Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elais quinensis) merupakan komoditas yang penting karena


kebutuhan akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit
merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial karena tidak semua
negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan termasuk
daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.

Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan


Perkebunan Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan
Rakyat, membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan
infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga penyediaan sumber daya manusia.

Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada


tahun 1969. Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha
dengan total produksi minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun.
Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada
tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas areal tidak dibarengi dengan
peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah standar.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dimana


saat ini Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia. Dengan melihat usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun
perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi pertanian. Indonesia diprediksi
menjadi negara penghasil CPO utama dunia tahun 2010. Habitat aslinya adalah
daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Tanaman
ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit
membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun, yaitu

1
daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau.
Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit. Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai macam produk
turunannya yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Guna mendukung
pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk turunannya, diperlukan
integritas yang tinggi terutama antara daerah penghasil bahan baku, industri
pengolah dan daerah pemasaran. Industri minyak kelapa sawil merupakan industri
yang terpadu, dimana beberapa pemegang kepentingan saling berkait. Keterkaitan
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok daerah penghasil bahan baku TBS
dan daerah produsen atau pemasar produk turunan minyak kelapa sawit.

Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor


pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis
seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Prospek perkembangan industri kelapa
sawit saat ini sangat pesat, karena terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa
sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Kebun dan industri kelapa
sawit menyerap lebih dari 4,5 juta petani dan tenaga kerja dan menyumbang
sekitar 4,5 persen dari total nilai ekspor nasional (Suharto, 2007). Hal ini telah
menjadikan Indonesia sebagai Negara pengekspor Crude Palm Oil (CPO) terbesar
di dunia.

Panen rata-rata tahunan minyak sawit mentah Indonesia meningkat sebesar


tiga persen pada 10 tahun terakhir, sedangkan wilayah yang ditanami kelapa sawit
meningkat selama sembilan tahun terakhir. Produksi minyak sawit mentah
Indonesia tahun 2014 mencapai 29 juta metrik ton lebih.

Dampak lain perkembangan pesat produksi minyak sawit mentah adalah


limbah cair kelapa sawit, yang sering disebut sebagai Palm Oil Mill Effluent atau
POME. POME adalah limbah cair yang berminyak dan tidak beracun, hasil
pengolahan minyak sawit. Meski tak beracun, limbah cair tersebut dapat
menyebabkan bencana lingkungan bila dibuang ke kolam terbuka, dan akan
melepaskan sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya yang
menyebabkan emisi gas rumah kaca. Proses pengolahan minyak sawit

2
menghasilkan sejumlah besar limbah cair (55-67 persen), yang dapat mencemari
air karena mengandung 20.000 - 30.000 mg/l Biological Oxygen Demand (BOD).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO ?

1.2.2 Apa sajakah mesin dan peralatan yang digunakan serta fungsinya dalam
pengolahan CPO ?

1.2.3 Apakah produk turunan dari minyak kelapa sawit ?

1.3 Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan produk lain
sebagai turunannya

2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin yang digunakan dalam


pengolahan kelapa sawit

3. Memberi informasi kepada pembaca mengenai pengolahan kelapa sawit

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit


Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan rasa,
kelarutan, titik cair, titik didih , titik pelunakan, bobot jenis, indeks bias, titik
kekeruhan, titik asap, dan titik nyala.
Tabel 1. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Sawit
Sifat Minyak kelapa sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu 0,900 0,900 – 0,913


kamar

Indeks bias 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20

2.2 Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi CPO

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan
proses pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah
kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60%
buah telah matang panen, dari 5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan
buah matang panen. Ciri tandan buah matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada
10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.Hasil terpenting
dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah

4
(pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau
kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan


dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat
Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur
berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk
segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi.
Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah,


dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak
dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan
biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari
cangkangnya. Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar
(TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit
(Kernel). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit
(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Jembatan Timbang, sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban,


dimana tekanan dikarenakan beban menyebabkan variasi pada sistem
listrik yang diukur. Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang
dipakai menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja
dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang
berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang,
selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.
2. Penyortiran, Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis
Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting
dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah

5
Segar). Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan
ALB (Asam Lemak Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah Rendamen minyak (%) Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1

Selanjutnya pengolahan dilakukan dengan mesin di dalam pabrik sebagai berikut :

1. Perebusan

Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori


atau boiler rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan
langsung dimasukkan ke dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang
menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses
perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat
menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah
lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan
keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan
menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS.
Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak
ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat
Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan
menggunakan Hoisting Crane.

2. Perontokan Buah dari Tandan

Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan
dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut
terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester.
Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang
digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil

6
stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja
dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari
thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang
selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan
sebagai produk samping.

3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor


dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini
dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester)
ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° –
90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan
ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan
fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15%
terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak
kasar dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude
Oil Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang
kemudian dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji
yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan
biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu
ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak
kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan
Solid dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan
ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada
fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam
Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan
minyaknya.

4. Proses Pemurnian Minyak

7
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk
memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke
Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian
melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil
Storage Tank).

2.3 Mesin dan peralatan Pengolahan pada Pabrik Kelapa Sawit

2.2.1 Boiler
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari
sebuah pabrik kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber
tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit.
Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air menjadi
Uap dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan
diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada semua
peralatan yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin. Turbin
disini adalah turbin uap dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang
dihasilkan dari ketel uap. selain turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang
membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat untuk memasak TBS) dan distasiun
pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas uap yang dihasilkan
harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut. karena
jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Boiler atau ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit biasanya
adalah boiler dengan kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan dengan tekanan 20
kg/cm2. dimana dibutuhkan 2 unit boiler untuk pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas olah 45 ton TBS/jam.
Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah
ketel uap yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama
kali untuk memutar turbin sebagai pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap
dari pembangkit tersebut digunakan sebagai pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagian yaitu : ketel pipa air dan
ketel pipa api. ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel pipa

8
air. maksudnya adalah air berada didalam pipa dipanaskan oleh api yang berada
diluar pipa air.
Untuk menghitung kapasitau uap pada ketel uap yang dibutuhkan adalah
dengan kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton uap/ton TBS. Jadi,
untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x 0.6 = 27 ton uap/jam. Maka
dari itu dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan kapasita uap 20 ton uap/jam pada
masing-masing ketel uap. Biasanya boiler yang digunakan di pabrik kelapa sawit
memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Kapasita Uap                                          :  20 Ton/jam


2. Temperatur Uap                                     :  280 C
3. Tekanan Uap                                           :  20 kg/cm2
4. Temperatur air umpan                           :  90 C
5. Effisiensi Ketel Uap                             :  75 %
6. Pemakaian bahan bakar                         :  75% serabut dan 25%
cangkang.

2.2.2 Sterilizer
Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau
sterilisasi yang dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser) dengan
menggunakan uap air jenuh (saturated steam). Penggunaan uap jenuh
memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air di dalam buah,
jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus
sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat juga
mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas steam
yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar
diperoleh hasil perebusan yang sempurna. Proses perebusan TBS dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator dalam
pembentukan trigliserida dan kemudian memecahnya untuk menjadi Asam
Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim akan berhenti jika diberikan suhu

9
minimum 50oC, pada proses perebusan temperatur di dalam steriliser mencapai
120oC dengan tekanan 2,8 bar.
2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin
yang terdapat di pangkal buah, dengan demikian akan mempermudahkan
brondolan lepas dari tandannya pada saat proses penebahan dan juga akan
mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit.
3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan pemisahan
minyak dan cake ketika dikempa.
4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan pemisahan
partikel–partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari biji selama
pengadukan ataupun saat proses pemisahan serat dengan biji serta pengeringan
inti (dehidrasi) di dalam notten akan mempermudah lepasnya (lekang) inti dari
cangkang saat poses pemecahan biji.
5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu menyusup
sampai ke dalam daging buah sehingga memudahkan pemisahan minyak dan
air pada CST.

