Bab I Tbs. Aliran Fluida Handout PDF
Bab I Tbs. Aliran Fluida Handout PDF
Transportasi Bahan
dan Sedimentasi
1
Bahan Ajar
TRANSPORTASI BAHAN DAN SEDIMENTASI (TBS)
Disusun:
Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, MS.
Rochim B. Cahyono, M.Sc
2
BAB I. ALAT TRANSPORTASI FLUIDA
LEARNING OUTCOME Bab I ini adalah mahasiswa diharapkan dapat:
1. memahami karakteristik fluida dan mengetahui aplikasinya dalam
transportasi fluida.
2. memahami jenis peralatan transportasi fluida yaitu, pipa, fitting,
kran.
3. memilih ukuran standar pipa dan ukuran pipa ekonomis.
I. SIFAT FLUIDA
Fluida disebut juga zat alir, bisa berupa gas, cairan, larutan, dan slurry.
Compressible Incompressible
Fluida
Encer Kental
3
Pengaruh suhu terhadap densitas:
Rapat massa cairan akan turun, dengan naiknya suhu, tetapi tidak terlalu
besar.
Rapat massa gas akan turun, dengan naiknya suhu, dan dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:
n( BM ) p
ρ= =
V RT
Rapat massa uap/gas sangat terpengaruh oleh tekanan, seperti yang ditunjukkan
pada persamaan ρ di atas. Untuk itu uap/gas disebut sebagai fluida
compressible.
Secara umum:
rapat massa cairan lebih besar dari rapat massa gas/uap
atau nilai rapat massa cairan sekitar 1000x nilai rapat masa gas/uap.
Coba perhatikan berapa nilai rapat massa air dan berapa nilai rapat massa udara
4
Viskositas kinematik mempunyai satuan stoke (st)
1 st = 1 cm2/detik = 10,7739 10-4 ft2/detik
Nilai Viskositas fluida sangat dipengaruhi oleh suhu tetapi tidak begitu
terpengaruh oleh perubahan tekanan.
Viscositas GAS akan naik dengan naiknya suhu dan hubungannya dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
µ/µo = (T/273)n
dengan µ = viskositas absolut pada suhu T, oK
µo= viskositas absolut pada suhu 0oC atau 273 oK
n = tetapan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, nilai n ini berkisar
antara 0,65 sampai 1.
5
Gambar shear stress (τ) vs shear rate (dv/dx)
Secara umum: viskositas cairan > viskositas gas/uap
Sifat fisis metanol
Temp. Density Viscosity Kinematic Viscosity Surface Tension
3 2
(ºC) (×1000 Kg/m ) (Pa-s) (m /s) (N/m)
-4 -6 -2
0 0.81 8.17 × 10 1.01 × 10 2.45 × 10
-2
10 0.801 - - 2.26 × 10
-4 -7
20 0.792 5.84 × 10 7.37 × 10 -
-4 -7
30 0.783 5.10 × 10 6.51 × 10 -
-4 -7
40 0.774 4.50 × 10 5.81 × 10 -
-4 -7
50 0.765 3.96 × 10 5.18 × 10 -
Pengaruh suhu:
• Viskositas cairan akan turun, bila suhunya naik.
• Viskositas uap/gas akan naik, bila suhunya naik.
Pengaruh tekanan:
Viskositas cairan tidak banyak terpengaruh oleh perubahan tekanan.
Viskositas gas/uap akan naik, dengan naiknya tekanan.
Pada tekanan yang semakin tinggi, jarak molekul antar gas semakin kecil,
sehingga gesekan antar molekul yang bergerak akan semakin besar.
6
Table of Fluid Properties (Liquids and Gases)
T Density v T Density v
Fluid
(°F) (slug/ft3) (ft2/s) (°C) (kg/m3) (m2/s)
Liquids:
Water 70 1.936 1.05e-5 20 998.2 1.00e-6
Water 40 1.94 1.66e-5 5 1000 1.52e-6
Seawater 60 1.99 1.26e-5 16 1030 1.17e-6
SAE 30 oil 60 1.77 0.0045 16 912 4.2e-4
Gasoline 60 1.32 4.9e-6 16 680 4.6e-7
Mercury 68 26.3 1.25e-6 20 13600 1.15e-7
7
Antar dua fase, misalnya cair-uap/gas, terjadi tegangan antar muka. Hal
ini terjadi, karena ada gaya yang menarik molekul cairan di permukaan agar
tetap tinggal di fase cair.
