Anda di halaman 1dari 22

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

Nur’arizkah, Sukmawati, Susi Suryani Syam


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Praktikum kali ini berjudul rangkaian seri dan paralel dengan tujuan yaitu mahasiswa
terampil dalam merangkai resistor dalam susunan seri dan susunan paralel, serta menempatkan
basicmeter dengan benar, dan memahami penggunaan prinsip-prinsip hukum kircoof dalam
memahami karakteristik susunan seri resistor dan susunan paralel resistor. Adapun praktikum ini
terdiri atas dua kegiatan. Pada kegiatan pertama resistor disusun secara seri. Berdasarkan hasil
eksperimen dan analisis data didapatkan besar kuat arus secara teori yakni │ 0,032±0,002│A
sedangkan kuat arus secara praktikum sebesar |0,048±0,001|A yang disertai dengan
KR = 6,25%  serta %diff = 25%. Tegangan pada masing-masing sumber secara praktikum
diperoleh hasil V2 = |2,0±0,5| V, sedangkan berdasarkan teori V2 = |2,0±0,2|V dengan KR=10%
dan %diff = 0%. Pada kegiatan pertama disimpulkan bahwa kuat arus listrik sebelum R 1, antara R1
dan R2, dan setelah R2 pada susunan seri resistor sama besar nilainya. Pada kegiatan kedua resistor
disusun secara paralel, Perbandingan antara kuat berdasarkan teori |0,18 ± 0,008| A dan secara
praktikum |0,18 ± 0,01| A, KR = 4,4 dan %diff= 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tegangan
sumber, tegangan pada resistor pertama, dan tegangan pada resistor kedua pada susunan paralel
resistor sama besar nilainya.
Kata kunci : kuat arus, paralel, resistor, seri, tegangan.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel?
2. Bagaimana cara menggunakan basicmeter dengan benar?
3. Jelaskan prinsip hukum-hukum Kirchhoff?
4. Bagaimana karakteristik rangkaian seri dan paralel resistor?

TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam merangkai merangkai resistor menjadi susunan seri
dan paralel.
2. Mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip hukum-hukum Kirchhoff.
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian seri dan paralel resistor.
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung, dikatakan
mereka dihubungkan secara seri. Resistor-resistor tersebut bisa merupakan resistor
biasa atau berupa bola lampu, elemen pemanas, atau alat penghambat lainnya.
Muatan yang melalui R1 juga akan melewati R2 dan kemudian R3 hingga berlanjut
ke hambatan berikutnya. Dengan demikian arus I yang sama melewati setiap
resistor. Kita tentukan V menyatakan tegangan pada ketiga resistor. Kita anggap
semua resistor yang ada pada rangkaian dapat diabaikan, sehingga V sama dengan
tegangan baterai. Kita tentukan V1, V2, dan V3, berturut-turut. Dengan hukum Ohm,
V1 = IR1, V2 = IR2, V3 = IR3. Karena resistor tersebut dihubungkan ujung ke ujung,
kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah
tengangan dari masing-masing resistor (Giancoli, 2001: 95).
I = I1= I2= I3 ................................................ (1)
Pada kenyataannya, jika kita pasang beberapa hambatan secara seri,
hambatan total merupakan jumlah hambatan-hambatan tersebut jika dipisah. Hal
ini berlaku untuk sejumlah hambatan berapapun secara seri. Perhatikan bahwa
jika anda menambahkan lebih banyak hambatan pada rangkaian, arus akan terus
berkurang. Dengan pengkabelan paralel, jika Anda memutuskan hubungan dengan
satu alat, arus tidak akan banyak terganggu. Tetapi pada rangkaian seri, jika satu
alat dolepaskan, arus ke yang lainnya terhenti (Giancoli, 2001:96).
Pada rangkaian paralel, arus total I yang meninggalkan baterai terbagi
menjadi tiga cabang misalnya. Kita tentukan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai
arus yang melalui setiap resistor, R1, R2, dan R3. karena muatan listrik kekal, arus
yang masuk ke dalam titik cabang harus sama dengan arus yang keluar dari titik
cabang. Ketika resistor-resistor terhubung paralel, masing-masing mengalami
ketegangan yang sama (Giancoli, 2001:96).
I = I 1 + I2 + I 3 ................................................ (2)
Hasil pegukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya berbeda)
yang disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika diukur arus
yang melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang sama. Berbeda
halnya jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil pengukuran yang
berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun pengukuran tegangan
pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan bahwa jenius susunan resistor
menentukjan besar nilai variabel tegangan dan kuat arus dalam rangkaian. Pada
susunan seri. Resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika
tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya
tegangan sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi
sebagai pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap
resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum
titik percabangan (hukum 1 Kirchhoff) (Herman, 2015: 21).
Hukum pertama Kirchhoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada
kekekalan muatan, dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum
untuk resistor paralel. Hukum ini menyatakan bahwa “pada setiap titik cabang,
jumlah semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan cabang tersebut”. Sebagai contoh jika I3 adalah arus yang masuk,
sedangkan I1 dan I2 keluar, dengan demikian hukum titik cabang Kirchhoff
menyatakan bahwa I3 = I1 + I2. Hukum kedua Kirchhoff atau hukum Loop
didasarkan pada kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa “jumlah
perubahan potensial mengelilingi lintasan tertutup pad suatu rangkaian harus nol”
(Giancoli, 2001: 104)
Untuk mengukur arus yang melalui resistor dalam suatu rangkaian
sederhana kita tempatkan Ammeter secara seri dengan resistor, sehingga Ammeter
dan resistor membawa arus yang sama. Karena ammeter memiliki resistansi, arus
dalam rangkaian akan sedikit berkurang karena ammeter disisipkan. Idealnyam
Ammeter memiliki resistansi yang sangat kecil, sehingga hanya sedikit perubahan
yang terjadi terhadap arus yang akan diukur (Tipler, 2001: 193).
Beda potensial pada resistor diukur dengan menempatkan voltmeter yang
dihubungkan secara paralel dengan resistor, sehingga tegangan jatuh pada
Voltmeter sama seperti resistor. Voltmeter mengurangi resistansi antara titik
percabangan, lalu meningkatkan arus total dalam rangkaian dan mengubah
tegangan jatuh pada resistor. Sebuah Voltmeter yang baik memiliki resistansi
yang besar sehingga efeknya pada rangkaian minimal (Tipler, 2001:194).