2.2.3 Digester
Fungsi dari digester adalah : a) Untuk melepaskan daging buah dari nut
(biji ) b) Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya c)
Untuk menaikkan temperature buah d) Untuk melepaskan sel-sel minyak dari sel
daging buah e) Untuk mengalirkan sebagian minyak yang terbentuk di digester
sehingga mengurangi volume pengempaan . Digester merupakan sebuah tabung
silinder vertical yang didalam nya dipasang pisau-pisau pengaduk. Dalam digester
terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada poros dan di gerakkan oleh
motor listrik. Pisau bagian atas digunakan untuk mencacah/melumat borondolan,
dan pisau bagian bawah (Stirring arm bottom) digunakan untuk mendorong massa
keluar dari ketel adukan menuju screw press Untuk memudahkan
pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC, yang menggunakan tekanan
uap langsung sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengadukan,
yaitu : a) Kematangan buah yang direbus, jika buah mentah maka daging buah

10
sulit dilepas dari nut dan sulit dilumat. b) Volume digester minimal ¾ penuh c)
Waktu pengadukan pada digester yang baik adalah ±20 menit. d) Temperature
yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak sulit dipress karena kekentalan
minyak rendah.

2.2.4 Screw Press


Screw press adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak kasar
dari daging buah dan biji. Alat ini terbuat dari sebuah tabung berlubang-lubang
yang di dalamnya terdapat dua buah screw yang pada ujungnya terdapat konus
yang dapat maju mundur secara hidrolis. Massa yang keluar dari ketel adukan
melalui feed screw (sebagian minyak keluar) masuk ke dalam main screw lalu
ditampung dalam talang minyak oil gutter. Untuk mempermudah pemisahan dan
pengaliran minyak pada feed screw dilakukan injeksi uap pada digester dan
penambahan air panas pada temperatur 90-95oC. Ampas akan diolah untuk
mendapatkan inti (kernel).
Pelumatan pada screw press memakai air pengencer yang berfungsi untuk
mempermudah pemerasan minyak pada fibre, hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengentalan (emulsi). Hal – hal yang perlu diperhatikan
dalam pengempaan : 1) Pada pengempaan dilakukan injeksi uap dan air panas
pada temperature 90-95oC. 2) Penekanan harus dilakukan berangsur – angsur dari
tekanan rendah ke tekanan tinggi ±40 bar.
Tekanan kempa yang terlalu tinggi menyebabkan : 1) Jumlah biji pecah
bertambah 2) Jumlah serat – serat halus yang terikut minyak bertambah sehingga
mempersulit prosess selanjutnya. Tekanan kempa yang rendah menyebabkan : 1)
Cake basah, kerugian minyak pada ampas dan biji tinggi. 2) Pemisahan biji dan
ampas tidak sempurna. 3) Ampas menjadi basah, sehingga tidak dapat digunakan
sebagai bahan baku ketel uap. 4) Jumlah air pengencer, air pengencer yang terlalu
berlebihan dapat mempengaruhi kandungan air cake yang tinggi, sehingga
pemecahan cake akan lebih sulit pada CBC (Cake Breaker Conveyor) 5)
Pemberian air dilakukakn dengan cara menyiram cake dalam pressan dari atas
bagian tengah atau di chute screw press.

