Anda di halaman 1dari 48

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 22/14/PADG/2020
TENTANG
TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN
CENTRAL COUNTERPARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA
DAN NILAI TUKAR OVER-THE-COUNTER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mencapai pasar keuangan yang


berintegritas, efisien, tertib, teratur dan transparan
diperlukan pendirian lembaga central counterparty yang
menyelenggarakan kliring dan novasi untuk transaksi
over-the-counter atas transaksi derivatif suku bunga dan
nilai tukar;
b. bahwa untuk mendirikan lembaga central counterparty
yang memiliki tata kelola yang baik dan manajemen risiko
yang efektif diperlukan aturan yang mengatur mengenai
perizinan dan penyelenggaraan lembaga central
counterparty untuk transaksi derivatif suku bunga dan
nilai tukar secara over-the-counter;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Tata Cara
Perizinan dan Penyelenggaraan Central Counterparty
untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar
Over-the-Counter;
2

Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/11/PBI/2019 tentang


Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi
Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over-the-Counter
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6381);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG TATA
CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN CENTRAL
COUNTERPARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU
BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER-THE-COUNTER.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Transaksi Derivatif Suku Bunga adalah transaksi yang
didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran
yang nilainya merupakan turunan dari suku bunga.
2. Transaksi Derivatif Nilai Tukar adalah transaksi yang
didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran
yang nilainya merupakan turunan dari nilai tukar.
3. Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over-the-
Counter yang selanjutnya disebut Transaksi Derivatif
SBNT adalah Transaksi Derivatif Suku Bunga dan
Transaksi Derivatif Nilai Tukar yang dilakukan secara
over-the-counter.
4. Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku
Bunga dan Nilai Tukar Over-the-Counter yang selanjutnya
disebut CCP SBNT adalah lembaga yang menempatkan
dirinya di antara para pihak yang melakukan Transaksi
Derivatif SBNT sehingga bertindak sebagai pembeli bagi
penjual dan sebagai penjual bagi pembeli.
3

5. Novasi atau pembaharuan utang yang selanjutnya


disebut Novasi adalah proses pengakhiran kontrak awal
antara pembeli dan penjual kemudian menggantikannya
dengan dua kontrak baru yaitu antara CCP SBNT dan
pembeli serta CCP SBNT dan penjual.
6. Kliring adalah proses yang dilakukan setelah terjadinya
transaksi yang mencakup kegiatan merekonsiliasi,
mengonfirmasi, dan menghitung hak dan kewajiban para
pihak termasuk penghitungan secara netting, yang
menunjukkan posisi akhir hak dan kewajiban para pihak
sebelum setelmen dilakukan.
7. Anggota CCP SBNT yang selanjutnya disebut Anggota
adalah pihak yang memenuhi persyaratan untuk
menggunakan layanan jasa Kliring berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh CCP SBNT.
8. Infrastruktur Pasar Keuangan (Financial Market
Infrastructure) adalah sistem multilateral yang
menyediakan jasa untuk melakukan perdagangan,
Kliring, setelmen, pelaporan, dan pencatatan
sehubungan dengan transaksi pembayaran, surat
berharga, derivatif, dan transaksi keuangan lainnya.
9. Bank adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang mengenai perbankan serta bank
umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang mengenai perbankan syariah, termasuk kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri
namun tidak termasuk kantor Bank yang beroperasi di
luar negeri.
10. Default Fund Contribution adalah dana yang disetorkan
oleh Anggota kepada CCP SBNT sebagai bagian dari
mitigasi risiko apabila terjadi wanprestasi Anggota.
11. Initial Margin adalah dana dan/atau surat berharga yang
disetorkan oleh Anggota pada saat akan melakukan
Transaksi Derivatif SBNT untuk memitigasi potensi
perubahan posisi Anggota dalam hal terjadi wanprestasi.
4

12. Variation Margin adalah dana dan/atau surat berharga


yang disetorkan oleh Anggota atas eksposur yang
diakibatkan oleh perubahan harga pasar (mark-to-
market) Transaksi Derivatif SBNT.
13. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disingkat RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam
Undang-Undang mengenai perseroan terbatas dan/atau
anggaran dasar.
14. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
15. Direktur yang Membidangi CCP SBNT adalah anggota
Direksi yang membawahkan fungsi CCP SBNT.
16. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus
sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat
kepada Direksi.
17. Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga
dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi,
dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan
lain yang dapat memengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen.
18. Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia, tidak
termasuk hari kerja operasional terbatas Bank Indonesia.
5

BAB II
PERIZINAN

Bagian Kesatu
Persetujuan Prinsip

Paragraf 1
Dokumen Permohonan Persetujuan Prinsip

Pasal 2
(1) Pihak yang mengajukan permohonan persetujuan prinsip
sebagai CCP SBNT menyampaikan surat permohonan
kepada Bank Indonesia yang diajukan oleh paling sedikit
1 (satu) anggota Direksi.
(2) Contoh surat permohonan persetujuan prinsip sebagai
CCP SBNT tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini.

Pasal 3
Surat permohonan persetujuan prinsip sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilengkapi dengan
persyaratan berupa dokumen pendukung sebagai berikut:
a. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi
yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang
telah memperoleh persetujuan dari instansi yang
berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi
yang berwenang, yang memuat anggaran dasar dan
keterangan lainnya berkaitan dengan pendirian
perusahaan;
b. surat pernyataan salah satu anggota Direksi yang berisi
informasi bahwa pemegang saham telah melakukan
penyetoran modal paling kurang sebesar
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);
c. data kepemilikan saham berupa:
6

1. struktur kepemilikan saham berikut rincian


besarnya masing-masing kepemilikan saham; dan
2. status pemilik saham yaitu warga negara Indonesia,
badan hukum Indonesia, warga negara asing, atau
badan hukum asing;
d. daftar keanggotaan Dewan Komisaris yang menunjukkan
terdapat paling sedikit 1 (satu) orang Komisaris
Independen;
e. daftar keanggotaan Direksi yang menunjukkan terdapat
paling sedikit 1 (satu) orang calon Direktur atau Direktur
yang Membidangi CCP SBNT;
f. struktur organisasi dan rencana pemenuhan sumber
daya manusia;
g. rencana bisnis untuk 3 (tiga) tahun pertama;
h. rencana strategis perusahaan jangka panjang;
i. konsep pedoman sebagai berikut:
1. pelaksanaan tata kelola;
2. manajemen risiko;
3. sistem pengendalian intern; dan
4. rencana sistem teknologi informasi yang digunakan;
dan
j. prosedur operasional standar.

