Anda di halaman 1dari 37

Prakata

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan Laporan Kebijakan Moneter (LKM)


tunggal, yaitu mencapai dan memelihara dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan
nilai mata uang terhadap barang dan jasa November. Laporan ini memiliki dua fungsi
yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta utama, yaitu: (i) menyediakan data, analisis
kestabilan terhadap mata uang negara lain. dan proyeksi ekonomi untuk mendukung
Target inflasi tahun 2020 ditetapkan oleh pembentukan ekspektasi, yang merupakan
Pemerintah yaitu sebesar 3,0±1%. Dalam bagian dari kerangka kerja antisipatif dalam
rangka mencapai tujuan tersebut, Bank perumusan kebijakan moneter; dan (ii)
Indonesia melaksanakan kebijakan moneter sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk
secara berkelanjutan, konsisten, transparan, memberikan penjelasan kepada masyarakat
dan harus mempertimbangkan kebijakan luas mengenai berbagai pertimbangan yang
umum pemerintah di bidang perekonomian. melandasi keputusan kebijakan moneter yang
Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank ditempuh Bank Indonesia.
Indonesia menempuh bauran kebijakan
moneter, makroprudensial, serta sistem
pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Dewan Gubernur
PERRY WARJIYO
Gubernur

DESTRY DAMAYANTI
Deputi Gubernur Senior

ERWIN RIJANTO
Deputi Gubernur

SUGENG
Deputi Gubernur

ROSMAYA HADI
Deputi Gubernur

DODY BUDI WALUYO


Deputi Gubernur

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 i


Daftar Isi

Prakata i
2. Perekonomian Domestik 08

Dewan Gubernur i Pertumbuhan Ekonomi Domestik 09


Triwulan I-2020 Turun
COVID-19 Menurunkan Prospek 11
Daftar Isi ii Pertumbuhan Ekonomi 2020
Ketahanan Sektor Eksternal Tetap Baik 14
Ringkasan Eksekutif 01 Nilai Tukar Rupiah Sesuai Mekanisme Pasar 17
Inflasi Rendah dan Terkendali 18
1. Perekonomian Global 03 Likuiditas Perekonomian Memadai, 20
Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga
Risiko Resesi Perekonomian 04 BOKS: Perkembangan Ketenagakerjaan 23
Global Meningkat di Indonesia
Perdagangan Dunia dan Harga 06
3. Respons Kebijakan Bank Indonesia 25
Komoditas Turun, Inflasi Lemah
Ketidakpastian Pasar Keuangan 07
Sempat Naik

ii Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Ringkasan
Eksekutif
COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia makin di banyak negara dan faktor base effect. Sementara itu,
menekan perekonomian global. Pertumbuhan ketidakpastian pasar keuangan global sempat meningkat
ekonomi dunia triwulan I 2020 di banyak negara pada Maret 2020 dipicu dampak meluasnya COVID-19.
menurun tajam sejalan meluasnya pandemi COVID-19. Setelah itu, berbagai respons kebijakan yang ditempuh di
Pertumbuhan ekonomi seperti di Tiongkok, Eropa, banyak negara berkontribusi meredakan ketidakpastian
Jepang, Singapura, dan Filipina mengalami kontraksi dan mendorong berkurangnya aliran modal keluar dari
di triwulan I 2020, sementara pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan diikuti menurunnya tekanan
Amerika Serikat (AS) turun dalam menjadi 0,3%. nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk
Perkembangan April 2020 menunjukkan risiko resesi Indonesia.
ekonomi global tetap besar tercermin pada kontraksi
berbagai indikator dini seperti kinerja sektor manufaktur Pandemi COVID-19 juga telah memengaruhi
dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. pertumbuhan ekonomi domestik. Pertumbuhan
Perkembangan ini mengakibatkan volume perdagangan ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy),
dunia terkontraksi dan diikuti penurunan harga melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
komoditas dan harga minyak. Sejalan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Namun demikian,
kontraksi ekonomi yang berlanjut sampai dengan ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia tetap
triwulan III 2020, ekonomi global pada 2020 diprakirakan baik tercermin dari defisit transaksi berjalan triwulan I
tumbuh negatif 2,2%. Pada 2021, pertumbuhan 2020 yang menurun menjadi 1,4% PDB dari 2,8% PDB
ekonomi global diprakirakan kembali meningkat menjadi pada triwulan IV-2019 dan cadangan devisa yang tetap
5,2%, didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh besar. Nilai tukar Rupiah, setelah mendapat tekanan

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 1


pada Maret 2020, juga kembali menguat mulai April Rupiah ditempuh melalui peningkatan intensitas
2020 seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan kebijakan intervensi baik di pasar spot, Domestic Non
global dan terjaganya kepercayaan terhadap prospek Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN
perekonomian Indonesia. Inflasi tetap rendah dan dari pasar sekunder. Bank Indonesia juga memperluas
mendukung stabilitas perekonomian. Selain itu, kondisi instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar valas.
likuiditas perbankan tetap memadai dan mendukung Hal ini ditempuh antara lain dengan menyediakan lebih
berlanjutnya penurunan suku bunga. Stabilitas sistem banyak instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai
keuangan tetap terjaga, kendati potensi risiko meluasnya tukar Rupiah melalui transaksi DNDF, memperbanyak
penyebaran pandemi COVID-19 perlu terus diantisipasi. transaksi swap valas, dan penyediaan term repo untuk
Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kebutuhan perbankan serta melonggarkan kebijakan
ekonomi Indonesia akan menurun pada 2020 sejalan makroprudensial untuk mendorong perbankan dalam
dampak pandemi COVID-19. Pada 2021, pertumbuhan pembiayaan dunia usaha dan ekonomi.
ekonomi Indonesia diprakirakan meningkat, didorong
Respons kebijakan Bank Indonesia diperkuat
perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus
melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19
kebijakan yang ditempuh. Defisit transaksi berjalan
Mei 2020. RDG memutuskan untuk mempertahankan
diprakirakan menurun di bawah 2,0% PDB pada
BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%,
2020. Inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran
suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku
sasaran 3,0% ±1% pada 2020-2021 sejalan konsistensi
bunga Lending Facility sebesar 5,25%. Keputusan ini
kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga
mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai
dan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah di tingkat
tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global,
pusat maupun daerah.
meskipun Bank Indonesia melihat ruang penurunan suku
bunga seiring rendahnya tekanan inflasi dan perlunya
Bank Indonesia menempuh berbagai respons
mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia juga
pada periode laporan Februari – Mei 2020 guna
terus memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan
memitigasi risiko dampak COVID-19 terhadap
untuk memitigasi risiko penyebaran pandemi COVID-19,
perekonomian. Bank Indonesia menurunkan suku
menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan,
bunga kebijakan moneter (BI7DRR) dua kali masing-
serta bersinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait
masing sebesar 25 bps menjadi 4,5% pada Februari
dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
dan Maret 2020. Kebijakan stabilisasi dan penguatan

2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


BAB I

Perekonomian
Global
Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia tumbuh negatif 2,2% dan kembali meningkat pada
makin menekan perekonomian global. Pandemi 2021 menjadi 5,2% didorong dampak positif kebijakan
COVID-19 yang meluas dan disertai berbagai upaya yang ditempuh di banyak negara dan faktor base effect.
penanggulangan pembatasan aktivitas masyarakat Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global
menyebabkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 meningkat tinggi pada Maret 2020 dan sempat memicu
di banyak negara menurun tajam. Perkembangan April aliran modal keluar dari banyak negara, termasuk dari
2020 menunjukkan risiko resesi ekonomi global tetap negara berkembang ke aset yang dianggap aman.
besar tercermin pada kontraksi kinerja sektor manufaktur Perkembangan selanjutnya menunjukkan ketidakpastian
dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. Volume pasar keuangan global mulai mereda dan mendorong
perdagangan dunia diprakirakan terkontraksi dan berkurangnya aliran modal keluar dari negara
diikuti menurunnya harga komoditas. Dengan proyeksi berkembang serta diikuti menurunnya tekanan nilai tukar
kontraksi ekonomi berlanjut hingga triwulan III 2020, mata uang negara berkembang.
Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 3


Grafik 1.1 Kasus COVID-19 Global
Risiko Resesi Perekonomian Orang
Global Meningkat Lainnya Afrika Asia MENA Amerika Eropa
120000

100000
Pandemi COVID-19 terus menyebar ke berbagai
80000
belahan dunia pada periode laporan sedangkan
penyebaran di Tiongkok mereda. Penyebaran 60000
pandemi COVID-19 di luar Tiongkok meluas dengan
cepat ke berbagai negara di dunia. Sampai dengan 40000
18 Mei 2020, pandemi COVID-19 telah menyebar
20000
ke 214 negara atau mencakup 99,8% PDB global
dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 4,7 juta 0
jiwa. Penyebaran terbesar di AS dan Eropa tercermin

1 Feb'20
5 Feb'20
9 Feb'20
13 Feb'20
17 Feb'20
21 Feb'20
25 Feb'20
29 Feb'20
4 Mar'20
8 Mar'20
12 Mar'20
16 Mar'20
20 Mar'20
25 Mar'20
29 Mar'20
2 Apr'20
6 Apr'20
10 Apr'20
14 Apr'20
18 Apr'20
22 Apr'20
26 Apr'20
30 Apr'20
4 Mei'20
8 Mei'20
12 Mei'20
16 Mei'20
dari banyaknya jumlah kasus (confirmed cases) (Tabel
1.1). Sementara itu, memasuki pertengahan Maret
Sumber: WHO, diolah
2020 perkembangan pandemi COVID-19 di Tiongkok
telah melewati puncaknya. Jumlah kasus dan tingkat
kematian (fatality rate) menurun dibarengi dengan COVID-19 di Tiongkok dan Korea diprakirakan telah
tingkat kesembuhan yang meningkat. Perbaikan itu berada di fase akhir. Penyebaran di beberapa negara
diikuti dengan mulai berjalannya kegiatan produksi lainnya, seperti Eropa, Jepang dan Singapura juga
dan kembalinya mobilitas masyarakat mendekati pola telah melewati puncaknya, sedangkan di AS masih di
normalnya. kisaran puncaknya. Perkembangan ini juga didukung
tingkat kematian (fatality rate) global yang mulai stabil.
Berbagai estimasi memprakirakan pandemi Meskipun jumlah kasus mulai menurun, berbagai negara
COVID-19 global dapat berakhir di triwulan III 2020 tetap mewaspadai potensi munculnya gelombang kedua
seiring mulai menurunnya intensitas penyebaran yang bersumber dari luar sebagai dampak dari relaksasi
di beberapa negara. Berdasarkan perkembangan pembatasan mobilitas penduduk antar wilayah maupun
pertambahan jumlah kasus, pandemi COVID-19 antar negara.
global terindikasi telah memasuki fase puncak pada
Penyebaran pandemi COVID-19 yang meluas ke
pertengahan Mei 2020 (Grafik 1.1). Penyebaran pandemi
berbagai negara tersebut menekan pertumbuhan
ekonomi global. Penanggulangan penyebaran
Tabel 1.1 Confirmed Cases COVID-19 pandemi COVID-19 melalui berbagai upaya pembatasan
Kasus Total Tingkat Total mobilitas penduduk baik antara wilayah maupun antar
No Negara Positif Meninggal Kematian (%) Sembuh negara telah menyebabkan penurunan permintaan dan
1 Amerika Serikat 1.527.664 90.978 5,96 346.389 terganggunya proses produksi global. Perkembangan
2 Rusia 281.752 2.631 0,93 67.373 beberapa indikator dini menunjukkan ekonomi global
3 Spanyol 277.719 27.650 9,96 195.945 pada triwulan I 2020 mencatat kontraksi sangat
4 Inggris 243.695 34.636 14,21 N/A tajam. Kinerja manufaktur di banyak negara mencatat
5 Brasil 241.080 16.118 6,69 94.122 pertumbuhan negatif yang signifikan antara lain seperti
6 Italia 225.435 31.908 14,15 125.176 tercermin pada penurunan tajam Purchasing Manager
7 Prancis 179.569 28.108 15,65 61.213 Index (PMI) di AS, Eropa, Jepang, Tiongkok dan India
8 Jerman 176.651 8.049 4,56 153.400 (Grafik 1.2). Kinerja sektor jasa di beberapa negara
9 Turki 149.435 4.140 2,77 109.962
tersebut juga mengalami kontraksi yang lebih dalam
10 Iran 120.198 6.988 5,81 94.464
dari kontraksi sektor manufaktur (Grafik 1.3). Selain
33 Indonesia 17.514 1.148 6,55 4.129
Negara lainnya itu, keyakinan konsumen dan pelaku bisnis di berbagai
1.358.554 64.165 4,72 604.393
yang terdampak negara turut memburuk sejalan penurunan permintaan
Total 4.799.266 316.519 6,60 1.856.566 dan gangguan produksi.
Sumber : Worldometer, per 18 Mei 2020

