Anda di halaman 1dari 17

Amfibi adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar dan di darat.

Sebagian besar mengalami metamofosis dari berudu (aquatis dan bernapas dengan insang) ke
dewasa (amphibius dan bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibius tetap
memilki insang selama hidupnya. Jenis-jenis sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit
biasanya tipis dan basah (Brotowidjoyo, 1989).

Amfibi umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup
didua alam yakni di air dan di daratan. Amphibia bertelur di air atau menyimpan telurnya
ditempat yang lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang dinamakan berudu yang
hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama,
berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya
hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru
(Kimball, 1992).

Amfibi juga berperan dalam penelitian mengenai anatomi vertebrata, neurologi, fisiologi,
embriologi, genetika, biologi evolusi, perilaku hewan dan ekologi komunitas. Telur dan larva
amfibi telah digunakan secara ekstensif dalam studi toksikologi untuk melihat dampak
kontaminan kimiawi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Sekresi kulit dari
beberapa jenis kini juga dikembangkan sebagai antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
Amfibi juga penting untuk mengontrol hama serangga seperti nyamuk. Selain itu, karena
kehidupannya yang kompleks dimana mereka sangat tergantung pada habitat tertentu untuk
kawin, mencari makan dan istirahat, serta kondisi morfologinya yang khas (kulit dan
membran telur memiliki permeabilitas tinggi) maka beberapa jenis merupakan bioindikator
kesehatan lingkungan yang berharga (Duellman dan Trueb 1986).

Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara harfiah
amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat dan air. Amfibi
dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan,
mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai
anggota gerak dengan jari (Andrean, 2011).

Nama kelas ini berasal dari kata Yunani (Amphi = rangkap + bios = hidup). Sebagian besar
dari kelas ini menunjukkan bahwa mempunyai fase kehidupan di air dan kemudian
mempunyai fase kehidupan di darat. Pada kedua fase itu struktur dan fungsinya menunjukkan
sifat antara ikan dan reptilian dan menunjukkan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok
Chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air.

Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya:
kaki, paru-paru, nares (nostril) yang mempunyai hubungan dengan cavum oris, dan alat
penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (udara). Amphibia merupakan
makanan bagi berbagai macam vertebrata lainnya. Termasuk dalam kelas Amphibia adalah
salamander, katak, kintel, ichthyosis sebagai amphibia daerah tropis yang tidak berkaki, dan
beberapa hewan lain yang hanya tinggal fosilnya (Jasin, 1984).

Sebagian besar amibia ditemukan ditempat yang lembab seperti rawa-rawa dan hutan hujan,
bahkan amfibia yang telah teradaptasi terhadap habitat yang lebih kering masih
menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau di bawah dedaunan lembab yang tingkat
kelembabannya tinggi. Amfibia umumnya sangat bergantung pada kulitnya yang lembab
untuk pertukaran gas dalam lingkungan. Beberapa spesies terrestrial tidak memiliki paru-
paru dan hanya bernafas melalui kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2008).
Amfibia (amphibian), kini diwakili oleh sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo Urodela,
‘yang berekor’), katak (Ordo Anura, ‘yang tak berekor’) dan sesilia (Ordo Apoda,’yang tak
berkaki’). Hanya terdapat 550 spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun
yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar
salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan kanan,
ciri yang diwarisi dari tetrapoda darat awal (Campbell, 2008).

Habitat Katak (Amfibi)

Amfibi dikenal dengan makhluk dua alam. Amfibi tersebar di semua benua kecuali benua
Antartika, umumnya dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan seperti di kolam,
aliran sungai, pohon-pohon maupun di gua. Amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai
namanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat).

Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan
karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75-
85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Sewaktu bereproduksi amfibi membutuhkan
air atau tempat untuk meletakkan telur hingga terbentuknya larva dan juvenile (Andrean,
2011).