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Power supply AC/DC 0-12 V 1 buah
b. Resistor 100 Ω 1 buah
c. Resistor 150 Ω 1 buah
d. Kabel penghubung ± 6 buah
e. Alat tulis menulis
2. Bahan
a. -
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Rangkaian seri resistor
1. Tegangan sumber (V)
2. Tegangan pada R1 (V)
3. Tegangan pada R2 (V)
4. Kuat arus listrik sebelum R1 (A)
5. Kuat arus listrik diantara R1 dan R2 (A)
6. Kuat arus listrik setelah R2 (A)
7. Hambatan 1 R1 (Ω)
8. Hambatan 2 R2 (Ω)

Kegiatan 2. Rangkaian paralel resistor


1. Tegangan sumber (V)
2. Tegangan pada R1 (V)
3. Tegangan pada R2 (V)
4. Kuat arus liatrik total (A)
5. Kuat arus listrik melalui R1 (A)
6. Kuat arus listrik melalui R2 (A)
7. Hambatan 1 R1 (Ω)
8. Hambatan 2 R2 (Ω)
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Tegangan sumber (V) yakni besar beda potensial atau tegangan yang diukur
menggunakan bascimeter untuk sisi volt. Basicmeter/voltmeter diletakkan
secara paralel dengan kedua resistor. Satuan SI untuk tegangan sumber yakni
Volt (V).
2. Tegangan pada R1 (V) yakni besar beda potensial atau tegangan pada resistor
pertama. Tegangan ini diukur menggunakan basicmeter pada sisi V atau Volt.
Basicmeter diletakkan paralel dengan resistor pertama saja. Satuan SI untuk
tegangan sumber yakni Volt (V).
3. Tegangan pada R2 (V) yakni besar beda potensial atau tegangan pada resistor
kedua. Tegangan ini diukur menggunakan basicmeter pada sisi V atau Volt.
Basicmeter diletakkan paralel dengan resistor kedua saja. Satuan SI untuk
tegangan sumber yakni Volt (V).
4. Kuat arus listrik melalui R1 (I)
Kuat arus listrik melalui R1 yakni besar kuat arus yang mengalir melalui R1.
Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I (A).
Basicmeter/Amperemeter diletakkan secara seri atau berdampingan dengan
hambatan pertama maksudnya titik percabangan diletakkan pada R1. Satuan
SI untuk kuat arus listrik ini yakni Ampere (A).
5. Kuat arus listrik diantara R1 dan R2 (A) yakni besar kuat arus yang mengalir
melalui R2. Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I (A).
Basicmeter/Amperemeter dirangkai secara seri atau berdampingan, serta
diletakkan diantara R1 dan R2. Satuan SI untuk kuat arus listrik ini yakni
Ampere (A).
6. Kuat arus listrik setelah R2 yakni besar kuat arus yang mengalir melalui
hambatan kedua. Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I
(A). Basicmeter/Amperemeter dirangkai secara seri atau berdampingan
dengan hambatana kedua. Satuan SI untuk kuat arus listrik ini yakni Ampere
(A).
7. Hambatan 1 R1 yakni besar hambatan yang tertera pada resistor pertama dan
juga berupa besar hambatan yang dihitung dan kemudian dibandingkan
dengan nilai hambatan yang tertera pada resistor/hambatan. Hambatan ini
dirangkai secara seri terhadap Basicmeter/Amperemeter, dan rangkai secara
paralel terhadap Basicmeter/Voltmeter. Satuan SI untuk variabel ini yakni
Ohm (Ω).
8. Hambatan 1 R2 yakni besar hambatan yang tertera pada resistor kedua dan
juga berupa besar hambatan yang dihitung dan kemudian dibandingkan
dengan nilai hambatan yang tertera pada resistor/hambatan. Hambatan ini
dirangkai secara seri terhadap Basicmeter/Amperemeter, dan rangkai secara
paralel terhadap Basicmeter/Voltmeter. Satuan SI untuk variabel ini yakni
Ohm (Ω).