4 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Grafik 1.2 PMI Manufaktur kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga
Indeks mencatatkan kontraksi yang dalam hingga -6,8% (yoy)
65 akibat kebijakan pembatasan mobilitas penduduk selama
Eropa penanganan pandemi COVID-19 yang menurunkan
60
AS
berbagai aktivitas ekonomi.
55
50,8
50 Dengan risiko penurunan yang tetap besar,
India Tiongkok Jepang
45 pertumbuhan ekonomi global diprakirakan
41,9 mengalami kontraksi pada 2020 dan kembali
36,1 40
pulih pada 2021. Perkembangan hingga April 2020
35,7 35 menunjukkan risiko resesi ekonomi global tetap besar.
Tiongkok 33,4
30 Hal ini tercermin pada berlanjutnya kontraksi di beberapa
27,4 indikator dini seperti kinerja sektor manufaktur dan
25
6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. Dengan
2017 2018 2019 2020 proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut hingga triwulan
III 2020, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi
Sumber: IHS Markit, ISM (AS), Bloomberg (Tiongkok), diolah
global 2020 tumbuh negatif 2,2%. Proyeksi yang lebih
dalam disebabkan dampak pandemi COVID-19 yang
Perkembangan ini menyebabkan penurunan tajam diprakirakan lebih besar dari prakiraan sebelumnya
pertumbuhan ekonomi banyak negara, baik di serta pengaruh second round pemburukan ekonomi
negara maju maupun berkembang. Pada triwulan I Tiongkok yang lebih dalam. Pertumbuhan ekonomi dunia
2020, pertumbuhan ekonomi AS turun dalam menjadi diprakirakan kembali meningkat pada 2021 menjadi
0,3% dan diprakirakan mengalami kontraksi yang lebih 5,2% didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh
dalam pada triwulan II 2020. Perlambatan ini disebabkan di banyak negara dan faktor base effect. Prakiraan
dampak rambatan (spillover) dari pelemahan ekonomi tersebut sejalan dengan proyeksi IMF dan Consensus
Tiongkok pada Januari-Februari dan penyebaran Forecast (Tabel 1.2).
pandemi COVID-19 di AS sejak Maret 2020. Sementara
itu, ekonomi Eropa mengalami kontraksi -3,3% (yoy) Berbagai negara menempuh kebijakan ultra-
akibat pelemahan permintaan domestik dan ekspor akomodatif guna memitigasi risiko resesi tersebut.
sejalan perlambatan ekonomi di berbagai negara di Di kebijakan moneter, Bank sentral di banyak negara
melakukan penurunan suku bunga kebijakan dan injeksi
Grafik 1.3 PMI Jasa likuiditas. Sejak awal 2020, penurunan suku bunga
kebijakan berkisar 30-150bps, dengan penurunan suku
Indeks
70 bunga terbesar dilakukan oleh Bank Sentral AS dan Bank
Sentral Kanada hingga 150 bps. Pelonggaran moneter
Eropa AS 60
Tiongkok 53,2 juga dilakukan dengan kebijakan Quantitative Easing
50 (QE) dalam jumlah besar melalui berbagai instrumen,
India Jepang 47,8 seperti pembelian obligasi pemerintah, penurunan Giro
40
Wajib Minimum, dan Emergency Purchase Programme.
29,6 30 Di kebijakan fiskal, otoritas di banyak negara
26,7
21,5 20
mengeluarkan stimulus dengan nilai berkisar 0,1-20%
PDB. Stimulus fiskal diarahkan untuk beberapa hal seperti
12,0
10 peningkatan anggaran kesehatan, peningkatan dan
5,4
0 perluasan jaring pengaman sosial serta dukungan dunia
6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 usaha termasuk relaksasi perpajakan, serta penyiapan
2017 2018 2019 2020 anggaran program pemulihan ekonomi.
Sumber: IHS Markit, ISM (AS), Bloomberg (Tiongkok), diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 5


Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Global
% yoy
WEO (IMF) Consensus Forecast (CF)
PDB 2018 Oktober 2019 Januari 2020 April 2020 Februari 2020 Maret 2020 April 2020 Mei 2020
2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021
Dunia 3,6 3,0 3,4 3,6 2,9 3,3 3,4 2,9 -3,0 5,8 2,9 3,1 3,4 2,9 2,8 3,4 2,9 -0,9 5,0 2,9 -3,1 5,6
Negara Maju 2,2 1,7 1,7 1,6 1,7 1,6 1,6 1,7 -6,1 4,5 1,7 1,4 1,6 1,7 1,1 1,7 1,7 -4,9 4,1 1,7 -5,9 4,7
Amerika Serikat 2,9 2,4 2,1 1,7 2,3 2,0 1,7 2,3 -5,9 4,7 2,3 1,9 2,0 2,3 1,6 2,0 2,3 -4,0 3,9 2,3 -5,4 4,3
Eropa 1,9 1,2 1,4 1,4 1,2 1,3 1,4 1,2 -7,5 4,7 1,2 0,9 1,2 1,2 0,6 1,3 1,2 -5,7 5,4 1,2 -7,9 6,2
Jepang 0,3 0,9 0,5 0,5 1,0 0,7 0,5 0,7 -5,2 3,0 1,0 0,3 0,8 0,7 -0,7 1,1 0,7 -3,3 2,1 0,7 -5,5 2,4
Negara Berkembang 4,5 3,9 4,6 4,6 3,7 4,4 4,6 3,7 -1,0 6,6 3,7 4,6 4,8 3,7 4,1 4,8 3,7 1,9 5,8 3,7 -0,8 6,4
Tiongkok 6,6 6,1 5,8 5,9 6,1 6,0 5,8 6,1 1,2 9,2 6,1 5,6 5,8 6,1 5,2 6,1 6,1 2,0 7,8 6,1 1,4 8,1
India 5,3 6,1 7,0 7,4 4,8 5,8 6,5 5,0 1,9 7,4 4,8 5,0 5,9 5,0 5,0 5,7 5,0 2,7 6,3 5,0 0,2 7,2
ASEAN-5 5,3 4,8 4,9 5,2 4,7 4,8 5,1 4,8 -0,6 7,8 4,7 4,4 4,8 4,8 3,8 4,6 4,8 0,0 5,6 4,8 -2,1 5,6
Amerika Latin 1,1 0,2 1,8 2,4 0,1 1,6 2,3 0,1 -5,2 3,4 0,1 1,6 2,3 0,1 0,9 2,1 0,1 1,3 2,3 0,1 -4,2 3,0
Emerging Europe 3,1 1,8 2,5 2,5 1,8 2,6 2,5 2,1 -5,2 4,2 1,8 2,2 2,5 2,1 2,2 2,5 2,1 1,9 2,6 2,1 -5,1 4,1
MENA 1,0 0,1 2,7 2,7 1,2 -3,3 4,2
Sumber: IMF, Consensus Forecast, diolah

pada Maret 2020. Permintaan ekspor AS menurun akibat


Perdagangan Dunia dan Harga berkurangnya permintaan dari mitra dagang utamanya
Komoditas Turun, Inflasi Lemah yakni Tiongkok dan Eropa. Permintaan ekspor Eropa juga
menurun sejalan dengan melemahnya permintaan dari
negara kawasan Eropa lainnya seperti Inggris dan Swiss.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global
Dengan perkembangan tersebut, volume perdagangan
kemudian memengaruhi perdagangan dunia.
dunia pada 2020 diprakirakan terkontraksi dan mulai
Perlambatan perekonomian dunia akibat pandemi
meningkat pada 2021 sejalan pemulihan perekonomian
COVID-19 menurunkan permintaan barang-barang
global.
ekspor dan impor sehingga volume perdagangan
menurun (Grafik 1.4). Pada triwulan I 2020, volume
Melemahnya perekonomian global, termasuk
perdagangan dunia terkontraksi 2,5%, dipengaruhi
perdagangan dunia, berdampak pada penurunan
dampak pandemi COVID-19 yang dominan di Tiongkok
harga komoditas. Harga komoditas ekspor Indonesia
pada Februari dan dampak penyebaran di negara lainnya
yang hingga 15 Mei 2020 secara keseluruhan
mengalami kontraksi, meskipun harga CPO, nikel dan
Grafik 1.4 Volume Perdagangan Dunia
kopi masih meningkat akibat terbatasnya suplai dan
% yoy gangguan cuaca. Harga komoditas lainnya terutama
20
bahan tambang menurun seiring pelemahan permintaan
15 global (Tabel 1.3). Dengan kondisi tersebut, harga
10 komoditas ekspor Indonesia pada 2020 diprakirakan
5 tumbuh negatif, sejalan kontraksi permintaan yang
0 dalam pada triwulan II 2020. Perkembangan ini
-2,47 -5 mengindikasikan pengaruh pelemahan permintaan
-10 terhadap harga ekspor diprakirakan lebih dominan
-15
dibandingkan dengan gangguan penawaran seperti
gangguan distribusi dan logistik. Pada 2021, harga
-20
komoditas ekspor diprakirakan tumbuh positif didorong
-25
I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I III I perbaikan permintaan global. Harga minyak dunia juga
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
menurun seiring pelemahan permintaan di tengah
penurunan produksi oleh OPEC+ dan non OPEC.
Sumber : CPB, diolah

6 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Tabel 1.3 Harga Komoditas
Ketidakpastian Pasar Keuangan
Komoditas 2016 2017 2018 2019
2020
(YTD)* Sempat Naik
Tembaga -10,5 27,1 6,7 -7,8 -8,0
Batu Bara 6,8 48,2 2,5 -8,6 -6,5 Pandemi COVID-19 memicu naiknya ketidakpastian
CPO 21,3 5,7 -19,2 -2,3 10,6 pasar keuangan global di triwulan I 2020, dan
Karet -2,2 28,1 -16,8 12,4 -8,1 mendorong pembalikan arus modal ke aset
Nikel -15,4 8,9 27,8 7,0 -14,8
keuangan yang dianggap aman. Sejak akhir Februari
Timah 13,1 13,1 0,5 -7,5 -9,7
2020, ketidakpastian pasar keuangan global meningkat
Aluminium -3,5 22,9 7,4 -14,1 -7,8
Kopi 4,3 -2,9 -15,4 -11,8 6,2
tajam, tercermin pada perkembangan Indeks Economic
Lainnya 1,0 6,8 1,2 -0,7 -4,2 Policy Uncertainty (EPU) dan indeks volatilitas (VIX) yang
Indeks Harga memburuk. Hal tersebut kemudian menekan pasar
Komoditas Ekspor 5,4 21,7 -2,8 -3,0 -2,9 keuangan global dan memicu tingginya permintaan
Indonesia terhadap aset keuangan yang dianggap aman, seperti
Sumber: Bloomberg, *data s.d. 15 Mei 2020 surat utang AS dan Jepang. Harga emas dunia juga
kembali meningkat seiring besarnya permintaan.
Penyesuaian perilaku investor global tersebut memicu
Pertumbuhan ekonomi global yang menurun
terjadinya aliran modal keluar di seluruh negara,
berdampak pada lemahnya tekanan inflasi,
terutama dari negara berkembang yang mengalami
meskipun inflasi pangan perlu menjadi perhatian.
peningkatan risiko. Pembalikan modal tersebut kemudian
Inflasi di AS dan Eropa menurun akibat melemahnya
menekan berbagai mata uang dunia, terutama mata
permintaan, meski potensi peningkatan inflasi pangan
uang negara berkembang.
tetap diwaspadai akibat gangguan rantai pasokan global.
Di Tiongkok, inflasi juga mengalami penurunan didorong Ketidakpastian pasar keuangan global mulai
perbaikan pasokan. Selain itu, tren penurunan inflasi juga mereda pada April 2020 didukung sentimen positif
didukung oleh ekspektasi inflasi di banyak negara yang atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh
menunjukkan penurunan seiring dengan melemahnya di banyak negara. Kebijakan ultra-akomodatif yang
kegiatan ekonomi. Perkembangan indikator breakeven dilakukan berbagai negara mendapat respons positif
inflation bond mengindikasikan ekspektasi inflasi AS dari pelaku di pasar keuangan global. Ketidakpastian
yang menurun. Ekspektasi inflasi di Eropa untuk 2020 pasar keuangan global sedikit mereda seperti tercermin
juga menurun ke kisaran 1,1% pada Maret 2020 dari pada perkembangan indikator indeks EPU dan VIX
sebelumnya 1,4% pada Februari 2020. yang menurun, meskipun masih di level tinggi. Pasar
saham AS juga mulai membaik terlihat dari Dow Jones
Industrial Average (DJIA) indeks yang mulai meningkat.
Perkembangan ini berdampak positif pada, intensitas
aliran modal keluar (outflows) dari negara berkembang
yang mulai berkurang. Hal ini sejalan dengan risiko pasar
keuangan negara berkembang yang membaik tercermin
pada perkembangan EMBI spread dan Credit Default
Swap (CDS) yang mulai turun dari puncaknya pada Maret
2020, meskipun masih di level tinggi.

