Paket kebijakan XVI diluncurkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres), dengan
realisasi dalam dua tahap. Berikut rinciannya:
Tahap Pertama
Satgas terdiri dari Satgas Nasional dan Satgas pada kementerian/lembaga, provinsi,
dan kabupaten/kota. Tugasnya koordinasi untuk meningkatkan pelayanan seluruh
perizinan yang menjadi kewenangannya (end to end). Dalam pelaksanaan tugasnya,
Satgas Nasional membentuk klinik penyelesaian hambatan, di antaranya yaitu Klinik
Tata Ruang dan Kehutanan, Klinik Pertanahan, dan Klinik Ketenagakerjaan.
Satgas meliputi Leading Sector (utama) dan Satgas Supporting (pendukung). Satgas
Leading Sector bertanggungjawab untuk melakukan pengawalan, pemantauan, dan
penyelesaian hambatan atas perizinan berusaha di sektornya (end to end) dan
melakukan peningkatan pelayanan seluruh perizinan berusaha di sektornya (end to
end). Satgas Leading Sector pada kementerian/lembaga antara lain berada pada
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan.
Satgas Supporting memberikan dukungan untuk perizinan berusaha pada leading
sector. Satgas Supporting pada kementerian/lembaga berfungsi sebagai Satgas
Leading Sector dalam bidang tertentu. Satgas pada provinsi atau kabupaten/kota dapat
menjadi Satgas Leading Sector dalam hal perizinan berusaha sepenuhnya menjadi
kewenangan gubernur atau bupati/walikota.
Setiap Satgas wajib menyampaikan laporan secara berkala. Satgas Leading Sector
maupun Satgas Supporting menyampaikan laporannya kepada Satgas Nasional.
Satgas Nasional menyampaikan laporannya kepada Presiden.
2. Penerapan perizinan checklist pada KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan
Pariwisata.
Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kemudian memberikan kepada pelaku usaha,
berupa akta pendirian dan pengesahan badan usaha, NPWP, Tanda Daftar
Perusahaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Izin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing (IMTA), Angka Pengenal Impor (API), dan Akses Kepabeanan.
Hal ini diharapkan bisa mempercepat proses pemberian fasilitas perpajakan, fasilitas
kepabeanan dan cukai, serta kemudahan untuk ketenagakerjaan, keimigrasian, dan
pertanahan. Pelaku usaha dapat melakukan pembebasan tanah dan melakukan
konstruksi.
Untuk perizinan berusaha diluar KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan Pariwisata
yang belum menggunakan perizinan checklist, pelaksanaan kemudahan perizinan oleh
PTSP dan instansi terkait lainnya dilakukan melalui penggunaan data secara bersama
(data sharing).
Tahap Kedua
Di mana memuat secara jelas mengenai standar pelayanan perizinan PTSP yang
mencakup pelaku usaha yang eligible untuk mendapatkan perizinan, persyaratan,
prosedur dan jangka waktu penyelesaian. Kemudian biaya penerbitan perizinan (PNBP
atau Pajak Daerah/Retribusi Daerah), kewajiban PTSP untuk memberikan perizinan
apabila semua persyaratan telah lengkap dan benar.
Dalam hal persyaratan belum lengkap dan benar, PTSP wajib memberitahukan secara
tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan pembentukan layanan
pengaduan, seluruh proses perizinan yang telah disempurnakan dilaksanakan dalam
bentuk penggunaan teknologi informasi (online) termasuk pemanfaatan tanda tangan
digital (digital signature).
Sistem nantinya akan terintegrasi dengan berbagai sistem pelayanan yang terkait
dengan Single Submission, antara lain Nomor Induk Kependudukan (Kemendagri),
pendirian badan usaha (Kemenkumham), Impor-Ekspor dalam Indonesia National
Single Window (Kemenkeu), dan sistem dari kementerian/lembaga terkait lainnya. Data
yang disampaikan dalam sistem dijamin keamanan dan kerahasiannya melalui Single
Submission.
Uji coba Single Submission ditargetkan pada 1 Januari 2018 dan pelaksanaannya
secara bertahap dimulai setelah uji coba berhasil dilaksanakan dan selambat-
lambatnya pada Maret 2018. Seluruh proses Single Submission dan PTSP dilakukan
dalam satu gedung.