Anda di halaman 1dari 6

Berikut ini daftar lengkap paket kebijakan ekonomi I hingga XIV, seperti dirangkum

Okezone, Kamis (10/11/2016).


Paket Kebijakan Jilid I
Memiliki tiga fokus, pertama mendorong daya saing industri nasional melalui
deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha. Kedua,
mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan,
sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional, dan yang
ketiga meningkatkan investasi di sektor properti.
Paket Kebijakan Jilid II
Berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik
PMDN maupun PMA. Seperti kemudahan lahayan investasi 3 jam, tax allowance dan
tax holiday lebih cepat, pembebasan PPN untuk alat transportasi, insentif fasilitas di
kawasan pusat logistik berikat, insentif pengurangan pajak bunga deposito, perampingan
izin sektor kehutanan.
Paket Kebijakan Jilid III
Isinya melengkapi paket kebijakan I dan II. Namun paket ini mencakup penurunan tarif
listrik dan harga BBM serta gas. Kedua, perluasan penerima KUR. Ketiga,
penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.
Paket Kebijakan Jilid IV
Mengatur mengenai penetapan formulasi penetapan UMP yang bertujuan untuk
membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Paket Kebijakan Jilid V
Berisi mengenai revaluasi aset untuk perusahaan BUMN serta individu. Selain itu juga
menghilangkan pajak berganda untuk REIT.
Paket Kebijakan Jilid VI
Memuat soal insentif untuk kawasan ekonomi khusus (KEK), pengelolaan sumber daya
air dan penyederhanaan izin impor bahan baku obat dan makanan oleh BPOM.
 
Paket Kebijakan Jilid VII
Mengatur soal kemudahan mendapatkan izin investasi, keringanan pajak untuk pegawai
industri padat karya, dan kemudahan mendapatkan sertifikat tanah.
Pakat Kebijakan Jilid VIII
Mencakup 3 paket, yang pertama one map policy, kedua mempercepat pembangunan
kilang minyak untuk meningkatkan produksi kilang nasional, yang ketiga adalah
pemberian insentif bagi jasa pemeliharaan pesawat.
Paket Kebijakan Jilid IX
Mengatur soal percepatan pembangunan infrastruktur tenaga listrik, stabilisasi harga
daging, dan peningkatan sektor logistik desa-kota.
Paket Kebijakan Jilid X
Terdapat 10 poin penting yang diharapkan mampu memperbaiki peringkat kemudahan
berbisnis Indonesia (EODB). Pertama kemudahan dalam memulai usaha, kemudahan
pendirian bangunan, ketiga pendaftaran properti, keempat pembayaran pajak, kelima
akses perkreditan, keenam penegakan kontrak dengan mengatur penyelesaian gugatan
sederhana, ketujuh penyambungan listrik, kedelapan perdagangan lintas negara,
kesembilan penyelesaian permasalahan kepailitan, dan sepuluh perlindungan terhadap
investor minoritas.
Paket Kebijakan Jilid XI
Mengatur soal KUR yang diorientasikan ekspor dan dana investasi real estate, prosedur
waktu sandar dan inap barang di pelabuhan (dwelling time) dan pengembangan industri
farmasi serta alat kesehatan.
Paket Kebijakan Jilid XII
Mengatur soal mendorong pertumbuhan UKM dengan memberikan kemudahan memulai
usaha.
Paket Kebijakan XIII
Menitik beratkan pada mempercepat penyediaan rumah untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan harga yang terjangkau. Caranya dengan
menyederhanakan sekaligus mengurangi regulasi dan biaya pengembangan untuk
membangun rumah.
Paket Kebijakan XIV
Mengenai peta jalan (roadmap) mengenai perdagangan berbasis elektronik (e-
commerce). Roadmap ini diterbitkan guna mencapai tujuan sebagai negara digital
ekonomi terbesar di Asia Tenggara di 2020. Ada delapan aspek pengaturan
mengenai roadmap e-commerce meliputi pendanaan, perpajakan, perlindungan
konsumen, pendidikan dan SDM, logistik, infrastruktur komunikasi, kemanan siber dan
pembentukan manajemen pelaksana.

Adapun fokus pada paket kebijakan XV ini adalah sebagai berikut:


a. Pemberian Kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha, dengan kebijakan yang
memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi nasional dalam mengangkut
barang ekspor impor, serta meningkatkan usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di
dalam negeri.
b. Kemudahan Berusaha dan Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa
Logistik Nasional, dengan kebijakan antara Iain:
(i) mengurangi biaya operasional jasa transportasi;
(ii) menghilangkan persyaratan perizinan angkutan barang;
(iii) meringankan biaya investasi usaha kepelabuhanan;
(iv) standarisasi dokumen arus barang dalam negeri;
(v) mengembangkan pusat distribusi regional;
(vi) kemudahan pengadaan kapal tertentu; dan
(vii) mekanisme pengembalian biaya jaminan peti kemas; dsb. ‘
c. Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single Window
(INSW), dengan kebijakan, antara lain:
(i) memberikan fungsi independensi badan INSW untuk dapat mengembangkan sistem
elektronik pelayanan dan pengawasan ekspor impor, kepabeanan, dan kepelabuhan di
seluruh Indonesia;
(ii) mengawasi kegiatan ekspor impor yang berpotensi sebagai illegal trading;
(iii) membangun single risk management untuk kelancaran arus barang dan penurunan
dwelling time; dan
(iv) sebagai competent authority daiam integrasi ASEAN Single Window dan
pengamanan pelaksanaan FTA.
d. Penyederhanaan Tata Niaga: Pemerintah telah membentuk Tim Tata Niaga Ekspor
impor untuk mengurangi LARTAS yang tinggi.

Paket kebijakan XVI diluncurkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres), dengan
realisasi dalam dua tahap. Berikut rinciannya:

Tahap Pertama

1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk pengawalan dan penyelesaian


hambatan perizinan dalam pelaksanaan berusaha (end to end).

Satgas terdiri dari Satgas Nasional dan Satgas pada kementerian/lembaga, provinsi,
dan kabupaten/kota. Tugasnya koordinasi untuk meningkatkan pelayanan seluruh
perizinan yang menjadi kewenangannya (end to end). Dalam pelaksanaan tugasnya,
Satgas Nasional membentuk klinik penyelesaian hambatan, di antaranya yaitu Klinik
Tata Ruang dan Kehutanan, Klinik Pertanahan, dan Klinik Ketenagakerjaan.

Satgas meliputi Leading Sector (utama) dan Satgas Supporting (pendukung). Satgas
Leading Sector bertanggungjawab untuk melakukan pengawalan, pemantauan, dan
penyelesaian hambatan atas perizinan berusaha di sektornya (end to end) dan
melakukan peningkatan pelayanan seluruh perizinan berusaha di sektornya (end to
end). Satgas Leading Sector pada kementerian/lembaga antara lain berada pada
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan.
Satgas Supporting memberikan dukungan untuk perizinan berusaha pada leading
sector. Satgas Supporting pada kementerian/lembaga berfungsi sebagai Satgas
Leading Sector dalam bidang tertentu. Satgas pada provinsi atau kabupaten/kota dapat
menjadi Satgas Leading Sector dalam hal perizinan berusaha sepenuhnya menjadi
kewenangan gubernur atau bupati/walikota.

Setiap Satgas wajib menyampaikan laporan secara berkala. Satgas Leading Sector
maupun Satgas Supporting menyampaikan laporannya kepada Satgas Nasional.
Satgas Nasional menyampaikan laporannya kepada Presiden.

2. Penerapan perizinan checklist pada KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan
Pariwisata.

Perizinan checklist berupa daftar seluruh perizinan yang harus diselesaikan oleh pelaku


usaha dalam waktu tertentu. Setelah pelaku usaha memperoleh pendaftaran
penanaman modal (Indicative Investment Certificate), pelaku usaha memilih kawasan
untuk tempat berusaha. 

Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kemudian memberikan kepada pelaku usaha,
berupa akta pendirian dan pengesahan badan usaha, NPWP, Tanda Daftar
Perusahaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Izin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing (IMTA), Angka Pengenal Impor (API), dan Akses Kepabeanan.

Selanjutnya pelaku usaha menandatangani checklist sebagaimana dimaksud pada


huruf a dan checklist tersebut merupakan perizinan sementara yang mencakup:
perizinan lingkungan (UKL-UPL), sertifikat tanah, rencana teknis bangunan/IMB, dan
Izin Usaha.

Hal ini diharapkan bisa mempercepat proses pemberian fasilitas perpajakan, fasilitas
kepabeanan dan cukai, serta kemudahan untuk ketenagakerjaan, keimigrasian, dan
pertanahan. Pelaku usaha dapat melakukan pembebasan tanah dan melakukan
konstruksi.

3. Penerapan perizinan dengan penggunaan data sharing.

Untuk perizinan berusaha diluar KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan Pariwisata
yang belum menggunakan perizinan checklist, pelaksanaan kemudahan perizinan oleh
PTSP dan instansi terkait lainnya dilakukan melalui penggunaan data secara bersama
(data sharing).

Pelaku usaha untuk mendapatkan beberapa perizinan berusaha termasuk perizinan


untuk konstruksi, cukup menyampaikan 1 kali dokumen persyaratan kepada PTSP.
Dokumen persyaratan yang disampaikan tersebut digunakan oleh PTSP dan instansi
terkait lainnya secara bersama (data sharing) untuk menyelesaikan izin lokasi atau
penetapan lokasi, izin lingkungan, izin gangguan, analisa dampak lalu lintas,
persetujuan rencana teknis bangunan/IMB, perizinan sektor industri serta untuk
permintaan fasilitas perpajakan, kepabeanan, cukai, dan fasilitas lainnya.

Tahap Kedua

1. Reformasi peraturan perizinan berusaha.

Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan evaluasi atas


seluruh dasar hukum pelaksanaan proses perizinan berusaha yang berlaku pada saat
ini termasuk untuk UMKM.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, masing-masing melakukan penyederhanaan


pengaturan perizinan berusaha melalui penerbitan peraturan pengganti (baru) termasuk
Perda.

Di mana memuat secara jelas mengenai standar pelayanan perizinan PTSP yang
mencakup pelaku usaha yang eligible untuk mendapatkan perizinan, persyaratan,
prosedur dan jangka waktu penyelesaian. Kemudian biaya penerbitan perizinan (PNBP
atau Pajak Daerah/Retribusi Daerah), kewajiban PTSP untuk memberikan perizinan
apabila semua persyaratan telah lengkap dan benar.

Dalam hal persyaratan belum lengkap dan benar, PTSP wajib memberitahukan secara
tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan pembentukan layanan
pengaduan, seluruh proses perizinan yang telah disempurnakan dilaksanakan dalam
bentuk penggunaan teknologi informasi (online) termasuk pemanfaatan tanda tangan
digital (digital signature).

2. Penerapan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single Submission)

Pelaksanaan seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha yang menjadi


kewenangan menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib dilakukan
melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single Submission).

Seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha tersebut wajib diharmonisasi


dan distandarisasikan sesuai standar nasional maupun internasional. Sistem
melakukan pemrosesan perizinan serta pengambilan keputusan secara tunggal (single
and synchronous processing of data and information) serta proses manajemen
koordinasi dan validasi sistem informasi perizinan secara elektronik antar
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam rangka mendapatkan legalitas
akses terkait perizinan.

Sistem nantinya akan terintegrasi dengan berbagai sistem pelayanan yang terkait
dengan Single Submission, antara lain Nomor Induk Kependudukan (Kemendagri),
pendirian badan usaha (Kemenkumham), Impor-Ekspor dalam Indonesia National
Single Window (Kemenkeu), dan sistem dari kementerian/lembaga terkait lainnya. Data
yang disampaikan dalam sistem dijamin keamanan dan kerahasiannya melalui Single
Submission.
Uji coba Single Submission ditargetkan pada 1 Januari 2018 dan pelaksanaannya
secara bertahap dimulai setelah uji coba berhasil dilaksanakan dan selambat-
lambatnya pada Maret 2018. Seluruh proses Single Submission dan PTSP dilakukan
dalam satu gedung. 

Anda mungkin juga menyukai