“WARIS”
Oleh :
Kelompok 5
Dosen Pengampu :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah senantiasa kami ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberikan kesempatan
yang luar biasa ini yaitu berkesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah
tentang “Warisan”
Sholawat serta salam tidak lupa selalu dihanturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan petunjuk yang paling benar, yakni syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan suatu karunia yang paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah “Al-
Islam Kemuhammadiyahan”. Saya harap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi setiap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2. Hubungan Pernikahan
Hubungan pernikahan ini yang terjadi setelah dilakukannya akad nikah yang
sah dan terjadi antara suami-istri sekalipun belum terjadi persetubuhan.
Pernikahan yang menurut syari’at islam merupakan ikatan untuk
mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan selama ikatan
pernikahan itu masih terjadi. Masing-masing pihak adalah teman hidup dan saling
membantu dalam memikul beban hidup bersama. Oleh karena itu, adalah
bijaksana kalau Allah memberikan sebagian tertentu sebagai imbalan dari jerih
payahnya, bila salah satu diantara keduanya meninggal dunia dan meninggalkan
harta pusaka.
Atas dasar itulah hak suami maupun istri tidak dapat terhijab sama sekali oleh
ahli waris siapapun. Mereka hanya dapat terhijab nuqsan (dikurangi bagiannya)
oleh anak mereka atau oleh ahli waris yang lain.
Perkawinan yang menyebabkan dapat mewarisi memerlukan 2 syarat yaitu :
a. Akad nikah itu sah menurut syari’at islam, baik keduanya telah berkumpul
maupun belum
b. Ikatan perkawinan antara suami istri itu masih utuh.
3. Karena Wala’
Wala’ adalah pewarisan karena jasa seseorang yang telah memerdekakan
seorang hamba kemudian budak itu menjadi kaya. Jika orang yang dimerdekakan
itu meninggal dunia, orang yang memerdekakannya berhak mendapat warisan.
Wala’ yang dapat dikatagorikan sebagai kerabat secara hukum disebut juga
dengan istilah wala’ul itqi. Hal ini karena pemberian kenikmatan kepada seorang
hamba seraya.
Jika seseorang membebaskan hamba sahaya dengan seluruh barang-barang
yang dimilikinya itu, berarti telah menjadi hubungan antara hamba sahaya yang
dibebaskan dengan orang yang membebaskannya dalam suatu ikatan yang disebut
wala’ul itqi. Orang yang telah membebaskan hamba sahaya karena wala’ul itqi
dapat mewarisi harta hamba sahaya yang telah dibebaskannya jika hamba sahaya
itu telah menjadi kaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fiqih adalah ilmu yang mempelajari tentang siapa-siapa ahli waris yang
berhak menerima warisan, siapa-siapa yang tidak berhak menerima, serta bagian-
bagian tertentu yang diterimanya, dan bagaimana cara perhitungannya.
Dalam warisan memiliki sebab-sebab kewarisan diantaranya :
1. Karena hubungan keterabatan atau nasab
2. Hubungan pernikahan
3. Karena wala’
3.2 Saran
Semoga dengan adanaya makalah ini dapat bermanfaat bagi si pembaca dan si
pemakalah dalam sebuah hal pewarisa.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29201671/MAKALAH_WARISAN
https://www.slideshare.net/ahmadsubhan92/makalah-waris