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 7


BAB II

Perekonomian
Domestik
Penyebaran pandemi COVID-19 di Indonesia ekonomi global menurunkan kinerja perekonomian
cukup tinggi pada periode laporan. Hingga 18 Mei domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I
2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia telah 2020 melambat terutama dipengaruhi oleh menurunnya
mencapai 18.010. Penambahan angka new confirmed kinerja ekspor jasa sejalan dengan penerapan berbagai
cases dan total kasus positif masih dalam lintasan yang upaya penanggulangan pandemi COVID-19 di global
meningkat dan diperkirakan belum mencapai titik dan domestik yang membatasi mobilitas masyarakat dan
puncaknya (Grafik 2.1). Secara nasional, angka kematian kemudian menurunkan aktivitas ekonomi. Sementara
(fatality rate) akibat pandemi COVID-19 di Indonesia itu, kepanikan di pasar keuangan global yang sempat
merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. meningkat tinggi pada Maret 2020 memicu pembalikan
Secara spasial, pandemi COVID-19 telah menyebar arus modal asing dan menurunkan kinerja pasar
ke seluruh provinsi di Indonesia (Grafik 2.2), dengan keuangan. Perkembangan terkini sejak April 2020
penyebaran tertinggi terjadi di wilayah Jawa. Sebagai menunjukkan ketidakpasatian pasar keuangan global
mitigasi penyebaran pandemi COVID-19, beberapa mulai mereda yang kemudian berdampak positif pada
daerah, baik level provinsi maupun kabupaten/kota telah berkurangnya aliran modal keluar dan menopang
menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ketahanan eksternal Indonesia. Aliran masuk modal asing
(PSBB). yang kembali naik mendorong kembali menguatnya nilai
tukar Rupiah. Stabilitas perekonomian juga tetap terjaga
Penyebaran pandemi COVID-19 domestik tersebut tercermin dari inflasi yang tetap rendah dan stabilitas
beserta upaya penanggulangannya dan kontraksi sistem keuangan yang terjaga.

8 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Grafik 2.1 Penyebaran Pandemi COVID-19 Nasional Pertumbuhan Ekonomi Domestik
20000
Orang % Triwulan I-2020 Turun
24,01 25
18000
Pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan
16000 20
ekonomi Indonesia triwulan I 2020. Pertumbuhan
14000 Recovery Rate (%) - Skala kanan 18010
ekonomi Indonesia tercatat 2,97% (yoy) pada triwulan I
12000 15
2020, melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
10000 Fatality Rate (%) - Skala kanan sebesar 4,97% (yoy). Penurunan ini terutama berasal
8000 10
dari melambatnya ekspor jasa, khususnya pariwisata,
6000 6,61
konsumsi nonmakanan, dan investasi, dengan sektor
4000 Confirmed Cases 5
yang paling terdampak terjadi di sektor Perdagangan,
2000 New Confirmed Cases 496 Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan,
0 0
Sektor Konstruksi, dan sub-sektor Transportasi.

13 Mei'20
17 Mei'20
10 Mar'20
14 Mar'20
18 Mar'20
22 Mar'20
26 Mar'20
30 Mar'20

11 Apr'20
15 Apr'20
19 Apr'20
23 Apr'20
27 Apr'20
2 Mar'20

1 Mei'20
5 Mei'20
9 Mei'20
6 Mar' 20

3 Apr'20
7 Apr'20

Sementara itu, kinerja komponen dan sektor yang


terkait dengan penanganan pandemi COVID-19 tetap
Sumber: WHO, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (diolah)
baik, seperti tercermin pada konsumsi pemerintah dan
Pengaruh penyebaran pandemi COVID-19 terhadap konsumsi rumah tangga untuk makanan kesehatan dan
pelemahan ekonomi domestik diprakirakan dapat pendidikan, serta sektor Informasi dan Komunikasi, Jasa
berlanjut hingga triwulan III 2020. Penerapan Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Lainnya.
kebijakan PSBB di berbagai wilayah untuk memitigasi Lebih detil dari sisi pengeluaran, penurunan
pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan aktivitas pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 terutama
ekonomi dan optimisme pelaku usaha. Data April 2020 dipengaruhi penurunan permintaan domestik
menunjukkan pelemahan ekonomi berlanjut. Dengan (Tabel 2.1). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga
dinamika tersebut, Bank Indonesia memprakirakan tercatat 2,84% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan dengan kinerja triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy).
menurun dan pada 2021 kembali meningkat didorong Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh
perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif stimulus penurunan konsumsi nonmakanan khususnya pakaian,
kebijakan. Sementara itu, stabilitas ekonomi tetap alas kaki, dan jasa perawatan, serta transportasi,
terkendali ditopang inflasi yang diprakirakan tetap dalam sedangkan konsumsi makanan, pendidikan, dan
kisaran sasaran sebesar 3,0±1% serta stabilitas sistem kesehatan tumbuh stabil. Investasi juga tumbuh
keuangan yang terjaga. melambat sebesar 1,70% (yoy) terutama dipengaruhi
oleh melambatnya investasi bangunan. Respons stimulus
Grafik 2.2 Penyebaran Pandemi COVID-19 Spasial fiskal melalui konsumsi Pemerintah yang tumbuh 3,74%
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik
1439 1008 1022
1143 1165 1200
1277
925 940 964 1497 1497 1575
1771 1858 lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dipengaruhi
10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 10/05 11/05 12/05 13/05 14/05
oleh ekspor yang tumbuh 0,24% (yoy) dan impor yang
17
138 mencatat kontraksi 2,19% (yoy).
202
111 21 83
81
371
94 129 238 111
88 Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan
66 29
441
223
294
74
332
ekonomi terutama didorong melambatnya LU yang
42
>1000 166 62
66 5688 840 terdampak pembatasan mobilitas masyarakat,
500-999 1066 1863

300-499
593 1565
185
367 sedangkan pertumbuhan LU yang terkait
100-299 JAWA
350 19
BALI-NUSA TENGGARA
penanganan COVID-19 tetap baik. Perlambatan
50-99 10306
10666 10960 683 695 706 ekonomi terutama disumbang oleh melambatnya
9793 9985 653 657
0-49 aktivitas LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi
10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 serta LU Transportasi dan Pergudangan yang dipengaruhi
PSBB level Kab/Kota PSBB level Provinsi Pembatasan Mandiri
Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, diolah; Data per 14 Mei 2020 oleh kontraksi sektor pariwisata serta berkurangnya

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 9


Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran
% yoy
2018 2019 2020
Komponen 2018 2019
I II III IV I II III IV I
Konsumsi Rumah Tangga 4,96 5,17 5,00 5,08 5,05 5,02 5,18 5,01 4,97 5,04 2,84
Konsumsi Lembaga Nonprofit
8,12 8,77 8,61 10,82 9,10 16,96 15,29 7,41 3,53 10,62 -4,91
Melayani Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 2,71 5,21 6,26 4,56 4,80 5,22 8,23 0,98 0,48 3,25 3,74
Investasi (PMTDB) 7,92 5,81 6,92 6,01 6,64 5,03 4,55 4,21 4,06 4,45 1,70
Investasi Bangunan 6,12 4,96 5,60 5,02 5,41 5,48 5,46 5,03 5,53 5,37 2,76
Investasi Nonbangunan 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 1,96 1,95 -0,13 1,80 -1,46
Ekspor 5,84 7,48 8,34 4,59 6,55 -1,58 -1,73 0,10 -0,39 -0,87 0,24
Impor 12,46 14,94 13,77 7,11 11,88 -7,47 -6,84 -8,30 -8,05 -7,69 -2,19
PDB 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02 2,97
Sumber: BPS

mobilitas masyarakat. Di samping itu, kinerja LU Secara spasial, perlambatan ekonomi pada triwulan
Pertanian menurun dipengaruhi perkembangan cuaca I 2020 terjadi di seluruh wilayah. Perlambatan
yang kurang menguntungkan (Tabel 2.2). Demikian pula terdalam terutama terjadi di Bali-Nusa Tenggara
dengan kinerja LU Pertambangan dan Penggalian serta (Balinusra) akibat penurunan kunjungan wisatawan
LU Industri Pengolahan yang melambat signifikan sejalan mancanegara sejak Februari 2020 sehingga berdampak
dengan kinerja ekspor yang terkontraksi. Sementara itu, pada ekspor jasa pariwisata dan LU terkait pada
kinerja LU yang terkait dengan penanganan pandemi perekonomian wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi
COVID-19 tetap tumbuh baik, seperti tercermin pada (PDRB) hampir seluruh provinsi tumbuh melambat
kinerja LU Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, (Gambar 2.1). Perlambatan terutama disebabkan oleh
Jasa Kesehatan, dan Jasa Lainnya. menurunnya permintaan domestik sebagai dampak dari
pembatasan aktivitas sosial-ekonomi karena kebijakan

Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


% yoy
2018 2019 2020
Komponen 2018 2019
I II III IV I II III IV I
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3,34 4,72 3,66 3,87 3,94 1,82 5,33 3,12 4,26 3,64 0,02
Pertambangan dan Penggalian 1,06 2,65 2,67 2,25 2,16 2,32 -0,71 2,34 0,94 1,22 0,43
Industri Pengolahan 4,60 3,88 4,35 4,25 4,27 3,85 3,54 4,14 3,66 3,80 2,06
Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air * 3,33 7,29 5,62 5,64 5,48 4,48 2,65 3,83 5,96 4,24 3,91
Konstruksi 7,35 5,73 5,79 5,58 6,09 5,91 5,69 5,65 5,79 5,76 2,90
Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin** 5,02 5,29 5,39 4,68 5,10 5,34 4,80 4,61 4,65 4,84 1,67
Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi*** 8,12 6,70 7,01 6,35 7,04 7,45 7,93 8,09 8,75 8,06 6,07
Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan**** 4,63 4,22 4,47 6,13 4,82 7,26 6,03 6,94 8,04 7,07 7,31
Jasa-jasa Lainnya***** 6,01 6,85 7,68 6,82 6,83 7,12 8,41 6,43 5,45 6,81 5,72
PDB 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 5,02 2,97
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air
**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan
***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi
****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan
*****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya
Sumber: BPS

10 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Gambar 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Regional 2019

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

4,57 4,63 4,5 4,61 Aceh 3,17 Kepri 2,06 5,23 5,39 5,67 Kalbar 2,49 5,21 3,56 Sulut 4,27
3,25 3,73
Sumut 4,65 Bengkulu 3,82 2,49 Kalteng 2,95 1,57 2,32 Gorontalo 4,06
Riau 2,24 Kep,Babel 1,35 Kalsel 5,68 0,65 Sulteng 4,91
I II III IV I Sumbar 3,92 Sumsel 4,98 I II III IV I Kaltim 1,27 I II III IV I Sulbar 4 ,92
2019 2020 Jambi 1,65 Lampung 1,73 2019 2020 Kaltara 5,01 2019 2020 Sulsel 3,07
Sultra 4,37

PDRB ≥ 7,0%
6,0% ≤ PDRB < 7,0%
5,0% ≤ PDRB < 6,0%
4,0% ≤ PDRB < 5,0%
0% ≤ PDRB < 4,0%
JAWA MALUKU DAN PAPUA
PDRB < 0% Banten 3,09 BALI -NUSA TENGGARA Maluku 4,01
Jakarta 5,06
5,65 5,59 5,51 5,34 4,59 4,77 5,34 5,52 Bali -1,14 Maluku Utara 3,06
3,42 Jawa Barat 2,73
NTB 3,19 Papua1,48
Jawa Tengah 2,60 0,94 NTT 2,84 Papua Barat 5,14
Jawa Timur 3,04
I II III IV I Yogyakarta -0,17 I II III IV I
2019 2020 2019 2020
Sumber: BPS, diolah

social distancing untuk mengantisipasi penyebaran investasi bangunan seiring tertundanya sejumlah proyek
pandemi COVID-19. Namun demikian, perbaikan kinerja properti maupun infrastruktur. Demikian pula, kontraksi
sektor eksternal menahan perlambatan yang lebih dalam ekspor dan impor berlanjut sejalan proyeksi kontraksi
dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan perekonomian global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan
Selatan. Pertumbuhan ekonomi di Papua juga membaik ekonomi diperkirakan ditopang sektor sekunder dan
didorong perbaikan kinerja LU Pertambangan, khususnya tersier. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali
tembaga, meskipun hasilnya belum dimanfaatkan untuk meningkat pada 2021 didorong ekonomi dunia yang
ekspor LN (luar negeri) pada triwulan I 2020. membaik dan dampak positif stimulus kebijakan yang
ditempuh. Bank Indonesia akan terus memperkuat
koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar
COVID-19 Menurunkan Prospek berbagai kebijakan yang ditempuh dapat semakin efektif
dalam mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca
Pertumbuhan Ekonomi 2020 pandemi COVID-19.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 Konsumsi rumah tangga 2020 diprakirakan tumbuh
diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak lebih rendah sejalan menurunnya pendapatan dan
pandemi COVID-19. Di sisi permintaan domestik, keyakinan konsumen. Perlambatan konsumsi rumah
perlambatan konsumsi diprakirakan berlanjut terutama tangga pada triwulan I 2020 diprakirakan berlanjut,
dipengaruhi penurunan pendapatan masyarakat dan yang telah tercermin pada kontraksi penjualan eceran
keyakinan konsumen. Investasi terkontraksi terutama pada bulan April 2020 (Grafik 2.3). Perlambatan ini