11
2.2.5 Saringan Bergetar (Vibrating Screen)
Saringan Bergetar digunakan untuk memisahkan benda-benda padat yang
terikut minyak kasar. Benda-benda yang berupa ampas yang disaring pada
saringan ini dikembalikan ke bottom cross conveyor untuk diproses kembali.
Cairan minyak ditampung dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank / Bak RO).
Saringan getar terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan masing-
masing 2 M2. Tingkat atas memakai kawat saringan mesh 30 sedangkan tingkat
bawah memakai mesh 40. Untuk memudahkan penyaringan maka pada waktu
penyaringan masa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 60°C. Hal
– hal yang perlu diperhatikan : 1) Pengenceran dengan air diatur sehingga cairan
dalam tangki mempinyai perbandingan 1 bagian minyak dan 2 bagian lumpur
( sludge ). 2) Jumlah getaran ayakan 1400 – 3000 getaran / menit.

2.2.6 Pengeringan Minyak (vacum dryer)


Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan air dari
minyak dengan cara penguapan dalam kondisi hampa udara. Hasil yang
diharapkan dari proses ini adalah minyak dengan kadar air 0,1 – 0,15% dan kadar
kotoran 0,013 – 0,015%. Melalui tangki apung (float tank) inilah yang mengatur
jumlah minyak, pertama minyak dialirkan ke vacum drayer. Minyak terhisap
kedalam tabung melalui pemercikan (nozzle) karena adanya hampa udara dan
minyak terpencar kedalam tabung hampa. Uap air dari tabung hampa terhisap oleh
ejector 1, masuk kedalam kondensor 1, sisa uap kondensor 1 terhisap oleh ejector
2, masuk kedalam kondensor 2, sisa uap terakhir dihisap oleh ejector 3 dan
dibuang ke atmosper atau udara. Air yang terbentuk dalam kondensor 1 dan 2
langsung dibuang. Minyak ditampung di Tangki Minyak produksi (oil transfer
tank )dan selanjutnya dipompakan ketangki timbun

12
2.4 Produk Turunan Kelapa Sawit

Gambar 1. Pohon industri kelapa sawit

1. Produk turunan CPO.


Produk turunan CPO selain minyak goreng kelapa sawit, dapat dihasilkan
margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats,
Instans Noodle, Sabun dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan
Coatings, Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream
Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk

13
biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun mendatang akan
semakin meningkat, terutama dengan diterapkannya kebijaksanaan di beberapa
negara Eropa dan Jepang untuk menggunakan renewable energy.
2. Produk Turunan Minyak Inti Sawit
Produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa
Butter Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar
Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun,
Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit
Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat
dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing,
Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives,
Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.
Dari gambaran tersebut dapat disampaikan bahwa prospek kelapa sawit
masih sangat luas, tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak makan, tetapi
juga untuk kebutuhanproduk-produk turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya
saing produk kelapa sawit dan turunannya agar lebih mempunyai daya saing,
keterpaduan penanganan sejak dari kegiatanperencanaan, kegiatan on-farm, off-
farm, dukungan sarana dan prasaran serta jasa-jasa penunjangnya sangat
diperlukan.
Berdasarkan turunan tersebut, turunan kelapa sawit dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian sesuai manfaatnya sebagai berikut.
 Consumer goods
Produk yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Produk seperti sabun,
shampoo, deterjen, pasta gigi, dan kosmetik bahkan makanan. Salah satu
keunggulan produk yang dihasilkan dari turunan minyak sawit adalah kadar lemak
yang rendah dan relative aman untuk jangka panjang. Selain itu produk yang
berasal dari minyak sawit lebih ramah lingkungan karena mudah terurai dan juga
tidak menyebabkan iritasi. Selain minyak dan bahan solid lain, dihasilkan juga
beberapa padatan yang dapat langsung digunakan atau harus diproses lebih lanjut.

14
 Bahan Baku Makanan
Produk turunan ini sangat baik karena mengandung gizi dan bersifat non-
kolesterol selain tidak berlemak. Produk turunan berupa makanan yang berasal
dari minyak sawit juga mengandung asam linoleat yang merupakan asam lemak
yang sangat esensial untuk tubuh.
Vitamin yang terkandung dalam makanan yang merupakan turunan dari
minyak sawit adalah pro-vitamin A dan Vitamin E. produk-produk ini juga
mengandung beta-karoten dan terdapat karbohidrat serta energy dan protein.
Produk makanan minyak sawit juga mengandung omega 9 yang tinggi
sehingga dapat mencegah penyakit jantung koroner. Dibandingkan dengan
minyak nabati lain minyak sawit mampu mengurangi radikal bebas dan juga
memperlambat proses penuaan.
seperti mentega, lemak untuk masakan (shortening), bahan tambahan coklat,
bahan baku es krim, pembuat asam lemak, vanaspati, bahan baku berbagai
industry, dan bahan makanan ternak.

 Bahan Baku kosmetik dan obat-obatan


Seperti krim, shampoo, lotion dan vitamin A, minyak sawit lebih mudah
diserap kulit dibandingkan dengan jenis minyak lain.

 Bahan baku industri


Digunakan sebagai pelembut dan pelunak, pada industry tekstil karena
mudah dibersihkan, sebagai pelumas cukup baik digunakan karena tahan terhadap
tekanan dan suhu tinggi, sebagai bahan flotasi pada pemisah biji tembaga dan
kobalt, pada industry ringan dijadikan salah satu bahan baku pembuatan sabun,
semir sepatu, lilin, deterjen, dan tinta cetak.

4. Produk Turunan dari Limbah Kelapa Sawit


Dalam produksi pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa
sawit,tentunya melalui berbagai proses industri skala besar. Pada proses industri
pengolahan kelapa sawit tersebut,selain menghasilkan minyak kelapa sawit

15
nantinya juga akan dihasilkan berbagai limbah buangan, baik itu yang berupa
limbah cair ataupun limbah padat. Dalam perkembangannya kedua jenis limbah
kelapa sawit tersebut dapat dimanfaatkan menjadi  hasil produksi sampingan
kelapa sawit yang memiliki nilai ekonomis yang cukup menjanjikan.
4.1 Limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
alternatif berupa biogas. Hal ini dikarenakan limbah cair kelapa sawit
memiliki kandungan gas methan dan karbon dioksida yang merupakan
bahan baku utama pembuatan biogas. Potensi produsi dari pemanfaatan 
limbah cair kelapa sawit menjadi biogas ini sendiri mencapai 1075 juta
meter kubik. Jumlah ini setara dengan 516.000 ton gas LPG, 559 juta liter
solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh listrik. Selain itu
pembuatan biogas dari limbah minyak kelapa sawit memiliki beberapa
keunggulan, antara lain menghindari pencemaran limbah terhadap air
tanah dan sungai, Transfer Pricing karena penggunaan biogas berbahan
baku limbah minyak kelapa sawit ini akan menekan pokok produksi
minyak kelapa sawit, memperoleh mekanisme pembangunan yang baik
dan bersih, dan dapat di bangun terintegrasi dengan pabrik minyak kelapa
sawit karena berfungsi sebagai pengolah limbah.
4.1 Limbah padat kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit, serat,
cangkang, batang, dan pelepah. Dari berbagai limbah padat tersebut,
hampir semuanya dapat diolah kembali menjadi hasil produksi yang
memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong kelapa sawit pada awalnya biasa
digunakan sebagai kompos namun sejalan dengan penelitian yang
dilakukan, tandan kosong kelapa sawit dapat pula dimanfaatkan menjadi
bahan bakar generator listrik. Serat kelapa sawit dapat menjadi bahan
selulosa yang dapat diolah menjadi kertas. Cangkang kelapa sawit dapat
diolah menjadi beberapa produk yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu
karbon aktif, fenol, asap cair, tepung tempurung dan briket arang. Batang
kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan
furnitur,serta dapat menjadi sumber biomassa. Pelepah kelapa sawit dapat
digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki kandungan nutrisi yang
baik.

16
Tabel Produk Turunan Kelapa sawit dan Mesin Pengolahnya
No Produk Mesin dan alat Kegunaan
.
1. Biodiesel Fermentor Sebagai tempat fermentasi minyak atau
limbah minyak kelapa sawit.
Untuk menyuling atau memurnikan
Destilator biodiesel dari bahan baku atau kotoran.

2. PKO Cake breaker Mengangkut biji yag masih tercampur


(Pump conveyor dengan ampas
kernel oil) Nut silo Menampung dan menurunkan kadar air
Nut grading biji
drum Memisahkan biji berdasarkan ukuran
Nut craker yang sesuai fraksi
Dry separator Memecah biji
Hydro cyclon Memisaahkan debu dengan cangkang
Kernel drier halus
Memisahkan cangkang dengan
inti/kernel
Mengeringkan kernel

3. Pakan Crusher atau Penyacah pelepah kelapa sawit


ternak hidrolyc mills menjadi lebih halus
Mengaktivasi pakan ternak dengan
Fermentor mikroorganisme setelah ditambah
molase

17
4. Buah Dodos / egrek Memotong /memanen buah kelapa
kelapa sawit dari pohon
sawit Kereta sorong Mengangkut buah kelapa sawit dari
kebun ketempat penimbangan

5. Manfaat atau kegunaan Proses Industri Minyak Kelapa Sawit

Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:

a. Sebagai bahan bakar alternatif biodisel

b. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)

c. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)

d. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industri
makanan)

e. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi

f. Sebagai bahan pembuat particle board (batang dang pelepah).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa proses


pengolahan kelapa sawit untuk dijadikan minyak kelapa sawit (CPO) melalui
beberapa tahapan yaitu penimbangan, sortasi, perebusan, pengepressan,
pemurnian dan penyimpanan. Selain itu minyak kelapa sawit juga dapat diolah
menjadi produk turunan yang juga bernilai ekonomis tinggi diantaranya sabun,
PKO, pakan ternak, dan produk tekstil.

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis,


karena berhubungan dengan sektor pertanian (agro‐based industry) yang banyak
berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak goreng saja, tetapi juga
bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti industri makanan,
kosmetika dan industri sabun.

Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat


pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring
meningkatnya kebutuhan masyarakat.

Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini


berdampak positif bagi perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya
terhadap pendapatan negara, maupun besarnya tenaga kerja yang terserap di
sektor. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar

19
perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih
rendah dari angka penduduk miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri
minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi
nasional.

3.2 Saran

Penanganan pasca panen buah kelapa sawit sebaiknya harus dilakukan


dengan baik dengan menghindari terjadinya kerusakan seperti benturan yang
mengakibatkan buah sawit memar karena hal ini dapat memacu kerja enzim dan
reaksi pembentukan asam lemak bebas sehingga nantinya akan mengurangi
kualitas CPO yang dihasilkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyan, dkk. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya

Hadi, N. 2017. Makalah Pengolahan Kelapa Sawit.


https://www.academia.edu/17605413/Makalah-pengolahan-kelapa-sawit-
[ diakses 15 Maret 2020 ]

Pardamaen, Marulia. 2011. Sukses Membuka Kebun dan PKS. Jakarta


Penebar Swadaya

Pasaribu,N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : USU press

Susilawati. 1997. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit.


http://www.saskiani.blogspot.com [diakses pada 15 Maret 2020]

Suryani. 2012. Produk Turunan Kelapa Sawit.


http://www.ainira.blogspot.com [diakses pada 15 Maret 2020]

Syarel. 2012. Pengolahan CPO menjadi PKO.


http://syerelmediapembelajaran.wordpress.com/2012/08/15/tugas-alat-
proses-pengolahan-crude-palm-oil-cpo/ [diakses pada 15 Maret 2020]

Unknown. 2017. Produk Olahan Kelapa Sawit dan Turunannya.


https://infostudikimia.blogspot.com/2017/02/produk-olahan-kelapa-sawit-
dan.html [diakses pada 15 Maret 2020]

21

Anda mungkin juga menyukai