Kegiatan 2
1. Tegangan sumber (V) yakni besar beda potensial atau tegangan yang diukur
menggunakan bascimeter untuk sisi volt. Basicmeter/voltmeter diletakkan
secara paralel dengan kedua resistor. Satuan SI untuk tegangan sumber yakni
Volt (V).
2. Tegangan pada R1 (V) yakni besar beda potensial atau tegangan pada resistor
pertama. Tegangan ini diukur menggunakan basicmeter pada sisi V atau Volt.
Basicmeter diletakkan paralel dengan resistor pertama saja. Satuan SI untuk
tegangan sumber yakni Volt (V).
3. Tegangan pada R2 (V) yakni besar beda potensial atau tegangan pada resistor
kedua. Tegangan ini diukur menggunakan basicmeter pada sisi V atau Volt.
Basicmeter diletakkan paralel dengan resistor kedua saja. Satuan SI untuk
tegangan sumber yakni Volt (V).
4. Kuat arus listrik melalui R1 (I)
Kuat arus listrik melalui R1 yakni besar kuat arus yang mengalir melalui R1.
Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I (A).
Basicmeter/Amperemeter diletakkan secara seri atau berdampingan dengan
hambatan pertama maksudnya titik percabangan diletakkan pada R1. Satuan
SI untuk kuat arus listrik ini yakni Ampere (A).
5. Kuat arus listrik total (A) yakni besar kuat arus yang mengalir melalui R I dan
R2. Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I (A).
Basicmeter/Amperemeter dirangkai secara seri atau berdampingan, serta
diletakkan sebelum titik percabangan pada rangkaian paralel R 1 dan R2.
Satuan SI untuk kuat arus listrik ini yakni Ampere (A).
6. Kuat arus listrik setelah R2 yakni besar kuat arus yang mengalir melalui
hambatan kedua. Variabel ini diukur menggunakan Basicmeter untuk sisi I
(A). Basicmeter/Amperemeter dirangkai secara seri atau berdampingan
dengan hambatana kedua. Satuan SI untuk kuat arus listrik ini yakni Ampere
(A).
7. Hambatan 1 R1 yakni besar hambatan yang tertera pada resistor pertama dan
juga berupa besar hambatan yang dihitung dan kemudian dibandingkan
dengan nilai hambatan yang tertera pada resistor/hambatan. Hambatan ini
dirangkai secara seri terhadap Basicmeter/Amperemeter, dan rangkai secara
paralel terhadap Basicmeter/Voltmeter. Satuan SI untuk variabel ini yakni
Ohm (Ω).
8. Hambatan 1 R2 yakni besar hambatan yang tertera pada resistor kedua dan
juga berupa besar hambatan yang dihitung dan kemudian dibandingkan
dengan nilai hambatan yang tertera pada resistor/hambatan. Hambatan ini
dirangkai secara seri terhadap Basicmeter/Amperemeter, dan rangkai secara
paralel terhadap Basicmeter/Voltmeter. Satuan SI untuk variabel ini yakni
Ohm (Ω).

Prosedur Kerja
Kegiatan 1. Rangkaian Seri
1. Memastikan perangkat percobaan telah tersedia, dan berfungsi dengan baik.
2. Merangkai setiap perangkat dengan susunan seri terhadap resistor dan
mengukur tegangan pada masing-masing resistor, mencatat hasilnya pada
tabel hasil pengukuran.
3. Mengukur arus yang melewati masing-masing resistor, mencatat hasilnyapada
tabel hasil pengukuran.
4. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
kemudian mencatat hasilnya.

Kegiatan 2. Rangkaian Paralel


1. Memastikan perangkat percobaan telah tersedia, dan berfungsi dengan baik.
2. Merangkai setiap perangkat dengan susunan paralel terhadap resistor dan
mengukur tegangan pada masing-masing resistor, mencatat hasilnya pada
tabel hasil pengukuran.
3. Mengukur arus yang menuju titik cabang dan yang menuju ke masing-masing
resistor, kemudian mencatat hasilnya pada tabel hasil pengukuran.
4. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
kemudian mencatat hasilnya.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan
Kegiatan 1