Paragraf 2
Pemrosesan Persetujuan Prinsip

Pasal 4
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
terdapat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 yang dinilai tidak lengkap dan/atau tidak
sesuai, Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan
tertulis kepada pihak yang mengajukan permohonan
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen
pendukung.
(2) Pihak yang mengajukan permohonan harus melengkapi
dan/atau memperbaiki dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta
7

menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam jangka


waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja sejak
tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh Bank
Indonesia.
(3) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan pihak yang
mengajukan permohonan belum menyampaikan
dokumen yang telah dilengkapi dan/atau diperbaiki,
pihak yang mengajukan permohonan dianggap telah
membatalkan permohonan untuk mendapatkan
persetujuan prinsip sebagai CCP SBNT.

Pasal 5
Bank Indonesia dapat meminta pihak yang mengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
untuk melakukan presentasi mengenai keseluruhan rencana
penyelenggaraan CCP SBNT.

Pasal 6
(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan persetujuan prinsip sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan
mempertimbangkan paling sedikit hal-hal sebagai
berikut:
a. hasil penelitian atas kelengkapan dan kesesuaian
dokumen;
b. hasil analisis terhadap persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3; dan
c. hasil konfirmasi dan/atau keterangan dari instansi
terkait yang berwenang, dalam hal diperlukan.
(2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan
persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan paling lambat 90 (sembilan puluh) Hari Kerja
setelah dokumen pendukung dinyatakan lengkap dan
sesuai.
8

Pasal 7
(1) Pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip
sebagai CCP SBNT harus mengajukan permohonan izin
usaha sebagai CCP SBNT kepada Bank Indonesia paling
lambat 2 (dua) tahun sejak tanggal surat persetujuan
prinsip sebagai CCP SBNT diterbitkan oleh Bank
Indonesia.
(2) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terlampaui dan pihak yang telah
mendapat persetujuan prinsip sebagai CCP SBNT belum
mengajukan permohonan izin usaha sebagai CCP SBNT,
persetujuan prinsip sebagai CCP SBNT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dinyatakan tidak berlaku.

Bagian Kedua
Persyaratan Komisaris Independen dan
Direktur yang Membidangi CCP SBNT

Pasal 8
(1) Persyaratan integritas bagi Komisaris Independen dan
Direktur yang Membidangi CCP SBNT meliputi:
a. memiliki akhlak dan moral yang baik, yang paling
kurang ditunjukkan dengan kepatuhan terhadap
ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah
dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana
sebagai berikut:
1. tindak pidana di sektor jasa keuangan,
dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
terakhir;
2. tindak pidana kejahatan yaitu tindak pidana
yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan/atau yang sejenis
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
di luar negeri dengan ancaman hukuman
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih, dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir;
dan/atau
9

3. tindak pidana lainnya dengan ancaman


hukuman pidana penjara 1 (satu) tahun
atau lebih, antara lain korupsi, pencucian
uang, narkotika atau psikotropika,
penyelundupan, kepabeanan, cukai,
perdagangan orang, perdagangan senjata gelap,
terorisme, pemalsuan uang, di bidang
perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang
lingkungan hidup, di bidang kelautan, dan
perikanan, dalam jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun terakhir,
sebelum dicalonkan;
b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan mendukung
kebijakan Bank Indonesia;
c. memiliki komitmen terhadap pengembangan pasar
keuangan domestik; dan
d. tidak tercantum dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).
(2) Persyaratan kompetensi bagi Direksi CCP SBNT paling
sedikit meliputi pengetahuan dan/atau pengalaman yang
mendukung pengelolaan CCP SBNT.
(3) Persyaratan aspek keuangan paling sedikit dibuktikan
dengan:
a. tidak memiliki kredit macet dan/atau pembiayaan
macet; dan
b. tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak
pernah menjadi pemegang saham, pengendali
perusahaan yang bukan merupakan pemegang
saham, anggota Direksi, atau anggota Dewan
Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit dalam waktu 5
(lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.
10

Bagian Ketiga
Izin Usaha

Paragraf 1
Dokumen Permohonan Izin Usaha

Pasal 9
(1) Pihak yang mengajukan permohonan izin usaha sebagai
CCP SBNT menyampaikan surat permohonan kepada
Bank Indonesia yang diajukan oleh paling sedikit 1 (satu)
anggota Direksi.
(2) Contoh surat permohonan izin usaha sebagai CCP SBNT
tercantum dalam Lampiran.

Pasal 10
Surat permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan berupa
dokumen pendukung sebagai berikut:
a. fotokopi surat persetujuan prinsip sebagai CCP SBNT
yang masih berlaku;
b. bukti pemenuhan persyaratan modal minimum yaitu:
1. laporan keuangan terakhir; dan/atau
2. bukti pemenuhan modal menjadi paling sedikit
sebesar Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar
rupiah) ke rekening CCP SBNT;
c. rancangan ketentuan CCP SBNT (rule book);
d. bukti kesiapan operasional yang paling kurang
mencakup:
1. dokumen kesiapan struktur organisasi dan sumber
daya manusia;
2. dokumen hasil user acceptance test atas sistem yang
akan digunakan;
3. dokumen kesiapan manajemen keberlangsungan
bisnis dan rencana pemulihan bencana; dan
4. dokumen prosedur operasional standar;
e. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi
yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang
11

telah memperoleh persetujuan dari instansi yang


berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi
yang berwenang, yang memuat anggaran dasar dan
keterangan lainnya berkaitan dengan pendirian
perusahaan yang memuat:
1. persyaratan bahwa pengangkatan Komisaris
Independen dan Direktur yang Membidangi CCP
SBNT harus memperoleh persetujuan Bank
Indonesia terlebih dahulu; dan
2. struktur organisasi yang memuat komposisi Dewan
Komisaris dan Direksi paling sedikit 1 (satu) orang
Komisaris Independen dan 1 (satu) orang Direktur
yang Membidangi CCP SBNT;
f. daftar keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi;
g. data Komisaris Independen dan Direktur yang
Membidangi CCP SBNT, dilengkapi dengan:
1. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda
Penduduk atau paspor;
2. daftar riwayat hidup yang ditandatangani oleh yang
bersangkutan;
3. khusus untuk Direktur yang Membidangi CCP
SBNT, fotokopi ijazah paling rendah setingkat
sarjana strata satu; dan
4. surat pernyataan yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan:
a) tidak pernah dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana dalam jangka waktu
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf a;
b) berkomitmen untuk mengembangkan CCP
SBNT;
c) berkomitmen untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban dalam menjalankan kegiatan usaha
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
dan mendukung kebijakan Bank Indonesia
12