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 11


disebabkan turunnya pendapatan masyarakat seiring Grafik 2.4 Indeks Keyakinan Konsumen
penerapan PSBB yang mengurangi permintaan tenaga Indeks
140
kerja serta barang dan jasa. Kinerja ekspor, termasuk
Pengeluaran Rp1-2 juta Pengeluaran Rp2-5 juta 130
sektor pariwisata, yang melemah turut menurunkan
pendapatan dan menahan pertumbuhan konsumsi 120
Pengeluaran >Rp5 juta
rumah tangga. Pendapatan lainnya dari investasi di pasar 110
keuangan juga menurun sejalan melemahnya kinerja 100
100
pasar keuangan. Selain itu, ketidakpastian yang tinggi 85,7
84,8 90
terhadap dampak pandemi COVID-19 juga memengaruhi 84,3 80
keyakinan konsumen yang menurun signifikan pada April 83,0
70
2020 (Grafik 2.4), yang selanjutnya menahan konsumsi
60
rumah tangga. Bantuan sosial sebagai bagian stimulus
50
Pemerintah diprakirakan dapat menahan pelemahan I II III IV I II III IV I II III IV I II* 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
konsumsi rumah tangga lebih lanjut, khususnya pada 2017 2018 2019 2020 2019 2020
konsumsi rumah tangga masyarakat berpendapatan
rendah. Sumber: Bank Indonesia

Investasi diprakirakan melambat pada 2020 sejalan penjualan alat angkut dan impor barang modal.
melemahnya prospek ekspor dan permintaan Prakiraan penurunan investasi juga disebabkan
domestik, serta menurunnya keyakinan pelaku menurunnya keyakinan pelaku usaha terhadap pandemi
usaha. Penurunan investasi diprakirakan terjadi pada COVID-19 tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia
investasi bangunan dan nonbangunan. Pertumbuhan Usaha (SKDU) dan penurunan Purchasing Manager Index
investasi bangunan diprakirakan terkontraksi akibat (PMI).
menurunnya permintaan domestik dan penundaan Stimulus fiskal ditempuh Pemerintah guna
proyek investasi, baik Proyek Strategis Nasional meminimalkan dampak COVID-19 terhadap
maupun konstruksi swasta. Hal tersebut terindikasi perekonomian. Dalam kaitan ini, Pemerintah telah
dari pertumbuhan penjualan semen yang terkontraksi mengeluarkan stimulus fiskal jilid I, II, dan III. Stimulus
lebih dalam hingga Maret 2020 (Grafik 2.5). Investasi fiskal jilid I dan II ditempuh melalui kebijakan bantuan
nonbangunan juga diprakirakan terkontraksi lebih pangan untuk menopang konsumsi masyarakat
dalam sejalan lemahnya kinerja eksternal dan turunnya berpendapatan rendah dan relaksasi perpajakan untuk
permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja mendorong keberlangsungan usaha serta menopang
manufaktur. Kondisi ini terindikasi dari kontraksi daya beli masyarakat. Melengkapi stimulus fiskal jilid I

Grafik 2.3 Penjualan Eceran Grafik 2.5 Impor Barang Modal dan Penjualan Semen
% yoy % yoy
40 40
Perlengkapan Rumah Penjualan Semen
30
Tangga Lainnya 20
Total 20
2,1 0 10
11,8 -1,5
-21,6
14,6 Makanan, Minuman 0
Peralatan Informasi & Tembakau -20
15,3 -10
dan Komunikasi
-40 -20
Sandang Impor Barang Modal -30
-60
67,3 -40
-80 -50
I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4
2018 2019 2020 2020 2017 2018 2019 2020 2020
Sumber: Bank Indonesia, *Data s.d April 2020 Sumber: Bank Indonesia, ASI; * Data s.d. April 2020

12 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


dan II, Pemerintah juga mengeluarkan Ekspor diprakirakan menurun ekspor barang Indonesia.
stimulus fiskal jilid III dengan total pada 2020 akibat melambatnya Penyebaran pandemi COVID-19
insentif diprakirakan sebesar 405,1 permintaan dunia, terganggunya juga mengganggu rantai penawaran
triliun Rupiah. Stimulus fiskal tersebut rantai penawaran, serta (supply chain) global. Kinerja
difokuskan untuk sektor kesehatan, rendahnya harga komoditas. ekspor nonmigas hingga April 2020
jaring pengaman sosial, dukungan Seiring meluasnya penyebaran terkontraksi akibat menurunnya
bagi industri usaha yang terdampak, COVID-19, revisi ke bawah ekspor pertambangan, terutama
dan Program Pemulihan Ekonomi sejumlah determinan ekspor seperti batu bara, dan hampir seluruh
Nasional (PEN) (Gambar 2.2). Bank pertumbuhan ekonomi global dan produk manufaktur (Grafik 2.6).
Indonesia mengapresiasi langkah harga komoditas, mengindikasikan Kinerja ekspor jasa juga diprakirakan
stimulus fiskal Pemerintah dalam prospek ekspor yang menurun. tertekan sejalan penurunan kinerja
meminimalkan dampak COVID-19, Penyebaran pandemi COVID-19 sektor pariwisata yang sangat dalam
yang diprakirakan dapat menopang yang meluas ke berbagai negara akibat kebijakan restriksi perjalanan
pertumbuhan ekonomi ke depan. mitra dagang menekan permintaan

Gambar 2.2 Stimulus Fiskal Pemerintah Jilid I, II, dan III

Stimulus Kesehatan (Rp 75 triliun)


Jilid I Jilid II
Jilid III
(Rp6,1 Triliun) (Rp22,9 Triliun) Bantuan iuran BPJS Rp3 triliun
Insentif medis pusat Rp1,3 triliun
Insentif Kartu Sembako Relaksasi PPH 21 Stimulus Kesehatan (Rp75 triliun) Insentif medis daerah Rp4,6 triliun
(Rp4,6 Triliun) (Rp8,6 Triliun) Santunan kematian Rp0,3 triliun
Social Safety Net (Rp110 triliun)
Tambahan Subsidi Relaksasi PPh 22 Impor Belanja penanganan kesehatan Rp65,8 triliun
Dukungan Industri (Rp70,1 triliun)
Bunga Perumahan (Rp8,15 Triliun) Social Safety Net (Rp 110 Triliun)
(Rp1,5 Triliun) Pembiayaan dalam rangka mendukung
Relaksasi PPh 25 Badan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (Rp150 Tambahan penyaluran PKH Rp8,3 Triliun
(Rp4,2 Triliun)
triliun) Tambahan penerima insentif sembako Rp10,9 Triliun
Relaksasi Restitusi PPN Tambahan anggaran pra kerja Rp10 Triliun
Penurunan tarif PPh 25 Badan dari 25%
(Rp1,97 Triliun) Subsidi listrik 450 & 900 VA Rp3,5 Triliun
menjadi 22% untuk perusahaan tidak go-public
dan 19% untuk perusahaan go-public Tambahan subsidi bunga Rp1,5 Triliun
Jaring pengaman sosial lainnya (TBD) Rp30,8 Triliun
Cadangan untuk pemenuhan Kebutuhan Pokok dan
Operasi Pasar/Logistik Rp25 triliun
Penyesuaian anggaran pendidikan Rp20 Triliun

Dukungan Industri (Rp70,1 Triliun)


Subsisi pajak (DTP) 64 triliun termasuk bea masuk
Stimulus KUR Rp 6,1 triliun
Program Pemulihan Ekonomi Nasional/PEN
Sumber: Kementerian Keuangan (Rp150 triliun)

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 13


Grafik 2.6 Ekspor Nonmigas Riil Grafik 2.7 Impor Nonmigas Riil
% yoy % yoy
40 40
Pertanian
30 Barang Modal 30

Pertambangan 20 20
Bahan Baku
10 10
Barang Konsumsi
Manufaktur 1,9
0 0
Total -6,4 Total Impor
-6,1
-10 -11,7 -10
-17,0
-17,6 -20 -19,4
-20
-21,6
-30 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4
2017 2018 2019 2020 2020 2017 2018 2019 2020 2020
Sumber: Bank Indonesia, ASI; * Data s.d. April 2020 Sumber: Bank Indonesia; Data s.d. April 2020

dari sejumlah negara. Hal ini tercermin dari penurunan untuk ekspor maupun investasi. Selain itu, kinerja impor
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia juga diprakirkan akan tertekan lebih dalam
Indonesia hingga April 2020 (Tabel 2.3). dari sisi pasokan sebagai dampak terjadinya gangguan
pada rantai suplai global seiring makin meluasnya
Prospek impor juga diprakirakan mengalami
penyebaran pandemi COVID-19 ke berbagai negara asal
penurunan sejalan dengan prospek ekspor yang
impor Indonesia. Perkembangan sampai dengan April
turun, permintaan domestik yang melambat, serta
2020 menunjukkan penurunan impor telah terjadi pada
adanya gangguan pada rantai pasokan akibat
seluruh kelompok barang, baik barang modal, bahan
pandemi COVID-19 yang meluas. Impor Indonesia
baku, maupun barang konsumsi (Grafik 2.7).
pada 2020 diprakirakan akan mengalami kontraksi
dipengaruhi oleh melemahnya permintaan barang baik
Ketahanan Sektor Eksternal
Tabel 2.3 Penurunan Wisman pada April 2020 Tetap Baik
%
Penurunan Penurunan Penurunan Ketahanan eksternal tetap baik ditopang defisit
Bandara/Pelabuhan Feb 2020 Maret 2020 April 2020
transaksi berjalan Indonesia yang menurun.
Ngurah Rai -19,8% -62,5% -98,7%
Penurunan defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi
Pelabuhan Batam -25,8% -89,7% -99,5%
-99,9%
oleh penyesuaian permintaan domestik terhadap
Pelabuhan Tj. Uban -69,1% -85,1%
Kualanamu -30,6% -54,3% -99,3% perkembangan pandemi COVID-19 sehingga
Juanda -19,8% -69,9% -99,5% meminimalkan dampak berkurangnya ekspor akibat
Sam Ratulangi -85,4% -91,9% -100,0% kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan
Adi Sucipto -21,6% -66,5% -100,0% harga komoditas. Defisit transaksi berjalan yang turun
BIL -16,6% -41,4% -100,0% pada gilirannya dapat menahan dampak penurunan
Ahmad Yani -10,4% -61,7% -100,0%
kinerja transaksi modal dan finansial yang terjadi
Hang Nadim -21,6% -70,5% -100,0%
-82,4% -100,0%
dipengaruhi berbaliknya aliran modal global akibat
Adi Sumarno -14,2%
Total -23,02% -67,60% -99,9% ketidakpastian dampak pandemi COVID-19 yang meluas
ke berbagai negara di dunia. Dengan perkembangan
Sumber: BPS, diolah
tersebut, secara keseluruhan Neraca Pembayaran

14 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Indonesia (NPI) pada triwulan I 2020 mencatat defisit 8,5 Aliran masuk modal asing kembali membaik
miliar dolar AS, setelah pada triwulan IV 2020 mencatat setelah mengalami penyesuaian akibat kepanikan
surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS (Tabel 2.4). di pasar keuangan global sehingga menopang
ketahanan eksternal tetap baik. Pada triwulan I
Menurunnya defisit transaksi berjalan pada
2020, aliran modal masuk tercatat defisit 2,9 miliar dolar
triwulan I 2020 dipengaruhi oleh penurunan impor
AS, setelah pada pada triwulan sebelumnya mencatat
sejalan dengan pelemahan ekonomi domestik
surplus 12,6 miliar dolar AS. Perkembangannya ini juga
akibat pandemi COVID-19. Defisit transaksi berjalan
berbeda dengan catatan pada triwulan sebelumnya
pada triwulan I 2020 tercatat 3,9 miliar dolar AS (1,4%
yang mengalami surplus (Tabel 2.4). Perkembangan
dari PDB), menurun dari defisit triwulan sebelumnya 8,1
ini disebabkan besarnya aliran modal keluar terutama
miliar dolar AS (2,8% dari PDB). Penurunan ini terutama
investasi portofolio yang dipicu kepanikan pasar
dipengaruhi peningkatan surplus neraca perdagangan
keuangan global.
barang akibat penurunan impor seiring pelemahan
permintaan domestik, sehingga mengurangi dampak
Perkembangan terakhir April 2020 menunjukkan
penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan
aliran masuk modal asing mulai terjadi, sedangkan
ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas. Defisit
kinerja neraca perdagangan menurun. Mulai April
neraca jasa juga membaik akibat penurunan defisit jasa
2020, aliran masuk modal asing kembali membaik
transportasi sejalan penurunan impor barang, di tengah
sejalan meredanya ketidakpastian pasar keuangan
penurunan surplus jasa travel karena berkurangnya
global dan langkah stabilisasi dan penguatan bauran
kunjungan wisatawan mancanegara akibat pandemi
kebijakan Bank Indonesia, berkoordinasi erat dengan
COVID-19. Penurunan defisit transaksi berjalan juga turut
Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selama
ditopang perbaikan defisit neraca pendapatan primer
April 2020 hingga 14 Mei 2020, investasi portofolio
sejalan aktivitas ekonomi domestik.