Gambar 1. Rangkaian seri resistor


R1 : 150 Ω
R2 : 100 Ω
Tabel 1. Hasil pengukuran
No Tegangan Kuat Arus Listrik (mA) Tegangan Tegangan
Sumber (V) Sebelum Antara R1 Setelah pada R1 pada R2
R1 dan R2 R2 (V) (V)
1 |3,0 ± 0,5| |16 ± 1| |16 ± 1| |16 ± 1| |2,0 ± 0,5| |1,0 ± 0,5|
2 |5,0 ± 0,5| |32 ± 1| |32 ± 1| |32 ± 1| |3,0 ± 0,5| |2,0 ± 0,5|
3 |8,0 ± 0,5| |48 ± 1| |48 ± 1| |48 ± 1| |5,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5|
4 |11,0 ± 0,5| |62 ± 1| |62 ± 1| |62 ± 1| |6,0 ± 0,5| |5,0 ± 0,5|

Kegiatan 2

Gambar 2. Rangkaian paralel resistor


R1 : 150 Ω
R2 : 100 Ω
Tabel 2. Hasil pengukuran
No Tegangan Kuat Arus Listrik (A) Tegangan Tegangan
Sumber (V) Sebelum R1 Antara R1 Setelah R2 pada R1 (V) pada R2 (V)
dan R2
1 |2,5 ± 0,5| |0,04 ± 0,01| |0,02 ± 0,01| |0,02 ± 0,01| |2,5 ± 0,5| |2,5 ± 0,5|
2 |5,0 ± 0,5| |0,08 ± 0,01| |0,04 ± 0,01| |0,04 ± 0,01| |5,0 ± 0,5| |5,0 ± 0,5|
3 |8,0 ± 0,5| |0,14 ± 0,01| |0,06 ± 0,01| |0,08 ± 0,01| |8,0 ± 0,5| |8,0 ± 0,5|
4 |11,0 ± 0,5| |0,18 ± 0,01| |0,08 ± 0,01| |0,10 ± 0,01| |11,0 ± 0,5| |11,0 ± 0,5|
ANALISIS DATA
Kegiatan 1. Rangkaian Seri Resistor
R1 = 150 Ω
R2 = 100 Ω
A. Secara Praktikum
1. VS1 = |3,0 ± 0,5| V
V1 = |2,0 ± 0,5| V
V2 = |1,0 ± 0,5| V
IT = |0,0 1 6 ± 0,00 1| A
Karena VS = V1 + V2 maka berdasarkan hukum ohm V = I R
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Dimana berdasarkan percobaan pada rangkaian seri kuat arus yang
melalui resistor sama besar sehingga Is = I1 = I2 = |0,0 1 6 ± 0,00 1| A,
sehingga
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Rs = R1 + R2 
2. VS2 = |5,0 ± 0,5| V
V1 = |3 ,0 ± 0,5| V
V2 = |2,0 ± 0,5| V
IT = |0,0 3 2 ± 0,00 1| A
Karena VS = V1 + V2 maka berdasarkan hukum ohm V = I R
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Dimana berdasarkan percobaan pada rangkaian seri kuat arusyang
melalui resistor sama besar sehingga Is = I1 = I2 = |0,0 3 2 ± 0,00 1| A
sehingga
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Rs = R1 + R2 
3. VS3 = |8, 0 ± 0,5| V
V1 = |5,0 ± 0,5| V
V2 = |3 ,0 ± 0,5| V
IT =|0,048 ± 0,001| A
Karena VS = V1 + V2 maka berdasarkan hukum ohm V = I R
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Dimana berdasarkan percobaan pada rangkaian seri kuat arus yang
melalui resistor sama besar sehingga Is = I1 = I2 = |0,048 ± 0,001| A,
sehingga
Is Rs = I1 × R1 + I2 x R2 
Rs = R1 + R2 
4. VS4 = |11, 0 ± 0,5| V
V1 = |6 ,0 ± 0,5| V
V2 = |5 , 0 ± 0,5| V
IT = |0,062 ± 0,001| A
Karena VS = V1 + V2 maka berdasarkan hukum ohm V = I R
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Dimana berdasarkan percobaan pada rangkaian seri kuat arus yang
melalui resistor sama besar sehingga Is = I1 = I2 = |0,062 ± 0,001| A
sehingga
Is Rs = I1 × R1 + I2 × R2 
Rs = R1 + R2 
B. Secara Teori
VS
IS =
RT
VS
=
R 1 + R2
3,0 V
=
(150 +100)Ω
= 0,012 A
Tegangan sumber pertama
a. Kuat arus listrik
VS1 = |3,0 ± 0,5| V
R1 = 150 Ω
R2 = 100 Ω
RT = R1 + R2 
= 150 Ω + 100 Ω = 250 Ω
VS1 3 , 0 V
IS = = = 0, 012 A
RT 250 Ω
V
I = = V R-1
R
δI δI
LdI = │ │dV+ │ │dR
δV δR

dI = │ R-1│dV+ │V R-2│Dr
∆I R-1 V R-2
I
=| | | |
VR
-1
∆V+
VR
-1
∆R

∆V ∆R
∆I =│ + │I
V R

Karena R tidak diukur maka nilai R adalah konstan

0,5 V
∆I = │ │ 0,0 12 A
3,0 V
∆I = │0, 16 V│0,012 A
∆I = 0,00192 A
∆I 0,00192 A
KR = × 100% = × 100 % = 16 % 2 AB
I 0,012 A
praktek-teori (0 ,01 6 – 0,012 )A
% diff = × 100 % = × 100 % = 28,5 %
praktek + teori 0,028
2 ( 2 ) A

I =│Í ± ∆I│A
I =│0,1 ±1,2 │10-2A
b. Tegangan 1 (V1)
R1
V1 = VS1
R1 + R 2
150Ω
V1 = 3,0 = 1,8 V
(150 + 100)Ω
R1
V1 = VS1
R1 + R 2
V1 = R1 (R1 + R2)-1 x VS1
Karena R tidak diukur maka nilai R adalah konstan
δV
dV =│ │ d V S1
δ V S1
dV = │VS1│d VS1
∆V S1
∆V = │ │V
VS1
0,5 V
∆V = │ │ 1 ,8 V
3,0 V
∆V = │0, 16 V│ 1, 8 V
∆V = 0,28 V
∆V 0, 28 V
KR = × 100% = × 100 % = 15,5 % 2 AB
V 1, 8 V
praktek-teori ( 3 ,0- 1, 8 )V
% diff = × 100 % = × 100 % = 5 0 %
praktek + teori 3,0 + 1,8
2 (2 ) V

V =│ V́± ∆V│V
V =│1, 8 ± 0,2│V
c. Tegangan 2 (V2)
R2
V2 = V
R 1 + R2 S1
100Ω
V2 = 3 , 0 V = 1,2 V
(150 + 100)Ω
∆V = 0,192 V
KR = 16 % 2 AB
% diff = 85,7 %
V =│ V́ ± ∆V│V
V =│1, 2±0, 1│V

Dengan menggunakan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut yang
disajikan dalam tabel perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus
listrik
Tabel 5. Perbandingan kuat arus pada setiap tegangan sumber
No Praktikum Teori

Kuat Arus (A) Kuat Arus (A) KR % diff

1 |0,01 6 ±0,001| │0,0 10 ±0,012 │  16 %  28,5 % 

2 |0,03 2 ±0,001| │0,02 0 ±0,002 │   10 % 46,1 % 

3 |0,0 48 ±0,001|   │0,03 2 ±0,002 │  6,25%  25 %

4 |0,062±0,001|   │0,04 4 ±0,00 2 │   4,5 % 25,3% 

Tabel 6. Perbandingan tegangan pada masing-masing sumber


PRAKTIKUM TEORI KR % diff

V1 (Volt) V2 (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V1 V2 V1 V2

|1,8±0,2| |1,2±0,1| 15,5 % 16 % 50 % 85,7


|2,0 ±0,5| |1,0±0,5|
%

|3,0±0,5| |2,0±0,5| |3,0±0,3| |2,0±0,2| 10 % 10 % 0% 0%

|5,0±0,5| |3, 0 ±0,5| |4,8±0,3| |3,2±0,3| 6,25 % 15,6% 0% 2,7 %

|6 ,0±0,5| |5,0 ±0,5| |6,6±0,3| |4,4±0,2| 4,5% 4,5% 4,5 % 19,5%

Kegiatan 2. Rangkaian Paralel Resistor


A. Secara Praktikum
Seperti yang tertera pada tabel 2, nilai tegangan sumber, tegangan pada
R1, dan tegangan pada R2 adalah sama. Jadi dapat dituliskan:
Vt = V1 = V2
Dengan menggunakan tegangan sumber 2,5 Volt, diperoleh:
1. Untuk data pertama
a. Secara praktikum
I R1 = |0,0 2 ±0,01|A
I R2 = |0,0 2 ±0,01|A
I m = |0,04±0,01| A
V
Karena I = maka
R
Vs V1 V2
= +
R T R1 R2
Dari hasil pengukuran
V s = V1 = V 2 maka
1 1 1
= +
R T R1 R 2

1 R 1 + R2
=
R T R1 R 2
Arus total
1 R + R2
= 1
R T R1 R 2
1 (150+100)Ω 250
= =
R T (15 0×1 0 0)Ω 15000
15000Ω
RT = = 60Ω
250Ω
R1 R2
RT =
(R 2+ R 1)
R T = R1 R2 ( R 2 + R 1 ) -1
∆R 1 ∆R 2 ∆(R2 + R1 )
∆R T = ( R1
+
R2
+
R2 + R 1 ) RT

