Anda di halaman 1dari 7

SURAT TUGAS

Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus,


Dengan ini Pelayan Harian Majelis Jemaat ( PHMJ ) menyatakan :
1. BERDASARKAN:
1.1. Rapat PHMJ
2. MEMBERI TUGAS PELAYANAN:
Kepada Yth : Pnt. Erwin Wahyudi
2.1. Selaku : Pelayan Mimbar.
2.2. Untuk : Ibadah Minggu Pra-Paskah 4
2.3. Hari / Tanggal : Minggu, 22 Maret 2020
Waktu : pk. 17.00 WIB
Bahasa Pengantar : Indonesia – Nyanyian : Roh/Mazmur - NKB (Warjem 15 Maret 2020)
Warna Stola : Ungu
Bahan : Terlampir
2.4. Tempat : GKJW Jemaat Tanjung Perak
Jl. Tanjung Sadari No. 80, Surabaya

Demikian surat tugas ini untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan terimakasih atas
pelayanannya. Tuhan memberkati.

Surabaya, 18 Maret 2019


PELAYAN HARIAN MAJELIS JEMAAT
GKJW JEMAAT TANJUNG PERAK

WAKIL KETUA I, SEKRETARIS II,

Pnt. Darma Hadi Martana Dkn. Maria Goretti Restu W.


Penatua Diaken

Tembusan:
1. Arsip
TATA IBADAH MINGGU

(MODEL III)

I. PERSIAPAN
1. Pelayan ibadah, penatua dan diaken jemaat membagi tugas dan berdoa.
2. Petugas Pembuka Ibadah: (Ucapan Selamat datang & membuka ibadah)
3. Pelayan ibadah, penatua dan diaken jemaat memasuki ruang ibadah.
Jemaat berdiri – Menyanyi ……………..

II. TATA LAKSANA IBADAH


1. Panggilan Ibadah (Votum dan Salam)
PF:
“Pertolongan kita ..................................................”
(duduk)
2. Panggilan Pertobatan
PF: ..........
3. Berita Anugerah
PF: ........................
4. Pelayanan Firman
a. Doa: Untuk pelayanan Firman (Majelis Jemaat)
b. Pembacaan Firman Tuhan (Majelis Jemaat)
a. Nyanyian Sambutan: …………….
b. Khotbah
c. Saat teduh
d. Menyanyi: ………………………
5. Pengakuan Iman Rasuli (dengan berdiri – oleh Majelis Jemaat)
6. Warta Jemaat (Penegasan)
7. Doa Syafaat
8. Ucapan Syukur (Oleh diaken)
PF: Firman Tuhan yang mendasari : ............................
J: Menyanyi ………………………………..
PF: Doa persembahan dan penutup.
9. Pengutusan dan Berkat (berdiri)
PF: Pulanglah dengan penuh sejahtera, hadapi hari-harimu dengan sentosa, tangan kananNya
menuntunmu.
J: Menyanyi ………………………….
PF: Anugerah Tuhan Yesus dan kasih Allah Bapa serta persekutuan Roh Kudus kiranya senantiasa
menyertai Saudara-saudara. Amin.
J: Menyanyi ………………………………
MINGGU, 22 MARET 2020
MINGGU PRA PASKAH IV – STOLA UNGU

Bacaan 1 : I Samuel 16 : 1 – 13
Bacaan 2 : Efesus 5 : 8 – 14
Bacaan 3 : Yohanes 9 : 1 – 41
Tema Liturgis : Pengorbanan Yesus Kristus Memberi Hidup pada UmatNya
Tema Khotbah: Menjadi Sumber Inspirasi Pencerahan Sesama

PENJELASAN TEKS BACAAN :


(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

1. I Samuel 16 : 1 – 13
Kitab sejarah dengan muatan teologis ini mengungkapkan kisah hubungan Allah dengan bangsa
pilihan Israel yang jatuh, bangkit, jatuh dan bangkit lagi yang sering terjadi berulangkali. Termasuk juga
dalam kisah keruntuhan Saul dan kisah kemunculan Daud. Bacaan ini merupakan bagian dari proses dan
kisah kemunculan Daud, serta relasinya dengan Saul (1 Sam. 16:1 – 30:31). Secara berurutan ada situasi
fluktuatif, naik turun dan akhirnya bisa menuju kepada puncak pengharapan dan penghiburan yang hakiki.
Khusus pada bacaan ini, menyiratkan banyaknya dialog yang dialami oleh Samuel. Baik dialog dengan
Allah, dengan diri Samuel sendiri dan juga dengan Isai bersama anak-anaknya. Dialog ini sendiri
bernuansa dari suasana kepedihan batin menuju kepada pencerahan batin.