dalam pengembangan pasar uang dan pasar


valuta asing domestik;
d) tidak memiliki kredit atau pembiayaan macet;
e) tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak
pernah menjadi pemegang saham, pengendali
perusahaan yang bukan merupakan pemegang
saham, anggota Direksi, atau anggota Dewan
Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan
pailit dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir
sebelum dicalonkan; dan
f) khusus untuk Komisaris Independen, tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham, dan/atau hubungan
keluarga dengan anggota Dewan Komisaris
lainnya, Direksi, dan/atau pemegang saham
pengendali atau hubungan lain yang dapat
memengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen,
sebagaimana contoh pada Lampiran;
h. data kepemilikan saham, berupa:
1. struktur kepemilikan saham berikut rincian
besarnya masing-masing kepemilikan saham; dan
2. status pemilik saham yaitu warga negara Indonesia,
badan hukum Indonesia, warga negara asing, atau
badan hukum asing,
dalam hal terdapat perubahan; dan
i. surat pernyataan dari salah satu anggota Direksi yang
menyatakan bahwa sumber dana yang digunakan untuk
pemenuhan modal tidak berasal dari pinjaman atau
fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dan/atau
dari dan untuk tujuan pencucian uang, sebagaimana
contoh pada Lampiran.
13

Paragraf 2
Pemrosesan Izin Usaha

Pasal 11
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
terdapat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 yang dinilai tidak lengkap dan/atau tidak
sesuai, Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan
tertulis kepada pihak yang mengajukan permohonan
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen
pendukung.
(2) Pihak yang mengajukan permohonan harus melengkapi
dan/atau memperbaiki dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta
menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja sejak
tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh Bank
Indonesia.
(3) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan pihak yang
mengajukan permohonan belum menyampaikan
dokumen yang telah dilengkapi dan/atau diperbaiki,
pihak yang mengajukan permohonan dianggap telah
membatalkan permohonan untuk mendapatkan izin
usaha sebagai CCP SBNT.

Pasal 12
Bank Indonesia dapat melakukan kunjungan ke lokasi calon
CCP SBNT (on-site visit) untuk memastikan kesiapan
operasional.

Pasal 13
(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) dengan mempertimbangkan paling
sedikit hal-hal sebagai berikut:
14

a. hasil penelitian atas kelengkapan dan kesesuaian


dokumen;
b. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan untuk
memastikan pemenuhan persyaratan integritas,
kompetensi, dan/atau aspek keuangan terhadap:
1. Komisaris Independen; dan
2. Direktur yang Membidangi CCP SBNT; dan
c. hasil konfirmasi dan/atau keterangan dari instansi
terkait yang berwenang, dalam hal diperlukan.
(2) Bank Indonesia dapat melakukan konfirmasi atas
pemenuhan persyaratan aspek integritas, aspek
kompetensi, dan/atau aspek keuangan bagi Komisaris
Independen dan Direktur yang Membidangi CCP SBNT
melalui tatap muka.
(3) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling
lambat 90 (sembilan puluh) Hari Kerja setelah dokumen
pendukung dinyatakan lengkap dan sesuai.

Pasal 14
(1) Pihak yang telah mendapat izin usaha sebagai CCP SBNT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) wajib
melakukan kegiatan usaha paling lambat 60 (enam
puluh) Hari Kerja terhitung sejak tanggal izin usaha
diterbitkan.
(2) Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh CCP SBNT kepada
Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja
setelah tanggal pelaksanaan kegiatan operasional.
(3) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) CCP SBNT belum melakukan kegiatan
usaha, izin usaha yang telah diterbitkan oleh Bank
Indonesia dinyatakan tidak berlaku.
15

Bagian Keempat
Perubahan Komisaris Independen dan/atau
Direktur yang Membidangi CCP SBNT

Pasal 15
(1) CCP SBNT yang akan melakukan perubahan Komisaris
Independen dan/atau Direktur yang Membidangi CCP
SBNT menyampaikan surat permohonan kepada Bank
Indonesia yang diajukan oleh paling sedikit 1 (satu)
anggota Direksi.
(2) Surat permohonan perubahan Komisaris Independen
dan/atau Direktur yang Membidangi CCP SBNT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
persyaratan berupa dokumen pendukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf g.
(3) Contoh surat permohonan perubahan Komisaris
Independen dan/atau Direktur yang Membidangi CCP
SBNT tercantum dalam Lampiran.

Pasal 16
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
terdapat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) yang dinilai tidak lengkap
dan/atau tidak sesuai, Bank Indonesia menyampaikan
pemberitahuan tertulis kepada CCP SBNT untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen
pendukung.
(2) CCP SBNT harus melengkapi dan/atau memperbaiki
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) serta menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja
sejak tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh
Bank Indonesia.
(3) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan CCP SBNT belum
menyampaikan dokumen yang telah dilengkapi dan/atau
16

diperbaiki, CCP SBNT dianggap telah membatalkan


permohonan perubahan.

Pasal 17
(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atas
permohonan perubahan Komisaris Independen dan/atau
Direktur yang Membidangi CCP SBNT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dengan
mempertimbangkan paling sedikit hal-hal sebagai
berikut:
a. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan untuk
memastikan pemenuhan persyaratan integritas,
kompetensi, dan aspek keuangan; dan
b. hasil konfirmasi dan/atau keterangan dari instansi
terkait yang berwenang, dalam hal diperlukan.
(2) Bank Indonesia dapat melakukan konfirmasi atas
pemenuhan persyaratan aspek integritas, aspek
kompetensi, dan/atau aspek keuangan bagi Komisaris
Independen dan Direktur yang Membidangi CCP SBNT
melalui tatap muka.
(3) Persetujuan atau penolakan atas permohonan
perubahan Komisaris Independen dan/atau Direktur
yang Membidangi CCP SBNT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan paling lambat 60 (enam puluh)
Hari Kerja setelah dokumen pendukung dinyatakan
lengkap dan sesuai.

