BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. MAKE A MATCH
Hal ini sejalan dengan pendapat Isjoni (2007: 77) menyatakan bahwa
make a match merupakan model pembelajaran mencari pasangan sambil belajar
konsep dalam suasana yang menyenangkan.
suruh mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Keunggulan tekhnik ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lorna Curran dalam
Miftahul Huda, 2011: 113).
Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah untuk
melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap
suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Pengertian Model pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Model pembelajaran merupakan suatu gambaran
tahap-tahap proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Joyce dan Weil
( Rusman, 2014) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk merancang bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran Make a Match
diperkenalkan oleh Lena Curran pada tahun 1994. Pada model ini siswa diminta
untuk mencari pasangan kartu (Zainal Aqib, 2014). Tujuan dari model ini yaitu:
(1) 14 pendalaman materi; (2) penggalian materi; (3) edutainment (Huda, 2014:
251). Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran make a match adalah
kartu-artu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari dari kartu yang berisi
pertanyaanpertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut ( Suprijono, 2012 ). Model pembelajaran make a match ini
cocok digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa saat pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran ini siswa diberikan
kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain. Suasana belajar dikelas juga
dapat diciptakan sebagai suasana permainan, dimana terdapat kompetisi antar
siswa untuk memecahkan masalah yang terkait dengan topik pembelajaran serta
9
adanya penghargaan (reward), yang membuat siswa dapat belajar dalam suasana
yang menyenangkan. Sehingga siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak hanya
pasif mendengarkan guru menerangkan saja tetapi siswa akan lebih aktif karena
terdapat penghargaan (reward) yang akan diberikan oleh guru untuk kriteria siswa
yang telah ditentukan sebelumnya. Model pembelajaran make a match bertujuan
untuk menumbuh kembangkan sikap bertanggung jawab, aling menghormati, dan
juga meningkatkan rasa percaya diri dalam menyelesaikan suatu masalah.
Pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan guru sehingga disini guru hanya sebagai fasilitator dan juga
pengamat. Suasana saat pembelajaran selain menyenangkan juga diusahakan
bersifatdemokratis,dimana siswa diberi kebebasan untuk menyampaikan
pendapatnya ataupun bertanya jika ada yang belum dimengerti. Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam mencari
penyelesian dari masalah dengan ciri khusus yaitu menggunakan kartu soal dan
kartu jawaban.
tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang kurang
memperhatikan. Keempat Harus berhati-hati dan bijaksana saat memberi
hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan. Kelima Guru perlu persiapan
alat yang memadai. Menurut Lie ( 2002 ) Pertama banyak kelompok yang
melapor dan perlu dimonitor. Kedua lebih sedikit ide yang muncul
2. Hasil Belajar
Di bidang pendidikan, hasil belajar merupakan suatu gambaran mengenai
taraf penguasaan kemampuan masing-masing siswa sebagaimana telah ditetapkan
untuk suatu bidang studi tertentu. Dalam rangka menentukan tingkat penguasaan
materi atau bahan ajar, hendaknya dilakukan kegiatan pengukuran dan penilaian
terhadap hasil belajar murid secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hasil
belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku pada diri seseorang akibat tindak belajar yang
mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Hasil belajar
dapat di bagi menjadi dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan proses
perolehan akibat yang dilakukan sebuah perilakunya dibandingkan sebelumnya.
Menurut Sudjana, D (2010:25), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar, aktivitas atau proses
yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional.
Piaget (2010) berpendapat bahwa belajar sifatnya individual. Artinya
proses belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut
Piaget perkembangan individu tersebut melalui empat tahap. Tahap pertama
adalah mengenal lingkungan. Tahap kedua adalah tahap praoperasional, yaitu
anak mulai menggunakan bahasa dan simbol yang paling sederhana. Tahap ketiga
adalah, anak telah mampu mengembangkan kemampuannya secara logis dan
sistematis pada tahap yang paling awal berdasarkan respon yang ada pada
lingkungan. Ia sudah mulai berpikir secara konkret. Pada tahap yang terakhir,
melalui daya pikir logisnya seseorang sudah mampu berpikir abstrak, dan
melakukan analisis seperti lazimnya orang dewasa.
Dalam pengertian psikologi, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Hintzman (1987) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam
diri manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap
13
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, jadi perubahan yang timbul baru
dapat dikatakan apabila mempengaruhi perilaku dan kehidupan sehari-hari sampai
batas tertentu.
Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar diantaranya motivasi, alat
bantu belajar, bahan belajar, suasana belajar dan kondisi subjek yang belajar.
Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis dan sering berubah, menguat atau
melemah dan mempengaruhi proses belajar siswa proses belajar pada hakekatnya
merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang
berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang.