Situasi Samuel dan ang diperbuat oleh Allah


Samuel merasa sangat berduka dan terpuruk dengan langkah yang pernah dilakukannya dalam hal
mengurapi Saul sebagai Raja di kerajaan Israel. Meskipun keinginan menjadikan Saul sebagai raja berasal
dari umat Israel, namun Samuel sangat bersedih karena menuruti keinginan Israel. Padahal Israel sendirilah
yang sering meminta secara asal dan melupakan tentang kasih Allah. Hanya karena kebesaran dan kasih
Allah kepada Israel saja sehingga Allah mengabulkan permintaan itu.
Pada situasi ini, dialog yang mencerahkan dan memberikan pengharapan dimunculkan. Bermula
dari ungkapan dari Allah kepada Samuel, yang kemudian juga disampaikan kepada Isai dan keluarganya.
Samuel yang kecewa diutus ke keluarga Isai. Dalam hal ini Allah yang memberikan pencerahan dan
semangat baru serta memberitahu apa yang harus dikerjakan. Tindakan yang dilakukan oleh Samuel
kemudian juga membawa harapan untuk membangun kerajaan Israel yang tetap ideal, kerajaan yang sesuai
dengan kehendak Tuhan. Intinya Allah memberikan ide baru dan mencerahkan semangat serta menolong
memulihkan kehidupan Samuel.

Keluarga Isai
Meskipun pada awalnya, kehadiran Samuel dipertanyakan, akhirnya keluarga Isai mau mengikuti
perintah Samuel. Secara tidak langsung, Isai bersama keluarganya telah mendukung rencana Allah dalam
proses menolong Samuel. Setelah memperkenalkan anak-anaknya, Isai akhirnya mengenalkan Daud. Inilah
puncak jawaban dari rasa kegelisahan Samuel. Daud ditampilkan sebagai harapan baru dan pencerahan
bagi Samuel khususnya dan Israel pada umumnya. Daud diurapi menjadi raja, mau dan menyediakan diri
untuk diurapi. Memanglah, untuk menumbuhkan suasana kebangkitan dan pencerahan, dibutuhkan sosok
yang ditampakkan.
Perjumpaan dengan Isai, khususnya dengan Daud adalah sarana untuk membangkitkan Samuel
kembali agar bangkit dan tidak terus terjatuh dalam penyesalan yang tidak berkesudahan. Daud menjadi
harapan baru karena penampilannya, bicaranya, musiknya dan kepercayaannya kepada Allah. Daud
sebagai sosok yang menjadi tokoh pencerahan dalam kekalutan yang dialami oleh Samuel dan bangsa
Israel. Keluarga Isai telah memerankan dirinya sebagai penyembuh bagi Samuel yang sedang gelap dalam
pemikirannya.

Samuel pulang dalam situasi baru


Kehadiran Daud bisa dipakai oleh Allah untuk memulihkan keadaan dan kesedihan yang dialami
oleh Samuel. Allah melatih Samuel agar mampu menemukan perspektif dan pandangan serta pemahaman
baru atas masalah yang sedang dipikirkan, tidak terus menerus sedih. Dan selanjutnya berani untuk
melangkah dan bertindak mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan kelegaan, Samuel telah
memperoleh pemahaman yang baru, dicerahkan oleh Allah dan dipulihkan kembali. Sebagaimana judul
dari TB LAI yang menuliskan “Daud diurapi menjadi raja” demikianlah memang Daud adalah tokoh
utama dalam perikop ini. Menunjukkan fungsi dirinya sebagai pencerahan bagi Samuel.
2. Efesus 5 : 8 – 14
Latar belakang situasi di jemaat Efesus adalah kehidupan yang semula dalam kekafiran dan telah
berubah menjadi manusia yang beridentitas baru, sebagai anak-anak terang. Terangnya bukan
sembarangan namun terang yang berkualitas, karena sumber terangnya dari Yesus. Secara gamblang,
kesadaran tentang kehadiran Yesus merupakan sarana dalam pemulihan kehidupan manusia yang tengah
dalam kegelapan dan bisa mengarahkan kepada anak-anak terang. Pemulihan menuju terang menjadi awal
agar tetap bisa menyatu dengan Allah. Inilah kesadaran kesatuan jemaat, dimana Yesus sebagai kepalanya
(Pasal 1:10).