Pasal 18
Komisaris Independen dan/atau Direktur yang Membidangi
CCP SBNT yang belum mendapat persetujuan Bank Indonesia
tidak dapat melakukan tindakan, tugas, dan fungsi sebagai
Komisaris Independen dan/atau Direktur yang Membidangi
CCP SBNT walaupun telah mendapat persetujuan dan
diangkat oleh RUPS.
17

Bagian Kelima
Aksi Korporasi

Pasal 19
(1) CCP SBNT yang melakukan aksi korporasi berupa:
a. penggabungan;
b. peleburan;
c. pengambilalihan; dan/atau
d. pemisahan,
wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.
(2) CCP SBNT yang melakukan aksi korporasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyampaikan surat
permohonan aksi korporasi kepada Bank Indonesia yang
diajukan oleh paling sedikit 1 (satu) anggota Direksi.
(3) Surat permohonan aksi korporasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan dokumen
pendukung berupa:
a. fotokopi risalah RUPS mengenai keputusan aksi
korporasi;
b. target waktu aksi korporasi;
c. data kepemilikan saham, berupa:
1. struktur kepemilikan saham berikut rincian
besarnya masing-masing kepemilikan saham;
dan
2. status pemilik saham yaitu warga negara
Indonesia, badan hukum Indonesia, warga
negara asing, atau badan hukum asing,
dalam hal terdapat perubahan kepemilikan saham
akibat aksi korporasi; dan
d. nama calon Komisaris Independen dan/atau
Direktur yang Membidangi CCP SBNT yang
dilengkapi dengan persyaratan berupa dokumen
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf g, dalam hal terdapat perubahan Komisaris
Independen dan/atau Direktur yang Membidangi
CCP SBNT akibat aksi korporasi.
18

(4) Contoh surat permohonan aksi korporasi CCP SBNT


tercantum dalam Lampiran.

Pasal 20
Dalam hal CCP SBNT melakukan aksi korporasi berupa:
a. penggabungan, maka:
1. CCP SBNT yang bukan merupakan hasil
penggabungan mengajukan surat permohonan
pencabutan izin usaha sebagai CCP SBNT; dan
2. CCP SBNT hasil penggabungan (surviving company)
tetap dapat menjalankan kegiatan sebagai CCP
SBNT tanpa mengajukan izin usaha kembali;
b. peleburan, maka:
1. masing-masing CCP SBNT yang meleburkan diri,
mengajukan permohonan pencabutan izin usaha
sebagai CCP SBNT kepada Bank Indonesia; dan
2. CCP SBNT yang merupakan hasil peleburan
mengajukan permohonan izin sebagai CCP SBNT
kepada Bank Indonesia;
c. pengambilalihan, maka CCP SBNT yang merupakan hasil
pengambilalihan tetap dapat menjalankan kegiatan
sebagai CCP SBNT tanpa mengajukan izin kembali; atau
d. pemisahan, maka:
1. CCP SBNT yang melakukan pemisahan murni,
mengajukan permohonan pencabutan izin usaha
sebagai CCP SBNT kepada Bank Indonesia;
2. CCP SBNT yang melakukan pemisahan tidak murni
tetap dapat menjalankan kegiatan sebagai CCP
SBNT tanpa mengajukan izin kembali; dan
3. perseroan hasil pemisahan wajib mendapatkan izin
terlebih dahulu dari Bank Indonesia untuk dapat
melakukan kegiatan sebagai CCP SBNT.

Pasal 21
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
terdapat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (3) yang dinilai tidak lengkap
19

dan/atau tidak sesuai, Bank Indonesia menyampaikan


pemberitahuan tertulis kepada CCP SBNT untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki dokumen
pendukung.
(2) CCP SBNT harus melengkapi dan/atau memperbaiki
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) serta menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja
sejak tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh
Bank Indonesia.
(3) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan CCP SBNT belum
menyampaikan dokumen yang telah dilengkapi dan/atau
diperbaiki, permohonan aksi korporasi dianggap batal.

Pasal 22
(1) Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau
penolakan atas permohonan aksi korporasi melalui surat
dengan mempertimbangkan paling sedikit hal-hal
sebagai berikut:
a. hasil penelitian atas kelengkapan dan kesesuaian
dokumen;
b. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan untuk
memastikan pemenuhan persyaratan integritas,
kompetensi dan/atau aspek keuangan terhadap:
1. Komisaris Independen; dan/atau
2. Direktur yang Membidangi CCP SBNT,
dalam hal terdapat perubahan Komisaris
Independen dan/atau Direktur yang Membidangi
CCP SBNT; dan
c. hasil konfirmasi dan/atau keterangan dari instansi
terkait yang berwenang, dalam hal diperlukan.
(2) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan aksi korporasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lambat 60 (enam puluh) Hari Kerja
setelah dokumen pendukung dinyatakan lengkap.
20

(3) CCP SBNT harus mulai melakukan aksi korporasi paling


lambat 60 (enam puluh) Hari Kerja sejak tanggal
persetujuan aksi korporasi diterbitkan oleh Bank
Indonesia.

BAB III
PEMELIHARAAN MODAL

Pasal 23
(1) CCP SBNT harus memelihara modal paling sedikit
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah).
(2) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
modal yang tercantum dalam laporan keuangan
triwulanan dan/atau laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit.

Pasal 24
(1) CCP SBNT dengan modal di bawah
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah) wajib
memenuhi kekurangan modal tersebut dalam jangka
waktu paling lambat 1 (satu) tahun sejak modal di bawah
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah).
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
CCP SBNT dengan modal di bawah
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah) juga
wajib menyampaikan:
a. laporan kondisi modal terkini;
b. rencana aksi pemenuhan modal yang paling sedikit
meliputi:
1. mekanisme dan tahapan pemenuhan modal
minimum;
2. sumber dana untuk pemenuhan modal; dan
3. hal lain yang perlu diinformasikan kepada Bank
Indonesia.
(3) Laporan kondisi modal terkini sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a harus disampaikan kepada Bank
Indonesia paling lambat 15 (lima belas) hari kalender
21

pada bulan berikutnya setelah terjadinya penurunan


modal.
(4) Rencana aksi terkait pemenuhan modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
terjadinya penurunan modal di bawah
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah).

Pasal 25
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
rencana aksi terkait pemenuhan modal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b dinilai tidak
lengkap dan/atau tidak sesuai, Bank Indonesia
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pihak
yang mengajukan permohonan persetujuan untuk
melengkapi dan/atau memperbaiki rencana aksi terkait
pemenuhan modal.
(2) CCP SBNT harus melengkapi dan/atau memperbaiki
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) serta menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja
sejak tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh
Bank Indonesia.

Pasal 26
Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atas rencana aksi
terkait pemenuhan modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) huruf b melalui surat paling lambat 30 (tiga
puluh) Hari Kerja setelah rencana aksi terkait pemenuhan
modal dinyatakan lengkap dan/atau sesuai.