Menurut Andrean (2011), Berdasarkan kebiasaan hidupnya amfibi dapat dikelompokkan ke


dalam empat kelompok, yakni :

1. Teresterial, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya berada di lantai hutan, jarang


sekali berada pada tepian sungai, memanfaatkan genangan air atau di kolam di lantai
hutan serta di antara serasah daun yang tidak berair tetapi mempunyai kelembaban
tinggi dan stabil untuk meletakkan telur. Contohnya Megophrys aceras, M. nasuta
dan Leptobracium sp.
2. Arboreal, spesies-spesies amfibi yang hidup di pohon dan berkembang biak di
genangan air pada lubang-lubang pohon di cekungan lubang pohon, kolam, danau,
sungai yang sering dikunjungi pada saat berbiak. Beberapa spesies arboreal
mengembangkan telur dengan membungkusnya dengan busa untuk menjaga
kelembaban, menempel pada daun atau ranting yang di bawahnya terdapat air.
Contohnya seperti Rhacophorus sp, Philautus sp dan Pedostibes hosii.
3. Aquatik, spesies-spesies yang sepanjang hidupnya selalu berada pada badan air, sejak
telur sampai dewasa, seluruh hidupnya berada pada perairan mulai dari makan sampai
berbiak. Contohnya antara lain Occidozyga sumatrana dan Rana siberut.
4. Fossorial, spesies yang hidup pada lubang-lubang tanah, spesies ini jarang dijumpai.
Amfibi yang termasuk dalam kelompok ini adalah suku Microhylidae yaitu Kaloula
sp dan semua jenis sesilia.

Ciri-Ciri Katak (Amfibi)

Menurut Jasin (1984), amphibia memiliki ciri-ciri khusus yaitu sebagai berikut:

 Kulit selalu basah dan berkelenjar (yang masih senang di air atau dekat dengan air,
tidak bersisik luar.
 Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5 atau lebih sedikit,
tidak bersirip.
 Memiliki dua buah nares (lubang hidup sebelah luar) yang menghubungkan dengan
cavum oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air (waktu dalam air). Mata
berkelopak yang dapat digerakkan. Memiliki lembar gendang pendengar terletak di
sebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dpat dijulurkan ke muka.
 Skleton sebagian besar berupa tulang keras, bila memiliki costae (tulang rusuk) tidak
menempel pada sternum (tulang dada).
 Suhu tubuh tergantung pada lingkungannya (poikilothermis).
 Kebanyakan dari kelas Amphibia ini ovipar.

Amphibia merupakan Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah. Amphibia tidak
diragukan lagi barasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Transisi dari air ke darat tampak
pada:

1. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki kemampuan


berenang dalam air.
2. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip.
3. Merubah kulit hingga memungkinkan menghadapi suasana udara.
4. Penggantian insang oleh paru-paru.
5. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan kulit.
6. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik diudra maupun di air.

Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak lebih pipih dorso
ventral dan mempunyai cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan truncus
tanpa cervix dan cauda. Extrimitas muka kecil, sedang yang belakang panjang. Selaput
gendang pendengar tampak dari luar. Caecikan tidak berkaki dan berbentuk seperti cacing,
badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam
(Jasin, 1984).

Semua spesies amfibi dewasa tergolong dalam karnivora. Namun pada fase berudu amfibi
umumnya herbivora walaupun ada yang termasuk karnivora bergantung jenisnya. Berudu
yang dikenal karnivora adalah genus Occidozyga. Makanan amfibi umumnya adalah
Arthropoda, cacing, dan larva serangga. Spesies amfibi yang berukuran besar dapat memakan
hewan yang vertebrata kecil seperti ikan kecil, bahkan kadal kecil dan ular kecil (Andrean,
2011).

Morfologi Katak (Amfibi)

Amfibi memiliki beragam bentuk dasarnya tergantung ordonya. Ordo Anura (jenis katak-
katakan) secara morfologi mudah dikenal karena tubuhnya seperti berjongkok di mana ada
empat kaki untuk melompat, bentuk tubuh pendek, leher yang tidak jelas, tanpa ekor, mata
melotot dan memiliki mulut yang lebar. Tungkai belakang selalu lebih panjang dibanding
tungkai depan. Tungkai depan memiliki 4 jari sedangkan tungkai belakang memiliki 5 jari.