Konteks perubahan dari kafir menjadi manusia baru


Untuk mencermati situasi yang ada, perlu dibaca sejak awal perikop ini. Yang dilakukan saat kafir
antara lain adalah perkataan yang kotor, kosong, memalukan dan lelucon tidak senonoh. Paulus secara
jelas mengajak kepada jemaat Efesus agar bisa tegas untuk memisahkan diri dari hidup yang lama.
Minimal ini didasari dengan pengakuan bahwa jika masih berada pada kegelapan, maka berarti masih
memiliki permusuhan dengan Allah.
Mampu menempatkan Yesus sebagai sarana pemulihan diri menjadi lebih baik
Dari pengajaran Paulus, jemaat Efesus memproses dirinya untuk memberikan pengakuan kepada
Yesus. Melalui Yesuslah, jemaat Efesus menemukan sosok yang mengarahkan kepada perubahan hidup
yang jelas dan terarah. Yesus sebagai sumber, pelaku dan juga sebagai dasar dalam perubahan. Adanya
kehidupan yang baru sebagai orang Kristen pada pasal 4 : 1- 6 : 20 yang kemudian dilanjutkan dengan
hidup sebagai anak-anak terang.

Menjaga konsistensi diri untuk menjadi anak terang


Surat Paulus ke Jemaat Efesus ini secara implisit mengajak masing-masing umat untuk mau jujur
bahwa ada masa lalu yang harus diakui. Sekarang suasana hidup yang digambarkan adalah tidak gelap lagi,
menuju kepada terang. Prosesnya adalah menolak yang membuat hidup hanya gembira secara duniawi dan
tindakan-tindakan yang tidak bersifat terang. Berikutnya, harus mau berjuang untuk menjadi terang,
menyangkal diri, menyalibkan diri dan mengorbankan diri. Dan untuk bisa mencerahkan dan sebagai
terang harus berlandaskan kepada Yesus.

3. Yohanes 9 : 1 – 41
Injil Yohanes sejak awal menjelaskan posisi Yesus sebagai sumber keselamatan (Yoh.3:16). Allah
sebagai pemberi hidup, memiliki inisiatif menyelamatkan manusia, dimana tentunya perlu ada respon
imbal balik serta tindak lanjut tindakan dari manusia yang diselamatkan. Secara umum, perikop ini
menceritakan bagaimanakah bentuk pelayanan Yesus untuk khalayak (Yoh. 2:1-12:50). Kisah
penyembuhan ini menjadi tanda kelima yang dilakukan oleh Yesus (Yoh. 9:1-10:42).
Secara khusus, tentang terang, dapat dikaitkan dengan Yohanes 8 : 12 (secara luas juga tertulis
dalam Yohanes pasal 1, 3, 8 dan 12) yang bertemakan kejelasan tentang siapakah Yesus itu dan
bagaimanakah fungsi yang akan dijalankanNya. Berisi juga sebagai kesadaran diri Yesus sebagai utusan
Allah yang harus menjadi terang. Paling tidak ini ditunjukkan dengan adanya kata Siloam yang bermakna
“yang diutus”.

Yesus pada keadaan yang menjebak


Bacaan ini langsung menceritakan respon Yesus atas situasi yang sedang terjadi yaitu adanya orang
yang buta. Pada ayat ke 3, menunjukkan kemampuan dan kuasa Yesus dalam menggunakan segala situasi
yang mengelilingiNya. Yesus jelas mengarahkan perspektif orang banyak bahwa orang yang buta justru
menjadi sarana yang dipakaiNya untuk memberikan pencerahan kepada semua pihak. Orang buta sendiri
mendapatkan kesembuhannya sehingga bisa merancang masa depannya lebih berarti. Orang tua dari orang
yang buta kemudian sadar tentang keberadaan anaknya, termasuk kemampuan baru yang dimiliki oleh
anak mereka. Dan lebih jauh lagi, Yesus mampu memberikan kesadaran kepada orang Farisi tentang
pandangan mereka ini kepada orang yang sakit. Meskipun dalam kisah berikutnya, perspektif ini memang
disadari kebenarannya namun tidak diakui oleh mereka. Pendeknya situasi yang seakan menjebak justru
bisa menjadi sarana bersaksi tentang kasih. Yesus telah menggunakan keadaan, situasi dan orang
disekelilingNya untuk memberikan sudut pandang yang baru.