BAB IV
KEWAJIBAN CCP SBNT

Pasal 27
CCP SBNT wajib menerapkan tata kelola perusahaan yang
paling sedikit dilakukan dengan cara:
22

a. memiliki tujuan yang memprioritaskan keamanan dan


efisiensi CCP SBNT, stabilitas sistem keuangan, dan
kepentingan publik;
b. memiliki dokumentasi mengenai peran dan tanggung
jawab Direktur yang Membidangi CCP SBNT;
c. memiliki prosedur untuk mengidentifikasi, mengatasi,
dan mengelola konflik kepentingan Anggota;
d. Direktur yang Membidangi CCP SBNT harus memiliki
kemampuan dan pengalaman yang memadai untuk
mendukung pelaksanaan tugas;
e. memiliki dokumentasi mengenai peran dan tanggung
jawab manajemen CCP SBNT; dan
f. CCP SBNT harus mengungkapkan keputusan-keputusan
strategis yang diambil kepada otoritas, Anggota,
pemegang saham, dan publik.

Pasal 28
(1) CCP SBNT wajib memiliki kerangka pengelolaan risiko
yang paling sedikit meliputi:
a. kebijakan, prosedur, dan sistem manejemen risiko
yang dapat mengidentifikasi, mengukur, memantau,
dan mengelola berbagai risiko yang timbul dan
ditanggung oleh CCP SBNT; dan
b. manajemen keberlangsungan bisnis dan rencana
pemulihan bencana.
(2) Kerangka pengelolaan risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipublikasikan secara transparan pada
laman resmi CCP SBNT.
(3) CCP SBNT harus melakukan evaluasi atas kerangka
pengelolaan risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 29
(1) CCP SBNT menerapkan manajemen risiko kredit yang
efektif melalui kerangka pengelolaan risiko kredit yang
paling sedikit terdiri atas:
a. persyaratan Anggota;
23

b. trading limit; dan


c. Initial Margin dan Variation Margin.
(2) Penerapan manajemen risiko kredit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit dengan
cara:
a. mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengelola risiko kredit;
b. memiliki prosedur dan mekanisme yang memadai
mengenai urutan penggunaan sumber dana (default
waterfall) dalam hal terdapat Anggota yang
mengalami wanprestasi;
c. mengalokasikan modal CCP SBNT sebesar paling
kurang sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah) sebagai bagian dari urutan
penggunaan sumber dana (default waterfall);
d. memelihara sumber keuangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas atas eksposur
kredit kepada Anggota;
e. meminta Initial Margin dan Variation Margin dalam
bentuk dana dan/atau surat berharga dengan
kualitas tinggi kepada Anggota;
f. menerapkan metode valuasi dan haircut atas Initial
Margin dan Variation Margin dalam bentuk surat
berharga berdasarkan prinsip kehati-hatian;
g. menerapkan concentration limit untuk Initial Margin
dan Variation Margin dalam bentuk surat berharga;
dan
h. menerapkan sistem Initial Margin dan Variation
Margin yang efektif.
(3) Bank Indonesia dapat meminta CCP SBNT untuk
menyesuaikan alokasi modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c dengan mempertimbangkan profil
risiko dan/atau kondisi kegiatan CCP SBNT.

Pasal 30
(1) CCP SBNT wajib menerapkan manajemen risiko
likuiditas yang efektif.
24

(2) Penerapan manajemen risiko likuiditas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit dengan
cara:
a. mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengelola risiko likuiditas;
b. menjaga kecukupan likuiditas untuk melakukan
pembayaran setelmen surat berharga, Variation
Margin, dan pembayaran lainnya; dan
c. melakukan penilaian kecukupan sumber likuiditas
melalui analisis skenario dan/atau stress test secara
berkala.

Pasal 31
Dalam menerapkan manajemen risiko bisnis secara efektif,
CCP SBNT harus menjaga kecukupan aset bersih yang likuid
untuk mengantisipasi potensi kerugian bisnis paling sedikit
sebesar biaya operasional selama 6 (enam) bulan.

Pasal 32
Dalam rangka penerapan manajemen risiko custody secara
efektif, CCP SBNT harus:
a. mengevaluasi dan memahami eksposur terhadap
kustodian; dan
b. memiliki akses terhadap surat berharga yang
disampaikan oleh Anggota.

Pasal 33
(1) CCP SBNT wajib menerapkan manajemen risiko investasi
secara efektif berdasarkan prinsip kehati-hatian.
(2) CCP SBNT melakukan investasi pada instrumen yang
memiliki risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas
yang rendah.

Pasal 34
(1) CCP SBNT wajib menerapkan manajemen risiko
operasional secara efektif.
25

(2) Penerapan manajemen risiko operasional sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit dengan
cara:
a. mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengelola risiko operasional;
b. memiliki teknologi informasi yang memadai untuk
mendukung kegiatan operasional CCP SBNT dan
jaringan komunikasi yang memenuhi prinsip
kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan; dan
c. memiliki manajemen keberlangsungan bisnis dan
rencana pemulihan bencana.
(3) Teknologi informasi dan jaringan komunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus
diaudit secara berkala.
(4) Manajemen keberlangsungan bisnis dan rencana
pemulihan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c harus mendukung CCP SBNT untuk melakukan
setelmen paling lambat pada akhir hari dalam hal terjadi
gangguan atau force majeure.

Pasal 35
(1) CCP SBNT wajib memastikan proses setelmen terkait
penyelesaian kewajiban yang timbul dari Transaksi
Derivatif SBNT dilakukan secara final.
(2) Proses setelmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada akhir hari di tanggal valuta.
(3) Dalam hal diperlukan, CCP SBNT dapat melakukan
proses setelmen secara intrahari atau real-time.

Pasal 36
(1) CCP SBNT melakukan setelmen dana dalam rupiah
dengan menggunakan dana CCP SBNT yang terdapat
pada rekening di Bank Indonesia (central bank money).
(2) CCP SBNT melakukan setelmen dana dalam valuta asing
dengan menggunakan dana CCP SBNT yang terdapat
pada rekening di bank komersial.
26

(3) Dalam hal setelmen dilakukan dengan menggunakan


dana CCP SBNT yang terdapat pada rekening di bank
komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2), CCP
SBNT harus mengelola risiko setelmen, risiko kredit, dan
risiko likuiditas.

Pasal 37
(1) CCP SBNT wajib memiliki kebijakan dan prosedur
penanganan wanprestasi Anggota.
(2) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus disusun untuk memastikan CCP SBNT
dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani
kerugian, mengatasi tekanan likuiditas, dan memenuhi
kewajiban.
(3) CCP SBNT harus memublikasikan kebijakan dan
prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Anggota.
(4) CCP SBNT harus melakukan uji coba dan evaluasi atas
prosedur penanganan wanprestasi Anggota dengan
melibatkan Anggota dan stakeholders terkait secara
berkala.