Kulitnya bervariasi dari yang halus hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan tajam kadang
ditemukan seperti pada famili Bufonidae. Ukuran katak di Indonesia bervariasi mulai dari
yang terkecil yakni 10 mm hingga yang terbesar mencapai 280 mm. Katak di Sumatera
diketahui berukuran antara 20 mm – 300 mm (Andrean, 2011).

Umumnya ordo Anura memiliki selaput (webbing) walaupun sebagian didapatkan tidak
berselaput seperti genus Leptobrachium dan Megophrys. Ada tidaknya selaput sangat sesuai
dengan habitat yang ditempatinya. Ordo Anura memiliki warna bervariasi berdasarkan
familinya seperti famili Rhacophoridae cenderung berwarna terang sedangkan famili
Megophrydae cenderung berwarna gelap sesuai habitatnya di serasah (Andrean, 2011).

Ordo Gymnophiona (sesilia) merupakan satu-satunya ordo dari amfibi yang tidak mempunyai
tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi mempunyai mulut dan mata yang jelas.
Kemudian ordo ketiga adalah ordo Caudata (salamander) mempunyai empat tungkai,
mempunyai mata yang jelas dan mulut yang jelas (Andrean, 2011).

Menurut Campbell (2008), apoda, atau sesilia tidak berkaki dan hampir buta. Sekilas mereka
mirip cacing tanah, ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua, saat mereka berevolusi dari
nenek moyang yang berkaki. Sesilia menghuni daerah tropis , tempat sebagian besar spesies
meliang di dalam tanah hutan yang lembab. Beberapa spesies Amerika Selatan hidup di
kolam air tawar dan sungai kecil. Amfibia (berasal dari kata amphibious, berarti ‘kedua cara
hidup’) mengacu dari tahap-tahap kehidupan dari spesies katak yang awalnya hidup di air dan
kemudian di daratan. Tahap larva katak disebut ‘’kecebong’’, biasanya merupakan herbivor
akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang menyerupai vertebrata akuatik, dan ekor yang
panjang dan bersirip.

Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki succus vocalis (saku suara) yang terbuka di
sebelah muka dari ostium pharyngeum auditivae eustachil. Saku suara itu dapat dikembang
kempiskan sehingga menimbulkan suara (Jasin, 1984).

Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat untuk melompat-lompat di


lapangan. Katak menangkap serangga dan mangsanya yang lain dengan menjulurkan
lidahnya yang panjang dan lengket, yang melekat kebagian depan mulut. Katak menunjukkan
berbagai macam adaptasi yang membantunya untuk menghindari pemangsaan oleh predator
yang lebih besar. Kelenjar-kelenjar kulitnya mensekresikan mucus yang tidak enak atau
bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah, yang tampaknya di
asosiasikan dengan bahaya oleh predator. Katak-katak yang lain memiliki pola-pola warna
yang dapat menyamarkan mereka (Campbell, 2008).

Penutup tubuh berupa kulit tubuh yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh terhadap
gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu sebagai alat untuk menghisap air
karena katak tidak minum (Jasin, 1984).

Kulit tersusun atas: epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada epidermis sebelah
bawah merupakan lapisan sel yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa
terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jangat dibentuk bahan lapisan
yang baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya
(Jasin, 1984).

Menurut Jasin (1984), pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut
terdapat jaringan seperti busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah
dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat yang berserat-serat.
Selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat syaraf dan pembuluh darah yang
mempunyai peranan penting dalam proses pernafasan melalui kulit. Kelenjar kulit
menghasilkan sekresi yang berupa cairan untuk membasahi kulit luar. Kelenjar kulit terbagi
atas dua macam yaitu:
1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.

Klasifikasi Amfibi (Katak)

Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Upafilum : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas : Amphibia

Menurut Verma anggota amphibia dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu:

1. Ordo Apoda (Gymnophiona)

Ordo Caecilia Gymnophiona mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak
bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di
bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas
dengan insang.

Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di
lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. Ordo Gymnophiona
mempunyai 5 famili. yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae,
Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu
Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981).

Famili yang ada di Indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri
tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang
segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis.
Anggota famili ini yang ditemukan di Indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.

2. Ordo Urodela

Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa
jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.

3. Ordo Anura

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa
famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit
dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat
digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal
dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Ordo Anura dibagi menjadi 27
famili, yaitu:

1. Ascaphidae Leiopelmatidae
2. Bombinatoridae Discoglossidae
3. Pipidae Rhinophrynidae
4. Megophryidae Pelodytidae
5. Pelobatidae Allophrynidae
6. Bufonidae Branchycephalidae
7. Centrolenidae Heleophrynidae
8. Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
9. Pseudidae Rhinodermatidae
10. Sooglossidae Arthroleptidae
11. Dendrobatidae Hemisotidae
12. Hyperoliidae Microhylidae,
13. Ranidae Rachoporidae

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu:

 Bufonidae

Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil,
terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala.
Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut
yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai
depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili
ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada
di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne
borbonica.

 Megophryidae

Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya,
yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh
kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat  dan kurang lincah. Gelang
bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut
seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota
famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.

Ranidae

Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif
panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus,
licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada
pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian
maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili
ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii,
Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis,
Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.

Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan
dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak
mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara
horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.

Anatomi Kelas Amfibi

Berikut ini terdapat beberapa anatomi kelas amfibi, terdiri atas:

1. Sistem Rangka

Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak.
Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot
daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang masih
lunak. Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang
masih tetap lunak dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.

Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:

1. Cranium yang sempit


2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan kapsula yang besar
untuk
3. Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton viseral).
Bangsa amphibi merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang dada)
tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang
sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil, burung atau
mamal.

Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari kaki pada kaki
depan dan lima jari kaki belakang. Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada
salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak
mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.

Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi menyokong
tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyl, yang merupkan
silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel seperti
vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas centrum atau corpus yang memiliki
lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan
neuralis terdapat sepasang processus articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit
bergerak; tidak memunyai tulang rusuk (costale).

Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis (pectoral gridle) yang
berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax. cingulum cranialis melekat
pada vertebrae dengan otot daging. Masing-masing setengahnya terdiri atas tulang rawan
lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula kecil sebelah lateral dan clavicula yang silindris
dan coracoid yang lebar sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa
tulang rawan besar, tersusun atas episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada
sternum bertemulah os scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis
yang merupakan sendi tempat kepala os humerus.

Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic gridle) merupakan persatuan
tulang yang mempunyai bentuk yanng terdiri atas os illium sebelah anterior, os oschium
sebelah posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada ketiga tulang tersebut bertemu teerdapat
mangkokan yang disebut acetabulum tempat kepala os femur melekat.Tiap-tiap bagian dari
sepasang os illium yang merupakan tulang yang memanjang sejajar dengan urostyl dan
sejajar dengan sacrum.

Bentuk tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang tempurung kepala


bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan cingulum posterior merupakan tulang-tulang
yang terangkai menjadi satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan terhadap
satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu hubungan bentuk bola dan mangkokan
yang menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel terdapat pada siku dan lutut. Gerakan-
gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari jaringan ikat.

Kecuali itu juga disebabkan oleh otot- otot daging yang dapat memanjang dan memendek,
sebagai penggeraknya. Pada tulang yang panjang dibedakan atas bagian central yang disebut
diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse. Pada tulang-tulang yang bersenyawa
terdapat hubungan satu sama lain, dan masing-masing epiphyse dan diaphyse juga terdapat
hubungan tidak teratur dan terkunci oleh sutura. Pada katak sutura masih berupa tulang
rawan, sehingga tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia,
masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu. Dengan demikian
pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak mungkin terjadi.
2. Sistem Otot

Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara  ikan
dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka dan
menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang relatif
sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.

Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda
perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau
dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian
otot- otot setiap segmen tubuh amfibi.

Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian


membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot
dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu, berenang,berjalan,
meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya
terletak dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.

Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging
berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu
berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas otot
daging skletal atau otot daging yang melekat pada tulang-tulang. Otot daging tersebut
terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya. Masing-masing otot daging itu terdiri atas
serat-serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat. Kedua ujung biasanya melekat
pada tulang yang berlainan. Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian
distal yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging
yang memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung
tulang yang disebut “tendon”.

Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang- memendekkan
jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot daging secara
umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan disebutkan tipe umum
dari otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan masing-masing contoh:

Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat lengan
bawah dengan lengan atas.

Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan
bawah pada lengan atas.

Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh deltoid
menarik lengan ke samping.

Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh atianus
dorsi menarik lengan keatas dan kembali.

Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan kebawah


rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter mengangkat rahang
untuk menutup mulut.

Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar femur.

Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum: (1) otot
daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding
abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya biceps atau
deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan serat melingkar, misalnya sphincter ini yang
berfungsi untuk menutup anus.

Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama dengan
beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf. Tiap- tiap
serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah untuk
merangsang kontraksi.

3. Sistem Sirkulasi

Fungsi yang terpenting dari sistem sirkulasi yaitu:

1. Mengangkut oksigen dan karbon dioksida antara alat pernafasan dengan jaringan-
jaringan di seluruh
2. Mengangkut zat makanan dan air dari tractus digestivus ke organ
3. Mengangkut persediaan zat makanan dari satu tempat ke tempat
4. Mengangkut sisa-sisa zat organik dan garam mineral yang sudah tidak berguna lagi ke
alat ekskresi (ren).
5. Mengedarkan hormon dari kelenjar endokrin ke tempat-tempat yang

Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Sebagian besar amfibi
mempunyai problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksi dari paru-paru dan
darah deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk mencegah banyaknya
pencampuran dua jenis darah tersebut, amfibi telah mengembangkan ke arah sistem sirkulasi
transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikulur, dan pembagian konus
arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari.

Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus kemudian masuk ke sisi kanan
ventrikel, dan dari sini dipompa ke paru-paru. Darah yang mengandung oksigen dari paru-
paru masuk ke atrium kiri lewat vena pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk
selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian terjadi pada
salamander yang didak mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial tidak lengkap dan
vena pulmonalis tidak ada.

4. Sistem Lymphatica

Terdiri dari banyak pembuluh-pembuluh yang bermacam-macam ukuran meliputi berbagai


organ dan sukar dilihat. Pada katak antara kulit dan tubuh terdapat saccus lymphatic yaitu:

 Saccus submaxillaris
 Saccus pectolaris
 Saccus abdominalis
 Saccus lateralis
 Saccus brachialis
 Saccus femuralis
 Saccus inter-femuralis
 Saccus cruralis

Sistem lymphaticus ini pada beberapa tempat berhubungan dengan vena tubuh dan antara lain
vena vertebralis anterior dan vena illiaca transversa. Kecuali itu terdapat jantung lympha
yaitu sebelah caudal, sepasang, di sebelah cranial di sekitar vertebrae cervicalis. Cairan
lympha mengandung leukosit dan sedikit eritrosit dan beberapa protein yang melayang dalam
darah.

5. Sistem Pencernaan

Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa
bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang
berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak
begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx,
oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam
vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan.

Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan
sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang
dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein,
lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk
mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam
saluran disebut gerak peristaltik.

Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar
pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada
intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang
dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan
dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang
merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk
mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi
feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.

Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa
amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai
lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus
menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak
dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif
panjang, menggulung yang membuka kloaka.

6. Sistem Respirasi

Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-
paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai
permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh darah).
Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi dengan jalan difusi
masuk ke pembuluh darah. Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi
yang selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan. Sebagian besar
karbondioksida diangkut oleh plasma darah dari jaringan ke alat respirasi.

Struktur paru-paru amphibi masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang
elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang disebut alviola, yang
masing-masing diliputi oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru
dihubungkan dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi bersatu menuju
larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut glottis.

Dengan gerakan teratur, udara dapat masuk ke dalam cavum oris melalui nares dan peristiwa
ini disebut inspirasi. Kemudian dalam cavum oris ditekan masuk ke dalam pulmo, karena
adanya kontraksi otot daging dasar mulut. Selanjutnya udara dari pulmo dikelurkan ke cavum
oris dengan bantuan desakan dari dinding badan dan juga karena elastisitas pulmo. Inilah
yang disebut dengan ekspirasi dan pada waktu itu klep nares interna terbuka sehingga udara
keluar. Pada waktu inspirasi, klep nares interna menutup.

Otot daging yang bekerja pada waktu pernafasan yaitu sepasang musculus sub mandibularis,
sepasang musculus sternohyoideus, musculus genio hyoideus, kecuali pada waktu ekspirasi
dibantu pula oleh musculus obliqus externa.

Pernafasan melalui kulit terutama dilakukan pada waktu hibernasi (tidur, misalnya katak
Eropa waktu “winter sleep”). Selama tahap larva dan berudu, sebagian besar amphibi 
melakukan pernafasan dengan insang tipe eksternal yang merupakan perluasan epithel larynx
yang banyak mengandung pembuluh darah. Larynx diperkuat oleh tulang rawan dan di
dalamnya terentang tali suara yang menggetar bila udara terhembus dari paru-paru. Nada
suara diatur dengan mengencangkan dan mengendorkan pita tersebut. Struktur insang luar
adalah filamenous, tertutup epithelium bersilia, umumnya mereduksi selama metamorfosis.
Pada beberapa amfibi berekor, insang luar ini ada selama hidupnya.

Sistem Urogenital

 Organon Uropetricum

Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur
elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi pendek.
Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya
berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh.
Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut
hanya melakukan transport sperma.

Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem masih
tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk
sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi
dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati
berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang,
berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini disebut
“retroperitonial”. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan
garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:

1. Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut “glomerulus”


2. Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula bowman”
3. Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman dililiti oleh
pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul
yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal
menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan
sampah dibuang ke kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari

 Organon Genitale

Organon ini terdiri atas:

1. Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval berwarna keputih-
putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita
sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah
corpus adiposum, suatu zat lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah
median dataran testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dariureter mengalami
pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan spermatozoa
sementara.
2. Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan dengan bagian
dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna
hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang
berwarna kekuning-kuningan. Pada “breeding season” ova yang telah masak menembus
dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok
dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai
uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar
tubuh, tapi walaupun demikian pada “breeding season” katak jantan menempel di punggung
katak betina untuk memudahkan terjadinya.
3. Sistem Saraf
Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium. Dalam Sistem
nervorum central terdiri dari encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord).
Encephalon terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus nasalis, dua hemispherium cerebri
atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh comissura
anterior sedang bagian anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis.

Di bagian belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah
(mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh cerebellum (otak kecil)
yang merupakan bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah
atas yaitu medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis,
berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan
sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon
terdapat chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh
keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada
posteriornya.

Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus. Cairan


cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran
zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh- pembuluh darah arteri dan
venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus
oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi spinalis
berpusat pada otak di berbagai lobus.

9. Organ Indra
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon
sensoris atau receptor tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi
sensori yang membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap rangsangan
akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon visus akan menerima
rangsangan yang berupa gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit menerima
rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa
tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang larut
dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang peka terhadap rangsangan
yang berupa gas. Telinga yang berisi organon auditorius dan alat kesetimbangan
tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya untuk jarak pandangan yang
relative jauh. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus
pada spesies yang di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak
daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering akibat evaporasi,
sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Harderian.
Parietal dan pinael body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang
panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan orientasi arah.
Untuk alat pendengaran, salamander dan golongannya tidak mempunyai pendengaran
tengah, sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang
telinga.