Tegangan antar muka cukup berpengaruh terhadap aliran dua fase (gas-
cair, cair-cair).
Nilai besaran tegangan muka sangat dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung
dalam cairan. Ada senyawa yang dapat menurunkan tegangan muka sangat
besar, yaitu surfactant (surface active agent).
Antar fase cair-cair (2 cairan yang tak larut atau immiscible) juga ada tegangan
antar fase, yang besarnya lebih rendah dari tegangan cair-gas.
Secara umum, tegangan antar muka akan turun dengan naiknya suhu.
Besaran ini sangat penting pada sistem dua fluida yang tidak saling melarut.
8
Fluida compressible:
Fluida compressible adalah fluida yang mengalami perubahan volum (V) dengan
adanya penekanan (P), atau dapat dikatakan sebagai fluida yang berubah
sifatnya jika ditekan, atau densitas berubah dengan adanya penekanan. Fluida
ini banyak dijumpai pada gas.
Keadaan standar.
Keadaan standar sering didefisikan sebagai suatu keadaan pada suhu (T) = 0oC
atau 273,15 oK, tekanan (P)= 1 atmosfir. Pada keadaan ini volume (V) 1 mol gas
ideal sebesar 22,412 cm3. Nilai ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
RT (82,05)(273,15)
V= = = 22,412cm 3
P 1
Gas non ideal
Untuk gas non ideal hubungan antara suhu, tekanan, dan volume dapat
dituliskan sebagai berikut
PV=ZnRT (3)
Dengan Z adalah faktor kompresibilitas, nilai Z sangat dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan. Pada tekanan yang sangat rendah penyimpangan dari keadaan ideal
disebabkan oleh gaya tarik diantara molekul, pada keadaan ini nilai Z kurang dari
satu. Pada tekanan yang sangat tinggi penyimpangan dari keadaan ideal
disebabkan karena perubahan volum molekul itu sendiri. Hubungan antara Z
dengan tekanan dapat dituliskan sebagai berikut:
9
PV
Z= = 1 + B P + C P2 + D P3 + … (4)
RT
Atau dapat dituliskan dalam bentuk
B' C ' D'
Z=1+ + + + ..... (5)
V V2 V3
Nilai B, C, dan D disebut dengan koefisien virial yang nilainya tergantung pada
sifat gas dan suhu. Berdasarkan korelasi ini dapat disimpulkan bahwa pada
tekanan mendekati nol (P=0) atau V bernilai tidak terhingga maka nilai Z = 1,
sehingga pada keadaan ini sifat gas non ideal sama dengan sifat gas ideal.
a
volum molekul gas, = tetapan yang nilainya dipengaruhi attractive forces
V2
antar molekul gas tersebut, nilai a dapat diperkirakan dengan persamaan berikut
2
27 R 2Tc
a= . Bila P mendekati nol (P=0) dan nilai V=1 persamaan van der Waals
64 Pc
sama dengan persamaan gas ideal.
Hubungan antara sifat-sifat gas non ideal dapat ditentukan secara percobaan
untuk jenis gas tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk grafik faktor
kompresibilitas versus suhu dan tekanan atau dinyatakan dalam bentuk
perbandingan nilai PV pada keadaan standar dan pada keadaan tertentu
untuk jenis gas tertentu.
10
PV nRT
A= = (7)
( PV ) o (nRT ) o
dengan A faktor perbandingan yang berlaku untuk gas tertentu pada kondisi
tertentu, sedang (PV)o adalah nilai PV pada keadaan standar T=273 oK dan P=
01,3 kN/m2. . Nilai A dan grafik hubungan antara Z dan P-T dapat dilihat di
pustaka. Sebagai contoh disajikan hubungan antara Z vs P dan T untuk gas
metan.
Untuk gas yang berbeda akan mempunyai diagram Z vs P dan T yang berbeda.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan untuk berbagai jenis gas dapat
disusun grafik faktor kompresibilitas yang dapat berlaku umum untuk
berbagai jenis gas yang hubungannya dapat disajikan dalam bentuk Z vs suhu
tereduksi (Tr) dan tekanan teredukksi (Pr) sebagai berikut (PR cari grafik di
pustaka hubungan antara faktor kompresibilitas untuk berbagai gas dan
uap).