Pasal 38
(1) CCP SBNT wajib memiliki kebijakan dan prosedur
mengenai segregasi dan portabilitas atas posisi transaksi,
Default Fund Contribution, Initial Margin, dan Variation
Margin dari Anggota.
(2) CCP SBNT dapat menetapkan segregasi dan portabilitas
pada tingkat Anggota atau nasabah.
(3) CCP SBNT harus memastikan bahwa posisi transaksi,
Default Fund Contribution, Initial Margin, dan Variation
Margin dari Anggota yang wanprestasi dapat dipindahkan
ke satu atau lebih Anggota lainnya.
27

Pasal 39
(1) CCP SBNT wajib menetapkan kriteria dan persyaratan
untuk menjadi Anggota secara objektif, berbasis risiko,
dan transparan.
(2) Kriteria dan persyaratan untuk menjadi Anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai
dengan prinsip keamanan dan efisiensi CCP SBNT dan
terbuka kepada publik.
(3) CCP SBNT harus memantau kepatuhan Anggota
terhadap persyaratan yang harus dipenuhi.
(4) CCP SBNT harus menetapkan prosedur pengenaan
sanksi berupa penangguhan atau pemberhentian bagi
Anggota yang melanggar dan/atau tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagai Anggota.

Pasal 40
(1) CCP SBNT harus memberikan layanan Transaksi
Derivatif SBNT bagi Anggota secara efektif dan efisien.
(2) CCP SBNT harus memiliki mekanisme untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi atas layanan yang
diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 41
(1) CCP SBNT wajib menyampaikan informasi secara
lengkap dan transparan mengenai:
a. hak dan kewajiban Anggota dan CCP SBNT;
b. ketentuan CCP SBNT (rule book);
c. biaya;
d. data Transaksi Derivatif SBNT; dan
e. informasi lainnya terkait dengan keanggotaan dalam
CCP SBNT.
(2) Hak dan kewajiban Anggota dan CCP SBNT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dituangkan dalam
peraturan CCP SBNT.
(3) Ketentuan CCP SBNT (rule book) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b paling kurang memuat:
a. kriteria dan persyaratan untuk menjadi Anggota;
28

b. mekanisme perlindungan konsumen dan


penyelesaian sengketa;
c. kebijakan dan prosedur yang jelas mengenai
penanganan wanprestasi Anggota; dan
d. kebijakan dan prosedur mengenai segregasi dan
portabilitas atas posisi transaksi, Default Fund
Contribution, Initial Margin, dan Variation Margin dari
Anggota.
(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c harus
dideskripsikan dengan jelas.
(5) Data Transaksi Derivatif SBNT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d disampaikan dengan
memperhatikan prinsip kerahasiaan data individual
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB V
KONEKTIVITAS CCP SBNT

Bagian Kesatu
Konektivitas atas Permintaan Bank Indonesia

Pasal 42
Dalam hal CCP SBNT melakukan interkoneksi dengan
Infrastruktur Pasar Keuangan (Financial Market
Infrastructure), penyelenggara transaksi, dan/atau
infrastruktur lainnya sesuai permintaan Bank Indonesia, CCP
SBNT melaporkan pelaksanaan interkoneksi kepada Bank
Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah
tanggal pelaksanaan interkoneksi.

Bagian Kedua
Konektivitas atas Inisiatif CCP SBNT

Pasal 43
(1) Dalam hal CCP SBNT akan melakukan interkoneksi
dengan Infrastruktur Pasar Keuangan (Financial Market
Infrastructure), penyelenggara transaksi, dan/atau
29

infrastruktur lainnya, CCP SBNT menyampaikan surat


permohonan persetujuan interkoneksi kepada Bank
Indonesia yang diajukan oleh paling sedikit 1 (satu)
anggota Direksi.
(2) Surat permohonan untuk mendapatkan persetujuan
interkoneksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut:
a. dokumen perjanjian atau konsep dokumen
perjanjian; dan
b. analisis dan mitigasi risiko yang timbul dari
interkoneksi.
(3) Contoh surat permohonan persetujuan interkoneksi
dengan Infrastruktur Pasar Keuangan (Financial Market
Infrastructure), penyelenggara transaksi, dan/atau
infrastruktur lainnya tercantum dalam Lampiran.

Pasal 44
(1) Dalam hal berdasarkan penelitian Bank Indonesia
terdapat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) yang dinilai tidak lengkap
dan/atau tidak sesuai, Bank Indonesia menyampaikan
pemberitahuan tertulis kepada pihak yang mengajukan
permohonan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki
dokumen pendukung.
(2) CCP SBNT harus melengkapi dan/atau memperbaiki
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) serta menyampaikan kepada Bank Indonesia dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kerja
sejak tanggal pemberitahuan tertulis disampaikan oleh
Bank Indonesia.
(3) Dalam hal sampai dengan jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terlampaui dan CCP SBNT belum
menyampaikan dokumen yang telah dilengkapi dan/atau
diperbaiki, CCP SBNT dianggap telah membatalkan
permohonan persetujuan interkoneksi.
30

Pasal 45
(1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan
atas permohonan persetujuan interkoneksi paling lambat
30 (tiga puluh) Hari Kerja setelah dokumen pendukung
dinyatakan lengkap dan sesuai.
(2) CCP SBNT melaporkan pelaksanaan interkoneksi kepada
Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja
setelah tanggal pelaksanaan interkoneksi.

BAB VI
ANGGOTA TIDAK LANGSUNG CCP SBNT

Pasal 46
(1) Dalam mengelola risiko yang timbul dari nasabah yang
merupakan anggota Kliring tidak langsung, CCP SBNT
harus meminta informasi dasar dari nasabah yang
merupakan anggota Kliring tidak langsung tersebut.
(2) CCP SBNT harus mengetahui posisi transaksi, Initial
Margin, dan Variation Margin dari nasabah yang
merupakan anggota Kliring tidak langsung.

BAB VII
INITIAL MARGIN DAN VARIATION MARGIN

Pasal 47
(1) Dalam mengelola risiko kredit, CCP SBNT dapat meminta
Initial Margin dan Variation Margin kepada Anggota dalam
bentuk:
a. dana; dan/atau
b. surat berharga.
(2) CCP SBNT menerapkan model dan parameter Initial
Margin yang memadai untuk menutup kerugian yang
diakibatkan oleh wanprestasi Anggota.
(3) CCP SBNT harus melakukan mark-to-market atas posisi
Anggota paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) hari.
31

Pasal 48
(1) Initial Margin dan/atau Variation Margin berbentuk surat
berharga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
huruf b harus likuid dengan risiko kredit, risiko pasar,
dan risiko likuiditas yang rendah.
(2) CCP SBNT menetapkan metode valuasi dan haircut atas
surat berharga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan memperhitungkan kondisi pasar.
(3) CCP SBNT menetapkan concentration limit untuk
membatasi risiko pasar dari surat berharga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) CCP SBNT melakukan evaluasi secara berkala atas
metode valuasi dan haircut sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) serta concentration limit sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).