Tabel 2.4 Neraca Pembayaran Indonesia


% yoy
2017 2018 2019* 2020
Komponen
I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I**
Transaksi Berjalan -2,0 -4,4 -4,2 -5,6 -16,2 -4,9 -7,8 -8,4 -9,5 -30,6 -6,6 -8,2 -7,5 -8,1 -30,4 -3,9
A. Barang 5,6 4,8 5,3 3,1 18,8 2,3 0,3 -0,4 -2,5 -0,2 1,3 0,6 1,4 0,3 3,5 4,4
- Ekspor, fob 40,8 39,2 43,4 45,6 168,9 44,4 43,7 47,7 44,9 180,7 41,2 40,2 43,7 43,4 168,5 41,8
- Impor, fob -35,1 -34,3 -38,1 -42,5 -150,1 -42,1 -43,4 -48,1 -47,4 -181,0 -39,9 -39,6 -42,3 -43,1 -164,9 -37,3
a. Nonmigas 7,6 6,1 6,3 5,2 25,3 4,4 3,2 3,4 0,1 11,2 2,9 3,1 2,7 3,2 12,0 5,8
b. Migas -2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -7,3 -2,4 -2,7 -3,5 -2,8 -11,4 -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -10,3 -2,7
B. Jasa-jasa -1,1 -2,0 -2,1 -2,1 -7,4 -1,3 -1,7 -1,8 -1,6 -6,5 -1,6 -1,9 -2,3 -2,1 -7,8 -1,9
C. Pendapatan Primer -7,7 -8,1 -8,6 -7,8 -32,1 -7,4 -8,0 -8,0 -7,4 -30,8 -8,1 -8,9 -8,4 -8,3 -33,8 -8,1
D. Pendapatan Sekunder 1,1 1,0 1,1 1,2 4,5 1,4 1,6 1,8 2,0 6,9 1,8 2,0 1,8 2,0 7,6 1,6
Transaksi Modal
6,7 5,3 9,6 7,1 28,7 2,2 3,1 4,0 15,9 25,2 9,9 6,8 7,5 12,6 36,7 -2,9
dan Finansial
1. Investasi Langsung 2,6 4,5 7,0 4,4 18,5 4,7 2,4 4,5 0,9 12,5 6,0 5,8 5,2 3,2 20,1 3,5
2. Investasi Portofolio 6,5 8,1 3,8 2,6 21,1 -1,1 0,1 -0,1 10,5 9,3 5,2 4,6 4,9 7,1 21,7 -5,8
3. Investasi Lainnya -2,5 -7,3 -1,2 0,2 -10,7 -1,5 0,6 -0,5 4,7 3,3 -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -5,4 -0,5
Neraca Keseluruhan 4,5 0,7 5,4 1,0 11,6 -3,9 -4,3 -4,4 5,4 -7,1 2,4 -2,0 0,0 4,3 4,7 -8,5
Memorandum :
- Cadangan Devisa 121,8 123,1 129,4 130,2 130,2 126,0 119,8 114,8 120,7 120,7 124,5 123,8 124,3 129,2 129,2 121,0
Dalam bulan impor dan 8,6 8,6 8,6 8,3 8,3 7,6 6,9 6,3 6,43 6,43 6,7 6,8 6,9 7,3 7,3 7,0
pembayaran ULN Pemerintah
- Transaksi Berjalan (% PDB) -0,8 -1,7 -1,6 -2,16 -1,6 -1,9 -3,0 -3,2 -3,7 -2,9 -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -2,7 -1,4
Sumber: Bank Indonesia; *Angka Sementara; **Angka Sangat Sementara

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 15


tercatat net inflow 4,1 miliar dolar AS (Grafik 2.8). pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
Sementara iu, neraca perdagangan Indonesia April internasional sekitar 3 bulan impor. Penurunan cadangan
2020 mencatat defisit yang dapat mempengaruhi devisa terutama didorong oleh keperluan stabilisasi
defisit transaksi berjalan triwulan II-2020. Defisit neraca nilai tukar Rupiah pada Maret 2020 di tengah kondisi
perdagangan Indonesia pada April 2020 tercatat sebesar “extraordinary” karena kepanikan pasar keuangan
344,7 juta dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya global akibat meluasnya pandemi COVID-19. Cadangan
mengalami surplus 715,7 juta dolar AS. Perkembangan devisa kembali meningkat pada April 2020 sejalan mulai
ini dipengaruhi oleh defisit neraca perdagangan masuknya aliran modal asing ke surat utang pemerintah.
nonmigas dan migas. Defisit neraca nonmigas berkurang
dipengaruni oleh penurunan kinerja ekspor produk
manufaktur dan bahan bakar mineral, khususnya batu Grafik 2.8 Aliran Modal Portofolio

bara. Kinerja positif ekspor emas, besi dan baja, serta Miliar Dolar AS
8
minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan
Net Sektor Publik Net Sektor Swasta 6
ekspor nonmigas yang lebih dalam. Sementara itu, defisit
4
neraca perdagangan migas juga berkurang dipengaruhi
2
oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan
0
harga migas.
-2
Berbagai perkembangan menunjukkan secara -4
Liabilitas Investasi Portofolio
umum ketahanan eksternal yang turut didukung -6
cadangan devisa yang terjaga. Cadangan devisa -8
pada April 2020 tercatat 127,9 miliar dolar AS, menurun -10
dibandingkan dengan posisi Februari 2020 sebesar -12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5*
130,4 miliar dolar AS (Grafik 2.9). Posisi cadangan devisa
2017 2018 2019 2020
tersebut setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor
atau 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Sumber: Bank Indonesia; * Data s.d. 15 Mei 2020

16 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Grafik 2.9 Cadangan Devisa
Miliar Dolar AS Bulan
Nilai Tukar Rupiah Sesuai
150
Cadangan Devisa
10 Mekanisme Pasar
9
120 8
7 Nilai tukar Rupiah pada triwulan I 2020 bergerak
90 6 sesuai mekanisme pasar dan mendukung proses
Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
5 penyesuaian eksternal. Pada triwulan I 2020
60 4 Rupiah melemah secara rerata -1,09% atau -14,88%
3 secara point-to-point. Pelemahan Rupiah didorong
30 2 meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global
1 pasca penyebaran pandemi COVID-19 yang kian meluas
0 0 sehingga memicu peningkatan perilaku risk-off investor
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4
global. Hal ini kemudian mendorong penyesuaian aliran
2017 2018 2019 2020
dana global dari negara berkembang ke aset keuangan
Sumber: Bank Indonesia global dan komoditas yang dianggap aman (safe haven
assets) dan menekan mata uang negara berkembang,
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu termasuk Indonesia. Meskipun demikian, pelemahan
mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga Rupiah pada triwulan I 2020 lebih terbatas dibandingkan
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. dengan pergerakan mata uang negara peers di Asia,
seperti Korea, Singapura, dan India yang mengalami
Ke depan, ketahanan sektor eksternal tetap terjaga depresiasi di atas 1,5%.
didukung oleh prospek NPI yang diprakirakan tetap
baik. Prospek tersebut didorong defisit transaksi berjalan Nilai tukar Rupiah menguat kembali sejak April
pada 2020 yang diprakirakan akan menurun menjadi di 2020 seiring meredanya kepanikan pasar keuangan
bawah 2,0%, dari prakiraan sebelumnya 2,5%-3,0% global. Sampai dengan 18 Mei 2020, Rupiah menguat
PDB. Sementara itu, aliran masuk modal asing juga 5,15% secara rerata atau 0,17% secara point to point
diprakirakan tetap tinggi seiring dengan meredanya (Grafik 2.10). Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh
ketidakpastian di pasar keuangan global, imbal hasil kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan
instrumen keuangan domestik yang tetap menarik domestik pasca ditempuhnya berbagai kebijakan ultra-
dan terjaganya kepercayaan terhadap kondisi ekonomi akomodatif di banyak negara untuk memitigasi dampak
Indonesia. Bank Indonesia terus mencermati dinamika pandemi COVID-19, termasuk Indonesia. Penguatan
penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap Rupiah ini juga didukung berlanjutnya pasokan valas
perekonomian Indonesia, termasuk kinerja Neraca dari pelaku domestik sehingga menopang stabilitas nilai
Pembayaran Indonesia, serta terus memperkuat sinergi tukar Rupiah. Peningkatan pasokan valas dipengaruhi
kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk penurunan permintaan valas nonresiden sejalan
meningkatkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. berkurangnya kepanikan pelaku nonresiden dan tetap
meningkatnya supply dari residen. Pada triwulan I 2020,
net supply valas residen mencapai level tertingginya sejak
2016.

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 17


Grafik 2.10 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers Grafik 2.11 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Mei 2020 vs Apr 2020 %


-2,74 35
BRL -2,92
TRY 1,68 30,5
-2,14 30
EUR -1,31
-0,36 26,2
KRW -1,13
-0,03
0,00
23,8 25
CNY 0,14 YTD 2020
SGD -1,15
0,27 18,1 18,7 20
PHP -0,93
0,42
17,0 16,0 Rerata YTD 2020 16,21
MYR -1,43 15
0,49 12,3
0,28 Rerata 2019 10,10
ZAR 0,57
JPY - 0,07 2019 10
0,77 6,5
7,0 6,46,3 6,2
INR -1,07
0,79 5,45,4 4,7
THB 1,05 5
1,36
0,17
IDR 5,15
0
-4 -2 0 2 4 6 ZAR BRL TRY KRW PHP SGD INR IDR
%
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 18 Mei 2020 Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 18 Mei 2020

Pergerakan nilai tukar Rupiah yang sesuai


mekanisme pasar diikuti dengan volatilitas Inflasi Rendah dan Terkendali
yang meningkat. Sampai dengan18 Mei 2020,
volatilitas nilai tukar Rupiah tercatat sebesar 23,8%, Inflasi pada triwulan I 2020 tetap rendah dan
meningkat dibandingkan dengan volatilitas pada tahun terkendali. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)
sebelumnya yaitu sebesar 7,0%. Kenaikan volatilitas pada triwulan I 2020 tercatat rendah sebesar 0,76%
nilai tukar Rupiah ini didorong ketidakpastian pasar (qtq), meskipun sedikit meningkat dari inflasi triwulan
keuangan global yang masih tinggi sejalan dengan sebelumnya sebesar 0,53% (qtq). Tetap rendahnya inflasi
masih berlangsungnya penyebaran pandemi COVID-19 dipengaruhi melemahnya permintaan sejalan dampak
di berbagai negara. Namun demikian, level volatilitas pandemi COVID-19 serta memadainya pasokan barang
Rupiah ini lebih lebih rendah apabila dibandingkan dan lancarnya rantai distribusi. Inflasi inti tetap terkendali
dengan level volatilitas mata uang negara peers lain, sebesar 0,61% (qtq) atau 2,87% (yoy). Sementara itu,
seperti Real Brazil (BRL) dan Rand Afrika Selatan (ZAR) inflasi volatile food (VF) meningkat dipengaruhi kenaikan
yang pada periode yang sama masing-masing tercatat beberapa komoditas akibat terbatasnya pasokan. Namun
sebesar 30,5% dan 26,2% (Grafik 2.11). demikian, kenaikan harga komoditas VF dapat diimbangi
deflasi kelompok administered prices (AP) akibat koreksi
Bank Indonesia memandang level nilai tukar tarif angkutan udara. Dengan perkembangan tersebut,
Rupiah dewasa ini secara fundamental tercatat inflasi pada triwulan I 2020 secara tahunan tetap
undervalued sehingga berpotensi terus menguat terkendali 2,96% (yoy), meskipun sedikit meningkat dari
dan mendukung pemulihan ekonomi. Ke depan, inflasi triwulan sebelumnya 2,72% (yoy).
Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi
nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan Inflasi yang rendah dan terkendali berlanjut pada
bekerjanya mekanisme pasar. Dalam kaitan ini, Bank April 2020 didorong penurunan inflasi inti. Inflasi
Indonesia akan terus meningkatkan intensitas intervensi IHK pada April 2020 tercatat 0,08% (mtm) atau 2,67%
di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan Maret 2020 (Grafik
pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. 2.12). Perkembangan ini dipengaruhi inflasi inti yang
Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, melambat sejalan dengan melemahnya permintaan
Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter domestik akibat COVID-19 dan konsistensi kebijakan
guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi
ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar tetap terjaga. Pada April 2020, inflasi inti tercatat sebesar
valas. 0,17% (mtm) atau 2,85% (yoy), melambat dibandingkan

