Anda di halaman 1dari 24

SISTEM PENCERNAAN

Makalah
Digunakan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Anatomi Manusia dengan Dosen
Pengampu : Prof. Dr. H. Joko Waluyo, M.Si dan Hajar Syifa Fiarani, S.Si., M.Si

Oleh
Kelompok 8 Kelas B
Anggota Kelompok:
1. Haginda Galoh Pertiwi (170210103059)
2. Ulmiyatul Alifiah Zahroh (170210103071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segenap anugerah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Sistem
Pencernaan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Yth:
1. Prof. Dr. H. Joko Waluyo, M.Si dan Hajar Syifa Fiarani, S.Si., M.Si selaku
pembimbing pemakalah dalam mata kuliah Anatomi Manusia;
2. Orang tua yang telah mendoakan serta mendukung proses pembelajaran
pemakalah;
3. Rekan rekan yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat
bermanfaat guna untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dengan memahami
materi ini, selain itu pemakalah berharap makalah ini dapat menginspirasi para
pembaca.

Jember, 04 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................i


Kata Pengantar ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................1
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pencernaan .......................................................................3
2.2 Macam-macam Organ Pencernaan ................................................................4
2.2.1 Anatomi, Struktur, dan Fungsi Masing-Masing Organ Pencernaan ........4
2.2.2 Gangguan yang Terjadi pada Masing-Masing Organ Pencernaan ..........13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................19
3.2 Saran .............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................20

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita mengetahui bahwa tidak ada satu individu yang mampu bertahan hidup
dalam jangka waktu yang lama untuk tidak memakan sesuatu. Makanan yang
akan kita makan akan dicerna terlebih dahulu oleh organ-organ pencernaan
sebelum diserap dan digunakan oleh tubuh. Proses pencernaan makanan itu
sendiri terbagi atas dua proses, yaitu pencernaan makanan secara mekanik, dan
pencernaan makanan secara kimiawi. Proses dari mencerna makanan dimulai dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.
Sistem pencernaan memiliki peranan serta fungsi yang vital di dalam tubuh
manusia. Kerja dari organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika
terdapat gangguan pada suatu organ pencernaan, maka dengan otomatis sistem
pencernaan tidak akan berlangsung dengan optimal di dalam tubuh dikarenakan
salah satu komponennya terganggu.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini disusun sebagai bahan edukasi yang
mana kita akan mengetahui pengertian, anatomi, struktur, fungsi, serta gangguan
yang biasanya terjadi pada sistem pencernaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem pencernaan?
1.2.2 Bagaimana anatomi, struktur, dan fungsi dari masing-masing organ
pencernaan?
1.2.3 Gangguan apa saja yang biasa terjadi pada masing-masing organ
pencernaan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami yang dimaksud dengan
sistem pencernaan
1.3.2 Mahasiswa dapat menguraikan dengan jelas anatomi, struktur, dan fungsi
dari masing-masing organ pencernaan
1.3.3 Mahasiswa dapat menyebutkan berbagai macam gangguan yang biasa
terjadi pada masing-masing organ pencernaan

1
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk mengetahui pengertian dari sistem pencernaan
1.4.2 Untuk mengetahui bagaimana anatomi, struktur, dan fungsi dari masing-
masing organ pencernaan
1.4.3 Untuk mengetahui gangguan-gangguan apa saja yang biasa terjadi pada
masing-masing organ pencernaan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan manusia merupakan sistem yang digunakan dalam tubuh
manusia dalam proses pencernaan. Sistem pencernaan manusia terutama terdiri
dari saluran pencernaan, atau serangkaian struktur dan organ yang dilewati
makanan dan cairan selama pemrosesan menjadi bentuk yang dapat diserap ke
dalam aliran darah.. Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yaitu tuba
muscular panjang yang merentang dari mulut samapai anus, dan organ aksesori
yaitu seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pancreas.
Saluran pencernaan yang berada di bawah diafragma disebut dengan saluran
gastrointestinal (GI).
Saluran pencernaan dimulai di bibir dan berakhir di anus. Ini terdiri dari mulut,
atau rongga mulut, dengan giginya, untuk menggiling makanan, dan lidahnya,
yang berfungsi untuk meremas makanan dan mencampurnya dengan air liur;
tenggorokan, atau faring; kerongkongan; perut; usus halus yang terdiri dari
duodenum, jejunum, dan ileum; dan usus besar, yang terdiri dari sekum, kantung
ujung tertutup yang menghubungkan dengan ileum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid, yang berakhir di rektum.
Kelenjar yang berkontribusi terhadap cairan pencernaan meliputi kelenjar air liur,
kelenjar lambung di lapisan perut, pankreas, dan hati dan tambahannya — saluran
empedu dan saluran empedu. Semua organ dan kelenjar ini berkontribusi pada
penguraian fisik dan kimia dari makanan yang dicerna dan pada akhirnya
menghilangkan limbah yang tidak dapat dicerna
Sistem pencernaan memiliki fungsi utama yaitu untuk menyediakan makanan,
air, dan elektrolit bags tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga dapat diabsorpsi.
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia. dan meliputi beberapa proses-
proses. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut. Pemotongan dan
penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan kernudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan). Peristalsis adalah gelombang
kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui

3
saluran pencernaan. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar
menjadi molekul kecil( sehIngga absorpsi dapat berlangsung. Absorpsi adalah
pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam
sirkulasi darah dan limfatik sehtngga dapat digunakan oleh set tubuh. Egesti
(defekasi) adalah proses eliminasl zat-zat sisa yang ter-cerna, juga bakteri, dalam
bentuk feses dari saluran pencernaan.
2.2 Anatomi, Struktur, dan Fungsi Organ Pencernaan
a. Mulut
1. Bibir
Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ
ini berfungsi untuk menerima makanan. Bibir terbagi atas 3 bagian, yaitu
permukaan luar bibir, area transisional, dan permukaan dalam bibir.
Permukaan luar bibir dilapisi kulit yang mengandung foliket rambut,
kelenjar keringat serta kelenjar sebasean. Area transisional memiliki
epidermis transparan. Bagian ini tampak merah karena dilewati oleh
banyak kapiler yang dapat terlihat. Dan permukaan dalam bibir adalah
membran mukosa pada gusi di garis tengah.
2. Pipi
Pipi mengandung otet buksinator mastikasi. Lapisan epitelial pipi
merupakan subjek abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian
diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.
3. Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah memiliki
fungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan dan untuk
pengecapan. Struktur penyusun lidah antara lain otot-otot ekstrinsik, otot-
otot instrinsik, papilla, dan tonsil-tonsil lingua. Otot-otot ekstrinsik lidah
berawal pada tulang dan jaringan di luar lidah serta berfungsi dalam
pergerakan lidah secara keseluruhan. Otot-otot intrinsik lidah memiliki
serabut yang menghadap ke berbagai arah untuk membentuk sudut satu
sama lain. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada
permukaan dorsal lidah. Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah

4
menjadi kasar. Papila fungiformis dan papila sirkumvalata memiliki
kuncup-kuncup pengecap. Tonsil-tonsil lingua adalah agregasi Jaringan
limfoid pada sepertiga bagian belakang lidah.
4. Kelenjar saliva
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari
cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung
mukus. Terdapat tiga pasang kelenjar saliva yaitu kelenjar, kelenjar
submandibular, dan kelenjar sub lingua. Kelenjar parotid adalah kelenjar
saliva terbesar yang terletak agak ke bawah dan di depan telinga serta
membuka melalui duktus parotid. Kelenjar submaksilar (submandibular)
memiliki ukuran kurang lebih sebesar kacang kenari dan terletak di
permukaan dalam pada mandibula serta membuka melalui duktus wharton.
Kelenjar sublingua terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus
sublingua kecil menuju ke dasar mulut.
Saliva terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan mengandung enzim
amilase serta berbagai jenis ion natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium,
juga sekresi mukus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung
glikoprotein (musin). ion, dan air. Fungsi dari saliva antara lain saliva
melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa, saliva
melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan, saliva juga
memberikan kelembaban pada bibir dan lidah sehingga terhindar dari
kekeringan, amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida
dan maltosa dari suatu disakarida. Zat buangan seperti asam urat dan urea,
serta berbagai zat lain seperti obat, virus, dan logam, diekskresi ke dalam
saliva, serta antibakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk
membersihkan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta
mencegah kerusakan gigi.

5
5. Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan
maksila. Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung
gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga secara
normal gigi-gigi atas akan menutup gigi-gigi bagian bawah. Manusia
memiliki 2 susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder. Gigi primer
dalam setengah lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua gigi
geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder mulai
keluar pada usia lima sampai enam tahun. setengah dari lengkung gigi
terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga
geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga
disebut gigi bungsu.
Komponen penyusun gigi antara lain, mahkota adalah bagian gigi yang
terlihat. Satu sampai tiga akar yang tertanam terdiri dari bagian gigi yang
tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang rahang. Mahkota dan
akar bertemu pada leher yang diselubungi gusi. Membran peridontal
merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong alveolar dan melekat pada
sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang. Rongga pulpa
dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar. berisi pulpa gigi yang
mengandung pembuluh darah dan saraf saluran akar membuka ke tulang
melalui foramen apikal. Dan dentin menyelubungi rongga pulpa dan
membentuk bagian terbesar gigi. Dentin pada bagian mahkota tertutup oleh
email dan di bagian akar oleh sementum Email terdiri dari 97% zat
anorganik (terutama kalsium fosfat) dan merupakan zat terkeras dalam
tubuh. Zat ini berfungsi untuk melindung. tetapi dapat tererosi oleh enzim
dan asam yang diproduksi bakteri mulut dan mengakibatkan karies gigi.
Fungsi gigi dalam proses mastikasi yang masuk dalam mulut dipotong
menjadi baglan-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

6
Proses menelan, menggerakkan makanan dari faring menuju esofagus.
Proses menelan (deglutisi) merupakan suatu proses menggerakkan makanan dari
faring menuju esofagus. Proses menelan meliputi tiga fase yaitu fase volunter,
fase faring, dan fase esofagus. Pada fase volunter, lidah menekan palatum keras
saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring. Pada fase faring,
bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim
impuls ke pusat menelan dalam medulla dan batang otak bagian bawah. Refleks
yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan
bisa masuk. Fase ini terdapat lima (5) proses, yaitu lidah menekan palatum keras
dan menghalarngi makanan kembali ke mulut, otot palatum lunak dan uvula
mengangkat palatum lunak untuk menutup mulut saluran nasal sehingga makanan
tidak masuk ke rongga nasal, laring terelevasi, glotis tertutup. dan epiglotis
condong ke belakang menutup mulut laring yang menahan makanan sehingga
tidak memasuki saluran pernapasan, sfingter esofagus atas pada mulut esofagus
secara normal menyempit untuk mencegah udara memasuki esofagus, dan releks
relaksasi terjadi saat otot faring berkontraksi dan laring terelevasi, serta
gelombang peristaltik kontraksi yang bermula pada otot faring menggerakkan
bolus ke dalam esofagus. Pada fase esofagus, sfingter esofagus bawah, suatu area
sempit otot polos pada ujung bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan,
berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan
makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkonstriksi untuk
mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.
b. Esofagus
Anatomi dari esofagus adalah tuba muskular, dengan panjang berkisar 9 sampai
10 inci (25 cm) dan memiliki diameter 1 inci (2,54 cm). Esofagus berawal pada
area laringofaring, melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area
sekitar vertebra toraks kesepuluh, dan membuka ke arah lambung. Fungsi dari
esofagus itu sendiri adalah menggerakkan makanan dari faring ke lambung
melalui gerak peristalsis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mukus
untuk melumasi dan melindungi esofagus. Esofagus tidak mermproduksi enzim
pencernaan.

7
c. Pankreas
Pankreas terletak di perut bagian atas dan di belakang perut. Pankreas
merupakan bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan
enzim pencernaan ke dalam usus. Pankreas juga termasuk organ endokrin yang
membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol
metabolisme energi dan penyimpanan seluruh tubuh.
Pankreas merupakan kelenjar retroperitoneal, panjangnya sekitar 12-15 cm (5–
6 inci) dan tebal 2,5 cm (1 inci), terletak di posterior dari lengkungan perut yang
lebih besar. Pankreas terdiri dari kepala, tubuh, dan ekor dan biasanya terhubung
ke duodenum oleh dua saluran. Fungsi Pankreas yaitu menghasilkan 1.200-1500
mL Pancreatic Juice. Natrium bikarbonat memberi Pancreatic Juice pH sedikit
basa (7.1- 8.2). Untuk menghentikan aksi pepsin dari lambung, pH yang tepat
untuk aksi enzim pencernaan di usus halus. Menegeluarkan enzim . Enzim
tersebut terdapat dalam Pancreatic Juice yaitu enzim amilase, enzim trypsin,
chymotrypsin carboxypeptidase dan elastase.
Pankreas terdiri dari 2 jenis kelenjar yaitu kelenjar eksokrin dan endokrin
Kelenjar eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim ini disekresikan ke
dalam jaringan saluran yang bergabung dengan saluran pankreas utama. Ini
berjalan sepanjang pankreas. Kelenjar endokrin, yang terdiri dari pulau
Langerhans, mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah.Enzim yang
disekresikan oleh kelenjar eksokrin di pankreas membantu memecah karbohidrat,
lemak, protein, dan asam dalam duodenum. Enzim-enzim ini bergerak menuruni
saluran pankreas ke saluran empedu dalam bentuk tidak aktif. Ketika mereka
memasuki duodenum, mereka diaktifkan. Jaringan eksokrin juga mengeluarkan
bikarbonat untuk menetralkan asam lambung di duodenum. Ini adalah bagian
pertama dari halus. Hormon utama yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin di
pankreas adalah insulin dan glukagon, yang mengatur tingkat glukosa dalam
darah, dan somatostatin, yang mencegah pelepasan insulin dan glukagon.