BAB VIII
TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN

Pasal 49
(1) CCP SBNT wajib menyampaikan laporan kepada Bank
Indonesia sebagai berikut:
a. laporan berkala; dan
b. laporan insidental.
(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. laporan operasional harian dan bulanan terkait
Transaksi Derivatif SBNT;
b. laporan keuangan triwulanan dan laporan keuangan
tahunan yang telah diaudit;
c. laporan hasil RUPS tahunan;
d. laporan hasil stress test; dan
e. laporan evaluasi tahunan kepatuhan terhadap
prinsip Infrastruktur Pasar Keuangan (Principles for
Financial Market Infrastructure).
(3) Laporan insidental sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
32

a. laporan wanprestasi Anggota;


b. laporan hasil RUPS luar biasa;
c. laporan perubahan keanggotaan CCP SBNT;
d. laporan pengenaan sanksi oleh CCP SBNT terhadap
Anggota;
e. laporan mengenai peristiwa khusus, termasuk:
1. pelanggaran hukum;
2. perselisihan dengan Anggota;
3. pengenaan sanksi oleh otoritas lain;
4. kejadian yang memengaruhi kelancaran
operasional;
5. penurunan rating; dan
6. penurunan modal di bawah modal minimum
berupa laporan kondisi modal terkini;
f. laporan mengenai pembukaan layanan atau jasa
tambahan kepada Anggota yang telah mendapatkan
persetujuan dari otoritas terkait; dan
g. laporan lainnya yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

Pasal 50
(1) Laporan operasional harian terkait Transaksi Derivatif
SBNT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
huruf a memuat hasil Kliring dan penyelesaian transaksi
yang disampaikan setiap hari paling lambat pada akhir
Hari Kerja tanggal laporan.
(2) Laporan operasional bulanan terkait Transaksi Derivatif
SBNT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
huruf a memuat:
a. rekapitulasi kegiatan selama periode bulan terkait;
b. statistik perkembangan volume Kliring dan
penyelesaian transaksi; dan
c. kondisi urutan penggunaan sumber dana (default
waterfall),
yang disampaikan setiap bulan paling lambat 10
(sepuluh) Hari Kerja setelah berakhirnya bulan laporan.
(3) Laporan keuangan triwulanan sebagaimana dimaksud
33

dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b memuat posisi keuangan


akhir triwulan yang disampaikan paling lambat 20 (dua
puluh) Hari Kerja setelah berakhirnya periode laporan
triwulanan.
(4) Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b
memuat posisi keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik yang disampaikan paling lambat 4
(empat) bulan setelah berakhirnya periode laporan
tahunan.
(5) Laporan hasil RUPS tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (2) huruf c disampaikan kepada
Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja
setelah RUPS dilaksanakan.
(6) Laporan hasil stress test sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (2) huruf d disampaikan kepada Bank
Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah
stress test selesai dilaksanakan.
(7) Laporan evaluasi tahunan kepatuhan terhadap prinsip
Infrastruktur Pasar Keuangan (Principles for Financial
Market Infrastructure) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 ayat (2) huruf e disampaikan kepada Bank
Indonesia paling lambat 20 (dua puluh) Hari Kerja sejak
laporan diterbitkan.

Pasal 51
(1) Laporan insidental sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (3) disampaikan kepada Bank Indonesia paling
lambat 5 (lima) Hari Kerja setelah kejadian.
(2) Jangka waktu penyampaian laporan insidental
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
penyampaian laporan mengenai peristiwa khusus berupa
penurunan modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (3) huruf e angka 6.
(3) Laporan penurunan modal di bawah modal minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Bank Indonesia paling lambat 15 (lima belas) hari
34

kalender pada bulan berikutnya setelah terjadinya


penurunan modal.

Pasal 52
(1) CCP SBNT menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) kepada Bank Indonesia
secara online.
(2) Penyampaian laporan secara online sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh CCP SBNT
dengan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai penyampaian laporan secara online.
(3) Dalam hal laporan secara online sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) belum tersedia, laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) disampaikan secara
offline.

BAB IX
TATA CARA PENGENAAN SANKSI

Pasal 53
(1) Dalam hal CCP SBNT, pihak lain yang ditugaskan oleh
Bank Indonesia untuk melakukan pemeriksaan,
dan/atau pihak lainnya melanggar ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Bank Indonesia tentang
Penyelenggaraan Central Counterparty untuk transaksi
Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tuar Over-the-Counter,
Bank Indonesia memberikan sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
(2) CCP SBNT yang dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
atas:
a. pelanggaran ketentuan yang sama sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun kalender; atau
b. pelanggaran ketentuan sebanyak 5 (lima) kali dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun kalender,
dikenai sanksi penghentian sementara atas kegiatan
35

sebagai CCP SBNT selama 6 (enam) bulan.


(3) Dalam hal CCP SBNT yang dikenai sanksi penghentian
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
menghentikan kegiatan sebagai CCP SBNT paling lambat
1 (satu) bulan setelah tanggal surat sanksi penghentian
sementara, Bank Indonesia mencabut izin usaha CCP
SBNT tersebut.

Pasal 54
(1) CCP SBNT yang dikenai sanksi penghentian sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) dan
sanksi pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (3) tidak dapat bertindak sebagai
CCP SBNT untuk Transaksi Derivatif SBNT baru.
(2) CCP SBNT yang dikenai sanksi penghentian sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) dapat
bertindak sebagai CCP SBNT untuk Transaksi Derivatif
SBNT baru setelah batas waktu sanksi penghentian
sementara berakhir.
(3) CCP SBNT yang dikenai sanksi penghentian sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) dan
sanksi pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (3) harus tetap melakukan
penyelenggaraan Kliring dan pengelolaan risiko atas
Transaksi Derivatif SBNT berjalan kecuali dalam hal:
a. telah dilakukan penyelesaian atas Transaksi
Derivatif SBNT berjalan melalui pengakhiran awal
(early termination); atau
b. posisi Transaksi Derivatif SBNT berjalan telah
dialihkan ke CCP SBNT lainnya.