Seperti pada rangkaian seri

∆(R 2 + R 1 ) = 5 + 7,5 = 12,5 Ω


∆R 1 ∆R 2 ∆(R 2 + R1 )
RT = {
R1
+
R2
+
R 2 + R1 }
RT

∆R T = {7,5 +
5
+
12,5
15 0 1 0 0 250 }
60

∆R T = {0,05+0,05+0,05 } 60Ω

∆R T = 9Ω
B. Secara teori
Vs 2,5 V
IT = = = 0,0 4 A
Rp 60 Ω
V
I = =V R-1
R

dI = |δIδV |dV+|δIδR |dR


δV R -1 δV R -1
dI = | δV | |
dV+
δR | dR

dI R−1 dV VR−2 dR
= +
R R R
∆I R-1 V R-2
I
= | | | |
V R-1
∆V+
V R-1
∆R

∆I ∆V ∆R
= +
I V R
Karena R tidak diukur maka nilai R adalah konstan (∆R = 0) maka,

∆I =|∆V
V |
I

0,5
∆I =| |0,0 4 A
2,5
∆I = |0,2| 0,0 4 A
∆I = 0,0 08 A
∆I 0,0 08 A
KR = ×100% = ×100% = 20 %
I 0,0 4 A
Pelaporan fisika
I = | 0,0 40 ± 0,0 08 |A

%diff = |praktik-teori
rata-rata |×100% =|
(0,04-0,0 4 )A
0,0 4 A |×100% = 0 %
Arus pada R1
V 1 2,5 V
I R1 = = = 0,0 1 A
R1 1 5 0Ω

∆I = (∆V
V
+
∆R
R )
I
Karena ∆R = 0 maka,

∆I =(∆V
V )
I

0,5
∆I = (
2,5 )
0,01 A

∆I = 0, 2 × 0,0 1 A
∆I = 0,00 2 A
∆I 0,002 A
KR = ×100% = ×100% = 20 %
I 0,01 A
Pelaporan fisika
I = |0,0 1 0 ± 0,002 |A

%diff = |praktik-teori
rata-rata |×100% =|
(0,02-0,0 1)A
0,015 A |×100% = 66 %
Arus pada R2
V 2 2,5 V
I R2 = = = 0,0 25 A
R2 1 0 0Ω

∆I = (∆V
V )
I

0,5
∆I = (
2 ,5 )
0,0 25 A

∆I = 0, 2 × 0, 025 A
∆I = 0,00 5 A
∆I 0,005 A
KR = ×100% = ×100% = 20 % = 2 AB
I 0,025 A
I = |0,025± 0,005| A

%diff = |praktik-teori
rata-rata |×100%=|
(0,02-0,02 5 )A
0,0325 A |×100% = 15,3 %
Dengan menggunakan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut yang
disajikan dalam tabel perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus listrik
Tabel 7. Perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus listrik (I) pada
rangkaian paralel.
Kuat arus Hasil Hasil teori KR (%) %Diff (%)
(A) Praktikum
IT (A) |0,04 ± 0,01| |4,0 ± 0,8|10-2 20 0
|0,08 ± 0,01| |8,3 ± 0,8|10-2 10 2,5
|0,14 ± 0,01| |1,3 ±8,0|10-3 6,1 4,8
|0,18 ± 0,01| |1,80 ± 0,08|10-1 4,4 0
I1 (A) |0,02 ± 0,01| |1,0 ± 0,2|10-2 20 66
|0,04 ± 0,01| |3,0 ± 0,3|10-2 10 28,5
|0,06 ± 0,01| |5,3± 0,3|10-2 6,2 8,43
|0,08 ± 0,01| |0,73 ± 0,03|10-1 4,5 6,03
I2 (A) |0,02 ± 0,01| |2,5 ± 0,5|10-2 20 15,3
|0,04 ± 0,01| |5,0 ± 0,5|10-2 10 22,2
|0,08 ± 0,01| |8,0 ± 0,5|10-2 6,25 0
|0,10 ± 0,01| |1,10 ± 0,05| 4,5 86

PEMBAHASAN

Praktikum ini terdiri atas dua kegiatan. kegiatan pertama dengan


menggunakan susunan seri pada resistor didapatkan beberapa hasil yakni, untuk
pengukuran tegangan sumber yang didaptkan dengan menggunakan alat ukur
basicmeter untuk tegangan dengan meletakkannya secara paralel terhadap kedua
hambatan, hambatan pertama sebesar 150 Ω, dan hambatan kedua sebesar 100 Ω.
didapatkan hasil secara terurut yakni │3,0 ± 0,5│V; │5,0 ± 0,5│V;
│8,0 ± 0,5│V; │11,0 ± 0,5│V. Adapula variabel tegangan pada hambatan
pertama yang didapatkan dengan alat ukur yang sama seperti sebelumnya, namun
peletakannya secara paralel terhadap hambatan/resistor pertama saja. Adapun
hasil pengukurannya secara terurut yakni │2,0 ± 0,5│V; │3,0 ± 0,5│V;
│5,0 ± 0,5│V; │6,0 ± 0,5│. Untuk variabel tegangan pada resistor kedua,
voltmeter/basicmeter diletakkan paralel terhadap resistor kedua saja. Adapun hasil
pengukurannya secara terurut yakni │1,0 ± 0,5│V; │2,0 ± 0,5│V; │3,0 ± 0,5│V;
│5,0 ± 0,5│V. Dilakukan pula pengukuran kuat arus listrik, yang mana pada
kegiatan ini kuat arus listrik sebelum resistor pertama, antara resistor pertama dan
kedua, serta kuat arus listrik setelah resistor kedua sama besarnya. Hasil
pengukuran kuat arus listrik yang sama besar ini secara terurut yaitu
│16 ± 1│mA; │32 ± 1│mA; │48 ± 1│mA; dan │62 ± 1│mA.
Data-data tersebut kemudian digunakan dalam analsis data. Pertama-tama
kuat arus listrik didapat dari hasil bagi tegangan sumber dengan nilai resistor total,
sehingga didapatlah data perbandingan untuk kuat arus yang terukur pada
Ammeter/Basicmeter dengan kuat arus dengan persamaan matematis, yakni (
|0,01 6 ± 0,001|:│0,001 ± 1,2 │)A; (|0,03 2 ± 0,001| : │0,02 0 ± 0,00 2 │)A; (
|0,0 48 ± 0,001| : │0,03 2 ± 0,00 2 │)A; dan (|0,062 ± 0,001| : │0,04 4 ±0,00 2
│)A.
Hal sama berlaku pada tegangan listrik, namun karena pada susunan seri
resistor nilai tegangan berbeda, maka masing-masing tegangan pada masing-
masing resistor dibandingkan. Adapun untuk tegangan listrik pada resistor
pertama secara teori dihitung dengang membagi nilai resistor pertama dengan
jumlah kedua resistor kemudian dikali dengan nilai tegangan sumber. Sehingga
didapatkan perbandingan antara nilai tegangan dari penunjukan alat ukur dengan
nilai tegangan secara teori yakni (│2,0 ± 0,5│:│1,8 ± 0,2│)V;
(│3,0 ± 0,5│:│3,0 ± 0,3│)V; (│5,0 ± 0,5│:│4,8 ± 0,3│)V ;
(│6,0 ± 0,5│:│6,6 ± 0,3│)V. Adapula untuk tegangan pada resistor kedua
didapatkan secara teori dengan membagi nilai resistor kedua dengan jumlah kedua
resistor kemudian dikasi dengan tegangan sumber. Adapun hasil perbandingan
antara nilai tegangan dari alat ukur dengan nilai tegangan secara teori yakni,
(│1,0 ± 0,5│:│1,2 ± 0,1│)V; (│2,0 ± 0,5│:│2,0 ± 0,2│)V;
(│3,0 ± 0,5│:│3,2 ± 0,3│)V; dan (│5,0 ± 0,5│:│6,6 ± 0,3│)V.
Pada kegiatan kedua didapat bahwa dengan menggunakan susunan paralel
pada resistor didapatkan beberapa hasil yakni, untuk pengukuran tegangan
sumber, tegangan pada resistor pertama, dan tegangan pada resistor kedua
ternyata sama besar nilainya. Pengukuran ini didapatkan dengan menggunakan
alat ukur basicmeter untuk tegangan dengan meletakkannya secara paralel
terhadap hambatan, didapatkan hasil secara terurut yakni │2,5 ± 0,5│V; │5,0 ±
0,5│V; │8,0 ± 0,5│V; │11,0 ± 0,5│V. Dilakukan pula pengukuran kuat arus
listrik, yang mana pada kegiatan ini kuat arus listrik total didapatkan dengan
meletakkan Amperemeter/Basicmeter secara seri diletakkan sebelum titik cabang,
│0,04 ± 0,01│mA; │0,08 ± 0,01│mA; │0,14 ± 0,01│mA; dan
│0,18 ± 0,01│mA. Untuk kuat arus listrik sebelum resistor pertama, didapatkan
hasil pengukuran yakni │0,02 ± 0,01│mA;│0,04 ± 0,01│mA; │0,06 ± 0,01│mA;
dan │0,08 ± 0,01│mA. Adapun kuat arus listrik melalui resistor kedua, hasilnya
yakni │0,02 ± 0,01│mA; │0,04 ± 0,01│mA; │0,08 ± 0,01│mA; dan
│0,10 ± 0,01│mA.
Data-data tersebut kemudian digunakan dalam analsis data. Pertama-tama
dilakukan perhitungan nilai resistor atau hambatan secara praktikum, dengan
menggunakan persamaan matematis tertentu, didapatkan hasil perhitungan yang
sama yakni 9 Ω untuk setiap pengukuran. Selanjutnya dilakukan perhitungan
secara teori, kuat arus listrik total didapat dari hasil bagi tegangan sumber dengan
nilai resistor total paralel, sehingga didapatlah data perbandingan untuk kuat arus
yang terukur pada Ammeter/Basicmeter dengan kuat arus dengan persamaan
matematis, yakni (|0,04 ± 0,01|:|0,040 ± 0,008|)A; (|0,08 ± 0,01|:|0,0830 ± 0,0083|)A; (|
0,14 ± 0,01|:|0,130 ± 0,008|)A; dan (|0,18 ± 0,01|: |0,180 ± 0,008|)A.
Untuk perbandingan nilai kuat arus listrik melalui resisotor pertama berdasarkan
praktikum dan teori didapatkan nilai yakni (|0,02 ± 0,01|:|0,010 ± 0,002|)A; (|0,04 ±
0,01|:|0,030 ± 0,003|)A; (|0,04 ± 0,01|:|0,053± 0,0033|)A; dan (|0,08 ± 0,01|: |0,0730 ±
0,0033|)A. sedangkan untuk perbandingan kuat arus listrik yang melalui resistor
kedua yakni (|0,025 ± 0,005|:|0,02 ± 0,01|)A; (|0,050 ± 0,005|:|0,04 ± 0,01|)A; (|
0,080 ± 0,005|:|0,08 ± 0,01|)A; (|1,10 ± 0,05|:|0,10 ± 0,01|)A.
Nilai-nilai tersebut secara praktikum dan secara teori tersebut banyak
melenceng. Adapun kesalahan atau kegagalan dalam percobaan ini kemungkinan
disebabkan oleh kurang pekanya pengamat saat melihat penunjuka skala pada
basicmeter. Hal ini akan menambah ataupun mengurangi beda potensial serta kuat
arus listrik dan akhirnya akan mengubah hasil ukur, adanya paralaks saat
pembacaan skala pada termometer yang tidak diperhitungkan pengamat,

PENUTUP
Simpulan
1. Resistor disusun secara seri maksudnya resistor disusun secara berdampingan
dengan resistor lainnya yang dihubungkan dengan kabel penghubung. Dengan
kata lain resistor pada susunan seri dalam satu jalur yang sama tanpa ada titik
percabangan. Resistor disusun secara paralel maksudnya resistor disusun
menurun secara vertikal dengan menggunakan jalur percabangan (ada titik
percabangan) baik sebelum resistor maupun sesudah resistor. Meskipun
resistor disusun secara seri dan paralel, namun Ammeter/Amperemeter harus
tetap dirangkai seri terhadap resistor dan Voltmeter tetap dirangkai paralel
terhadap resistor.
2. Cara melakukan pengukuran kuat arus listrik dan beda potensial dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai. Dimana dalam hal ini kami melakukan
pengukuran kuat arus dan tegangan listrik dengan menggunakan basicmeter.
Adapun cara pengukurannya yakni untuk basicmeter yang digunakan sebagai
ammperemeter dipasang secara seri terhadap rangkaian sehingga arus yang
terukur nilainya sama sebab jika dipasang secara paralel, maka ammeter yang
memiliki hambatan yang kecil akan semakin kecil hingga akhirnya tegangan
yang mengalir terlalu besar dan dapat merusak alat, sedangkan untuk
basicmeter yang digunakan sebagai voltmeter dipasang secara paralel terhadap
hambatan sebab voltmeter dalam hal ini memiliki hambatan yang besar pula
dan jika dipasang secara seri maka hasil pengukurannya akan terlalu kecil
nilainya dari yang sebenarnya. menentukan nilai kesetaraan energi dalam tiga
kali perngukuran.
3. Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip hukum Kirchhoff
yang pertama yakni pada setiap titik cabang, jumlah arus yang memasuki
cabang harus sama dengan semua arus yang meninggalkan cabang tersebut,
hukum ini disebut juga sebahai hukum titik, atau aturan percabangan.
Sedangkan prinsip hukum Kirchhoff yang kedua yakni jumlah potensial
mengelilingi lintasan tertutup pada suatu rangkaian harus nol.
4. Karakteristik rangkaian seri resistor yaitu kuat arus listrik yang melewati atau
menuju masing-masing resistor nilainya sama sedangkan tegangan listrik
ditiap resistor nilainya berbeda, sedangkan untuk rangkaian paralel resistor,
tegangan pada tiap resistor nilainya sama sedangkan kuat arus pada tiap titik
percabangan akan berbeda dengan kuat arus sebelum percabangan. Pada
rangkaian paralel resistor berlaku hukum pertama Kirchhoff. Sedangkan
hukum kedua Kirchhoff berlaku pada rangkaian seri resistor.
Saran
Sebaiknya praktikan meningkatkan ketelitian dan konsentrasinya sehingga
dalam melakukan percobaan tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal dan
mengakibatkan pengambilan data berulang-ulang.
Kepada laboran diharapkan agar alat dan bahan yang digunakan dapat
diganti jika memang sudah tidak dapat digunakan dan lebih dilengkapi agar
kesalahan kalibrasi dapat dihindari.

DAFTAR RUJUKAN
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika (Edisi 5 Jilid 1), terjemahan Dra. Yuhilza
Hanum, M.Eng., dkk. Jakarta:Erlangga
Herman, asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik (Edisi 3 Jilid 1), terjemahan
Dr. Lea Prasetio, M.Sc, dkk. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai