Anda di halaman 1dari 6

Malam

Naskah terjemah dengan judul asli Night

Seorang perempuan dan lelaki usia 40-an tahun.


Duduk menghadap secangkir kopinya masing-masing.

Lelaki : Aku ingat saat itu di dekat sungai.


Perempuan : Kapan?
Lelaki : Pertama kali. Di atas jembatan. Mulai di jembatan
(Hening).
Perempuan : Aku tidak ingat.

Lelaki : Di Jembatan. Kita berhentu dan melihat ke sungai.


Ketika itu malam. Lampu-lampu bersinar di jalan setapak. Kita
tersendiri, hanya kita berdua. Memperhatikan sungai. Kutaruh
tanganku pada pinggangmu yang ramping. Tak kau ingat?
Kutaruh tanganku dibalik mantelmu. (Hening).

Perempuan : Ketika itu musim dingin?


Lelaki : Tentu musim dingin. Ketika itulah kita berjumpa.
Pertama kali keluar. Harus kau ingat itu.

Perempuan : Aku berjalan... Ku ingat aku berjalan bersamamu.

Lelaki : Pertama kali bersama-sama.


Perempuan : Ya. Tentu. Kuingat itu. (Hening).... Kita berjalan
ke arah lapangan, melewati beberapa pagar.

Lelaki : Tidak. Di atas jembatanlah kita berhenti. (Hening)


Perempuan : Itu orang lain.
Lelaki : Kau lupa.
Perempuan : Dia gadis yang lain, tentunya.
Lelaki : Sudah bertahun- tahun. Aku lupa. (Hening)... Kuingat
cahaya dalam air.

Perempuan : Kau pegang wajahku. Berdiri dekat pagar. Aku


sangat sopan... Sangat intelek, Teliti, kau tatap aku. Matamu
menjelajahi wajahku. Aku tak tau siapa kau. Aku menerka-nerka
apa yang kau pikirkan. Aku meraba-raba apa yang akan kau
lakukan.

Lelaki : Kau setuju kita bertemu di suatu pesta? Kau setuju itu?
Perempuan : Apa itu?
Lelaki : A P A?
Perempuan : Kukira kau mendengar tangisan seorang anak.
Lelaki : Tak ada suara.

Perempuan : Kukira itu seorang anak, menangis, terjaga.


Lelaki : Rumah ini sunyi.(Hening).... Sudah jauh malam. Kita
masih duduk disini. Harusnya kita di ranjang. Aku harus bangun
pagi-pagi. Harus kerja. Mengapa kau mengobrol?.

Perempuan : Tidak. Aku tidak ngobrol. Aku ingin ke tempat


tidur. Aku punya kerjaan. Harus bangun pagi. (Hening) 

Lelaki : Lelaki bernama Doughty mengadakan pesta. Kau kenal


dia. Aku telah menjumpainya. Kukenal istrinya. Kutemui kau
disana, kau berdiri di dekat jendela. Dia tersenyum padamu. Dan
diluar dugaan, kau tersenyum kembali. Kau suka padaku. Aku
terpesona. Aku anggap aku ganteng. Kemudian kau katakan
padaku. Kau suka pada mataku.

Perempuan : Kau suka mataku. (Hening)... Kau sentuh


tanganku. Kau tanya, aku siapa... Dan jari-jarimu meraba jari-
jariku Dan jari-jarimu bergerak diantara jari-jariku.

Lelaki : Tidak. Kita berhenti di jembatan. Aku berdiri di


belakangmu. Ku taruh tanganku dibalik mantelmu, pada
pinggangmu. Kau rasakan tanganku  padamu

Perempuan : Kita pernah ke suatu pesta yang diadakan Doughty.


Kau kenal istrinya. Ia melihat padamu dengan sayang, seakan
ingin mengatakan bahwa kau kekasihnya. Umpamanya dia
mencintai engkau. Aku tidak. Aku tidak kenal kau. Mereka
punya rumah yang indah dekat sungai. Aku pergi mengambil
mantelku, akan menemui dia yang sudah menunggu. Kaulah
yang berkata akan mengantarku. Kupikir ketika itu, betapa
agungnya engkau. Kau sangat menarik hati dan telaten.
Kukenakan mantelku dan memandang ke kuar jendela. Tau kau
sedang menunggu, aku melihat melalui ke kebun arah sungai,
dan melihat cahaya lampu di permukaan sungai. Lalu kuikuti
kau. Kita tampaknya semacam taman. Kemudian... Kita
dapatkan mobilmu... Kau bawa aku... (Hening).

Lelaki : Kurogoh susumu.


Perempuan : Dimana?
Lelaki : Di jembatan, kuraba susumu.
Perempuan : sungguh?
Lelaki : Berdiri dibelakangmu.
Perempuan : Ku terka-terka apa maumu, apa keinginanmu, apa
pun rencanamu.
Lelaki : Ya.
Perempuan : Aku heran mengapa kau menghendakinya.
Begitulah, kau menghendakinya.
Lelaki : Kutaruh tanganku dibawah sweatermu, kubuka
kutangmu, kuraba susumu.
Perempuan : Mungkin pada suatu malam dengan perempuan
lain.

Lelaki : Kau tak ingat jariku pda kulitmu?


Perempuan : Dalam tanganmu kah susuku? Kau genggam
mereka?
Lelaki : Kau tak ingat tangan-tanganku di kulitmu? (Hening).
Perempuan : Berdiri dibelakangku?
Lelaki : Ya.

Perempuan : Tapi punggungku menyandar ke pagar. Kurasakan


pagar... dibelakangku. Kau dihadapanku. Aku sedang melihat ke
dalam matamu. Mantelku terkancing. Ketika itu dingin.

Lelaki : Kubuka mantelmu.


Perempuan : Sudah sangat larut. Berembun.
Lelaki : Dan... Lalu kita tinggalkan jembatan itu, kita berjalan di
jalan setapak dan tiba di semak-semak yang rimbun.

Perempuan : Dan kau dapatkan aku. Kau katakan kau telah jatuh
cinta padaku, dan kau katakan aku akan menjagamu selalu, dan
kau katakan.... Suaraku, mataku, pahaku, susuku tiada
bandingannya. Kau akan memujaku selalu.

Lelaki : Ya... Memang.


Perempuan : Dan kau memujaku selalu.
Lelaki. Ya. Memang.
Perempuan : Dan lalu.. Kita punya anak-anak. Dan kita duduk-
duduk dan mengobrol. Kau ingat perempuan-perempuan di
jembatan-jembatan dan di jalan-jalan setapak dan di semak-
semak.

Lelaki : Dan kau ingat pantatmu pda pagar beridri, dan lelaki-
lelaki memegang tanganmu, dan mereka melihat ke dalam
matamu.
Perempuan : Dan bicara perlahan-lahan.
Lelaki : Dengan suara yang lembut. Bicara pada mereka
perlahan di malam hari.
Perempuan : Dan kata mereka akan tetap memujaku selalu.
Lelaki : Berkata; aku akan memujanu selalu.

MALAM BERTAMBAH LARUT.

BLACK OUT

Anda mungkin juga menyukai