BAB X
KORESPONDENSI

Pasal 55
(1) Korespondensi terkait perizinan disampaikan kepada:
Departemen Jasa Perbankan, Perizinan, dan Operasional
Tresuri
36

Bank Indonesia
Jalan MH. Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat
(2) Korespondensi terkait pengaturan dalam Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini disampaikan kepada:
Departemen Pengembangan Pasar Keuangan
Bank Indonesia
Jalan MH. Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat
Surat elektronik: perizinan_pk@bi.go.id.
(3) Korespondensi terkait pelaporan disampaikan kepada:
Departemen Surveilans Sistem Keuangan
Bank Indonesia
Jalan MH. Thamrin Nomor 2 Jakarta Pusat
(4) Dalam hal terdapat perubahan korespondensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), Bank Indonesia memberitahukan perubahan tersebut
kepada CCP SBNT melalui surat.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal 1 Juni 2020.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Mei 2020

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

TTD

DESTRY DAMAYANTI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 22/14/PADG/2020
TENTANG
TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN
CENTRAL COUNTERPARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA
DAN NILAI TUKAR OVER-THE-COUNTER

I. UMUM
Guna mengembangkan dan meningkatkan kredibilitas pasar
keuangan domestik melalui pendirian lembaga central counterparty
untuk melakukan Kliring Transaksi Derivatif SBNT, Bank Indonesia telah
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/11/PBI/2019 tentang
Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku
Bunga dan Nilai Tukar Over-the-Counter (CCP SBNT).
CCP SBNT diperlukan untuk mendukung pengembangan pasar
keuangan khususnya Transaksi Derivatif SBNT dengan menurunkan
risiko kredit melalui pengambilalihan risiko kredit yang dihadapi penjual
maupun pembeli, mengurangi segmentasi pasar, mengurangi
interconnectedness, meningkatkan transparansi, dan meningkatkan
efisiensi Transaksi Derivatif SBNT. Agar penyelenggaraan CCP SBNT di
Indonesia dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan ketentuan
pelaksanaan mengenai tata cara perizinan dan penyelenggaraan CCP
SBNT.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Instansi terkait yang berwenang antara lain Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) atau Kementerian Perdagangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan Daftar Tidak Lulus (DTL) adalah
daftar yang ditatausahakan oleh otoritas berwenang
sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai uji atau
penilaian kemampuan dan kepatutan.
Ayat (2)
Pengalaman yang mendukung pengelolaan CCP SBNT antara
lain pengalaman di bidang pasar uang, pasar valuta asing
termasuk transaksi derivatif yang antara lain ditunjukkan
dengan kepemilikan sertifikat tresuri.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Instansi terkait yang berwenang antara lain Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) atau Kementerian Perdagangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Instansi terkait yang berwenang antara lain Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) atau Kementerian Perdagangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 18
Yang dimaksud dengan “tindakan, tugas dan fungsi sebagai
Komisaris Independen dan/atau Direktur yang membidangi CCP
SBNT” antara lain bertindak mewakili CCP SBNT dalam membuat
keputusan yang secara hukum mengikat CCP SBNT dan/atau
mengambil keputusan penting yang memengaruhi kondisi
keuangan CCP SBNT.

Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Aksi korporasi berupa pemisahan dapat dilakukan
dengan cara pemisahan murni atau pemisahan tidak
murni.
Yang dimaksud dengan “pemisahan murni” adalah
pemisahan yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva
perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) perseroan
lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan
yang melakukan pemisahan tersebut berakhir karena
hukum.
Yang dimaksud dengan “pemisahan tidak murni” adalah
pemisahan yang mengakibatkan sebagian aktiva dan
pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)
perseroan lain atau lebih yang menerima peralihan, dan
perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Instansi terkait yang berwenang antara lain Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) atau Kementerian Perdagangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “modal” adalah modal disetor, saldo
laba (rugi), dan komponen modal lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Dalam hal penurunan modal terjadi pada posisi laporan
keuangan 31 Mei 2020, maka CCP SBNT wajib melaporkan
penurunan modal paling lambat pada tanggal 15 Juni 2020.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “otoritas” adalah Bank Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau Kementerian Perdagangan.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Alokasi modal CCP SBNT sebesar Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah) merupakan 25% (dua puluh lima
persen) dari modal minimum CCP SBNT.
Penggunaan alokasi modal CCP SBNT dalam urutan
penggunaan sumber dana (default waterfall) dilakukan
sebelum penggunaan Default Fund Contribution dari
Anggota yang tidak wanprestasi.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “concentration limit” adalah
batasan maksimum jenis surat berharga dan/atau nilai
surat berharga yang diterbitkan oleh suatu penerbit yang
dapat diterima sebagai Initial Margin dan Variation Margin.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “efektif” adalah sistem Initial
Margin dan Variation Margin yang tepat untuk setiap
produk, portofolio, dan pasar keuangan sesuai kelas aset
yang di-Kliringkan.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Risiko bisnis termasuk risiko kerugian akibat kesalahan strategi
bisnis, arus kas negatif, dan biaya-biaya operasional tak terduga
lainnya.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Investasi yang dilakukan oleh CCP SBNT tidak berorientasi
sebagai sumber utama pendapatan namun lebih ditujukan
untuk menjaga kecukupan likuditas dalam memenuhi
kewajiban secara tepat waktu.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “final” adalah setelmen tidak dapat
dibatalkan dan tidak dapat ditarik kembali.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 36
Dana CCP SBNT merupakan dana Anggota yang dikelola oleh CCP
SBNT.

Pasal 37
Ayat (1)
Contoh kebijakan dan prosedur penanganan wanprestasi
Anggota yaitu kebijakan dan prosedur mengenai mekanisme
urutan penggunaan sumber dana (default waterfall).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "efektif” adalah kemampuan CCP SBNT
dalam memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan
memenuhi prinsip keamanan (security) dalam melaksanakan
kegiatannya.
Yang dimaksud dengan “efisien” adalah kemampuan CCP SBNT
untuk memperhitungkan cost and benefit yang efisien atas
layanan yang diberikan antara lain pilihan jenis Kliring dan
setelmen (gross, net, atau hybrid), jenis produk yang di-
Kliringkan, dan penggunaan teknologi komunikasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Data Transaksi Derivatif SBNT yang disampaikan antara lain
volume dan nilai transaksi per kelas aset secara agregat.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Ayat (1)
Informasi dasar antara lain nama perusahaan, alamat, dan
narahubung nasabah yang merupakan Anggota Kliring tidak
langsung.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “concentration limit” adalah batasan
maksimum jenis surat berharga dan/atau nilai surat berharga
yang diterbitkan oleh suatu penerbit yang dapat diterima
sebagai Initial Margin dan Variation Margin.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai