Anda di halaman 1dari 3

JURNAL KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST LAPAROTOMI


DENGAN PERITONITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA AMAN DAN NYAMAN

A. Ringkasan Jurnal
Peritonitis merupakanpenyakit inflamasi pada membrane peritoneum, penyebabnya
yaituadanya infeksi bakteri, penyebaran infeksi dari organ abdomen, rupture saluran cerna
dan luka tembus abdomen yang mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan. Terjadinya
reaksi peradangan lokal menyebabkan proses inflamasi akut dalam rongga abdomen
sehingga terjadi pembentukan abses sebagai bentuk pencegahan infeksi yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen (Black & Hawks, 2014; Padila, 2012).
Nyeri pada abdomen menjaditanda gejala yang paling umumsering muncul pada
pasien peritonitisyang harus segera dilakukan tindakan pembedahan laparotomi.
Laparotomiadalah pembedahan yang dilakukanpada abdomen apabila terjadimasalah
kesehatan yang berat padaarea abdomen. Indikasi pasiendilakukan laparotomi
disebabkanoleh beberapa hal yaitu karenatrauma abdomen (tumpul/ tajam)atau ruptur
hepar, peritonitis,perdarahan saluran pencernaan,sumbatan pada usus halus dan besar,dan
massa pada abdomen(Nainggolan, 2013).
Menurut Wira Ditya (2016),dampak dari tindakan pembedahanyang telah dilakukan
dapatmengakibatkan timbulnya luka padabagian tubuh pasien sehinggamenimbulkan rasa
nyeri. Nyeri dapatmemperpanjang masa penyembuhankarena akan
mengganggukembalinya aktivitas pasien danmenjadi salah satu alasan pasientidak ingin
bergerak.Nyeridianggap sangat mengganggu bahkan menyulitkan banyak orang karenarasa
ketidaknyamanan yang dapatmerespon secara biologis danperilaku sehingga akan
menimbulkanrespon fisik atau psikis. Respon fisikmerupakan perubahan keadaanumum,
ekspresi wajah, nadi,pernapasan, suhu. Respon nyerilainnya adalah respon psikis, responini
dapat merangsang stress yangmenekan sistem imun danperadangan serta menghambat
prosespenyembuhan (Andarmoyo, 2014).Manajemen nyeri adalahpengurangan nyeri
sampai padatingkat kenyamanan yang dapatditerima oleh pasien dalampemenuhan
kebutuhan rasa aman dannyaman. Penatalaksanaan terhadappasien dengan kondisi nyeri
dapatdilakukan dengan cara farmakologidan nonfarmakologi denganmengajarkan tekhnik
relaksasiautogenik (Andarmoyo, 2014).
Berdasarkan jurnal keperawatanNurhayati, Septiani dan Novi, (2015)pemberian
relaksasi autogenik pada pasien post operasi menunjukkan hasil penurunan nyeri
yangsignifikan dengan menggunakan alatukur NRS yang telah dilakukan uji
validitas.Relaksasi autogenik merupakan teknik relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
berupakata-kata atau kalimat pendek,keyakinan ataupun pikiran yang bisamembuat pikiran
tentram dalammenghadapi nyeri atau kondisipenyakitnya (Dewi, Sri dan Sofiana,2018).
Hasil studi kasus yangdilakukan Nurhayati, Septiani danNovi, (2015) mengenai
pemberiantehknik relaksasi autogenik terhadappenurunan skala nyeri pada pasienpost
operasi sectio caesareamenunjukkan penurunan nyeri yangsignifikan, tindakan tersebut
jugaefektif untuk menurunkan skala nyeripada pasien post laparotomi
denganperitonitis.Relaksasi autogenik mempunyai elemen yang secaraumum sama dengan
relaksasi, yaitusama-sama membawa pasien kearahrelaks yang membuat
individumenyadari dan mempersepsikannyerinya atau kondisi penyakitnyaberkurang.
Tujuan dari relaksasiautogenik yaitu menurunkanintensitas nyeri, memberikanperasaan
nyaman, mengurangi stress,memberikan ketenangan danketegangan (Yulianto, et al, 2016).
Tujuan dari kasus ini untuk mengetahuigambaran asuhan keperawatan pada pasien
post laparotomi dengan peritonitisdalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
Jenis studi kasus ini adalahdeskriptif dengan menggunakan studi kasus. Subjek studi kasus
menggunakansatu pasien post laparotomi dengan peritonitis yang mengalami nyeri akut
diruang ICU Bedah Cempaka RSUD Dr. Moewardi. Hasil studi kasus dengan masalah
keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan relaksasi autogenic selama 3 hari
menunjukkan terjadi penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadiskala 3. Rekomendasi
tindakan relaksasi autogenik efektif dilakukan pada pasienpost laparotomi dengan
peritonitis dalam masalah kebutuhan rasa aman dannyaman.
B. Pembahasan
Pada jurnal penelitian yakni subjek bernama Ny. Pberjenis kelamin perempuan
denganusia 60 tahun, diagnosa medis postlaparotomi dengan peritonitis. Hasilpengkajian
didapatkan databerdasarkan keluhan utama yaitunyeri pada perut di luka post operasi,P:
pasien mengatakan nyeri terasabertambah saat bergerak, Q: nyeriterasa seperti tertusuk-
tusuk jarum,R: nyeri di perut di luka post operasilaparotomi bagian kuadran I, III, S:skala
nyeri 6, T: nyeri hilang timbul,ekspresi wajah pasien tampak tegangdan terkadang
mengerutkan dahimenahan nyeri serta pasien terlihatsering melindungi area nyeri
diperutnya dengan pemeriksaan TD: 110/ 62 mmHg, nadi: 62x/ menit,RR: 16x/ menit dan
suhu: 36,8o C.Mendapat terapi medismetamizole500 mg/ 8 jam sebagai obat untuknyeri
post operatif. Data tersebutsudah sesuai dengan teori yangmenyebutkan bahwa post
operasilaparatomi dapat menyebabkan nyeri(Dube, 2014).

Anda mungkin juga menyukai