Surat Tugas PF Mimbar 22.03.20 (17.00)
Surat Tugas PF Mimbar 22.03.20 (17.00)
Demikian surat tugas ini untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan terimakasih atas
pelayanannya. Tuhan memberkati.
Tembusan:
1. Arsip
TATA IBADAH MINGGU
(MODEL III)
I. PERSIAPAN
1. Pelayan ibadah, penatua dan diaken jemaat membagi tugas dan berdoa.
2. Petugas Pembuka Ibadah: (Ucapan Selamat datang & membuka ibadah)
3. Pelayan ibadah, penatua dan diaken jemaat memasuki ruang ibadah.
Jemaat berdiri – Menyanyi ……………..
Bacaan 1 : I Samuel 16 : 1 – 13
Bacaan 2 : Efesus 5 : 8 – 14
Bacaan 3 : Yohanes 9 : 1 – 41
Tema Liturgis : Pengorbanan Yesus Kristus Memberi Hidup pada UmatNya
Tema Khotbah: Menjadi Sumber Inspirasi Pencerahan Sesama
1. I Samuel 16 : 1 – 13
Kitab sejarah dengan muatan teologis ini mengungkapkan kisah hubungan Allah dengan bangsa
pilihan Israel yang jatuh, bangkit, jatuh dan bangkit lagi yang sering terjadi berulangkali. Termasuk juga
dalam kisah keruntuhan Saul dan kisah kemunculan Daud. Bacaan ini merupakan bagian dari proses dan
kisah kemunculan Daud, serta relasinya dengan Saul (1 Sam. 16:1 – 30:31). Secara berurutan ada situasi
fluktuatif, naik turun dan akhirnya bisa menuju kepada puncak pengharapan dan penghiburan yang hakiki.
Khusus pada bacaan ini, menyiratkan banyaknya dialog yang dialami oleh Samuel. Baik dialog dengan
Allah, dengan diri Samuel sendiri dan juga dengan Isai bersama anak-anaknya. Dialog ini sendiri
bernuansa dari suasana kepedihan batin menuju kepada pencerahan batin.
Keluarga Isai
Meskipun pada awalnya, kehadiran Samuel dipertanyakan, akhirnya keluarga Isai mau mengikuti
perintah Samuel. Secara tidak langsung, Isai bersama keluarganya telah mendukung rencana Allah dalam
proses menolong Samuel. Setelah memperkenalkan anak-anaknya, Isai akhirnya mengenalkan Daud. Inilah
puncak jawaban dari rasa kegelisahan Samuel. Daud ditampilkan sebagai harapan baru dan pencerahan
bagi Samuel khususnya dan Israel pada umumnya. Daud diurapi menjadi raja, mau dan menyediakan diri
untuk diurapi. Memanglah, untuk menumbuhkan suasana kebangkitan dan pencerahan, dibutuhkan sosok
yang ditampakkan.
Perjumpaan dengan Isai, khususnya dengan Daud adalah sarana untuk membangkitkan Samuel
kembali agar bangkit dan tidak terus terjatuh dalam penyesalan yang tidak berkesudahan. Daud menjadi
harapan baru karena penampilannya, bicaranya, musiknya dan kepercayaannya kepada Allah. Daud
sebagai sosok yang menjadi tokoh pencerahan dalam kekalutan yang dialami oleh Samuel dan bangsa
Israel. Keluarga Isai telah memerankan dirinya sebagai penyembuh bagi Samuel yang sedang gelap dalam
pemikirannya.
3. Yohanes 9 : 1 – 41
Injil Yohanes sejak awal menjelaskan posisi Yesus sebagai sumber keselamatan (Yoh.3:16). Allah
sebagai pemberi hidup, memiliki inisiatif menyelamatkan manusia, dimana tentunya perlu ada respon
imbal balik serta tindak lanjut tindakan dari manusia yang diselamatkan. Secara umum, perikop ini
menceritakan bagaimanakah bentuk pelayanan Yesus untuk khalayak (Yoh. 2:1-12:50). Kisah
penyembuhan ini menjadi tanda kelima yang dilakukan oleh Yesus (Yoh. 9:1-10:42).
Secara khusus, tentang terang, dapat dikaitkan dengan Yohanes 8 : 12 (secara luas juga tertulis
dalam Yohanes pasal 1, 3, 8 dan 12) yang bertemakan kejelasan tentang siapakah Yesus itu dan
bagaimanakah fungsi yang akan dijalankanNya. Berisi juga sebagai kesadaran diri Yesus sebagai utusan
Allah yang harus menjadi terang. Paling tidak ini ditunjukkan dengan adanya kata Siloam yang bermakna
“yang diutus”.
ISI
Kehidupan manusia sejak awal sudah dibimbing agar memiliki arah dan tujuan yang jelas. Sejak
awal penciptaan di kitab Kejadian 1:3, melalui sabdaNya, Allah menciptakan terang. Terang yang menjadi
awal dari seluruh penciptaan dan menjadi penanda kejelasan arah dan proses penciptaan. Namun dalam
kenyataannya, manusia juga bisa kemudian bimbang dan bahkan bingung dengan arah serta tujuan hidup
yang dimilikinya. Tidak selamanya segalanya tampak jelas. Ada kalanya merasakan situasi fluktuatif, naik
turun, terang gelap, cerah kelam dan optimis serta kalut.
Kisah Samuel adalah cerita yang ada pada bacaan hari ini. Dengan kapasitas sekaliber Samuel
sebagai Nabi yang berpengaruh, dirinya ternyata bisa juga mengalami kesedihan yang luar biasa. Memang
sangatlah manusiawi. Lalu apakah yang harus diperbuat? Tepatnya, apakah yang kemudian diperbuat oleh
Allah? Allah kemudian mengutus Samuel untuk berjumpa dengan keluarga Isai. Ternyata untuk
menumbuhkan suasana kebangkitan diri dan pencerahan pemikiran, dibutuhkan sosok yang ditampakkan
dan memberikan motivasi kepada Samuel. Perlu ada seseorang yang tampak secara jelas memberikan
jawaban atas situasi yang sedang dialaminya. Perjumpaan Samuel dengan keluarga Isai merupakan hal
yang mencerahkan dalam pergumulan Samuel. Setelah satu persatu anak Isai ditunjukkan, muncullah
Daud. Daud inilah yang kemudian menjadi sosok yang melegakan bagi Samuel. Daud yang diurapi
menjadi sosok yang dipahami dipakai oleh Allah untuk menumbuhkan kembali motivasi diri dari Samuel.
Pada pemaknaan kisah ini, jika ada situasi seseorang sedang memiliki pergumulan, sungguh
menyenangkan jika ada yang bersedia hadir dan menolongnya. Termasuk juga, kita perlu bertanya
bagaimanakah keluarga secara utuh bisa hadir dan memberikan motivasi kepada sesama kita?
Berikutnya, dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Efesus, makna dari kehadiran Yesus semakin
diperjelas. Keberadaan Yesus yang diajarkan oleh Paulus, disadari telah membawa perubahan kepada
kehidupan iman umat di Efesus. Melalui kehadiran Yesus, jemaat di Efesus mendapatkan motivasi untuk
hidup yang lebih benar. Jemaat Efesus dicerahkan akan adanya pengharapan dan situasi baru yang bisa
diraih oleh mereka. Hidup yang lama harus ditinggalkan. Manusia lama yang mendukakan harus
dihapuskan. Pada konteks bacaan ini, Paulus dan utamanya Yesus, telah memotivasi umat di Efesus agar
menjadi anak-anak terang. Setelah itu, gilirannya umat di Efesus harus bisa konsisten menjaga hidup yang
telah diterangi, dicerahkan dan dipulihkan oleh Allah.
Begitu juga Yesus merupakan sarana dalam pemulihan kehidupan manusia yang tengah dalam
kegelapan. Kisah orang yang buta, sejak awal telah dipersepsikan oleh orang Farisi bahwa penyakit itu
merupakan bentuk penghukuman. Tentu saja orang yang buta dan tentunya orang tuanya merasa terpojok.
Situasi yang memerlukan penyemangat baru. Dimotivasi agar kembali percaya diri. Melalui kuasa
mujizatNya, Yesus memulihkan diri orang yang buta tersebut. Melalui karya kasih ini, Yesus memberikan
penyadaran bahwa dalam situasi apapun, masih ada peluang untuk dipulihkan. Dan Yesus menunjukkan
peran dan keberadaannya yang membantu pemulihan orang yang sedang memiliki pergumulan, termasuk
juga dalam hal sakit penyakit. Inilah makna kehadiranNya, memberikan spirit dan semangat baru.
Memotivasi orang agar bisa tetap yakin dengan masa depannya. Pembelajaran pada perenungan ini terkait
dengan pengakuan atas posisi Yesus sebagai yang mencerahkan kehidupan manusia. Tidak hanya dalam
kata yang diucapkan, namun juga dalam tindakan yang dilakukanNya. Sekarang kita perhatikan kepada
konteks pergumulan sesama, nah, bagaimana fungsi terang dari kita sendiri? Apakah kita bisa menjadi
sosok yang memotivasi umat dan sesama manusia untuk berubah? Harus disadari bahwa sesama manusia
pun juga memiliki kerinduan mendapatkan pencerahan dan pembebasan dari kita. Kita menjadi Daud yang
hadir untuk Samuel dan seperti Yesus kepada jemaat Efesus dan orang yang buta.
Dalam pada itu, selain kita harus bisa menjadi motivator kepada sesama, kita pun perlu peka agar
terbuka dengan motivasi yang disampaikan oleh sesama kita. Kita diminta untuk mau terbuka tentang
kebutuhan untuk disembuhkan sehingga bisa dipulihkan dan dicerahkan. Sebagaimana keadaan yang
dialami oleh Samuel, manusia harus menentukan pilihan dan peka dengan perintah Allah. Samuel mau
menerima perintah Allah dan mendapatkan motivasi baru dari perjumpaannya dengan keluarga Isai. Begitu
juga dengan umat di Efesus, mereka mau untuk dipulihkan saat mendapatkan motivasi dari Paulus untuk
meninggalkan manusia lama mereka. Memilih untuk dicerahkan dengan terang yang dari Yesus juga
menjadi pilihan jemaat di Efesus. Sedangkan untuk orang yang buta dan mendapatkan kesembuhan,
dengan motivasi baru dari Yesus, dia berani menyatakan dirinya untuk siap menjadi utusanNya. Adapun
hal yang perlu dihindari adalah pola pikir yang ditunjukkan oleh orang Farisi. Orang Farisi justru
mengeraskan hati. Teguran dan motivasi dari Yesus pun diabaikan. Dampaknya, mereka sulit untuk
berubah menjadi lebih baik dalam kehidupan dan keimanannya.
Melalui renungan ini, kita diajak untuk bisa menjadi seseorang yang mampu memotivasi orang lain
agar tetap bersemangat dalam hidupnya. Kita diingatkan bahwa berkat untuk sesama juga bisa berwujud
kalimat yang menguatkan. Kita pasti bisa mencerahkan melalui kata dan karya. Jika banyak orang
terpersona dengan motivator dunia yang mencerahkan, tentunya kita ingat dengan Sang motivator agung
yaitu Yesus sendiri.
PENUTUP
Dalam dunia yang bersifat hibrid, kita bisa belajar dari bermacam sumber untuk membangun dan
memperkaya kehidupan kita. Salah satunya, dari film Sang Pencerah. Film ini berkisah tentang kehidupan
pendiri organisasi Islam di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi ini
digambarkan memberikan pencerahan dari proses dan juga pelaksanaan ibadah agama Islam pada kisaran
waktu awal tahun 1900an. Melalui dialog dan pembelajaran yang disampaikannya, para anggota organisasi
ini dimotivasi untuk bisa mengembangkan pemahamanan yang lebih murni tentang agamanya. Kita pun
sebenarnya juga bisa belajar dari pengajaran-pengajaran serta motivasi beliau yang mencerahkan tentang
pemurnian ajaran dan akidah agama.
Akhirnya, pada masa minggu pra paskah ini, kita diingatkan tentang kalimat yang diucapkan oleh
Yesus pada saat peristiwa penyaliban di Golgota. Yesus menyampaikan kepada penjahat yang ada di
sebelahNya, “engkau hari ini bersamaku di Firdaus..” (Luk 23:43). Melalui kalimat ini, Yesus
memberikan motivasi, menyemangati dan mencerahkan agar setiap orang mau menyadari adanya
kesempatan untuk memperbaiki diri. Bahkan dalam masa penghujung hidupnya. Tidak ada kata terlambat
untuk menyempurnakan diri. Amin. (WK)