Dialog dengan Yesus


Dalam suasana kebutaan dan kegelapan, Yesus hadir dan memberikan terang. Baik kepada yang
buta secara fisiknya dan juga dalam kegelapan pola pikirnya yang sempit. Para tokoh bacaan ini, para
murid, Yesus, tetangga, diri orang buta sendiri, orang Farisi, orang tua dari orang buta mengadakan dialog
dengan perspektif dan tujuan masing-masing. Ada yang bernuansa negatif, pesimis, menyelamatkan diri
sendiri dan menjaga marwah posisi jabatannya sendiri. Pada bagian lainnya, dialog dan kalimat yang
dimunculkan Yesus mampu membangun perspektif dan opini yang mencerahkan. Berbeda dengan tokoh
lainnya yang berdasar kepentingan dan cenderung memojokkan. Yesus tetap yang utama, dialog yang tulus
dan membangun diri semua pihak. Perlu untuk mencermati pentingnya kalimat-kalimat yang
menyejukkan, beropini positif dari sebuah peristiwa yang ditunjukkan oleh Yesus. Keinginan
menyembuhkan karena perhatian dan kasih dari Yesus diperhadapkan dengan perhatian orang Farisi yang
baru muncul setelah Yesus memberikan perhatian kepada orang yang buta tersebut. Yesus memperhatikan
karena kasih, bukan karena posisi yang terusik. Berbanding terbalik dengan orang Farisi ketika
memberikan perhatian justru dapat dikatakan terlambat. Mereka membangun perhatian yang tendesius,
memperhatikan setelah ada Yesus, tidak sejak awal mula ketika yang buta sudah menderita.

Dicerahkan dan diutus


Seperti efek bola salju, kisah penyembuhan orang yang buta oleh Yesus memberikan dampak ke
banyak pihak. Jika dirunut, orang yang buta telah diubah menjadi sarana penerang bagi sesama yang
sedang merasakan kegelapan dalam pemikirannya. Dipakai oleh Yesus untuk mencerahkan dan membuka
penglihatan mata batin orang Farisi. Mereka ini dipandang perlu untuk membangun kepedulian yang tulus
kepada orang yang sedang mengalami penderitaan. Namun orang Farisi menolak kesempatan untuk
memperbaiki diri mereka. Mereka telah merasa tahu (ayat 41). Pada sisi orang buta yang disembuhkan,
perlahan namun pasti setelah mendapatkan pencerahan menunjukkan itikad mau diutus untuk menjadi
terang. Pada akhir dari kisah ini, bisa memunculkan kesimpulan bahwa siapapun bisa dipakai oleh Yesus
untuk menjadi pewarta. Bukan hanya Farisi yang merasa paling tahu tentang banyak hal.

BENANG MERAH TIGA BACAAN :


Dari permasalahan yang dihadapi manusia, justru terbuka peluang tumbuhnya terang, inspirasi dan
perspektif baru atas peristiwa kehidupan manusia. Peluang dan penyertaan bisa tampak nyata tapi harus
tetap mengikutsertakan Yesus. Selanjutnya, terang yang dimiliki haruslah dipertahankan. Pada sisi lain,
terang yang telah diterima haruslah juga bermakna utusan berbagi untuk sesama. Diharapkan semangat
bermakna untuk sesama ini kita mau diutus dan mampu dipakai oleh Allah untuk memulihkan keadaan
orang lain yang tengah dalam pergumulan dan putus harapan. Sebagai bentuk sinergi yang kuat, kesediaan
untuk menjadi sosok yang mencerahkan sesama akan menjadi dasar keutuhan jemaat.

RANCANGAN KHOTBAH : BAHASA INDONESIA


(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

HIDUP MEMBAWA PENCERAHAN


(Yohanes 9 : 37)
PENDAHULUAN
Coba Anda searching di Google, dengan kata kunci “motivator Indonesia”. Langsung pada
halaman pertama akan dimunculkan sederet nama orang dan penjelasan tentang aktivitas mereka sebagai
sosok yang mendedikasikan dirinya untuk memberikan motivasi kepada orang lain. Motivator itu sendiri,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti seseorang yang menyebabkan timbulnya motivasi
pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu. Ia juga menjadi pendorong dan penggerak perubahan.
Semakin banyak dan maraknya seseorang yang “berprofesi” sebagai motivator pada beberapa tahun
terakhir ini tentu menjadi fenomena yang menarik. Salah satu penyebabnya, berarti pangsa pasar dan
jumlah kebutuhan orang yang memerlukan penyemangat dan motivasi semakin banyak pula. Terlepas dari
banyak kisah tentang sosok motivator, hampir semuanya bermain dalam ranah kalimat dan ucapan yang
disampaikan serta diharapkan bisa memberikan perubahan kehidupan seseorang. Mampu memberikan
pencerahan pemikiran guna menuju arah tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang. Ini sebenarnya
merupakan peluang pelayanan dan melayani yang luar biasa dan perlu segera di raih.
Terkait dengan bacaan, hal ini sebenarnya terkait sebuah bentuk kebutuhan manusia untuk
diberikan dan memberikan motivasi agar bisa berada dalam suasana yang terang, jelas dan terarah. Dari
kekalutan dan pergumulan menuju situasi yang lebih baik. Dan untuk selanjutnya, dari keadaan kegelapan
dosa menuju terang dalam suasana baru.