10. Sistem Kelenjar Endokrin


Sistem endokrin mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada dasar otak terdapat 
glandula pituitari atau glandula hypophysa. Bagian anteriokelenjar ini pada larva
menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama panjang tulang. Bila seekor berudu diambil bagian anterior glandula
hypophysanya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak. Tapi bila potongan
ini ditranspantasikan kembali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya.
Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior glandula hypophysa ini baik
secara oral maupun suntik mengakibatkan pertumbuhan raksasa. Kelenjar paratiroid
ada (tidak ada pada ikan), sebagai regulator kalsium dalam sistem endokrin.

Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini menghasilkan hormon yang
merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika dilakukan inplantasi kelenjar
ini dengan sukses pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembangbiak
, maka mulai saat itu segera terjadi perubahan. Inplantasi pada katak betina
menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum yang telah masak. Inplantasi pada katak
jantan mengakibatkan hewan ini menghasilkan sperma.
Bagian tengah glandula pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang
mempunyai peranan dalam pengatran chromorophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu hormon yang mengatur
pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan
hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar ini menjadi besar
pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini di ambil maka
berudu tidak akan  menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada berudu yang secara
normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak yang diam di daerah dingin ) untuk
berubah menjadi dewasa maka waktu metamorphose ini akan dipercepat. Kelenjar
tiroid tidak hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh tetapi dipercaya sangat
penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan luar kulit.
Kelenjar pancreas di samping menghasilkan enzim juga menghasilkan hormon
insuline yang mengatur metabolisme zat gula. Hormon ini juga dihasilkan oleh
sekelompok sel dalam pulau Langerhans.
Pada permukaan sebelah luar dari ginjal terdapat glandulae supra renalis atau
glandulae adrenalis yang menghasilkan hormon adrenalin atau aphinephrine yang
bekerja berlawanan dengan insuline (hormon adrenalin mengubah glycogen menjadi
glucosa, kecuali itu menyebabkan pigmen mengumpul sehingga kulit berwarna lebih
gelap. Kelenjar adrenal,  korteks dan medula bergabung tidak terpisah seperti pada
ikan.
4. Struktur Tubuh Katak (Amfibi)

Berikut ini terdapat beberapa karakteristik kelas amfibi, terdiri atas:

1. Kulit dan kelenjar kulit

Kulit amphibi sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada kulit amphibi terdapat
kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:

 Glandulae mucosa (kelenjar lendir ) yang menghasilkan lendir bening untuk


memudahkan katak melepaskan diri bila
 Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan

Racun yang terdapat pad amphibi sangat bervariasi. Kodok yang hidup di laut (Bufo marinus)
racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Studi tentang kodok neotropik dari
keluarga Dendrobatidae yang baracun, menunjukkan bahwa racun itu merupakan steroid
alkaloid yang berefek pada saraf dan aktivitas otot sel korban. Tipe racun lain pada amphibi
adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik, dan local irritant.

Kelenjar mukus dan kelenjar racun dikelompokkan sebagai kelenjar alveolar. Klenjar
alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluran tetapi produknya
dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri secara alami. Akat tetapi ada  juga  beberapa
amphibi yang mempunyai kelenjar alveolar tubular, kelenjar demikian sering ditemukan di
ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di bagian dadanya.
Kelenjar ini menjadi fungsional selama musim reproduksi selama musin reproduksi dan
mengeluarkan cairan yang membantu pejantan dalam melekatkan diri ke betina selama
musim kawin, bahkan pada salamander terdapat kelenjar tubular pada dagu pejantannya
yang  mengeluarkan cairan khusus untuk menarik betina selama musim reproduksi.