Perbuatan belajar adalah suatu perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman baru yang mempengaruhi tingkah laku siswa dalam situasi tertentu
yang berulang-ulang. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang
bersifat dinamis (berubah-ubah) dalam arti dapat menjadi kuat maupun
lemah. Kedinamisan itu mempengaruhi kondisi yang ada dalam diri siswa dan
yang ada di luar diri siswa tentunya ada pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa.
Sesuai peristilahan dan makna dari sudut bahasa, pembelajaran berarti
perihal mengerjakan sesuatu. Pembelajaran sebagai suatu proses, buah atau
hasilnya belajar (learning), yaitu terjadinya peristiwa belajar di dalam diri siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya ialah pelaksanaan dari kurikulum sekolah untuk
menyampaikan isi atau materi mata pelajaran tertentu kepada siswa dengan segala
daya upaya, sehingga siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar.
Pengertian belajar menurut Sudjana, D (2010:51), merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi,
perilaku individu. Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu
aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen dalam upaya-upaya
yang dilakukan. Menurut Daryanto (2010:2), belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Membantu siswa bagaimana belajar merupakan suatu tujuan pendidikan
yang sangat penting dan merupakan tujuan utama. Pengajaran yang baik meliputi
14
kecerdasan anak didik. Dalam proses belajar dan pembelajaran anak didik
merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan dalam
kurikulum. Sekolah sebagai salah satu tempat belajar memberikan bermacam
macam pelajaran yang harus ditempuh oleh para siswa untuk mewujudkan suatu
tujuan yang ingin dicapai. Hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah
adanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam waktu
yang telah ditentukan pula. Hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan
evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan ingin tahu
hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Untuk mengetahui tentang baik dan
buruknya proses hasil dari kegiatan pembelajaran maka seorang guru harus
menyelenggarakan evaluasi.
Menurut Hamalik, O (2013:145) hasil-hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan
abilitas.Menurut Sudjana, Nana (2010:22), hasil belajar dibagi menjadi 3 macam
hasil belajar yaitu :Pertama,keterampilan dan kebiasaan. Kedua, pengetahuan dan
pengertian, Ketiga, sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi
dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Komponen-komponen dalam
pembelajaran berkaitan dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yaitu untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan
pendidikan dapat tercapai jika proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Proses
pembelajaran dapat berjalan efektif apabila komponen yang mempengaruhi
kegiatan pembelajaran saling mendukung dalam rangka menciptakan tujuan
pembelajaran.
Menurut Muhibbin, S (2008: 132-139) Faktor- factor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan dalam masyarakat. Faktor internal adalah faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
diri individu atau si pembelajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah : Pertama, Kesiapan Belajar, faktor kesiapan belajar baik
16
fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh perhatian dan mampu
menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari faktor
kesiapan. Kedua, Perhatian, Perhatian adalah pemusatan tenaga dan psikis pada
suatu objek. Perhatian timbul karena adanya sesuatu yang menarik perhatian
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Ketiga Intelegensi,
intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cara cepat, efektif,
memanfaatkan konsep-konsep yang abstrak, mengetahui relasinya dengan cepat.
Keempat, Motivasi, motivasi adalah hal-hal yang dapat mendorong siswa agar
dapat belajar dengan baik, untuk berfikir dan memusatkan perhatian, serta
merencanakan kegiatan yang menunjang belajar. Kelima, Sikap Siswa, sikap
adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk
merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya.
Keenam, Bakat Siswa, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Faktor eksternal adalah pencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya
sistem lingkungan belajar yang kondusif. Pencapaian tujuan belajar berkaitan erat
dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
Pertma, Keluarga, Keluarga adalah tempat pembelajaran individu yang pertama.
Oleh karena itu baik keadaan, suasana, hubungan antar anggota keluarga serta
perhatian orang tua sangat mempengaruhi kemampuan siswa. Kedua, Sekolah,
Sekolah merupakan tempat individu menerima pelajaran, sehingga komponen-
komponen dan unsur-unsur sekolah harus menciptakan suasana yang mendukung
proses pembelajaran. Ketiga, Masyarakat, Masyarakat merupakan faktor ekstern
yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena masyarakat merupakan
tempat bagi individu untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
Menurut Bloom,hasil belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif adalah sikap menerima, memberikan
respon, nilai, organisasi dan karakter. Ranah psikomotorik mencakup
17
yang telah dicapai oleh peserta didik setelah adanya aktifitas belajar suatu mata
pelajaran yang telah ditetapkan dalam waktu yang telah ditentukan pula. Hasil
belajar dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi hasil belajar. Setiap orang yang
melakukan suatu kegiatan ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya.
Untuk mengetahui tentang baik dan buruknya dan proses hasil dari kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi.
Pengukuran hasil belajar siswa dilakukan agar diperoleh tingkat prestasi
yang dicapai. Tingkat prestasi yang diperoleh menjadi acuan dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Untuk pencapaian tujuan dengan hasil yang optimal diperlukan
dedikasi oleh guru dan siswa sebagai penyelenggaraan proses pembelajaran.
Kepastian mengenai hasil belajar seorang siswa dapat diperoleh melalui evaluasi
atau penilaian yang dilakukan oleh guru.
3.Teacher Centered Learning (TCL)
Menurut Shuell (1996) dalam David A. Jacobsen, Paul E. & Donald
Kauchak (2009:197) Pengajaran yang berpusat pada guru mencakup strategi-
strategipengajaran dimana peran gurua dalah menghadirkan pengetahuan untuk
dipelajari dan mengarahkan proses pembelajaran siswa dengan cara yang lebih
eksplisit.
Menurut Smith dalam Sanjaya yang dikutip ulang oleh Parwati bahwa
Teacher Centered Teaching (TCL) adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar
pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan
keterampilan. Selanjutnya Parwati menegaskan Cara pandang ini memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:( a ) Memakai pendekatan berpusat pada guru,
yakni gurulah yang harus menjadi pusat dalam pembelajaran.( b )Siswa
ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif,
sebagai penerima informasi yang diberikan guru.( c )Kegiatan pembelajaran
terjadi pada tempat dan waktu tertentu. Siswa hanya belajar manakala ada kelas
yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar.
belajar seperti ini tidak lebih hanya menghasilkan siswa yang kurang mampu
mengapresiasi ilmu pengetahuan, takut berpendapat, tidak berani mencoba yang
akhirnya cenderung menjadi pelajar yang pasif dan miskin kreativitas.
pembelajaran rendah, paling tidak bisa dilihat pada dua hal yakni pendidik sering
hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran dan pada
saat-saat mendekati ujian, dimana aktivitas peserta dididk ”berburu” catatan serta
aktivitas belajar mereka mengalami kenaikan yang sangat signifikan, namun
turun kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai.
Dampak lain dari sistem pembelajaran TCL adalah guru atau pendidik
kurang mengembangkan bahan ajar dan cenderung seadanya (menonton),
terutama jika peserta didik cenderung pasif dan hanya sebagai penerima transfer
ilmu. Pendidik mulai tampak tergerak untuk mengembangkan bahan ajar dengan
banyak membaca jurnal atau download artikel hasil-hasil penilitian terbaru dari
internet, jika peserta didiknya mempunyai kreaivitas tinggi, banyak bertanaya atau
sering mengajak diskusi (Sudjana, 2005).
guru harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, seperti misalnya materi
pelajaran apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, media
apa yang akan digunakan, dan lain sebagainya. Dalam melaksanakan perannya
sebagai penyampai informasi, sering guru menggunakan metode ceramah sebagai
metode utama. Metode ini merupakan metode yang dianggap ampuh dalam proses
pengajaran. Karena pentingnya metode ini, maka biasanya guru sudah merasa
mengajar apabila sudah melakukan ceramah, dan tidak mengajar jika tidak
melakukan ceramah. Sedangkan sebagai evaluator guru juga berperan dalam
menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran. Biasanya kriteria keberhasilan
proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran
yang disampaikan guru. Metode ini ternyata cukup problematis, utamanya untuk
siswa-siswa yang masih muda karena jangka perhatian mereka yang sangat pendek
dan kosakata yang mereka yang masih terbatas (David A. Jacobsen, Paul E. &
Donald Kauchak (2009: 217). Dari pengertian-pengertian Teacher Centered
Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa TCL merupakan suatu metode
pembelajaran yang berpusat kepada guru di mana guru masih aktif sebagai
pemberi informasi dan mendominasi pembelajaran dikelas, sedangkan peserta
didik pasif sebagai penerima informasi.
Secara singkat hasil-hasil belajar model presentasi ini cukup jelas dan
tidak ruwet malahan hal ini membantu siswa memperoleh, mengasimilasikan dan
menyimpan informasi baru, memperluas struktur konseptual dan mengembangkan
kebiasaan mendengarkan dan memikirkan tentang informasi.
b) Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung yaitu gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isu pelajaran kepada seluruh kelas.Model pembelajaran langsung
23
menjadi tenang dan tidak ribut karna murid hanya akan menerima materi dari apa
yang di sampaikan guru sehingga proses pembelajaran menjadi tenang dan tidak
ribut.
C. KERANGKA BERPIKIR
1. Pengaruh model pembelajaran TCL terhadap hasil belajar siswa pada
pelajaran pemrograman di kelas X TAV 1 SMK N 2 Kupang
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara yang dirumuskan
berdasarkan kajian teori dan perlu diuji dengan metode statistik (Burhan, 2001 :
12). Atau dengan kata lain, hipotesis adalah dugaan sementara yang masih harus
dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian yang menjadi hipotesis dalam
27