Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Peta Konsep”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkepada junjungan Nabi


Muhammad SAW yang telah menghantarkan manusia ke jalan yang benar,
Makalah ini disusun sebagai salah satu materi yang dibahas pada mata kuliah
Telaah Kurikulum Matematika Sekolah. Terima kasih kepada Bapak Dr.Edwin
Musdi, M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah kurikulum matematika sekolah
yang telah membimbing penyusunan makalah ini, serta pihak-pihak lain yang
telah membantu sehingga makalah inidapat selesai tepat waktu. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan agar di masa
yang akan datang lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Terima Kasih

A.Pengertian Peta Konsep (Consept Mapping)


Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah pembelajaran peta konsep.
Peta konsep merupakan salah satu pendukung pembelajaran kooperatif
(Suprijono,2009).

Salah satu dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting
yang mampu mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel
belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk
mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa. Berkenaan dengan itu
Novak dan Gowin (dalam Dahar 1988) mengemukakan bahwa cara untuk
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna
berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan Peta Konsep (Amri dan Iif,
2010).

Pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar untuk semester


tertentu, concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur
pengetahuan para guru dalam merencanakan bahan ajar. Desain bahan ajar
berdasarkan concept map ini memiliki karakteristik yang khas. Pertama, ia hanya
memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama). Kedua, ia
memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Ketiga, ia memiliki label yang menyembunyikan arti hubungan yang mengaitkan
antara konsep-konsep. Keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta
yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar
yang penting (Munthe, 2009).

Mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak mengembangkan teori


pada tahun 1974. Dalam penelitiannya tersebut, ia menghasilkan concept map
sebagai satu diagram yang berdimensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan
yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga
menggambarkan hubungan antar konsep utama tersebut (Munthe, 2009).

Novak and Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau
cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh
siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausabel. Ausabel sangat
menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa
supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Dalam belajar bermakna
pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada
dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila dalam struktur kognitif tidak terdapat
konsep-konsep relevan , pengetahuan baru yang telah dipelajari hanyalah hapalan
semata.
B. Ciri-Ciri Peta Konsep (Consept Mapping)

Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, ciri-ciri peta konsep
sebagai berikut (Trianto, 2007) :

Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk


memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi, apakah
itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta
konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang
studi itu lebih bermakna.

Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang
studi ,atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan
hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep. Tidak semua peta
konsep mepunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari
pada konsep-konsep yang lain.

Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih
inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut. Berdasarkan
pemaparan ciri-ciri peta konsep di atas maka sebaiknya peta konsep dibuat secara
hierarki yang artinya konsep yang lebih inklusif ditempatkan pada posisi paling
atas, sehingga semakin ke bawah konsep-konsep yang tersaji semakin kurang
inklusif.

C. Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep (Consept Mapping)

Dalam bidang sains, peta konsep dapat membuat informasi yang dianggap
bersifat abstrak menjadi informasi yang bersifat konkret. Sehingga sangat
bermanfaat untuk meningkatkan ingatan terhadap suatu konsep. Adapun langkah-
langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut (Arends ,1997 yang
dikutip oleh Trianto, 2009):

a.Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.


Contoh Ekosistem

b.Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide


utama. Contoh individu, populasi, dan komunitas.

c.Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut


d.Kelompokkan ide-ide sekunder di keliling ide utama yang secara visual
menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Langkah-langkah mutlak dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut


(Munthe, 2009):

a.Brainstorming atau curah gagasan

b.Menentukan 8-12 konsep (topik) utama ( mayor)

c.Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar

d.Menghubungkan konsep-konsep dengan garis

e.Memberikan label di atas garis panah

Dari langkah-langkah yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa


dalam membuat suatu peta konsep langkah awalnya di mulai dari memilih suatu
bahan bacaan , lalu menentukan konsep-konsep yang relevan kemudian menyusun
konsep-konsep tersebut secara hierarki dari yang inklusif sampai yang kurang
inklusif dalam satu bagan. Kemudian antara konsep yang satu dengan konsep
yang lainnya dihubungkan dengan kata penghubung seperti “terdiri atas”,
“contoh”, dan lain-lain.

D. Tujuan Pembuatan Peta Konsep (Consept Mapping)

Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan,


diantaranya :

1.Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, untuk memperlancar proses belajar,
baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. Dengan
kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa
untuk pelajaran baru akan dimulai.

2.Belajar bagai mana belajar, dengan meminta siswa menyusun peta konsep dari
isi bab tersebut. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk memahami
isi pelajaran itu. Sehingga peta konsep berfungsi untuk menolong siswa belajar
bagaimana belajar.

3.Mengungkapkan konsepsi salah, konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat


kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proporsi yang salah.
4.Alat evaluasi, Selama ini alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa
terutama bentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus
memegang peranan dalam bidang pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu
dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang dihadapi dewasa
ini. Salah satu bentuk evaluasi yang disarankan adalah peta konsep (Dahar, 1988).

Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna


antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi
merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam
suatu unit semantic. Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep dapat
berupa dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung untuk membentuk
proposisi. Sebagai contoh : ” langit itu biru” mewakili peta konsep sederhana
yang membentuk proposisi yang sahih tentang konsep ”langit” dan ”biru”.
Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep pelajaran yang telah
dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan satu
konsep (informasi) dengan konsep lain disebut proposisi.
Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam
bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah atau label
konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung
sehingga dapat membentuk proposisi.
Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep
yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan
kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan
konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang paling
umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang paling khusus.
Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki. Pada peta konsep,
konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas. Konsep yang kurang inklusif
kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus
ditempatkan di bawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep
yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif.
Konsep yang paling inklusif diletakkan pada pohon konsep. Konsep ini disebut
kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep
pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan
kaitan silang.

Menurut Novak dan Gowin (1985) kriteria penilaian peta konsep adalah :

1. Proposisi, adalah dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung.


Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk
setiap proposisi yang sahih diberi skor 1
2. Hierarki, adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang
paling khusus. Urutan penempatan konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan
konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hierarki dikatakan sahih jika
urutan penenmpatan konsepnya benar. Untuk setiap hierarki yang sahih diberi
skor 5.
3. Kaitan silang, adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada satu
hierarki dengan konsep lain pada hierarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan
sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan
kedua konsep pada hierarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan
kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam
menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi
kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan
untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2
4.Contoh,adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut
konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam
kotak karena contoh bukanlah konsep. Untuk setiap contohyang sahih diberi skor
1.

Daftar Pustaka :
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta; Penerbit Erlangga.
https:?www.wawasan pendidikan.com
Novak and Gowin. 1985. Learning how to learn. Cambridge; Cambridge
University Press.

Anda mungkin juga menyukai