Anda di halaman 1dari 21

Communication, Coaching, and Conflict Skills

Nur Rofiqoh
NIM: 15801012
Nurrofye@gmail.com

ABSTRACT

Manusia harus berkomunikasi dalam kehidupan ini, hal tersebut berarti


bahwa ia membutuhkan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat
untuk interation. Ini adalah inti dari pribadi manusia yang sebagian besar individu
manusia terbentuk dari integrasi dengan kelompok-kelompok sosial dan masyarakat
lainnya. Pada kelompok atau organisasi, ada bentuk kepemimpinan yang menjadi
hal penting dalam menjalankan kelompok kehidupan. Antara kedua belah pihak
harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik untuk mencapai tujuan
dan cita-cita dari kelompok atau organisasi. Komunikasi yang baik sangat penting
dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal ini berurusan dengan tugasnya untuk
mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan mendorong anggota untuk
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
efektivitas dalam kepemimpinan. Dan Banyak pemimpin yang terus-menerus terkena
konflik, yang mengatakan bahwa manajer mereka menghabiskan waktu rata-rata
lebih dari tujuh jam atau seminggu memilah konflik antara staf members. Dengan
demikian, penanganan konflik secara konstruktif adalah penting dalam
kepemimpinan skill. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik akan memiliki efek
langsung pada keberhasilan kepemimpinan. Dengan kecenderungan menuju kerja
sama tim, keterampilan konflik semakin penting untuk tim making. Keputusan dalam
ekonomi global, harus sensitif terhadap perbedaan budaya sehingga tidak
menciptakan konflik tambahan.

Key word : Kepemimpinan, Komunikasi, Pembinaan, dan Konflik keterampilan

1
A. Introduction
Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan
proses administrasi dan interaksi antar elemen pada suatu organisasi atau
lembaga, baik internal maupun eksternal. Tanpa adanya jalinan komunikasi  yang 
baik dan benar, besar kemungkinan semua proses di dalam organisasi
tersebut tidak akan dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai  dengan yang 
telah direncanakan. Kemampuan komunikasi yang baik akan sangat membantu
semua proses yang  ada dalam  suatu  organisasi.
Agar dapat menjalankan kepemimpinannya, seorang pimpinan setidaknya
harus memiliki kompetensi dasar, yakni : mengdiagnosis, mengadaptasi, dan
mengkomunikasikan.  Kemampuan diagnosis merupakan kemampuan kognitif 
yang dapat memahami situasi saat sekarang dan apa yang di harapkan pada masa
yang akan datang.  Kompetensi mengadaptasi adalah kemampuan seseorang
menyesuaikan perilakunya dengan lingkungannya. Sedangkan kompetensi
mengkomunikasikan terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyampaikan
pesan-pesannya agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.
Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangatlah penting
dimiliki oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya
untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian,
koordinasi, latihan, manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya.
Lalu bagaimana mungkin komunikasi bisa berjalan dengan baik jika seorang
pemimpin tidak memberikan kenyamanan, malahan yang ada adalah ketakutan
bagi bawahannya dalam menyampaikan informasi kepadanya.
Selanjutnya banyak orang yang salah paham tentang coaching, karena
kebanyakan orang mengerti bahwa coaching selalu bersangkutan dengan olahraga
karena pelatih olahraga mereka disebut coach. Coaching itu sendiri ialah
memfasilitasi melalui bertanya, feedback dan berperan sebagai ahli yang berperan

