Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 ID
Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 ID
Dewan Gubernur
PERRY WARJIYO
Gubernur
DESTRY DAMAYANTI
Deputi Gubernur Senior
ERWIN RIJANTO
Deputi Gubernur
SUGENG
Deputi Gubernur
ROSMAYA HADI
Deputi Gubernur
Prakata i
2. Perekonomian Domestik 08
Perekonomian
Global
Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia tumbuh negatif 2,2% dan kembali meningkat pada
makin menekan perekonomian global. Pandemi 2021 menjadi 5,2% didorong dampak positif kebijakan
COVID-19 yang meluas dan disertai berbagai upaya yang ditempuh di banyak negara dan faktor base effect.
penanggulangan pembatasan aktivitas masyarakat Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global
menyebabkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 meningkat tinggi pada Maret 2020 dan sempat memicu
di banyak negara menurun tajam. Perkembangan April aliran modal keluar dari banyak negara, termasuk dari
2020 menunjukkan risiko resesi ekonomi global tetap negara berkembang ke aset yang dianggap aman.
besar tercermin pada kontraksi kinerja sektor manufaktur Perkembangan selanjutnya menunjukkan ketidakpastian
dan jasa serta keyakinan konsumen dan bisnis. Volume pasar keuangan global mulai mereda dan mendorong
perdagangan dunia diprakirakan terkontraksi dan berkurangnya aliran modal keluar dari negara
diikuti menurunnya harga komoditas. Dengan proyeksi berkembang serta diikuti menurunnya tekanan nilai tukar
kontraksi ekonomi berlanjut hingga triwulan III 2020, mata uang negara berkembang.
Bank Indonesia memprakirakan ekonomi global 2020
100000
Pandemi COVID-19 terus menyebar ke berbagai
80000
belahan dunia pada periode laporan sedangkan
penyebaran di Tiongkok mereda. Penyebaran 60000
pandemi COVID-19 di luar Tiongkok meluas dengan
cepat ke berbagai negara di dunia. Sampai dengan 40000
18 Mei 2020, pandemi COVID-19 telah menyebar
20000
ke 214 negara atau mencakup 99,8% PDB global
dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 4,7 juta 0
jiwa. Penyebaran terbesar di AS dan Eropa tercermin
1 Feb'20
5 Feb'20
9 Feb'20
13 Feb'20
17 Feb'20
21 Feb'20
25 Feb'20
29 Feb'20
4 Mar'20
8 Mar'20
12 Mar'20
16 Mar'20
20 Mar'20
25 Mar'20
29 Mar'20
2 Apr'20
6 Apr'20
10 Apr'20
14 Apr'20
18 Apr'20
22 Apr'20
26 Apr'20
30 Apr'20
4 Mei'20
8 Mei'20
12 Mei'20
16 Mei'20
dari banyaknya jumlah kasus (confirmed cases) (Tabel
1.1). Sementara itu, memasuki pertengahan Maret
Sumber: WHO, diolah
2020 perkembangan pandemi COVID-19 di Tiongkok
telah melewati puncaknya. Jumlah kasus dan tingkat
kematian (fatality rate) menurun dibarengi dengan COVID-19 di Tiongkok dan Korea diprakirakan telah
tingkat kesembuhan yang meningkat. Perbaikan itu berada di fase akhir. Penyebaran di beberapa negara
diikuti dengan mulai berjalannya kegiatan produksi lainnya, seperti Eropa, Jepang dan Singapura juga
dan kembalinya mobilitas masyarakat mendekati pola telah melewati puncaknya, sedangkan di AS masih di
normalnya. kisaran puncaknya. Perkembangan ini juga didukung
tingkat kematian (fatality rate) global yang mulai stabil.
Berbagai estimasi memprakirakan pandemi Meskipun jumlah kasus mulai menurun, berbagai negara
COVID-19 global dapat berakhir di triwulan III 2020 tetap mewaspadai potensi munculnya gelombang kedua
seiring mulai menurunnya intensitas penyebaran yang bersumber dari luar sebagai dampak dari relaksasi
di beberapa negara. Berdasarkan perkembangan pembatasan mobilitas penduduk antar wilayah maupun
pertambahan jumlah kasus, pandemi COVID-19 antar negara.
global terindikasi telah memasuki fase puncak pada
Penyebaran pandemi COVID-19 yang meluas ke
pertengahan Mei 2020 (Grafik 1.1). Penyebaran pandemi
berbagai negara tersebut menekan pertumbuhan
ekonomi global. Penanggulangan penyebaran
Tabel 1.1 Confirmed Cases COVID-19 pandemi COVID-19 melalui berbagai upaya pembatasan
Kasus Total Tingkat Total mobilitas penduduk baik antara wilayah maupun antar
No Negara Positif Meninggal Kematian (%) Sembuh negara telah menyebabkan penurunan permintaan dan
1 Amerika Serikat 1.527.664 90.978 5,96 346.389 terganggunya proses produksi global. Perkembangan
2 Rusia 281.752 2.631 0,93 67.373 beberapa indikator dini menunjukkan ekonomi global
3 Spanyol 277.719 27.650 9,96 195.945 pada triwulan I 2020 mencatat kontraksi sangat
4 Inggris 243.695 34.636 14,21 N/A tajam. Kinerja manufaktur di banyak negara mencatat
5 Brasil 241.080 16.118 6,69 94.122 pertumbuhan negatif yang signifikan antara lain seperti
6 Italia 225.435 31.908 14,15 125.176 tercermin pada penurunan tajam Purchasing Manager
7 Prancis 179.569 28.108 15,65 61.213 Index (PMI) di AS, Eropa, Jepang, Tiongkok dan India
8 Jerman 176.651 8.049 4,56 153.400 (Grafik 1.2). Kinerja sektor jasa di beberapa negara
9 Turki 149.435 4.140 2,77 109.962
tersebut juga mengalami kontraksi yang lebih dalam
10 Iran 120.198 6.988 5,81 94.464
dari kontraksi sektor manufaktur (Grafik 1.3). Selain
33 Indonesia 17.514 1.148 6,55 4.129
Negara lainnya itu, keyakinan konsumen dan pelaku bisnis di berbagai
1.358.554 64.165 4,72 604.393
yang terdampak negara turut memburuk sejalan penurunan permintaan
Total 4.799.266 316.519 6,60 1.856.566 dan gangguan produksi.
Sumber : Worldometer, per 18 Mei 2020
Perekonomian
Domestik
Penyebaran pandemi COVID-19 di Indonesia ekonomi global menurunkan kinerja perekonomian
cukup tinggi pada periode laporan. Hingga 18 Mei domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I
2020, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia telah 2020 melambat terutama dipengaruhi oleh menurunnya
mencapai 18.010. Penambahan angka new confirmed kinerja ekspor jasa sejalan dengan penerapan berbagai
cases dan total kasus positif masih dalam lintasan yang upaya penanggulangan pandemi COVID-19 di global
meningkat dan diperkirakan belum mencapai titik dan domestik yang membatasi mobilitas masyarakat dan
puncaknya (Grafik 2.1). Secara nasional, angka kematian kemudian menurunkan aktivitas ekonomi. Sementara
(fatality rate) akibat pandemi COVID-19 di Indonesia itu, kepanikan di pasar keuangan global yang sempat
merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. meningkat tinggi pada Maret 2020 memicu pembalikan
Secara spasial, pandemi COVID-19 telah menyebar arus modal asing dan menurunkan kinerja pasar
ke seluruh provinsi di Indonesia (Grafik 2.2), dengan keuangan. Perkembangan terkini sejak April 2020
penyebaran tertinggi terjadi di wilayah Jawa. Sebagai menunjukkan ketidakpasatian pasar keuangan global
mitigasi penyebaran pandemi COVID-19, beberapa mulai mereda yang kemudian berdampak positif pada
daerah, baik level provinsi maupun kabupaten/kota telah berkurangnya aliran modal keluar dan menopang
menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ketahanan eksternal Indonesia. Aliran masuk modal asing
(PSBB). yang kembali naik mendorong kembali menguatnya nilai
tukar Rupiah. Stabilitas perekonomian juga tetap terjaga
Penyebaran pandemi COVID-19 domestik tersebut tercermin dari inflasi yang tetap rendah dan stabilitas
beserta upaya penanggulangannya dan kontraksi sistem keuangan yang terjaga.
13 Mei'20
17 Mei'20
10 Mar'20
14 Mar'20
18 Mar'20
22 Mar'20
26 Mar'20
30 Mar'20
11 Apr'20
15 Apr'20
19 Apr'20
23 Apr'20
27 Apr'20
2 Mar'20
1 Mei'20
5 Mei'20
9 Mei'20
6 Mar' 20
3 Apr'20
7 Apr'20
300-499
593 1565
185
367 sedangkan pertumbuhan LU yang terkait
100-299 JAWA
350 19
BALI-NUSA TENGGARA
penanganan COVID-19 tetap baik. Perlambatan
50-99 10306
10666 10960 683 695 706 ekonomi terutama disumbang oleh melambatnya
9793 9985 653 657
0-49 aktivitas LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi
10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 10/05 11/05 12/05 13/05 14/05 serta LU Transportasi dan Pergudangan yang dipengaruhi
PSBB level Kab/Kota PSBB level Provinsi Pembatasan Mandiri
Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, diolah; Data per 14 Mei 2020 oleh kontraksi sektor pariwisata serta berkurangnya
mobilitas masyarakat. Di samping itu, kinerja LU Secara spasial, perlambatan ekonomi pada triwulan
Pertanian menurun dipengaruhi perkembangan cuaca I 2020 terjadi di seluruh wilayah. Perlambatan
yang kurang menguntungkan (Tabel 2.2). Demikian pula terdalam terutama terjadi di Bali-Nusa Tenggara
dengan kinerja LU Pertambangan dan Penggalian serta (Balinusra) akibat penurunan kunjungan wisatawan
LU Industri Pengolahan yang melambat signifikan sejalan mancanegara sejak Februari 2020 sehingga berdampak
dengan kinerja ekspor yang terkontraksi. Sementara itu, pada ekspor jasa pariwisata dan LU terkait pada
kinerja LU yang terkait dengan penanganan pandemi perekonomian wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi
COVID-19 tetap tumbuh baik, seperti tercermin pada (PDRB) hampir seluruh provinsi tumbuh melambat
kinerja LU Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan, (Gambar 2.1). Perlambatan terutama disebabkan oleh
Jasa Kesehatan, dan Jasa Lainnya. menurunnya permintaan domestik sebagai dampak dari
pembatasan aktivitas sosial-ekonomi karena kebijakan
4,57 4,63 4,5 4,61 Aceh 3,17 Kepri 2,06 5,23 5,39 5,67 Kalbar 2,49 5,21 3,56 Sulut 4,27
3,25 3,73
Sumut 4,65 Bengkulu 3,82 2,49 Kalteng 2,95 1,57 2,32 Gorontalo 4,06
Riau 2,24 Kep,Babel 1,35 Kalsel 5,68 0,65 Sulteng 4,91
I II III IV I Sumbar 3,92 Sumsel 4,98 I II III IV I Kaltim 1,27 I II III IV I Sulbar 4 ,92
2019 2020 Jambi 1,65 Lampung 1,73 2019 2020 Kaltara 5,01 2019 2020 Sulsel 3,07
Sultra 4,37
PDRB ≥ 7,0%
6,0% ≤ PDRB < 7,0%
5,0% ≤ PDRB < 6,0%
4,0% ≤ PDRB < 5,0%
0% ≤ PDRB < 4,0%
JAWA MALUKU DAN PAPUA
PDRB < 0% Banten 3,09 BALI -NUSA TENGGARA Maluku 4,01
Jakarta 5,06
5,65 5,59 5,51 5,34 4,59 4,77 5,34 5,52 Bali -1,14 Maluku Utara 3,06
3,42 Jawa Barat 2,73
NTB 3,19 Papua1,48
Jawa Tengah 2,60 0,94 NTT 2,84 Papua Barat 5,14
Jawa Timur 3,04
I II III IV I Yogyakarta -0,17 I II III IV I
2019 2020 2019 2020
Sumber: BPS, diolah
social distancing untuk mengantisipasi penyebaran investasi bangunan seiring tertundanya sejumlah proyek
pandemi COVID-19. Namun demikian, perbaikan kinerja properti maupun infrastruktur. Demikian pula, kontraksi
sektor eksternal menahan perlambatan yang lebih dalam ekspor dan impor berlanjut sejalan proyeksi kontraksi
dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan perekonomian global. Dari sisi sektoral, pertumbuhan
Selatan. Pertumbuhan ekonomi di Papua juga membaik ekonomi diperkirakan ditopang sektor sekunder dan
didorong perbaikan kinerja LU Pertambangan, khususnya tersier. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali
tembaga, meskipun hasilnya belum dimanfaatkan untuk meningkat pada 2021 didorong ekonomi dunia yang
ekspor LN (luar negeri) pada triwulan I 2020. membaik dan dampak positif stimulus kebijakan yang
ditempuh. Bank Indonesia akan terus memperkuat
koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar
COVID-19 Menurunkan Prospek berbagai kebijakan yang ditempuh dapat semakin efektif
dalam mendorong pemulihan ekonomi selama dan pasca
Pertumbuhan Ekonomi 2020 pandemi COVID-19.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 Konsumsi rumah tangga 2020 diprakirakan tumbuh
diprakirakan akan menurun sejalan dengan dampak lebih rendah sejalan menurunnya pendapatan dan
pandemi COVID-19. Di sisi permintaan domestik, keyakinan konsumen. Perlambatan konsumsi rumah
perlambatan konsumsi diprakirakan berlanjut terutama tangga pada triwulan I 2020 diprakirakan berlanjut,
dipengaruhi penurunan pendapatan masyarakat dan yang telah tercermin pada kontraksi penjualan eceran
keyakinan konsumen. Investasi terkontraksi terutama pada bulan April 2020 (Grafik 2.3). Perlambatan ini
Investasi diprakirakan melambat pada 2020 sejalan penjualan alat angkut dan impor barang modal.
melemahnya prospek ekspor dan permintaan Prakiraan penurunan investasi juga disebabkan
domestik, serta menurunnya keyakinan pelaku menurunnya keyakinan pelaku usaha terhadap pandemi
usaha. Penurunan investasi diprakirakan terjadi pada COVID-19 tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia
investasi bangunan dan nonbangunan. Pertumbuhan Usaha (SKDU) dan penurunan Purchasing Manager Index
investasi bangunan diprakirakan terkontraksi akibat (PMI).
menurunnya permintaan domestik dan penundaan Stimulus fiskal ditempuh Pemerintah guna
proyek investasi, baik Proyek Strategis Nasional meminimalkan dampak COVID-19 terhadap
maupun konstruksi swasta. Hal tersebut terindikasi perekonomian. Dalam kaitan ini, Pemerintah telah
dari pertumbuhan penjualan semen yang terkontraksi mengeluarkan stimulus fiskal jilid I, II, dan III. Stimulus
lebih dalam hingga Maret 2020 (Grafik 2.5). Investasi fiskal jilid I dan II ditempuh melalui kebijakan bantuan
nonbangunan juga diprakirakan terkontraksi lebih pangan untuk menopang konsumsi masyarakat
dalam sejalan lemahnya kinerja eksternal dan turunnya berpendapatan rendah dan relaksasi perpajakan untuk
permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja mendorong keberlangsungan usaha serta menopang
manufaktur. Kondisi ini terindikasi dari kontraksi daya beli masyarakat. Melengkapi stimulus fiskal jilid I
Grafik 2.3 Penjualan Eceran Grafik 2.5 Impor Barang Modal dan Penjualan Semen
% yoy % yoy
40 40
Perlengkapan Rumah Penjualan Semen
30
Tangga Lainnya 20
Total 20
2,1 0 10
11,8 -1,5
-21,6
14,6 Makanan, Minuman 0
Peralatan Informasi & Tembakau -20
15,3 -10
dan Komunikasi
-40 -20
Sandang Impor Barang Modal -30
-60
67,3 -40
-80 -50
I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4
2018 2019 2020 2020 2017 2018 2019 2020 2020
Sumber: Bank Indonesia, *Data s.d April 2020 Sumber: Bank Indonesia, ASI; * Data s.d. April 2020
Pertambangan 20 20
Bahan Baku
10 10
Barang Konsumsi
Manufaktur 1,9
0 0
Total -6,4 Total Impor
-6,1
-10 -11,7 -10
-17,0
-17,6 -20 -19,4
-20
-21,6
-30 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4
2017 2018 2019 2020 2020 2017 2018 2019 2020 2020
Sumber: Bank Indonesia, ASI; * Data s.d. April 2020 Sumber: Bank Indonesia; Data s.d. April 2020
dari sejumlah negara. Hal ini tercermin dari penurunan untuk ekspor maupun investasi. Selain itu, kinerja impor
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia juga diprakirkan akan tertekan lebih dalam
Indonesia hingga April 2020 (Tabel 2.3). dari sisi pasokan sebagai dampak terjadinya gangguan
pada rantai suplai global seiring makin meluasnya
Prospek impor juga diprakirakan mengalami
penyebaran pandemi COVID-19 ke berbagai negara asal
penurunan sejalan dengan prospek ekspor yang
impor Indonesia. Perkembangan sampai dengan April
turun, permintaan domestik yang melambat, serta
2020 menunjukkan penurunan impor telah terjadi pada
adanya gangguan pada rantai pasokan akibat
seluruh kelompok barang, baik barang modal, bahan
pandemi COVID-19 yang meluas. Impor Indonesia
baku, maupun barang konsumsi (Grafik 2.7).