2. Warna tubuh

Amphibi sangat beraneka ragam warnanya, hijau terang, kuning, orange, dan emas,
sedangkan warna merah dan biru sangat jarang ditemukan. Warna tubuh amphibi disebabkan
oleh pigmen atau secara struktural atau dihasilkan oleh keduanya (paduan pigmen dan
struktural). Macam chromatophora (sel pigmen) yaitu: Melanophora yang berisi pigmen
hitam atau coklat, Lipophora yang berisi pigmen merah atau kuning, Guanophora  yang 
berisi kristal-kristal putih. Umumnya lipophora terletak di dekat permukaan kulit, lebih ke
arah dalam terdapat guanophora dan yang paling dalam terdapat melanophora.

Chromatophora bentuknya agak ameboid dengan prosesus protoplasmik meluas ke luar dari
tubuh selnya ke sel lain. Pigmen pada sitoplasma dalam chromatophora mampu berpindah
sehingga pigmen dapat terkonsentrasi dan mengumpul untuk menebalkan warna atau
terpencar sehingga menipiskan warna. Sel pigmen, khususnya lippphora mampu melakukan
gerakan ameboid dan dapat berpindah mendekat atau menjauh dari permukaan kulit.
Seringkali perubahan dari hijau ke kuning merupakan hasil kontraksi dari melanophora dan
perpindahan lipophora ke posisi di antara atau di bawah guanophora.

Warna pada amphibi ketika ditempatkan di lingkungan gelap tampak bercahaya, adalah
merupakan hasil dari simulasi kelenjar pineal menghasilkan melatonin (sejenis hormon) yang
mampu mengurangi kuantitas cahaya atau sinar gelombang panjang. Kemudian kontak
dengan horman kromatotrofik hipofise yang menyebabkan perluasan melanophora sehingga
melanophora berkontraksi dan menghasilkan efek tubuh menjadi lebih bercahaya di tempat
gelap. Pada katak warna hijau yang dihasilkan merupakan hasil pemantulan secara kimiawi
dan struktur mikroskopis pada kulit sebelah luar (tidak ada pigmen hijau).

3. Pergantian kulit

Seluruh kulit amphibi terlepas secara periodik. Proses ini berlangsung di bawah kontrol
hormon. Lapisan kulit luar tidak hanya satu bagian, tidak sebagaimana pada reptil, tetapi
dalam fragmen, meskipun tungkai biasanya utuh dan mengelupas secara bersamaan.
Frekuensi bergantinya kulit bermacam-macam pada spsies yang berbeda. Pengelupasan kulit
pada katak pohon hijau mungkin terjadi setiap bulan atau lebih.

4. Alat gerak (appendages)

Amphibia memiliki dua pasang tungkai yang terjadi variasi oleh karena adaptasi untuk hidup
di darat, air, arboreal (hidup di atas pohon)dan di bawah tanah. Sebagian besar amphibi
modern memiliki empat tungkai relatif lemah yang tidak cocok untuk berjalan cepat di tanah.
Umumnya kaki depan memiliki 4 jari dan kaki belakang 5 jari, tetapi pada bebrapa spesies
terjadi pengurangan.

Secara umum katak dan kodok, jumah jari tungkai depan biasanya 4 buah, tungkai belakang
memanjang dan biasanya untuk melompat. Kebanyakan katak dan kodok memiliki 5 jari pada
tungkai belakang dan dan jari tambahan yang diketahui sebagai prehaluk pada sisi ventral
kaki. Prehaluk ini pada Spadefoot (katak penggali tanah) berupa tulang-tulang tajam yang
digunakan untuk menggali, untuk bersembunyi di dalam tanah.

Ada berbagai variasi struktur kaki belakang Anura, ada yang berselaput meluas sampai ke jari
dan yang lainnya ada tetapi tidak sampai meluas ke jari atau bahkan tidak ada sama sekali.
Anura tidak mampu melakukan regenerasi tungkai ataupun jari yang hilang tetapi pada
salamander mampu melakukannya.

Daftar pustaka

Campbell, Neil A, dkk. 2008. Biologi, Edisi ke-8, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Jasin, Maskoari. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya:


Sinar Wijaya.

Anda mungkin juga menyukai