18 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Grafik 2.12 Inflasi (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi koreksi harga yang
, dalam di beberapa komoditas akibat melambatnya
% yoy permintaan terutama dari restoran, hotel dan katering
12
sejalan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Administered Prices (PSBB) dan memadainya pasokan beberapa komoditas
8 antara lain cabai merah dan bawang putih. Kelompok AP
Volatile Food juga kembali mencatat deflasi sebesar 0,14% (mtm) atau
5,04 deflasi sebesar 0,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan
4
2,85 dengan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,16%
Inti IHK 2,67 (yoy). Deflasi AP ini terutama disumbang berlanjutnya
0 koreksi tarif angkutan udara akibat penurunan
0,16
permintaan seiring penerapan PSBB di beberapa daerah.

-4 Inflasi IHK yang terkendali juga terlihat pada tetap


1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 terjaganya inflasi di berbagai daerah. Inflasi yang
2017 2018 2019 2020 secara nasional rendah dan terkendali terjadi seiring
Sumber: BPS, diolah dengan deflasi di sebagian besar daerah, terutama
di bagian barat wilayah Indonesia. Secara spasial,
inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 2,87% inflasi hanya terjadi di Jawa dan Sulawesi-Maluku-
(yoy). Menurut kelompok barang, perkembangan ini Papua (Sulampua) terutama didorong oleh kenaikan
terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas bawang harga beberapa komoditas seperti bawang merah,
bombay sejalan dengan pasokan yang memadai, di emas perhiasan, dan gula pasir. Sementara itu, deflasi
tengah kenaikan harga komoditas gula pasir dan emas terjadi di tiga wilayah lainnya, yakni Bali-Nusa Tenggara
perhiasan. (Balinustra), Sumatera dan Kalimantan seiring dengan
melambatnya permintaan. Dengan perkembangan
Inflasi April 2020 yang rendah juga didorong deflasi
tersebut, secara tahunan inflasi di sebagian besar daerah
pada kelompok VF dan AP. Kelompok VF kembali
di Indonesia masih berada dalam rentang sasaran inflasi
mencatat deflasi 0,09% (mtm) atau 5,04% (yoy), lebih
nasional pada 2020 sebesar 3,0%±1% (Gambar 2.3).
rendah dari inflasi VF pada Maret 2020 sebesar 6,48%

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 19


Grafik 2.12 Peta Inflasi Daerah (%, yoy)
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

1,56 Aceh 3,1


Sumut 0,8
Riau 1,3
Kep, Riau 1,0
Bengkulu 2,0
Kep, Babel 0,3
1,84 Kalbar 2,9
Kalsel 1,5
Kaltim 2,0
2,30 Gorontalo 2,1
Sulut 3,0
Sulteng 2,3
Sumbar 1,4 Sumsel 2,5 Kalteng 1,7 Sulbar 3,3
Lampung 2,6 Jambi 1,4 Kaltara -0,1 Sulsel 2,5
Sultra 0,5

INFLASI NASIONAL
APRIL 2020: 2,67% (yoy)

Inf ≥ 4,5%
JAWA BALI-NUSA TENGGARA MALUKU-PAPUA

3,09 2,04 1,62


3,5% ≤ Inf < 4,5%
Banten 3,0 Bali 2,6 Maluku 1,6
2,5% ≤ Inf < 3,5% Jakarta 3,1 NTB 1,1 Maluku Utara 2,1
Inf < 2,5% Jabar 3,8 NTT 1,7 Papua 1,2
Jateng 2,9 Papua Barat 2,3
Jatim 1,8
Yogyakarta 2,3
Sumber: BPS, diolah

Ke depan, inflasi IHK 2020 diprakirakan tetap Likuiditas Perekonomian Memadai,


rendah dan stabil dalam kisaran sasarannya.
Prakiraan inflasi yang lebih rendah terutama bersumber
Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga
dari menurunnya tekanan inflasi dari seluruh komponen.
Inflasi inti tetap rendah sejalan pelemahan permintaan
Likuiditas perbankan tetap memadai dan
akibat pandemi COVID-19 dan ekspektasi inflasi yang
mendukung berlanjutnya penurunan suku bunga.
tetap terkendali. Inflasi kelompok VF juga diprakirakan
Memadainya likuiditas perbankan tercermin pada rasio
lebih rendah seiring lemahnya permintaan pada
Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang
beberapa komoditas dan terbatasnya gangguan pasokan
tetap besar yakni 24,16% pada triwulan I 2020 dan
didukung komitmen pemerintah untuk menjaga
rerata harian volume PUAB yang tetap tinggi yakni Rp9,2
ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi selama
triliun pada April 2020. Perkembangan ini mendukung
masa pandemi COVID-19. Selain itu, penurunan
transmisi pelonggaran kebijakan moneter ke pasar uang
inflasi AP juga sejalan dengan pelemahan permintaan.
dan perbankan. Pada April 2020, rerata suku bunga
Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga
PUAB O/N dan JIBOR tenor 1 minggu bergerak stabil
stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan
di sekitar level BI7DRR yakni 4,31% dan 4,60% atau
dengan Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, untuk
mengalami penurunan masing-masing sebesar 152
mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam
bps dan 164 bps sejak akhir Juni 2019 (Grafik 2.13).
sasarannya 3,0±1% pada 2020 dan 2021.
Sementara itu, rerata tertimbang suku bunga deposito

20 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Grafik 2.13 Suku Bunga Kebijakan BI dan PUAB O/N April 2020 mencapai Rp415,8 triliun dilakukan melalui
pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar
% sekunder, penyediaan likuiditas perbankan melalui
8,5
transaksi term-repo perbankan, swap valas, serta
8,0
penurunan Giro Wajib Minimum Rupiah. Bank Indonesia
7,5
kembali melakukan injeksi likuiditas pada Mei 2020
LF Rate 7,0
senilai Rp167,7 triliun melalui penurunan GWM Rupiah,
BI Rate 6,5
5,25
tidak diberlakukannya tambahan giro bagi bank yang
6,0
tidak memenuhi Rasio Intermediasi Perbankan (RIM) serta
5,5
4,50 term repo perbankan dan swap valas.
5,0
4,5
DF Rate BI 7-Day RR (Setelah 4,0 Kebijakan moneter akomodatif berdampak pada
Suku Bunga PUAB O/N 19/08/16) 3,75
3,5 kenaikan pertumbuhan besaran moneter. Pada
1 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 1224
Maret 2020, uang beredar baik M1 maupun M2
2016 2017 2018 2019 2020 meningkat masing-masing sebesar 15,6% (yoy) dan
Sumber: Bank Indonesia 12,1% (yoy). Peningkatan uang beredar dalam arti
sempit (M1) terutama disebabkan pertumbuhan giro
rupiah yang berasal dari peningkatan saldo giro bank,
dan kredit masing-masing tercatat 5,92% dan 10,17% baik milik nasabah, korporasi maupun perorangan,
pada April 2020 atau mengalami penurunan masing- di tengah melambatnya pertumbuhan uang kartal di
masing sebesar 91 bps dan 58 bps sejak akhir Juni 2019 masyarakat. Sementara itu, berdasarkan faktor yang
(Grafik 2.14). memengaruhi, peningkatan M2 pada Maret 2020
disebabkan oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih,
Terjaganya likuiditas di pasar uang dan perbankan ekspansi operasi keuangan pemerintah, dan realisasi
sejalan dengan kebijakan akomodatif Bank kredit. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan
Indonesia. Sejak awal 2020, Bank Indonesia telah M2 ditopang oleh kenaikan seluruh komponen, baik
melakukan injeksi likuiditas ke pasar uang dan perbankan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1), uang
untuk mendorong pembiayaan bagi dunia usaha dan kuasi, maupun surat berharga selain saham.
pemulihan ekonomi nasional. Hingga 15 Mei 2020,
injeksi likuiditas yang telah dilakukan Bank Indonesia Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meskipun
mencapai Rp583,5 triliun. Injeksi likuiditas pada Januari- potensi risiko dari dampak makin meluasnya
penyebaran pandemi COVID-19 terhadap stabilitas
Grafik 2.14 Suku Bunga Deposito dan Kredit Perbankan sistem keuangan perlu terus diantisipasi. Stabilitas
%
sistem keuangan terjaga tercermin dari rasio kecukupan
15 modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada
Maret 2020 yang tinggi yakni 21,63% dan rasio
14
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang
13 tetap rendah yakni 2,77% (bruto) dan 1,02% (neto).
RRT Suku Bunga Kredit Suku Bunga KK Sementara itu, fungsi intermediasi tetap menjadi
12
perhatian sejalan dampak melemahnya permintaan
11 domestik dan makin berhati-hatinya perbankan
Suku Bunga KI
10 dalam menyalurkan kredit akibat meluasnya pandemi
Suku Bunga KMK COVID-19. Pertumbuhan kredit pada Maret 2020
9 tetap lemah di kisaran 7,95% (yoy). Sementara itu,
8 pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga belum kuat
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4 dengan tingkat pertumbuhan di sekitar 9,54% (yoy).
2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 21


Penyebaran pandemi COVID-19 juga menekan Grafik 2.16 Indeks Harga Saham Beberapa Negara (mtm)
kinerja pasar keuangan domestik meskipun
perkembangan terkini mulai membaik seiring
Filipina -7,9 7,1
meredanya ketidakpastian di pasar keuangan
India 14,4
global. Pada triwulan I 2020, pasar keuangan domestik
Thailand -4,2 15,6
mendapat tekanan tercermin dari peningkatan yield Vietnam -2,5 16,1
surat berharga di pasar obligasi dan koreksi pasar saham Singapura 5,8
yang cukup dalam seiring meningkatnya kekhawatiran Jepang 6,7
dampak pandemi COVID-19. Indeks Harga Saham Hong Kong 4,4
Gabungan (IHSG) juga terkoreksi 26,7%. Memasuki Malaysia 4,2
April 2020, tekanan di pasar keuangan domestik Tiongkok 4,0
sedikit mereda meskipun masih tinggi. Yield SBN secara Inggris 4,0
keseluruhan turun ke level 7,45% dengan yield SBN seri Amerika Serikat 11,1
benchmark 10 tahun turun ke level 7,88% (Grafik 2.15). Indonesia 3,9
Yield obligasi korporasi peringkat AAA turut menurun 0 5 10 15 20
secara rerata 13 bps. Sementara itu, IHSG kembali % mtm
Sumber: Bloomberg, BEI
tumbuh terbatas sebesar 3,9%, terutama dipengaruhi
oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global
melambatnya aktivitas ekonomi domestik. Namun
(Grafik 2.16). Kondisi ini sejalan perkembangan pasar
demikian, transaksi UE dan volume transaksi digital
saham dunia, baik di negara maju maupun berkembang,
banking tumbuh tinggi masing-masing 67,9% (yoy) dan
yang mulai menunjukkan perbaikan.
60,8% (yoy). Perkembangan tersebut mengindikasikan
menguatnya kebutuhan masyarakat untuk melakukan
Kelancaran Sistem Pembayaran baik tunai maupun transaksi ekonomi dan keuangan digital (EKD) di
nontunai tetap terjaga. Posisi Uang Kartal Yang tengah penurunan aktivitas ekonomi selama periode
Diedarkan (UYD) pada April 2020 mencapai Rp743,6 pembatasan aktivitas masyarakat.
triliun atau melambat sebesar 6,3% (yoy). Hal tersebut
dipengaruhi strategi bank yang menyimpan lebih
Ke depan, Bank Indonesia tetap menempuh
sedikit persediaan uang kartal. Sementara itu, transaksi
kebijakan makroprudensial yang akomodatif
nontunai menggunakan ATM, Kartu Debit, Kartu
dan memastikan kelancaran sistem pembayaran.
Kredit, dan Uang Elektronik (UE) pada Maret 2020
Kebijakan makroprudensial akomodatif ditempuh
secara keseluruhan menurun 4,7% (yoy) sejalan dengan
sejalan dengan bauran kebijakan yang telah diambil
sebelumnya, termasuk berbagai upaya untuk memitigasi
Grafik 2.15 Yield Obligasi Pemerintah (SBN) Tenor 10 Tahun risiko di sektor keuangan akibat penyebaran pandemi
COVID-19. Bank Indonesia juga terus memastikan
% Rp Triliun
10 60 kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan dalam
9 Yield SBN 10 Tahun mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional,
30
8 khususnya dalam rangka restrukturisasi kredit perbankan
7 0 berkoordinasi erat dengan Pemerintah, Otoritas Jasa
6 Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan
-30
5 Net Jual/Beli Asing (skala kanan) (LPS). Selain itu, Bank Indonesia terus meningkatkan
4 -60 peran sistem pembayaran dalam mendukung upaya
3 -90
pemulihan ekonomi di periode pandemi COVID-19
2 dengan terus mendorong digitalisasi layanan keuangan
-120 dengan memperluas akses dan literasi keuangan melalui
1
0 -150 pembayaran digital, termasuk kelanjutan dukungan Bank
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 1 4 Indonesia pada penyaluran Program Bansos Non Tunai.
2017 2018 2019 2020
Sumber: Bloomberg