2
memberikan arahan kepada seseorang tentang bagaimana mengelola cara kerja
otaknya agar lebih efektif, mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri,
mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekita agar tetap tumbuh
dan berkembang dan mengendalikan dirinya sendiri.
Menurut pakar management Michael Armstrong, coaching bersifat personal
atau one to one. Coaching merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seorang
pemimpin untuk meningkatkan performa dari bawahannya agar menjadi lebih
baik. Coaching juga sebuah proses membekali diri seseorang dengan metode
pengetahuan dan kesempatan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri.
Coaching adalah proses pemberian umpan balik motivasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja. Coaching dirancang untuk
memaksimalkan kekuatan karyawan dan meminimalkan kelemahan. Sebagai
sarana meningkatkan kinerja, organisasi melatih mereka manajer untuk menjadi
pelatih, dan diperkirakan akan terus karena pembinaan meningkatkan
performance. Mengembangkan keterampilan pelatihan Anda adalah bagian
penting dari Anda kepemimpinan development.
Dan tanda-tanda awal konflik terlihat dalam peningkatan intensitas ketidak
sepakatan diantara anggota-anggota. Konflik dalam diri individu dinyatakan
melalui keluh kesah, gerakan-gerakan kegelisahan pada wajah, perilaku gagap,
melamun, dan ucapan-ucapan yang ketus. Sedangkan konflik antar individu
maupun kelompok ditandai dengan semakin menurunnya ketidak saling
percayaan, ketidak saling terbukaan, dan kerjasama kelompok diantara kedua
belah pihak. Akibat adanya konflik yang terjadi disuatu organisasi berakibat pada
renggangnya hubungan antar individu di organisasi tersebut. Selain itu berakibat
pula pada perkembangan organisasi itu sendiri.
Di dalam suatu organisasi memang terdapat sumber daya manusia yang terdiri
dari bermacam-macam individu atau pribadi. Setiap individu pasti memiliki
kepentingan yang berbeda, salah satu tugas atau peran pimpinan yaitu harus
dapat menyelesaikan konflik yang sifatnya merugikan untuk menciptakan suatu

3
organisasi yang sehat dan tertib dengan cara menggunakan metode pendekatan
penyelesaian yang tepat untuk menangani konflik sehingga setiap konflik itu
dapat diselesaikan dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan.

B. Explanation Communication, Coaching, and Conflict Skills


1. Communication
Pengertian komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin
communis atau dalam bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila kita
berkomunikasi berarti kita dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu
persamaan dalam  hal sikap dengan seseorang.  Jadi pengertian komunikasi
secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan perhubungan.

Ahli komunikasi mengatakan bahwa “communication is the process of


sending and reciving symbols with attach meaning”. Artinya bahwa komunikasi
sebagian kegiatan penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan
tanda-tanda yang sama.  Communication is the evoking of a shered or common
meaning in another person. Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian
bersama kepada orang lain.1

Demikian juga Jennifer M. George mendefinisikan bahwa komunikasi adalah


membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai
pemahaman bersama,  (Comunication the shering of information between two or
more individuals or group to reach a common understanding). Berkomunikasi
merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Dengan berkomunikasi manusia
akan dapat  berhubungan  antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan
manusia akan bermakna.  Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia
itu hanya dapat dipenuhi melalui komunikasi dengan sesama.  Makin banyak
manusia itu melakukan aktivitas komunikasi antara satu dengan yang lainnya,

1
Effendy Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi, Bandung:  PT. Remaja Rosda Karya, 2003, hal 250

4
akan semakin banyak informasi yang didapatnya dan semakin besar peluang
keberhasilan seseorang itu dalam kehidupannya.

Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source),


berita atau pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber dapat berupa
individu atau organisasi komunikasi. Berita atau pesan dapat berupa tulisan,
gelombang suara atau komunikasi arus listrik, lambaian tangan, bendera
berkibar, atau benda lain yang mempunyai arti. Sasaran dapat berupa seorang
pendengar, penonton, pembaca, anggota dari kelompok diskusi, mahasiswa, dan
lain-lain.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran


pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur
organisasi cenderung mempengaruhi komunikasi, dengan demikian komunikasi
dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda dengan komunikasi antar
sesamanya

Didalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator.  Pemimpin


yang efektif pada umumnya memiliki  kemampuan komunikasi yang efektif,
sehingga sedikit  banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang
dipimpinnya. Dia juga harus piawai dalam melakukan komunikasi baik
komunikasi verbal maupun non verbal.  Komunikasi verbal yang baik dapat
dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan lembut.
Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-
konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non
verbal misal menggunakan bahasa tubuh. 2

2
Herujito, dan Yayat M., Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Grasindo. 2001, hal 437

5
 Fungsi Komunikasi Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat
fungsi, yaitu:
1. Fungsi informative
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemproseskan informasi
(information processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik
dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti, informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan
dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan
kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka
yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk
memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada posisi atas (position of authority)
supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.

6
b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi (membujuk secara
halus) bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi, juga saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini
akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri
karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka
melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu
memahami style atau gaya seseorang ketika ia berkomunikasi. Gaya komunikasi
(communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi
yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized
set of interpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing
gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai
untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu

7
pula.  Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).3
 Gaya Komunikasi Kepemimpinan
Gaya komunikasi mengendalikan (The Controlling Style) ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications. Gaya komunikasi ini dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain :

1. The Controlling style


Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya
satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain.  Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha
menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan
kepada orang lain apa yang dilakukannya.  The controlling style of
communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja
dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.  Namun
demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada
negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang
negatif pula.

2. The Equalitarian style


Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.  The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
3
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, Malang: UMM PRESS, 2013, hal 73

8
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal.  Dalam suasana yang
demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan
pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan
ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta
kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja.  The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.  Gaya komunikasi ini
pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara
para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State
University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka
beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure.  Stogdill dan Coons
menjelaskan  bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-
orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan

9
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented).  The dynamic style of
communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor
yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. 
Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau
bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang
kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan
atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas
atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini
untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

10
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya
tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.  Pernyataan ini bermakna bahwa ia
mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain.  Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the
equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. 
Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing
dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi.  Dan dua gaya komunikasi terakhir yaitu: controlling dan with
drawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang
bermanfaat.4
2. Coaching
1. Pengertian Coaching
Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada
seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan
membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu
prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan
orang yang di coaching disebut coachee. Proses coaching akan sangat menolong
seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik
dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu akan tetapi juga
mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan coacheenya
sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling pengertian yang
lebih mendalam.5

4
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, Malang: UMM PRESS, , 2013, hal 279
5
Riandi, Widodo, dan Supriatno, Developing of Video – Based Coaching Package. Result the Second
Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI, 2008, hal 143

11
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu mengatasi
dan memecahkan masalah pada individu, memberikan motivasi dan dukungan
semangat dalam melaksanakan tugasnya. Kesempatan untuk peningkatan kerja
bisa diperoleh melalui keterampilan. Untuk memperoleh bantuan yang nyata dapat
diberikan dari dukungan individu atau organisasi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang fasilitator dalam melakukan bimbingan:
a. Apa hasil yang diharapkan atau yang diinginkan
b. Bagaimana cara mengukurnya
c. Perubahan apa yang diperlukan untuk memenuhi harapan atau hasil yang
diinginkan
Fasilitator harus menentukan apakah peserta mampu memenuhi harapan atau
hasil yang diinginkan. Terkait dengan waktu dan usaha yang diperlukan untuk
tujuan tersebut juga harus ditentukan dengan menggunakan panduan kinerja.6
2.    Tujuan Coaching
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan
kinerja individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan
dengan kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik,
pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan pelaksanaan manajemen
perubahan. Beberapa tujuan coaching yaitu:
a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual.
b. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran
dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta.
c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang
diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan
peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang.

6
Mercurio, N. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching Process. Toronto: The
Canadian Manager, 2008, hal 94

12
d. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi mereka.
3.    Proses Coaching
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan
serta untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain
itu dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam
kehidupan bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan
tanggung jawab yang telah diberikan dan membangun serta melakukan setiap
rencana kerja. Secara sederhana proses coaching akan membantu untuk
menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai
suatu keberhasilan. Dimana keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan
secara kontinyu.
Orang yang sedang di coaching atau coachee, akan diarahkan untuk
membahas secara terperinci dimulai dari tujuan evaluasi pekerjaan saat itu, siapa
dan bagaimana keberadaan coachee, apa dan dimana yang menjadi prioritas dan
coachee akan diarahkan untuk menyadari untuk membuat satu keputusan tentang
masa depan. Melalui bantuan seorang personal coach maka seorang coachee akan
semakin mempertajam kehidupan personalnya dan dia akan lebih efektif di dalam
menyelesaikan segala persoalan kehidupannya.
Proses coaching pada intinya adalah suatu percakapan, dialog antara seorang
peserta dengan orang yang membimbing (fasilitator). Penerapan konteks
pendekatan hasil (result oriented) yang produktif, seorang coach akan melibatkan
si coachee untuk membicarakan sesuatu yang sudah diketahui. Pada kenyataannya
seorang coachee sudah memiliki semua jawaban terhadap semua pertanyaan,
apakah itu sudah ditanyakan atau belum ditanyakan. Dapat disimpulkan bahwa
proses coaching juga meningkatkan proses berpikir dari yang dibimbing.
Seorang coach akan membantu coachee di dalam suatu proses pembelajaran,
tetapi coach bukanlah seorang guru dan tidak perlu untuk mengetahui bagaimana
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik daripada yang dikerjakan coachee. Tetapi

13
yang terpenting adalah seorang coach akan lebih mengobservasi mengenai pola,
menetapkan tahap-tahap tindakan atau action yang lebih baik yang akan
dikerjakan. Dimana proses ini melibatkan proses pembelajaran melalui berbagai
teknik coaching seperti:
a. Mendengarkan
b. Refleksi, menanyakan pertanyaan dan menyediakan informasi
c. Seorang coach akan menolong coachee untuk menjadi seorang yang mampu
mengoreksi dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri. Sehingga dia dapat
belajar untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya, membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawabannya.
4.    Teknik Coaching
a.     Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar
tercipta suasana yang saling mempercayai.
b.    Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan
dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga
permasalahan mana yang akan dipecahkan terlebih dahulu.
d. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha memberikan saran dan
alternatif-alternatif, namun coachee sendirilah yang harus mengembangkan
solusi permasalahan yang dihadapi.
d.   Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai coachee dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan
disepakati untuk diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut
telah tercapai atau belum.

14
Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses
pembelajaran, teknik yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi
dengan coachee dan dengan teknik yang sederhana seperti mendengarkan,
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi umpan balik
merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.
3. Conflict Skills
Tugas seorang pemimpin yaitu mampu memecahklan masalah dengan baik,
mampu mengembangkan konflik sehingga dapat mencapai titik kritis namun
jangan sampai tiba pada titik kepatahan atau “breaking point”, adalah betul-betul
mengandung resiko dan bahaya dan merupakan tugas yang sangat berat.7 Seorang
Pemimpin memerlukan jiwa yang dinamis, kreatif, berani, bertanggung jawab dan
berdedikasi penuh pengabdian, yang hanya dimiliki oleh pribadi pemimpin yang
berkarakter kuat. Pemimpin modern harus mampu mendorong bawahannya agar
menemukan ide-ide sendiri, berpartisipasi aktif dan mau menerima banyak
perbedaan dan keragaman. Lalu menciptakan kondisi yang merangsang konflik
positif yang terkendali dan menyelesaikannya dengan baik. Adapun cara
pemimpin untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi, yaitu:

1. Konflik dari dalam diri individu (individual conflict)

Konflik yang terjadi dalam organisasi jika dibiarkan akan menimbulkan


keadaan yang tidak menyenangkan, konflik yang ada didalam diri individu dapat
menyebabkan seseorang merasa bimbang bingung sehingga dalam menyelesaikan
pekerjaan tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Peran seorang pemimpin harus
dapat memberikan arahan terhadap bawahannya, yaitu:

a. Memberikan waktu kepada bawahan untuk merenung danmemikirkan jalan


keluarnya.

7
Thariq Muhammad As-Suwaidan, Memproduksi Pemimpin Hebat, Surabaya: PT. Elba Fitrah Mandiri
Sejahtera, 2009, hal 153

15
b. Apabila cara tidak berhasil, pimpinan mencarikan beberapa alternatif, saran,
masukan yang baik dan memberikan rasapercaya diri kepada bawahan supaya
yakin apa yang akan dipilih adalah solusi terbaik untuk menentukan tujuan
yang dilaksanakannya.
2. Konflik antar individu maupun antar kelompok

Banyak cara untuk memecahkan persoalan konflik antar pribadi maupun antar
kelompok, misalnya membuka diri, menerima umpan balik, menaruh kepercayaan
terhadap orang lain. Ada beberapa strategi untuk mengurangi konflik di organisasi,
yaitu :

1. Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif


Bila dua kelompok atau dua individu memiliki tujuan yang berbeda karena
masing-masing menganut sistem nilai yang berbeda, maka penyelesaian
masalahnya ialah:
a. Duduk bersama, berunding, dan bermusyawarah.
b. Melihat masalah dengan kepala dingin dan mendiskusikannya.
c. Melalui sikap kooperatif orang berusaha melepaskan perbedaan-perbedaan
yang tidak prinsipil, untuk lebih banyak menemukan titik-titik persamaan.
d. Tidak selalu mau menang sendiri dan mengharuskan pihak lain mengalah.
Bersedialah mengalah dengan itikad baik untuk memecahkan masalah.

2. Mempersatukan tujuan

Tujuan yang dipersatukan ini sama dengan tujuan yang harus dicapai oleh
kelompok yang tengah berselisih. Tujuan bersama itu harus bisa dicapai
karena sifatnya imperative atau memaksa. Melalui jalan kooperatif dan
disertai rasa solidaritas tinggi, orang harus bisa bekerjasama atas dasar saling
percayadan mempercayai satu sama lain.8

8
Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2011 hal 145

16
3. Menghindari konflik

Cara paling wajar dan mudah yaitu menghindari suatu konflik, yang
bertujuan untuk tidak melakukan, menentang, lalu mendesak semua kesebalan
dan kekecewaan kedalam ketidaksabaran sehingga menjadi kompleks-
kompleks terdesak, yang sering menjadi sumber pengganggu bagi ketenangan
batin sendiri. Dengan jalan pendesakan bertujuan menghindari kesusahan.
Yang penting adalah menghindari orang yang tidak disenangi, dan
menghindari konflik terbuka. Selanjutnya cepat atau lambat orang harus
berani saling berkonfrontasi dan mencari jalan penyelesaiannya.

4. Memperhalus konflik

Memperhalus konflik itu berarti melicinkan jalan atau memperhalus


penyelesaian konflik dengan jalan:

a. Mengecilkan perbedaan-perbedaan sikap dan ide dariperorangan dan


kelompok yang tengah bertikai.
b. Dan memperbesar titik persamaan/ titik singgungdari tujuanatau
kepentingan bersama, yang harus dicapai dengan cara kooperatif.
Dengan memperhalus konflik dan melicinkan jalan penyelesaian orang
berusaha dengan sengaja dan sadar menyingkirkan perbedaan untuk lebih
menonjolkan persamaan serta kepentingan bersama, sehingga jalan damai
dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang dipertengkarkan.
5. Kompromi
Kompromi merupakan proses saling berjanjiantara kedua belah pihak
yang bersedia melepaskan sebagian dari tuntutannya. Dalam peristiwa
kompromi boleh dikatakan tidak ada pihak yang menang dan yang kalah
secara mutlak. Kedua belah pihak bersedia mengorbankan sedikit dari
pendirian dan tuntutanya sehingga tersapai satu keputusan bersama, sekalipun
keputusan itu tidak bisa disebut sebagai hasil yang optimal bagi kedua belah

17
piha. Keputusan hasil kompromi itu merupakan produk penalaran,saling
mengalah, saling memberi dan menerima dimana kedua belah pihak saling
terpuaskan.
6. Tindakan yang otoriter
Dalam struktur organisasi formal dengan adanya relasi atasan-bawahan,
maka otoritas dan kewibawaan pemimpin yang berkedudukan paling tinggi
merupakan suara pemutus bagi konflik antar-individu dan antar-kelompok.
Kekuasaan formal merupakan bentuk arbitrage atau perwasitan dan sebagai
alat penentu. Kepemimpinan otoriter dengan tindakan-tindakan yang tegas
dan drastis itu disaat genting itu bisa menegakkan orde, bisa menjadi alat
koordinasi yang efektif.
7. Mengubah struktur individual dan struktur organisasi
Cara lain untuk mengurangi konflik yaitu dengan cara mengubah struktur
organisasi. Memindahkan dan mempertukarkan anggota-anggota kelompok
dan pemimpinnya, dengan semboyan “the right man in the right place”,
membentuk badan koordinasi, memperkenalkan sistem konsultasi dan sistem
apel, memperluas partisipasi aktif para anggota dan anak buah.
Dengan menukar-nukar anggota dan pemimpin dapat tercapai iklim psikis
baru, sehingga suasana kompetitif dan konfliktius bisa dikurangi menjadi
seminim mungkin.9

C. Critical Reviews
Sejarah manusia telah memperlihatkan bahwa sejak zaman dahulu manusia
yang hidup berkelompok sudah mengenal pemimpin yang akan memimpin
mereka. Dan seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dalam
berkomunikasi. Karena komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan
kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa
komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu,

9
Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2011 hal 147

18
berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia
juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Disinilah pentingnya
kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha
untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu
manajemen dalam organisasi.
Hal lain yang penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannnya yang meliputi dari mahir dalam berkomunikasi, bisa
mengarahkan anggotanya dengan menggunakan coaching dan bisa memecahkan
masalah (konflik kepemimpinan). Ada satu hal yang sangat penting selain hal
tersebut bagi seorang pemimpin harus bertanggung jawab, karena setiap
pemimpin akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya dan juga akan di
minta pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Dalam hadist Bukhori No. 853
dijelaskan:

ُ‫رْ اَة‬JJ‫ئُوْ ٌل َع ْنهُ ْم َو ْالَ َم‬J ‫ ِه َو َم ْس‬J ِ‫اْاَل ِ ِم ْي ُر َعلَي َر ِعيِّت‬JJَ‫ ِه ف‬J ِ‫ ُؤوْ ٌل ع َْن َر ِعيِّت‬J ‫اع َو ُكلٌّ ُك ْم َم ْس‬
ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
ٍ ‫ت زَ وْ ِجهَا َو ِه َي َم ْس ُؤوْ لَةٌ َع ْنهُ َو ْال َع ْب ُد َر‬
َ Jُ‫اع َعلَي َما ِل َسيِّ ِد ِه َوه‬
‫ ُؤوْ ٌل‬J ‫و َم ْس‬J ِ ‫َرا ِعيَّةٌ َعلَي بَ ْي‬
ُ‫َع ْنه‬
Artinya:
setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap
kepemimpinannya. Seorang gubernur adalah pemimpin bagi rakyatnya dan
bertanggung jawab tentang mereka, seorang wanita adalah pemimpin bagi
rumah suaminya dan bertanggung jawab atasnya. Seorang budakpun adalah
pemimpin atas harta tuannya dan bertanggung jawab atasnya.

D. Conclusion

19
Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangatlah penting
dimiliki oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya
untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, mendorong anggota untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan, pengendalian,
koordinasi, latihan, manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya.
Dan proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan
dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui
keberadaannya saat itu akan tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang
seharusnya dapat dicapai.

Selanjutnya tugas seorang pemimpin yaitu mampu memecahklan masalah


dengan baik, mampu mengembangkan konflik sehingga dapat mencapai titik
kritis namun jangan sampai tiba pada titik kepatahan atau “breaking point”,
adalah betul-betul mengandung resiko dan bahaya dan merupakan tugas yang
sangat berat. Seorang Pemimpin memerlukan jiwa yang dinamis, kreatif, berani,
bertanggung jawab dan berdedikasi penuh pengabdian, yang hanya dimiliki oleh
pribadi pemimpin yang berkarakter kuat. Pemimpin modern harus mampu
mendorong bawahannya agar menemukan ide-ide sendiri, berpartisipasi aktif dan
mau menerima banyak perbedaan dan keragaman. Lalu menciptakan kondisi
yang merangsang konflik positif yang terkendali dan menyelesaikannya dengan
baik.

E. Reference

Effendy Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi, Bandung:  PT. Remaja Rosda Karya,
2003
Herujito, dan Yayat M., Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Grasindo. 2001
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, Malang: UMM PRESS, 2013

20
Riandi, Widodo, dan Supriatno, Developing of Video – Based Coaching
Package. Result the Second Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI, 2008
Mercurio, N. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching Process.
Toronto: The Canadian Manager, 2008
Thariq Muhammad As-Suwaidan, Memproduksi Pemimpin Hebat, Surabaya: PT.
Elba Fitrah Mandiri Sejahtera, 2009
Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2011

21

Anda mungkin juga menyukai