11
V = 1 x 8,314 x 320/(60 103) = 0,0443 m3.
Kondisi kritis metan dapat dilihat dari pustaka, suhu kritis (Tc) = 191oK dan
tekanan kritis (Pc) = 4640 kN/m2.
8,314 x191 m3
b= = 0,0427 dan
8 x 4640 c kmol
27 x(8,314) 2 x(191) 2
a= (kN / m 2 )(m 3 ) 2 /( kmol ) =229,3 (kN / m 2 )(m 3 ) 2 /(kmol )
64 x 4640
1
(60 x 103 + 229,3 x )(V-1 x 0,0427) = 1 x 8,314 x 320
V2
60.000 V3 – 5233 V2 + 229,3 V = 9,79
dengan cara coba-coba dapat ditentukan nilai V= 0,066 m3
c. Grafik faktor kompersibilitas gas yang dapat berlaku umum
T 320 P 60 x10 3
Tr= = = 1,68 Pr = = = 12,93
Tc 191 Pc 4640
Dari Gambar 2 dapat ditentukan nilai Z = 1,33, Sehingga V dapat ditentukan
sebagai berikut: P V = Z n R T
ZnRT 1,33 x1x8,314 x320
V= = 3
= 0,0589m 3
P 60 x10
12
PV
A=
( PV ) o
dengan A faktor perbandingan yang berlaku untuk gas tertentu pada kondisi
tertentu, sedang (PV)o adalah nilai PV pada keadaan standar T=273 oK dan P
101,3 kN/m2. Untuk gas metan pada P=60 103 N/m2 dan T=320oC nilai A =
1,565.
A( PV ) o 1,55 x 2,27 x10 6
V= = 6
= 0,0592m 3
P (60 x10 )
Nilai berdasarkan pengukuran langsung untuk gas tersebut adalah merupakan
nilai yang paling mendekati nilai sebenarnya, sedangkan nilai yang lain adalah
merupakan nilai pendekatan. Perbandingan antara nilai pendekatan dengan nilai
pengukuran langsung memberikan prosen kesalahan sebagai berikut:
Hukum gas ideal = - 25,2%, Persamaan van der Waals = + 11,5%, dan
Grafik faktor kompersibilitas gas yang dapat berlaku umum = - 0,5%.
Berdasarkan perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan
menggunakan grafik faktor kompresibilitas yang dapat berlaku umum
memberikan kesalahan yang paling kecil (tidak berarti).
5. Turbulensi
Pola aliran fluida dalam pipa dipengaruhi oleh beberapa peubah yaitu:
1. Diameter pipa (D)
2. Kecepatan rata-rata fluida dalam pipa (v)
3. Viskositas fluida dalam pipa (µ)
4. Densitas fluida (ρ)
Hubungan antara peubah-peubah ini dinyatakan dalam kelompok tidak
berdimensi yang dikenal dengan bilangan Reynolds (Re)
Dvρ
Re =
µ
Berdasarkan nilai bilangan Reynolds pola aliran fluida dalam pipa dapat
digolongkan dalam dua kelompok yaitu pola aliran laminer dan pola aliran
turbulen. Pola aliran laminer terjadi pada kisaran bilangan Reynolds kurang dari
13
2100. Adapun pola aliran turbulen terjadi pada kisaran bilangan Reynolds lebih
dari 4000. Kisaran bilangan Reynolds antara 2100 sampai 4000 disebut daerah
transisi. Pola aliran ini sangat menentukan perhitungan-perhitungan dalam
berbagai hal yang menyangkut aliran fluida dalam pipa (digunakan pada
pembahasan berikutnya).
laminer
turbulen
Jenis aliran ini dapat ditentukan dari besarnya bilangan Reynolds aliran tersebut.
Bentuk bilangan Reynolds untuk aliran di dalam pipa adalah:
ρvd
Re = (tak berdimensi)
µ
dengan v : kecepatan linear aliran
d : diameter dalam pipa
Bila Re < 2100, aliran laminer.
Bila Re > 4000, aliran turbulen. Untuk Re > 10.000, aliran turbulen sempurna.
Nilai Re antara 2100 – 4000 adalah aliran transisi.
Untuk patokan, secara umum, fluida mengalir dalam pipa diinginkan pada kondisi
turbulen. Kecepatan linear cairan berkisar antara 1 – 10 m/s. Kecepatan linear
gas/uap 10 – 30 m/s.
Bila cairannya sangat kental, baru dipertimbangkan mengalir pada kondisi
laminer.
14
Bila ingin memisahkan fase dari aliran dua fase, maka alirannya dibuat sangat
laminer (Re sangat rendah).
Laminar flow
uz
Uz
average
úz
ur
Ur
average 15
úr
p
Pipe Entrance
16
1. Logam 1a. Ferrous metallic pipe
1b.Non ferrous metallic pipe
2. Non logam
Non logam
Yang termasuk pipa non logam yaitu abestos cement pipe, carbon,
graphite, pvc, gelas, dan keramik.
17
Ukuran panjang
Panjang pipa standar yaitu 16 ft sampai 22 ft, sehingga dalam pemipaan
diperlukan fitting (sambungan), untuk mendapatkan panjang pipa seperti yang
dikehendaki.
Diameter pipa
Ukuran pipa dan fitting dinyatakan dalam bentuk diameter nominal (NPS
= nominal pipe size) dan tebal dinding.. Diameter nominal tidak merupakan
diameter dalam atau diameter luar, untuk pipa baja diameter nominal mempunyai
harga antara 1/8 inci sampai 30 inci.
Tebal pipa
Tebal dinding pipa standar dinyatakan dengan Schedule Number
(Sch.No.). Sch.No ditentukan berdasarkan tekanan dalam pipa dan stress yang
diperbolehkan untuk jenis pipa yang digunakan. Oleh karena itu tebal dinding
pipa bukan merupakan besaran standar yang berlaku umum atau tebal
dinding pipa berlaku untuk jenis pipa yang tertentu.
1000 P
Sch. No. = (8)
S
Dengan P = tekanan kerja dalam pipa (gaya/luas)
S=allowable stress pipa tersebut pada kondisi operasi
tertentu (gaya/luas)
Ada 10 nilai Sch.No. yang dapat dijumpai yaitu 12, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120,
140, dan 160. Pemilihan Sch. No. yang digunakan harus lebih tinggi dari nilai
Sch,No. yang diperlukan sehingga akan aman. Dengan informasi Sch.No. (tebal
pipa) dan NPS maka dapat ditentukan diameter luar dan dalam pipa tersebut.
Tabel yang menyatakan ukuran standar untuk jenis pipa tertentu dapat
dilihat di berbagai pustaka. Pada tulisan ini diberikan satu contoh ukuran standar
pipa baja yang dinyatakan pada Daftar I.
====================================================
18
Daftar I. Ukuran standar pipa baja
Pipe Scheduling
19
gesekan yang terjadi antara dinding pipa dan fluida yang mengalir lebih
rendah sehingga biaya pemompaan juga lebih rendah.
Kecepatan maksimum harus dijaga agar tidak terjadi erosi, untuk gas/uap
umumnya kecepatan maksimum 0,3 dari kecepatan suara.
8. DIAMETER EKONOMIS
Harga pipa akan naik dengan semakin besarnya diameter, tetapi biaya
pemompaan akan turun dengan semakin besarnya diameter pipa karena
gesekan akan berkurang. Diameter ekonomis adalah diameter pipa yang
memberikan biaya total (biaya pembelian pipa dan fitting + pemompaan)
yang paling rendah (minimum).
