Anda di halaman 1dari 2

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saintifikasi Jamu


Saintifikasi jamu adalah penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya
dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Menurut
Permenkes 003/MENKES/PER/I/2010, Saintifkasi Jamu adalah pembuktian
ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Jamu adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Jamu dan bahan yang digunakan dalam
penelitian berbasis pelayanan kesehatan harus sudah terdaftar dalam vademicum,
atau merupakan bahan yang ditetapkan oleh Komisi Nasional Saintifikasi Jamu.
Jamu yang digunakan harus aman sesuai dengan persyaratan yang khusus untuk
itu klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris yang ada dan memenuhi
persyaratan mutu yang khusus untuk itu.

Tugas dan fungsi saintifikasi jamu menurut Siswanto, 2012 yaitu:

a. Saintifikasi jamu merupakan terobosan dalam rangka mempercepat


penelitian di sisi hilir, yakni pengujian terkait manfaat dan keamanan
jamu untuk upaya promotif, preventif, kuratif, paliatif, dan rehabilitatif,
dengan membentuk jejaring dokter yang mampu melaksanakan
penelitian berbasis pelayanan.

b. Saintifikasi jamu berupaya mengembangkan Body of Knowledge sistem


pengobatan tradisional Indonesia (termasuk jamulogi) ke arah
kedokteran integratif dengan pendekatan terapi secara holistik.

c. Metodologi penelitian saintifikasi jamu dalam menguji manfaat dan


keamanan jamu menggunakan pendekatan holistik, sehingga ukuran
klinis tidak saja diukur dengan ukuran objektif (hasil laboratorium dan
pengukuran) namun juga dengan ukuran subjektif (self-responded
outcome, skor penyakit, dan kualitas hidup).

Tujuan pengaturan saintifikasi jamu menurut Permenkes


003/MENKES/PER/I/2010 adalah:

a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based ) penggunaan jamu secara


empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga


kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,
promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.

c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan


penggunaan jamu.

d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata


yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk
pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

DAPUS :

Kemenkes. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010


Tentang Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Siswanto. 2012. Saintifikasi jamu sebagai upaya terobosan untuk mendapatkan


bukti ilmiah tentang manfaat dan keamanan jamu. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan. 15:203–211.

Anda mungkin juga menyukai