ISI
Kehidupan manusia sejak awal sudah dibimbing agar memiliki arah dan tujuan yang jelas. Sejak
awal penciptaan di kitab Kejadian 1:3, melalui sabdaNya, Allah menciptakan terang. Terang yang menjadi
awal dari seluruh penciptaan dan menjadi penanda kejelasan arah dan proses penciptaan. Namun dalam
kenyataannya, manusia juga bisa kemudian bimbang dan bahkan bingung dengan arah serta tujuan hidup
yang dimilikinya. Tidak selamanya segalanya tampak jelas. Ada kalanya merasakan situasi fluktuatif, naik
turun, terang gelap, cerah kelam dan optimis serta kalut.
Kisah Samuel adalah cerita yang ada pada bacaan hari ini. Dengan kapasitas sekaliber Samuel
sebagai Nabi yang berpengaruh, dirinya ternyata bisa juga mengalami kesedihan yang luar biasa. Memang
sangatlah manusiawi. Lalu apakah yang harus diperbuat? Tepatnya, apakah yang kemudian diperbuat oleh
Allah? Allah kemudian mengutus Samuel untuk berjumpa dengan keluarga Isai. Ternyata untuk
menumbuhkan suasana kebangkitan diri dan pencerahan pemikiran, dibutuhkan sosok yang ditampakkan
dan memberikan motivasi kepada Samuel. Perlu ada seseorang yang tampak secara jelas memberikan
jawaban atas situasi yang sedang dialaminya. Perjumpaan Samuel dengan keluarga Isai merupakan hal
yang mencerahkan dalam pergumulan Samuel. Setelah satu persatu anak Isai ditunjukkan, muncullah
Daud. Daud inilah yang kemudian menjadi sosok yang melegakan bagi Samuel. Daud yang diurapi
menjadi sosok yang dipahami dipakai oleh Allah untuk menumbuhkan kembali motivasi diri dari Samuel.
Pada pemaknaan kisah ini, jika ada situasi seseorang sedang memiliki pergumulan, sungguh
menyenangkan jika ada yang bersedia hadir dan menolongnya. Termasuk juga, kita perlu bertanya
bagaimanakah keluarga secara utuh bisa hadir dan memberikan motivasi kepada sesama kita?
Berikutnya, dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Efesus, makna dari kehadiran Yesus semakin
diperjelas. Keberadaan Yesus yang diajarkan oleh Paulus, disadari telah membawa perubahan kepada
kehidupan iman umat di Efesus. Melalui kehadiran Yesus, jemaat di Efesus mendapatkan motivasi untuk
hidup yang lebih benar. Jemaat Efesus dicerahkan akan adanya pengharapan dan situasi baru yang bisa
diraih oleh mereka. Hidup yang lama harus ditinggalkan. Manusia lama yang mendukakan harus
dihapuskan. Pada konteks bacaan ini, Paulus dan utamanya Yesus, telah memotivasi umat di Efesus agar
menjadi anak-anak terang. Setelah itu, gilirannya umat di Efesus harus bisa konsisten menjaga hidup yang
telah diterangi, dicerahkan dan dipulihkan oleh Allah.
Begitu juga Yesus merupakan sarana dalam pemulihan kehidupan manusia yang tengah dalam
kegelapan. Kisah orang yang buta, sejak awal telah dipersepsikan oleh orang Farisi bahwa penyakit itu
merupakan bentuk penghukuman. Tentu saja orang yang buta dan tentunya orang tuanya merasa terpojok.
Situasi yang memerlukan penyemangat baru. Dimotivasi agar kembali percaya diri. Melalui kuasa
mujizatNya, Yesus memulihkan diri orang yang buta tersebut. Melalui karya kasih ini, Yesus memberikan
penyadaran bahwa dalam situasi apapun, masih ada peluang untuk dipulihkan. Dan Yesus menunjukkan
peran dan keberadaannya yang membantu pemulihan orang yang sedang memiliki pergumulan, termasuk
juga dalam hal sakit penyakit. Inilah makna kehadiranNya, memberikan spirit dan semangat baru.
Memotivasi orang agar bisa tetap yakin dengan masa depannya. Pembelajaran pada perenungan ini terkait
dengan pengakuan atas posisi Yesus sebagai yang mencerahkan kehidupan manusia. Tidak hanya dalam
kata yang diucapkan, namun juga dalam tindakan yang dilakukanNya. Sekarang kita perhatikan kepada
konteks pergumulan sesama, nah, bagaimana fungsi terang dari kita sendiri? Apakah kita bisa menjadi
sosok yang memotivasi umat dan sesama manusia untuk berubah? Harus disadari bahwa sesama manusia
pun juga memiliki kerinduan mendapatkan pencerahan dan pembebasan dari kita. Kita menjadi Daud yang
hadir untuk Samuel dan seperti Yesus kepada jemaat Efesus dan orang yang buta.
Dalam pada itu, selain kita harus bisa menjadi motivator kepada sesama, kita pun perlu peka agar
terbuka dengan motivasi yang disampaikan oleh sesama kita. Kita diminta untuk mau terbuka tentang
kebutuhan untuk disembuhkan sehingga bisa dipulihkan dan dicerahkan. Sebagaimana keadaan yang
dialami oleh Samuel, manusia harus menentukan pilihan dan peka dengan perintah Allah. Samuel mau
menerima perintah Allah dan mendapatkan motivasi baru dari perjumpaannya dengan keluarga Isai. Begitu
juga dengan umat di Efesus, mereka mau untuk dipulihkan saat mendapatkan motivasi dari Paulus untuk
meninggalkan manusia lama mereka. Memilih untuk dicerahkan dengan terang yang dari Yesus juga
menjadi pilihan jemaat di Efesus. Sedangkan untuk orang yang buta dan mendapatkan kesembuhan,
dengan motivasi baru dari Yesus, dia berani menyatakan dirinya untuk siap menjadi utusanNya. Adapun
hal yang perlu dihindari adalah pola pikir yang ditunjukkan oleh orang Farisi. Orang Farisi justru
mengeraskan hati. Teguran dan motivasi dari Yesus pun diabaikan. Dampaknya, mereka sulit untuk
berubah menjadi lebih baik dalam kehidupan dan keimanannya.
Melalui renungan ini, kita diajak untuk bisa menjadi seseorang yang mampu memotivasi orang lain
agar tetap bersemangat dalam hidupnya. Kita diingatkan bahwa berkat untuk sesama juga bisa berwujud
kalimat yang menguatkan. Kita pasti bisa mencerahkan melalui kata dan karya. Jika banyak orang
terpersona dengan motivator dunia yang mencerahkan, tentunya kita ingat dengan Sang motivator agung
yaitu Yesus sendiri.

PENUTUP
Dalam dunia yang bersifat hibrid, kita bisa belajar dari bermacam sumber untuk membangun dan
memperkaya kehidupan kita. Salah satunya, dari film Sang Pencerah. Film ini berkisah tentang kehidupan
pendiri organisasi Islam di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi ini
digambarkan memberikan pencerahan dari proses dan juga pelaksanaan ibadah agama Islam pada kisaran
waktu awal tahun 1900an. Melalui dialog dan pembelajaran yang disampaikannya, para anggota organisasi
ini dimotivasi untuk bisa mengembangkan pemahamanan yang lebih murni tentang agamanya. Kita pun
sebenarnya juga bisa belajar dari pengajaran-pengajaran serta motivasi beliau yang mencerahkan tentang
pemurnian ajaran dan akidah agama.
Akhirnya, pada masa minggu pra paskah ini, kita diingatkan tentang kalimat yang diucapkan oleh
Yesus pada saat peristiwa penyaliban di Golgota. Yesus menyampaikan kepada penjahat yang ada di
sebelahNya, “engkau hari ini bersamaku di Firdaus..” (Luk 23:43). Melalui kalimat ini, Yesus
memberikan motivasi, menyemangati dan mencerahkan agar setiap orang mau menyadari adanya
kesempatan untuk memperbaiki diri. Bahkan dalam masa penghujung hidupnya. Tidak ada kata terlambat
untuk menyempurnakan diri. Amin. (WK)

Anda mungkin juga menyukai