem ini mengarah kepada, peserta didik dituntut untuk lebih
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Peserta didik harus lebih banyak
berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran dan bukan hanya berperan sebagai
penonton saat guru menjelaskan. Melalui perkembangan teknologi saat ini maka
peserta didik bisa memanfaatkannya dengan mencari dan mengeksplorasi materi
pelajaran yang didapat dan tidak bergantung hanya pada satu sumber saja yaitu guru
sendiri. Perubahan bentuk kegiatan belajar ini juga membawa dampak perubahan
pada munculnya metode-metode pembelajaran yang baru. Melalui metode
pembelajaran, pendidik dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan kreativitas. Metode pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran

1
2

tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu


dan bukan tujuan pembelajaran yang lain (Nur, M. 2011:10). Salah satu bentuk
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran Student
Center Learning adalah model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran Kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa dalam anggota kelompoknya
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran
(Isjoni 2009:12). Melalui model pembelajaran kooperatif siswa yang berbeda
kemampuan akan bekerjasama dalam menyelesiakan tugas akademik yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan mampu
memahami materi ajar yang dirasa sulit. Model pembelajaran kooperatif juga bisa
menumbuhkan sikap demokratis dan melatih kemampuan memecahkan masalah
secara bersama. Melalui model pembelajaran kooperatif inilah maka seorang guru.
Model pembelajaran Kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa dalam anggota kelompoknya
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran
(Isjoni 2009:12). Melalui model pembelajaran kooperatif siswa yang berbeda
kemampuan akan bekerjasama dalam menyelesiakan tugas akademik yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa yang berkemampuan rendah akan mampu
memahami materi ajar yang dirasa sulit. Model pembelajaran kooperatif juga bisa
menumbuhkan sikap demokratis dan melatih kemampuan memecahkan masalah
secara bersama. Melalui model pembelajaran kooperatif inilah maka seorang guru.
dituntut untuk dapat berupaya menerapkan model pembelajaran koooperatif
ini di dalam kegiatan belajar agar dapat mencapai suatu tujuan proses
pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara singkat dengan guru bidang studi
Pemrograman Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Kupang, Bapak Solo Boto
Yuven S. Pd yang dilaksanakan pada tanggal 18 September 2019 bahwa, masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran
3

khususnya pelajaran Pemrogramanr. Hal ini disebabkan pada saat pembelajaran di


kelas siswa kurang aktif, kurang kreatif dan enggan untuk bertanya walaupun ada
yang mereka tidak mengerti. Sering juga siswa ditemui lebih senang bertanya
kepada temannya dari pada kepada gurunya karena siswa merasa enggan atau
malu. Sedangkan untuk Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal belajar (KKM) siswa
untuk mata pelajaran Pemrograman adalah ≥75 dan sesuai hasil wawancara
singkat dengan guru bidang studi dan juga pengamatan selama masa observasi
pada mata pelajaran Pemrograman didapati bahwa siswa lebih cenderung suka
melakukan kegiatan praktik dibandingkan teori. Melalui tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa baik itu teori maupun praktik didapatkan hasil untuk tugas
teori tentang memahami sistem bilangan sebanyak 30% atau sebanyak 9 siswa
yang tuntas dan 70% atau sebanyak 22 siswa belum tuntas, dari jumlah siswa
seluruhnya yaitu 31 orang pada kelas X TAV1. Hal ini terjadi dikarenakan siswa
kurang memperhatikan saat materi disampaikan oleh guru dan enggan untuk
bertanya tentang hal yang belum diketahui. Siswa biasanya didapati asik sendiri
dengan kegiatannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru. Kondisi kelas
yang membosankan dan tegang terkadang menjadi alasan siswa tidak serius dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Tentunya hal ini merupakan.
masalah besar bagi guru dimana guru harus mampu menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan dan terkesan santai sehingga dapat menarik perhatian siswa
untuk belajar. Oleh sebab itu pembelajaran harus diarahkan agar dapat
membangkitkan kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu cara
yang digunakan adalah dengan belajar secara berkelompok karena melalui
kegiatan kelompok siswa dapat berdiskusi satu sama lain, bertukar informasi,
serta siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai sehingga
terbangun suasana antar siswa dan siswa tidak punya peluang untuk melakukan
kegiatan sendiri diluar dari kegiatan pembelajaran yang semestinya.
Merujuk pada halaman sebelumnya maka perlu adanya pemecahan masalah
dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu cara yang
digunakan dalam pembelajaran ini adalah dengan menggunakan Model
Pembelajaran Make A Match. Menurut Lie (dalam Isjoni, 2012:78) Teknik make a
4

match adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang menggunakan kartu


sebagai media pembelajaran untuk berinteraksi dengan kelompoknya
(pasangannya) agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan teknik make a match yaitu
suatu teknik pembelajaran yang bekerja secara berkelompok dan masing-masing
kelompok harus mencari pasangan kartu make a match yang tepat dengan waktu
yang telah ditentukan sebelumnya

B. Identifikasi Masalah
1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Make A Match tehadap minat
belajar siswa pada pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2
Kupang?
2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Make A Match terhadap prestasi
belajar siswa pada pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2
Kupang
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran TCL terhadap prestasi belajar
siswa pada pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang?
4. Apakah ada pengaruh model pembalajaran TCL terhadap minat belajar siswa
pada pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang?
C. Batasan Masalah
Menurut Sugiyono (2013), pembatasan masalah dilakukan agar masalah
yang akan dibahas tidak meluas dan terfokus pada suatu masalah dan juga agar
tidak menimbulkan kerancuan atau salah pengertian. Berdasarkan identifikasi
masalah yang ada, maka penelitian ini dibatasi dengan membahas, yang pertama
mengenai pengaruh secara teori, yang dimaksud dengan pengaruh adalah
keterkaitan dua masalah atau lebih yang timbul karena adanya sebab akibat, yang
kedua mengenai model pembelajaran di mana model pembelajaran yang sering
dipakai oleh guru adalah model tipe TCL ( teacher center learning ) dimana pusat
pembelajaran befokus pada guru sedangkan kurikulum 2013 guru di haruskan
menggunaka model pembelajaran SCL ( student center learning ) merupakan
5

pembelajaran yang berpusat pada murid dimana murid diharuskan menemukan


maksud dari materi pemebelajaran yang di berikan.
TCL Pengajaran yang berpusat pada guru mencakup strategi-strategi
pengajaran di mana peran guru adalah menghadirkan pengetahuan untuk dipelajari
dan mengarahkan proses pembelajaran siswa dengan cara yang lebih eksplisit.
Make a match merupakan model pemebelajaran jenis kooperatif learning
dimana model ini adalah salah satu cara dari model pembelajaran SCL ( student
center learning ) bertujuan membuat siswa aktif dalam suatau kelompok dalam
memahami pelajaran yang akan disampaikan.
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu hasil dan
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik setelah menerima
pelajarannya dan hasil belajar juga seringkali digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan
D. Rumusan Masalah
1. Pengaruh model pembelajaran TCL terhadap hasil belajar siswa pada
pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang?
2. Pengaruh model pembelajaran Make A Match terhadap hasil belajar siswa
pada pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang ?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini yakni :
1. Dengan menggunakan model pembelajaran TCL diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pemrograman di
kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang
2. Dengan menggunakan model pembelajaran MAKE A MATCH diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang.
6

Anda mungkin juga menyukai