20
Dari pertimbangan harga pipa, fitting dan instalasi yang diyatakan dengan:
K(1+F).dn maka diameter optimum diperoleh:
1
19,8.1010.H . p.G 0, 24 .µ 0,16 .ρ −2 4,84+ n
dopt =
E.n.K .(1 + F ).(a + b)
dengan:
H : waktu operasi pertahun, jam/th
p : harga listrik,/Kwh
E : efisiensi pompa, %
G : kecepatan aliran, kg/det
d : diameter pipa,m
ρ : densitas fluida, kg/m3
µ : kekentalan fluida, kg/(m/det)
a : capital charge,%
b : biaya perawatan, %
K : koefisien yang menunjukkan hubungan antara harga pipa dengan diameter
F : harga fitting dan instalasi
n : pangkat untuk d
jika disederhanakan:
H : untuk pabrik Kimia, 8000 jam/thn
E diambil 0,6
F : 1,5-6,75
K dan n tergantung jenis pipa,
misal untuk Carbon steel harga = K dn = 3,9 d0,6 dalam poundsterling/m
Stainless steel harga = 1,6 d0,9 dalam poundsterling/m
Untuk perkiraan cepat dapat juga digunakan grafik di Perry, fig. 3,52, pada
Sec.5. hal. 31. ( cari Gambarnya dan perhatikan)
Contoh: Perkirakan ukuran pipa ekonomis jika air mengalir 10 kg/det, pada
200C, dan digunakan Carbon steel pipe.
Diketahui ρ air = 1000 kg/m3 dan µ air = 1,1 10-3 kg/(m.det)
dopt = 282 G0,52 ρ-0,37 =
dopt = 282(10)0,52 (1000)-0,37 = 72,5 mm, dapat dipilih d = 80 mm
4.G 4.10
dicheck Re = = = 145.000, turbulen
πµ .D π .1,1.10 −380.10 −3
21
9. FITTING
Fitting merupakan satu potongan yang berfungsi salah satu:
1. Menggabungkan dua batang pipa, misal coupling, union
2. Mengubah arah aliran pipa, missal elbow, tee
3. Mengubah diameter pipa, misal reducer
4. Mengakhiri jaringan pipa, misal plug, valve
5. Menggabungkan dua aliran menjadi aliran satu, misal tee
6. Mengontrol aliran misal kran atau valve
Untuk control kecepatan aliran, maka kran harus dapat memberi pengaturan
yang baik (smooth control) pada keseluruhan kisaran aliran dari keadaan tertutup
rapat sampai terbuka sempurna. Untuk tujuan ini dapat digunakan globe valves,
sedangkan untuk control gas/uap dapat digunakan jenis butterfly valves.
Gate valves : dengan memutar stem, maka disk akan naik atau turun, naik maka
lubang aliran fluida lebih besar, sehingga kecepatan aliran lebih tinggi. Dengan
hanya memutar sedikit saja, lubang aliran akan naik dengan cukup besar,
sehingga akan sulit digunakan untuk mengontrol kecepatan aliran. Kran ini cocok
untuk pembuka/penutup aliran.
Gate valve dibuat dua macam yaitu rising stem valve dan non rising stem valve.
22
11. DIMENSI, SATUAN, DAN KONVERSI
Sistim demensi:
1. Dimensi absolute (M,L,t,T)
2. Grafitasional atau sistim Engineering (F,L,t,T)
Energi (E,M,L,t,T)
Hubungan antara gaya dan massa dinyatakan dengan hukum Newton:
Gaya sama dengan perubahan momentum persatuan waktu
d (m.v)
F’ =
dt
Dimensi gaya sistim absolute = massa . kecepatan/ waktu = m. L/t2.
Untuk massa yang tetap
F’ = m.a
dimana a = percepatan atau dv/dt
Sedang untuk sistim Engineering
F = a/gc = F’/gc
F adalah gaya yang dinyatakan dengan sistim Engineering dimensinya F, satuan
misal dalam lbf. Sehingga gc = factor konversi Newton = 32,17 (lb. ft) / (lbf.s2) = 1
kg.m/ N.det2 yang harganya tetap tidak tergantung tempat.
Kerja adalah gaya dikalikan jarak yang ditempuh, dimensinya untuk sistim
absolute = m.L2/ t2 sedangkan untuk sistim Engineering = F.L.
Satuan adalah suatu bentuk pernyataan yang dipakai untuk menunjukkan
ukuran dari suatu dimensi besaran fisis tertentu. Contoh satuan Inggris, satuan
Internasional, dan lain-lain.
Contoh satuan gaya : dyne, lbf, Newton, kgf., Satuan Energi: erg, Joule, ft.lbf,
Btu. Untuk mengubah satuan suatu besaran dari satu satuan ke satuan lainnya
diperlukan konversi.
23