22 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


BOKS
Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia cukup baik sebelum merebaknya pandemi COVID-19. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 4,99% pada Februari 2020, stabil dibandingkan dengan angka periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01%. Perkembangan ini dipengaruhi penurunan tingkat pengangguran
di wilayah perkotaan yang menahan dampak peningkatan pengangguran di pedesaan. Pada Februari 2020, TPT
perkotaan menurun menjadi 6,15% dari 6,30% pada Februari 2019. Sementara itu, TPT di pedesaan sedikit meningkat
dari 3,45% pada Februari 2019 menjadi 3,55% pada Februari 2020. Perkembangan TPT yang secara keseluruhan
relatif stabil disertai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang cenderung tetap di kisaran 69%.

Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada Februari 2020 melambat sejalan pelemahan ekonomi. Pada
Februari 2020, penyerapan tenaga kerja tumbuh 1,29% (yoy), melambat dibandingkan dengan penyerapan tenaga
kerja pada Februari 2019 yang tumbuh 1,8% (yoy). Secara sektoral, perlambatan serapan tersebut disumbang
terutama oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor Konstruksi, sejalan dengan kinerja sektor
tersebut yang melambat pada triwulan I 2020. Selain itu, pertumbuhan serapan tenaga kerja di sektor Pertanian
dan Pertambangan juga masih terkontraksi, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekspor komoditas pertanian dan
pertambangan pada triwulan berjalan.

Tabel 1. Serapan Tenaga Kerja Sektoral


juta orang kecuali disebutkan lain
2017 2018 2019 2020 Kinerja
%yoy %yoy Kontribusi Kontribusi
Lapangan Pekerjaan Utama PDB (%yoy)
Agu (Feb 2019) (Feb 2020) Feb 2019 Feb 2020
Feb Agu Feb Agu Feb Feb Q1 2020
Tani 39,7 35,9 38,7 35,7 38,1 34,6 38,1 -1,5 -0,16 -0,46 -0,05 0,02
Tambang 1,4 1,4 1,4 1,5 1,4 1,4 1,3 -0,7 -2,19 -0,01 -0,02 0,43
Industri 17,1 17,0 17,9 18,3 18,2 18,9 18,5 1,7 1,26 0,24 0,18 2,06
LGA 0,7 0,3 0,8 0,3 0,7 0,4 0,8 -6,4 8,22 -0,04 0,05 3,91
Konstruksi 7,2 8,1 7,1 8,3 7,6 8,5 8,0 7,9 4,59 0,44 0,27 2,90
PHR 30,3 28,2 31,7 30,7 33,3 32,3 33,4 5,1 0,27 1,27 0,07 1,67
Transkom 5,8 5,8 6,1 6,3 6,1 6,5 6,4 0,8 3,75 0,04 0,18 6,07
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,6 3,8 3,6 3,9 3,8 4,1 4,0 7,3 5,51 0,20 0,16 7,31
Jasa lainnya 18,9 20,5 19,9 18,6 20,1 19,4 20,7 0,7 2,94 0,11 0,46 5,72
Total 124,5 121,0 127,1 123,5 129,4 126,0 131,0 1,8 1,29 1,80 1,29 2,91

Data: BPS

Pandemi COVID-19 berpotensi memengaruhi perkembangan ketenagakerjaan Indonesia pada 2020.


Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memitigasi penyebaran pandemi COVID-19 di beberapa
wilayah berdampak pada berkurangnya aktivitas produksi dan investasi sehingga mengurangi permintaan tenaga
kerja. Hal tersebut tercermin pada penurunan indeks job vacancy secara signifikan pada April 2020 (Grafik 1).
Pandemi COVID-19 juga memengaruhi optimisme konsumen dan pelaku usaha. Keyakinan atas kegiatan usaha dan
ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang turun signifikan pada April 2020, mengindikasikan tekanan pada kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia pada 2020 (Grafik 2).

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 23


Grafik 1. Indeks Job Vacancy Grafik 2. Ekpektasi Ketersediaan Lapangan Kerja
%yoy Index
60 140
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 135
40
Pengeluaran Rp2-5 juta 130
20 125
0 120
115
-20 Pengeluaran Rp1-2 juta 110
Pengeluaran >Rp5 juta
-40 105
100
-60
95
-80 90
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 I III I III I III I III I III II 2 4 6 8 10 12 2 4
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2019 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: DSta, diolah

24 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


BAB III

Respons Kebijakan
Bank Indonesia
Bank Indonesia pada periode laporan Februari – Mei 2020 telah menempuh bauran kebijakan
guna memitigasi risiko COVID-19 terhadap perekonomian. Dalam kaitan ini, Bank indonesia
terus memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan yang dimiliki untuk melakukan
stabilisasi nilai tukar Rupiah, mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas sistem keuangan,
dan pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut dengan
berkoordinasi erat dengan Pemerintah, OJK, LPS, dan otoritas terkait lainnya.

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 25


Bauran kebijakan Bank Indonesia tersebut terdiri dari 6 e. Melakukan pelonggaran kebijakan
(enam) aspek penting sebagai berikut: makroprudensial untuk mendorong perbankan
dalam pembiayaan dunia usaha dan ekonomi.
a. Menurunkan suku bunga kebijakan moneter
Hal ini dilakukan melalui pelonggaran
(BI7DRR) dua kali masing-masing sebesar 25
ketentuan Loan to Value Ratio (LTV), Rasio
bps menjadi 4,5% pada Februari dan Maret
Intermediasi Makroprudensial (RIM), serta
2020. Penurunan suku bunga kebijakan
penurunan GWM Rupiah untuk pembiayaan
ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang
dunia usaha khususnya untuk ekspor dan
rendah dan terkendali pada kisaran sasaran
impor serta untuk UMKM dalam rangka
3±1% serta untuk mendukung upaya
memitigasi dampak COVID-19.
pemulihan ekonomi nasional. Pada RDG
April 2020, Bank Indonesia memutuskan f. Menjaga kemudahan dan kelancaran sistem
untuk mempertahankan BI7DRR dengan pembayaran baik tunai maupun nontunai
pertimbangan perlunya memprioritaskan untuk mendukung berbagai transaksi ekonomi
kebijakan suku bunga guna menjaga stabilitas dan keuangan. Hal ini dilakukan melalui
nilai tukar Rupiah dalam jangka pendek. pengedaran uang yang higienis, mendorong
masyarakat untuk lebih banyak menggunakan
b. Melakukan stabilisasi dan penguatan Rupiah
transaksi nontunai, seperti uang elektronik,
melalui peningkatan intensitas kebijakan
internet banking, maupun penggunaan QRIS.
intervensi baik di pasar spot, Domestic
Bank Indonesia juga mendukung Pemerintah
Non Deliverable Forward (DNDF), maupun
melalui akselerasi elektronifikasi penyaluran
pembelian SBN dari pasar sekunder. Kebijakan
program-program sosial pemerintah baik
stabilisasi nilai tukar tukar didukung upaya
Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan
untuk memperkuat ketahanan eksternal.
Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Prakerja, dan
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia juga telah
Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk meringankan
menjalin kerja sama bilateral swap dan repo
beban masyarakat dari dampak COVID-19.
line dengan sejumlah bank sentral negara lain,
termasuk bank sentral AS dan Tiongkok.
Pada RDG 18-19 Mei 2020 Bank Indonesia kembali
c. Memperluas instrumen dan transaksi di memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day
pasar uang dan pasar valas. Hal ini ditempuh Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku
antara lain dengan menyediakan lebih bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku
banyak instrumen lindung nilai terhadap bunga Lending Facility sebesar 5,25%. Keputusan
risiko nilai tukar Rupiah melalui transaksi ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas
DNDF, memperbanyak transaksi swap valas, nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan
dan penyediaan term repo untuk kebutuhan global, meskipun Bank Indonesia melihat adanya ruang
perbankan. penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan
inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi,
d. Melakukan injeksi likuiditas (Quantitative
terutama pada tahun 2020. Bank Indonesia juga terus
Easing) ke pasar uang dan perbankan
memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk
dalam jumlah yang besar untuk mendorong
memitigasi risiko penyebaran pandemi COVID-19,
pembiayaan bagi dunia usaha dan pemulihan
menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta
ekonomi nasional. Pada tahun 2020, Bank
bersinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam
Indonesia telah melakukan injeksi likuditas
mempercepat program Pemulihan Ekonomi Nasional. Di
sekitar Rp583,5 triliun1 yang dilakukan
samping langkah-langkah yang telah dilakukan, Bank
antara lain melalui pembelian SBN dari pasar
Indonesia menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
sekunder, penyediaan likuditas perbankan
dengan repo SBN, swap valas, serta penurunan
GWM Rupiah.

1 Data per 15 Mei 2020

26 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


1. Menyediakan likuiditas bagi perbankan dalam
restrukturisasi kredit UMKM dan usaha ultra mikro
yang memiliki pinjaman di lembaga keuangan.
2. Mempertimbangkan pemberian jasa giro GWM
kepada semua Bank.
3. Memperkuat operasi moneter dan pendalaman
pasar keuangan syariah melalui instrumen Fasili-
tas Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah (FLisBI),
Pengelolaan Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah
(PaSBI), dan Sertifikat Pengelolaan Dana Berdasar-
kan Prinsip Syariah Antar Bank (SiPA).
4. Mendorong percepatan implementasi ekonomi dan
keuangan digital sebagai bagian dari upaya pemu-
lihan ekonomi melalui kolaborasi antara bank dan
fintech untuk melebarkan akses UMKM dan ma-
syarakat kepada layanan ekonomi dan keuangan.

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 27


Pandemi COVID-19 Meningkatkan Risiko Resesi Global

Ekonomi global berisiko resesi pada 2020… Kinerja manufaktur ASEAN terkontraksi…
Perekonomian Dunia PMI Manufacturing ASEAN
% yoy Indeks
10 60
Negara Berkembang ASEAN Filipina
8 Singapura
55
6
4 50
2 Malaysia Thailand Indonesia 45
Dunia
0 40
Negara Maju -2
35
-4
-6 30
-8 25
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: IMF WEO April 2020 Sumber: Bloomberg, diolah

Keyakinan konsumen AS turun signifikan… Keyakinan bisnis Eropa memburuk…


Keyakinan Konsumen AS Keyakinan Bisnis Eropa
Indeks Indeks
200 120
Italia 110
150 Jerman
Keadaan sekarang 100
90
100 Perancis
80
Ekspektasi
50 70
60
0 50
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: CEIC

Ketidakpastian pasar keuangan global mereda… Intensitas outflows EM mulai berkurang…


Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Akumulasi outflows portofolio dari EM sejak 21 Jan 2020
Indeks Indeks Miliar Dolar AS
60 2500 20
Ekuitas Utang Total
50 0
2000
-20
40 EPU Trade (skala kanan)
1500 -40
30 34,2 -60
VIX 1000
20 -80
435,0
500 -100
10
EPU AS (skala kanan) -120
0 195,6 0
day-100
day-106
day-10
day-16
day-22
day-28
day-34
day-40
day-46
day-52
day-58
day-64
day-70
day-76
day-82
day-88
day-94
day-1

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020


Sumber: Bloomberg Sumber: IIF Daily Data Flows, diolah

28 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2020 Melambat

Konsumsi rumah tangga melambat… sejalan dengan turunnya pendapatan …


Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
% yoy Indeks
8 140
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
Selain Makanan 7 120

OPTIMIS
Makanan 6 100
Konsumsi 100
5

PESIMIS
62,8 80
4 Pengeluaran Rp2-5 juta
60
3 Pengeluaran Rp1-2 juta
Pengeluaran >Rp5 juta 40
2
1 20
0 0
I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II* 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019

2019 2020 2017 2018 2019 2020 2019 2020


Sumber: BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia

Investasi melambat, terutama investasi bangunan… Keyakinan pelaku usaha menurun...


Pertumbuhan Investasi Prompt Manufacturing Index (PMI) dan Investasi
% yoy % yoy % SBT % Indeks
10 16 14 54
9 14
CFGF 12 52
8 Non Bangunan 12
7 Bangunan 10 10 50
Investasi-SKDU 48,8
6 8 8
5 6 PMI-SKDU (skala kanan) 48
4 6 45,6 4,7
4
46
3 2 4
2 0 44
1 -2 2 2,6
0 -4 0 42
I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019

2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020


Sumber: BPS, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha-Bank Indonesia

Ekspor terkontraksi akibat perlambatan ekonomi global Impor menurun sejalan dengan lemahnya ekspor dan
dan harga komoditas... perlambatan permintaan domestik...

Pertumbuhan Harga Ekspor Pertumbuhan Impor Nonmigas Riil


%yoy % yoy
50 40
Barang Modal
40 30
Pertambangan 30 20

Total Manufaktur 20 Bahan Baku 10


2,82 10 0
1,25 Total Impor
0 -6,1 -10
-0,37 -11,7
Pertanian -10 Barang Konsumsi -19,4 -20
-8,16 -21,6
-20 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4
2017 2018 2019 2020 2020 2017 2018 2019 2020 2020
Sumber: BPS, diolah; * data s.d. April 2020 Sumber: BPS, diolah; * data s.d. April 2020

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 29


Ketahanan Eksternal Tetap Baik

Penurunan defisit transaksi berjalan menopang NPI …ditengah penyesuaian aliran modal asing
triwulan I 2020… Transaksi Modal dan Finansial
%
Neraca Pembayaran Indonesia
20
% Transaksi Modal dan Finansial
20 Investasi Portofolio 15
Transaksi Modal dan Finansial
15
10
10
5
5
0
0 Investasi Langsung
-5 -5
Transaksi Berjalan Investasi Lainnya
Neraca Keseluruhan -10 -10
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**
-15 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I
2017 2018 2019 2020* Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia; *angka sangat sementara

Defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 menurun Pandemi COVID-19 memengaruhi neraca perdagangan
April 2020…
Transaksi Berjalan Neraca Perdagangan
Miliar Dolar AS % PDB %
8 4
6 Neraca Pendapatan Sekunder 4
Nonmigas 3
4 Neraca Perdagangan Neraca Jasa 2
2 2
0 0
-2 1
-4 -2
0
-6 -4
-8 -1
-10 -6 Migas
-2
-12 Transaksi PendapatanTransaksi
Primer
Berjalan Transaksi Modal dan Finansial
Defisit TB/PDB (%) Skala kanan -8
-14 -3
I II III IV I II III IV I* II* III* IV** I 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara Sumber: BPS, diolah

Nilai Tukar Rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar... Depresiasi Rupiah terbatas dibanding peers...
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers
IDR/USD -20,40
16.700 BRL
-7,42
TRY -7,64 -5,03
Kurs Harian 16.300 -21,71
ZAR -4,20
16.310 15.462 15.900 THB -9,34 -3,15
SGD -5,62
15.500 -5,46 -1,55
RerataBulanan INR -1,55
14.941 15.100 KRW -5,11
-14,88 -1,50
Rerata Triwulanan IDR -1,09
14.207 14.381 14.850 14.700 EUR -2,21-0,38
14.134 14.120 14.232 14.06414.006 13.688 14.300 MYR -5,33
14.254 14.21913.714 -0,28 0,09
13.900 JPY -0,22
14.03114.100 14.11314.065
14.14114.220 13.767 PHP -0,10 0,35
13.500 CNY -1,90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 0,94
2019 2020 -25 -20 -15 -10 -5 0 5
-20
%
Sumber: Reuters, data sampai dengan 18 Mei 2020 Sumber: Reuters, Bloomberg

30 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia


Inflasi Tetap Rendah dan Mendukung Stabilitas Perekonomian

Inflasi inti terkendali... …sejalan dengan ekspektasi inflasi yang menurun


Inflasi Inti Traded vs Non-Traded Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
% yoy % yoy
4,5 4,5
4,0
Inti Inti Non-traded 3,51
3,5 4,0
2,85 3,0 Ekspektasi Inflasi
2019
2,5 Ekspektasi Inflasi
2,40 2,0 Ekspektasi Inflasi 3,5
Inti Traded 2020 2021 3,20
1,5
1,0 3,0
2,80
0,5
0 2,5
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2017 2018 2019 2020 2020 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: Consensus Forecast

Kelompok administered prices mencatat deflasi... …dipengaruhi penurunan harga hortikultura dan daging
serta ayam ras
Inflasi Administered Prices Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Komoditas VF
% mtm % yoy Inflasi/Deflasi Sumbangan
Komoditas (% mtm) (%)
4 8
7
Volatile Food (yoy)-(Skala Kanan) Inflasi
3
Folatile Food (mtm) 6 Bawang Merah 19,14 0,08
2
5,04 5
Pepaya 3,85 0,01
1 4 Daging Sapi 1,14 0,01
0 3 Minyak Goreng 0,69 0,01
-1 -0,09 2 Beras 0,18 0,01
1 Deflasi
-2
0 Cabai Merah -18,42 -0,08
-3 -1 Daging Ayam Ras -3,77 -0,05
-4 -2
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 Bawang Putih -5,18 -0,02
2017 2018 2019 2020 Telur Ayam Ras -1,48 -0,01

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Inflasi administered prices mencatat deflasi… …terutama dipengaruhi komoditas angkutan udara
Inflasi Administered Prices (AP) Penyumbang Inflasi/Deflasi Komoditas AP
% mtm % yoy
Inflasi/Deflasi Sumbangan
5 14 Komoditas (% mtm) (%)
12
4
Administered Prices (yoy)-(Skala Kanan) 10 Inflasi
3 8
6 Bahan Bakar Rumah Tangga 0,65 0,01
2
4 Rokok Kretek Filter 0,46 0,01
1 -0,09 2
0 Rokok Putih 0,82 0,01
0
Administered Prices (mtm) -0,14 -2 Deflasi
-1 -4
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 Angkutan Udara -6,28 -0,05
2017 2018 2019 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 31


Stabilitas Sistem Keuangan Baik, Namun Penyaluaran Kredit Lemah

Rasio kecukupan modal masih tinggi... Rasio kredit bermasalah tetap rendah...
Capital Adequacy Ratio (CAR) NPL per Sektor Ekonomi
% Rp Ribu Triliun NPL Gross (%) Nominal NPL
25 8 Sektor 2020 ΔYTD (Rp T) Share
ATMR (Skala kanan) 2017 2018 2019
Feb Mar
ΔNPL
Mar’19 Mar’20 (%)
24 CAR 7 Perdagangan 4,10 3,79 3,66 4,16 4,11 -0,05 0,44 2,88 28,91
23 Lain-lain
6
22 Modal (Skala kanan) (konsumsi RT) 1,59 1,55 1,60 1,79 1,86 0,07 2,37 3,57 18,43

21 21,63 5 Industri 2,70 2,53 3,88 4,22 4,05 -0,17 0,57 14,80 24,61
Pengangkutan & 3,74 2,68 1,64 1,73 2,19 0,46 -1,68 0,50 3,50
20 4 Telekomunikasi

19 Konstruksi 3,67 3,14 3,55 3,81 3,83 0,02 -0,08 1,64 8,55
3 1,41 1,33 1,66 1,84 1,59 -0,25 1,14 0,75 4,00
Pertanian
18
2 Jasa Dunia Usaha 1,63 1,52 1,43 1,71 1,64 -0,07 0,53 1,34 5,54
17 Jasa Sosial 1,86 1,41 1,50 1,66 1,67 0,01 -0,20 0,29 1,71
16 1 Pertambangan 6,18 4,66 3,58 3,83 3,66 -0,16 -0,60 -0,48 3,47
15 0 Listrik 1,08 1,33 0,89 0,92 0,94 0,03 -0,06 0,10 1,28
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total 2,59 2,37 2,53 2,79 2,77 -0,02 2,44 25,39 100,00

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

NPL di hampir seluruh wilayah Indonesia terjaga.. Pertumbuhan kredit masih lemah…
NPL berdasarkan Wilayah Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI % yoy
Aceh 2,1
Sumut 3,7
Sumbar 3,0
Lampung 2,5
Bengkulu 2,0
Kep.Babel 5,2
Kalbar 1,6 Kalteng 1,5 Gorontalo 2,9 Sulbar 2,3 20
Kalsel 3,3 Kaltara 1,3 Sulut 3,6 Sulsel 5,7
Riau 2,0 Kepri 5,7 Sumsel 2,4
Jambi 3,9
Kaltim 3,5 Sulteng 2,1 Sultra 2,4 18
16
KK 14
12
10
7,95
8
KMK 6
KI
NPL < 2%
Total Kredit 4
2% ≤ NPL < 3% MALUKU-PAPUA
2
3% ≤ NPL < 4% JAWA BALI-NUSRA Maluku 2,6 0
4% ≤ NPL < 5%
Banten 1,9
DKI Jakarta 1,9
Jawa Tengah 4,8
Jawa Timur 3,6
Bali 3,8
NTB 1,2
Maluku Utara 0,9
Papua 2,3
2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 3
NPL ≥ 5% Jawa Barat 3,0 DI Yogyakarta 3,8 NTT 2,0 Papua Barat 1,7 2017 2017 2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Secara sektoral, kredit masih terbatas… Penyaluran kredit di banyak wilayah belum kuat …
Penyaluran Kredit berdasarkan Sektor Pertumbuhan Kredit berdasarkan Wilayah
Pertumbuhan YOY (%) Nominal Kredit Mar - 2020 SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
Bengkulu 10,9
Sektor 2020 ∆ YOY (Rp T) Share Aceh 3,1 Sumbar 5,0
Kep.Babel 5,4
Kalbar 7,2 Kalteng 16,0 Gorontalo 7,2 Sulbar 9,7
2017 2018 2019 Sumut 7,4 Lampung 6,0 Kalsel 4,5 Kaltara 9,2 Sulut -0,6 Sulsel 4,2
Mar’19 Mar’20 Mar-20(%) Riau 7,1 Kepri 2,2 Sumsel 3,7 Kaltim 18,4 Sulteng 12,1 Sultra 13,3
Maret Jambi 8,2
Perdagangan 5,20 9,40 3,73 3,69 89,69 39,62 19,48
Lain-lain (konsumsi RT) 10,29 10,30 5,80 5,48 120,29 81,62 27,49
Industri 5,42 9,10 3,63 10,67 75,45 92,68 16,83
Pengangkutan & Telekomunikasi 6,31 19,00 13,63 18,32 21,83 39,19 4,43
Konstruksi 20,57 22,08 14,61 9,12 69,05 29,52 6,19
Pertanian 12,05 11,67 4,63 8,51 36,18 31,17 6,96
Jasa Dunia Usaha 7,96 12,98 5,37 10,28 49,08 49,99 9,39 Kredit < 0
Jasa Sosial 24,05 13,15 14,01 11,32 20,44 16,53 2,84 0% ≤ Kredit < 5%
5% ≤ Kredit < 10% MALUKU-PAPUA
Pertambangan -10,07 21,39 -2,61 8,92 32,97 12,28 2,63 10% ≤ Kredit < 15%
JAWA BALI-NUSRA Maluku 13,7
Bali 7,4 Maluku Utara 15,5
Listrik 7,88 16,46 16,49 15,10 32,62 28,22 3,77 Kredit ≥ 15%
Banten 5,7
DKI Jakarta 8,9
Jawa Tengah 9,3
Jawa Timur 3,6 NTB 18,6 Papua 6,9
Total 8,24 11,75 6,08 7,95 547,60 420,81 100,00 Jawa Barat 6,8 DI Yogyakarta -1,1 NTT 12,2 Papua Barat 17,7

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

32 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia

Anda mungkin juga menyukai