pada 2020 diprakirakan akan mengalami kontraksi
dipengaruhi oleh melemahnya permintaan barang baik
Ketahanan Sektor Eksternal
Tabel 2.3 Penurunan Wisman pada April 2020 Tetap Baik
%
Penurunan Penurunan Penurunan Ketahanan eksternal tetap baik ditopang defisit
Bandara/Pelabuhan Feb 2020 Maret 2020 April 2020
transaksi berjalan Indonesia yang menurun.
Ngurah Rai -19,8% -62,5% -98,7%
Penurunan defisit transaksi berjalan ini dipengaruhi
Pelabuhan Batam -25,8% -89,7% -99,5%
-99,9%
oleh penyesuaian permintaan domestik terhadap
Pelabuhan Tj. Uban -69,1% -85,1%
Kualanamu -30,6% -54,3% -99,3% perkembangan pandemi COVID-19 sehingga
Juanda -19,8% -69,9% -99,5% meminimalkan dampak berkurangnya ekspor akibat
Sam Ratulangi -85,4% -91,9% -100,0% kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan
Adi Sucipto -21,6% -66,5% -100,0% harga komoditas. Defisit transaksi berjalan yang turun
BIL -16,6% -41,4% -100,0% pada gilirannya dapat menahan dampak penurunan
Ahmad Yani -10,4% -61,7% -100,0%
kinerja transaksi modal dan finansial yang terjadi
Hang Nadim -21,6% -70,5% -100,0%
-82,4% -100,0%
dipengaruhi berbaliknya aliran modal global akibat
Adi Sumarno -14,2%
Total -23,02% -67,60% -99,9% ketidakpastian dampak pandemi COVID-19 yang meluas
ke berbagai negara di dunia. Dengan perkembangan
Sumber: BPS, diolah
tersebut, secara keseluruhan Neraca Pembayaran
bara. Kinerja positif ekspor emas, besi dan baja, serta Miliar Dolar AS
8
minyak dan lemak nabati dapat menahan penurunan
Net Sektor Publik Net Sektor Swasta 6
ekspor nonmigas yang lebih dalam. Sementara itu, defisit
4
neraca perdagangan migas juga berkurang dipengaruhi
2
oleh penurunan impor migas sejalan dengan penurunan
0
harga migas.
-2
Berbagai perkembangan menunjukkan secara -4
Liabilitas Investasi Portofolio
umum ketahanan eksternal yang turut didukung -6
cadangan devisa yang terjaga. Cadangan devisa -8
pada April 2020 tercatat 127,9 miliar dolar AS, menurun -10
dibandingkan dengan posisi Februari 2020 sebesar -12
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5*
130,4 miliar dolar AS (Grafik 2.9). Posisi cadangan devisa
2017 2018 2019 2020
tersebut setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor
atau 7,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Sumber: Bank Indonesia; * Data s.d. 15 Mei 2020
INFLASI NASIONAL
APRIL 2020: 2,67% (yoy)
Inf ≥ 4,5%
JAWA BALI-NUSA TENGGARA MALUKU-PAPUA
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia cukup baik sebelum merebaknya pandemi COVID-19. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 4,99% pada Februari 2020, stabil dibandingkan dengan angka periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01%. Perkembangan ini dipengaruhi penurunan tingkat pengangguran
di wilayah perkotaan yang menahan dampak peningkatan pengangguran di pedesaan. Pada Februari 2020, TPT
perkotaan menurun menjadi 6,15% dari 6,30% pada Februari 2019. Sementara itu, TPT di pedesaan sedikit meningkat
dari 3,45% pada Februari 2019 menjadi 3,55% pada Februari 2020. Perkembangan TPT yang secara keseluruhan
relatif stabil disertai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang cenderung tetap di kisaran 69%.
Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada Februari 2020 melambat sejalan pelemahan ekonomi. Pada
Februari 2020, penyerapan tenaga kerja tumbuh 1,29% (yoy), melambat dibandingkan dengan penyerapan tenaga
kerja pada Februari 2019 yang tumbuh 1,8% (yoy). Secara sektoral, perlambatan serapan tersebut disumbang
terutama oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor Konstruksi, sejalan dengan kinerja sektor
tersebut yang melambat pada triwulan I 2020. Selain itu, pertumbuhan serapan tenaga kerja di sektor Pertanian
dan Pertambangan juga masih terkontraksi, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekspor komoditas pertanian dan
pertambangan pada triwulan berjalan.
Data: BPS
Respons Kebijakan
Bank Indonesia
Bank Indonesia pada periode laporan Februari – Mei 2020 telah menempuh bauran kebijakan
guna memitigasi risiko COVID-19 terhadap perekonomian. Dalam kaitan ini, Bank indonesia
terus memperkuat seluruh instrumen bauran kebijakan yang dimiliki untuk melakukan
stabilisasi nilai tukar Rupiah, mengendalikan inflasi, mendukung stabilitas sistem keuangan,
dan pada saat yang sama mencegah penurunan kegiatan ekonomi lebih lanjut dengan
berkoordinasi erat dengan Pemerintah, OJK, LPS, dan otoritas terkait lainnya.
Ekonomi global berisiko resesi pada 2020… Kinerja manufaktur ASEAN terkontraksi…
Perekonomian Dunia PMI Manufacturing ASEAN
% yoy Indeks
10 60
Negara Berkembang ASEAN Filipina
8 Singapura
55
6
4 50
2 Malaysia Thailand Indonesia 45
Dunia
0 40
Negara Maju -2
35
-4
-6 30
-8 25
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: IMF WEO April 2020 Sumber: Bloomberg, diolah
OPTIMIS
Makanan 6 100
Konsumsi 100
5
PESIMIS
62,8 80
4 Pengeluaran Rp2-5 juta
60
3 Pengeluaran Rp1-2 juta
Pengeluaran >Rp5 juta 40
2
1 20
0 0
I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II* 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Ekspor terkontraksi akibat perlambatan ekonomi global Impor menurun sejalan dengan lemahnya ekspor dan
dan harga komoditas... perlambatan permintaan domestik...
Penurunan defisit transaksi berjalan menopang NPI …ditengah penyesuaian aliran modal asing
triwulan I 2020… Transaksi Modal dan Finansial
%
Neraca Pembayaran Indonesia
20
% Transaksi Modal dan Finansial
20 Investasi Portofolio 15
Transaksi Modal dan Finansial
15
10
10
5
5
0
0 Investasi Langsung
-5 -5
Transaksi Berjalan Investasi Lainnya
Neraca Keseluruhan -10 -10
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**
-15 2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I
2017 2018 2019 2020* Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
Sumber: Bank Indonesia; *angka sangat sementara
Defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 menurun Pandemi COVID-19 memengaruhi neraca perdagangan
April 2020…
Transaksi Berjalan Neraca Perdagangan
Miliar Dolar AS % PDB %
8 4
6 Neraca Pendapatan Sekunder 4
Nonmigas 3
4 Neraca Perdagangan Neraca Jasa 2
2 2
0 0
-2 1
-4 -2
0
-6 -4
-8 -1
-10 -6 Migas
-2
-12 Transaksi PendapatanTransaksi
Primer
Berjalan Transaksi Modal dan Finansial
Defisit TB/PDB (%) Skala kanan -8
-14 -3
I II III IV I II III IV I* II* III* IV** I 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4
2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara Sumber: BPS, diolah
Nilai Tukar Rupiah bergerak sesuai mekanisme pasar... Depresiasi Rupiah terbatas dibanding peers...
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers
IDR/USD -20,40
16.700 BRL
-7,42
TRY -7,64 -5,03
Kurs Harian 16.300 -21,71
ZAR -4,20
16.310 15.462 15.900 THB -9,34 -3,15
SGD -5,62
15.500 -5,46 -1,55
RerataBulanan INR -1,55
14.941 15.100 KRW -5,11
-14,88 -1,50
Rerata Triwulanan IDR -1,09
14.207 14.381 14.850 14.700 EUR -2,21-0,38
14.134 14.120 14.232 14.06414.006 13.688 14.300 MYR -5,33
14.254 14.21913.714 -0,28 0,09
13.900 JPY -0,22
14.03114.100 14.11314.065
14.14114.220 13.767 PHP -0,10 0,35
13.500 CNY -1,90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 0,94
2019 2020 -25 -20 -15 -10 -5 0 5
-20
%
Sumber: Reuters, data sampai dengan 18 Mei 2020 Sumber: Reuters, Bloomberg
Kelompok administered prices mencatat deflasi... …dipengaruhi penurunan harga hortikultura dan daging
serta ayam ras
Inflasi Administered Prices Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Komoditas VF
% mtm % yoy Inflasi/Deflasi Sumbangan
Komoditas (% mtm) (%)
4 8
7
Volatile Food (yoy)-(Skala Kanan) Inflasi
3
Folatile Food (mtm) 6 Bawang Merah 19,14 0,08
2
5,04 5
Pepaya 3,85 0,01
1 4 Daging Sapi 1,14 0,01
0 3 Minyak Goreng 0,69 0,01
-1 -0,09 2 Beras 0,18 0,01
1 Deflasi
-2
0 Cabai Merah -18,42 -0,08
-3 -1 Daging Ayam Ras -3,77 -0,05
-4 -2
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 Bawang Putih -5,18 -0,02
2017 2018 2019 2020 Telur Ayam Ras -1,48 -0,01
Inflasi administered prices mencatat deflasi… …terutama dipengaruhi komoditas angkutan udara
Inflasi Administered Prices (AP) Penyumbang Inflasi/Deflasi Komoditas AP
% mtm % yoy
Inflasi/Deflasi Sumbangan
5 14 Komoditas (% mtm) (%)
12
4
Administered Prices (yoy)-(Skala Kanan) 10 Inflasi
3 8
6 Bahan Bakar Rumah Tangga 0,65 0,01
2
4 Rokok Kretek Filter 0,46 0,01
1 -0,09 2
0 Rokok Putih 0,82 0,01
0
Administered Prices (mtm) -0,14 -2 Deflasi
-1 -4
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 Angkutan Udara -6,28 -0,05
2017 2018 2019 2020
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Rasio kecukupan modal masih tinggi... Rasio kredit bermasalah tetap rendah...
Capital Adequacy Ratio (CAR) NPL per Sektor Ekonomi
% Rp Ribu Triliun NPL Gross (%) Nominal NPL
25 8 Sektor 2020 ΔYTD (Rp T) Share
ATMR (Skala kanan) 2017 2018 2019
Feb Mar
ΔNPL
Mar’19 Mar’20 (%)
24 CAR 7 Perdagangan 4,10 3,79 3,66 4,16 4,11 -0,05 0,44 2,88 28,91
23 Lain-lain
6
22 Modal (Skala kanan) (konsumsi RT) 1,59 1,55 1,60 1,79 1,86 0,07 2,37 3,57 18,43
21 21,63 5 Industri 2,70 2,53 3,88 4,22 4,05 -0,17 0,57 14,80 24,61
Pengangkutan & 3,74 2,68 1,64 1,73 2,19 0,46 -1,68 0,50 3,50
20 4 Telekomunikasi
19 Konstruksi 3,67 3,14 3,55 3,81 3,83 0,02 -0,08 1,64 8,55
3 1,41 1,33 1,66 1,84 1,59 -0,25 1,14 0,75 4,00
Pertanian
18
2 Jasa Dunia Usaha 1,63 1,52 1,43 1,71 1,64 -0,07 0,53 1,34 5,54
17 Jasa Sosial 1,86 1,41 1,50 1,66 1,67 0,01 -0,20 0,29 1,71
16 1 Pertambangan 6,18 4,66 3,58 3,83 3,66 -0,16 -0,60 -0,48 3,47
15 0 Listrik 1,08 1,33 0,89 0,92 0,94 0,03 -0,06 0,10 1,28
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total 2,59 2,37 2,53 2,79 2,77 -0,02 2,44 25,39 100,00
NPL di hampir seluruh wilayah Indonesia terjaga.. Pertumbuhan kredit masih lemah…
NPL berdasarkan Wilayah Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI % yoy
Aceh 2,1
Sumut 3,7
Sumbar 3,0
Lampung 2,5
Bengkulu 2,0
Kep.Babel 5,2
Kalbar 1,6 Kalteng 1,5 Gorontalo 2,9 Sulbar 2,3 20
Kalsel 3,3 Kaltara 1,3 Sulut 3,6 Sulsel 5,7
Riau 2,0 Kepri 5,7 Sumsel 2,4
Jambi 3,9
Kaltim 3,5 Sulteng 2,1 Sultra 2,4 18
16
KK 14
12
10
7,95
8
KMK 6
KI
NPL < 2%
Total Kredit 4
2% ≤ NPL < 3% MALUKU-PAPUA
2
3% ≤ NPL < 4% JAWA BALI-NUSRA Maluku 2,6 0
4% ≤ NPL < 5%
Banten 1,9
DKI Jakarta 1,9
Jawa Tengah 4,8
Jawa Timur 3,6
Bali 3,8
NTB 1,2
Maluku Utara 0,9
Papua 2,3
2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 3
NPL ≥ 5% Jawa Barat 3,0 DI Yogyakarta 3,8 NTT 2,0 Papua Barat 1,7 2017 2017 2017 2018 2019 2020
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Secara sektoral, kredit masih terbatas… Penyaluran kredit di banyak wilayah belum kuat …
Penyaluran Kredit berdasarkan Sektor Pertumbuhan Kredit berdasarkan Wilayah
Pertumbuhan YOY (%) Nominal Kredit Mar - 2020 SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
Bengkulu 10,9
Sektor 2020 ∆ YOY (Rp T) Share Aceh 3,1 Sumbar 5,0
Kep.Babel 5,4
Kalbar 7,2 Kalteng 16,0 Gorontalo 7,2 Sulbar 9,7
2017 2018 2019 Sumut 7,4 Lampung 6,0 Kalsel 4,5 Kaltara 9,2 Sulut -0,6 Sulsel 4,2
Mar’19 Mar’20 Mar-20(%) Riau 7,1 Kepri 2,2 Sumsel 3,7 Kaltim 18,4 Sulteng 12,1 Sultra 13,3
Maret Jambi 8,2
Perdagangan 5,20 9,40 3,73 3,69 89,69 39,62 19,48
Lain-lain (konsumsi RT) 10,29 10,30 5,80 5,48 120,29 81,62 27,49
Industri 5,42 9,10 3,63 10,67 75,45 92,68 16,83
Pengangkutan & Telekomunikasi 6,31 19,00 13,63 18,32 21,83 39,19 4,43
Konstruksi 20,57 22,08 14,61 9,12 69,05 29,52 6,19
Pertanian 12,05 11,67 4,63 8,51 36,18 31,17 6,96
Jasa Dunia Usaha 7,96 12,98 5,37 10,28 49,08 49,99 9,39 Kredit < 0
Jasa Sosial 24,05 13,15 14,01 11,32 20,44 16,53 2,84 0% ≤ Kredit < 5%
5% ≤ Kredit < 10% MALUKU-PAPUA
Pertambangan -10,07 21,39 -2,61 8,92 32,97 12,28 2,63 10% ≤ Kredit < 15%
JAWA BALI-NUSRA Maluku 13,7
Bali 7,4 Maluku Utara 15,5
Listrik 7,88 16,46 16,49 15,10 32,62 28,22 3,77 Kredit ≥ 15%
Banten 5,7
DKI Jakarta 8,9
Jawa Tengah 9,3
Jawa Timur 3,6 NTB 18,6 Papua 6,9
Total 8,24 11,75 6,08 7,95 547,60 420,81 100,00 Jawa Barat 6,8 DI Yogyakarta -1,1 NTT 12,2 Papua Barat 17,7