8
d. Lambung

Lambung adalah organ pencernaan intraperitoneal yang terletak di antara


kerongkongan dan duodenum (usus halus). Lambung memiliki bentuk seperti
huruf‘J’, dan memiliki kelengkungan yang lebih rendah dan lebih besar.
Permukaan anterior dan posterior dibulatkan dengan halus dengan penutup
peritoneal. Lambung memiliki empat daerah utama: kardia, fundus, tubuh, dan
pilorus. Cardia mengelilingi pembukaan superior lambung. Bagian bulat sering
berisi gas lebih unggul berada di kiri dari kardia adalah fundus. Lebih rendah dari
fundus adalah bagian tengah perut yang besar, yang disebut tubuh. Wilayah
lambung yang terhubung ke duodenum adalah pilorus. Pilorus memiliki dua
bagian, antrum pilorik yang menghubungkan ke tubuh lambung, dan kanal pilorus
yang mengarah ke duodenum.
Ketika perut kosong, mukosa terletak di lipatan besar, yang disebut rugae yang
dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan. Pylorus berkomunikasi dengan
duodenum usus kecil melalui sfingter otot polos yang disebut sfingter pilorus.
Batas medial cekung lambung disebut kelengkungan yang lebih rendah, dan batas
lateral cembung disebut kelengkungan yang lebih besar. Terdapat dua sfingter
lambung, yang terletak di masing-masing lubang pada lambung. Sfingter lambung

9
mengontrol jalannya bahan yang masuk dan keluar lambung. Dua sfingter
lambung tersebut yaitu sfingter esofagus inferior
Kerongkongan melewati diafragma melalui hiatus esofagus pada level T10. Ini
turun jarak pendek ke sfingter esofagus inferior pada tingkat T11 yang menandai
titik transisi antara esofagus dan lambung (berbeda dengan sfingter esofagus
superior, terletak di faring). Ini memungkinkan makanan melewati lubang jantung
dan masuk ke lambung dan tidak di bawah kendali secara sukarela atau tidak
sadar. Pyloric Sphincter, Sfingter pilorik terletak di antara pilorus dan bagian
pertama duodenum. Ini mengontrol keluarnya chyme (makanan dan campuran
asam lambung) dari perut.
Fungsi dari lambung yaitu sebagai tempat penyimpanan makanan sebelum
dilepaskan ke usus halus. Mensekresikan enzim lambung, yaitu HCl, Pepsin, dan
Renin. Membebaskan gastrin ke dalam darah.Otot-otot lambung berkontraksi
secara berkala, mengaduk makanan untuk meningkatkan pencernaan. Sfingter
pilorik adalah katup berotot yang terbuka untuk memungkinkan makanan
berpindah dari lambung ke usus halus
e. Usus Halus
Usus halus merupakan organ pencernaan yangterletak di antara lambung dan
usus besar. Usus halus berfungsi Usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian;
duodenum, jejunum dan ileum.
Duodenum, daerah terpendek, adalah retroperitoneal. Dimulai pada sfingter
pilorik lambung dan memanjang sekitar 25 cm (10 in.) Sampai menyatu dengan
jejunum. Duodenum dapat dibagi menjadi empat bagian; superior, descending,
inferior dan ascending. Keempat bagian ini membentuk bentuk 'huruf C', yaitu
sekitar 25 cm panjangnya, dan membungkus di sekitar kepala pankreas.
Duodenum berarti "12"; dinamai demikian karena panjangnya sekitar 12 jari.
Sistem vaskularisasi pada duodenum terdiri atas arteri dan vena, yang membagi
duodenum menjadi bagian atas dan bagian bawah. Pada bagian atas diperdarahai
oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis superior, sedangkan pada bagian
bawah diperdarahi oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis inferior.

10
Duodenum melanjutkan proses pencernaan makanan yang telah dilakukan oleh
organ pencernaan sebelumnya. Proses pencernaan oleh duodenum seperti
pencernaan karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat yang lebih sederhana oleh
bantuan enzim-enzim dari pankreas (Pearce, 2010). Pencernaan lemak juga
membutuhkan garam empedu untuk mengemusilnya, prosesnya terjadi ketika
lemak yang bersentuhan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung
empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin yang merupakan hasil sekresi
dari mukosa duodenum. Di epitel usus halus juga terdapat enzim penting untuk
memecah disakarida maupun polimer glukosa kecil menjadi monosakarida yaitu
laktase, sukrase, maltase dan alfa dekstrinase (Sherwood, 2012).
Jejunum, panjang Jejunum sekitar 1 m (3 kaki) dan meluas ke ileum. Jejunum
berarti "kosong," yang merupakan cara itu ditemukan saat mati. Sebagian besar
jejunum berada di kuadran kiri atas abdomen dan lebih besar diameternya serta
memiliki dinding yang lebih tebal dibandingkan ileum. Lapisan bagian dalam
mukosa jejunum ditandai dengan adanya banyak lipatan menonjol yang
mengelilingi lumennya (plika sirkularis). Karakteristik unik jejunum adalah
adanya arcade arteriae yang kurang jelas dan vasa recta yang lebih panjang
dibandingkan dengan yang ada di ileum.
Ileum, berukuran sekitar 2 m (6 kaki) dan bergabung dengan usus besar di
sfingter ileocecal. Dibandingkan dengan jejunum, ileum memiliki dinding yang
lebih tipis, lipatan-lipatan mukosa (plika sirkularis) yang lebih sedikit dan kurang
menonjol, vasa recta yang lebih pendek, lemak mesenterium lebih banyak, dan
lebih banyak arcade arteriae. Jejunum dan ileum adalah dua bagian distal dari
usus halus. Berbeda dengan duodenum, mereka intraperitoneal. Mereka melekat
pada dinding perut posterior oleh mesenterium (lapisan peritoneum ganda).
Secara histologi, struktur duodenum dengan bagian usus halus yang lain, yakni
jejunum dan ileum memiliki karakteristik yang mirip. Struktur mukosa dan
submukosanya membentuk kerutan–kerutan yang disebut plicae circulares, dan
pada mukosanya sendiri terdapat penonjolan–penonjolan berbentuk seperti daun
yang disebut vili. Vili–vili ini tersusun atas sel absorbtif atau enterosit, dan sel
goblet, yang keseluruhannya tersusun secara kolumnar (Inamoto et al, 2008). Sel

11
absorbtif memiliki fungsi menyerap molekul nutrisi yang berasal dari proses
pencernaan, sedangkan sel goblet berfungsi untuk 8 menghasilkan musin
glikoprotein yang akan melumasi dan melindungi lapisan usus. Sel goblet ini
jarang dijumpai dalam duodenum dan lebih banyak dijumpai pada bagian usus
halus lainnya.
f. Usus Besar
Usus besar berjalan dari apendiks ke anus. Ini membingkai usus kecil di tiga
sisi. Meskipun sekitar setengah dari usus halus, itu disebut besar karena lebih dari
dua kali diameter usus halus, sekitar 3 inci. Sebagian besar usus besar terletak di
dalam rongga perut, dengan bagian terakhir berada di dalam rongga panggul.
Beberapa bagiannya adalah intraperitoneal sementara yang lain retroperitoneal.
Fungsi usus besar (atau usus besar) adalah untuk menyerap air dari sisa makanan
yang tidak dapat dicerna, dan kemudian untuk membuang bahan limbah yang
tidak berguna dari tubuh.
Usus besar terbagi menjadi 4 secara structural. Bagian pertama dari usus besar
adalah sekum, struktur seperti kantung yang ditangguhkan lebih rendah dari katup
ileocecal. Panjangnya sekitar 6 cm (2,4 in), menerima isi ileum, dan melanjutkan
penyerapan air dan garam. Apendiks (atau vermiform appendix) adalah tabung
berliku yang menempel pada sekum. Meskipun apendiks panjang 7,6 cm (3-in)
mengandung jaringan limfoid, menunjukkan fungsi imunologis.
Usus besar membutuhkan waktu sekitar 16 jam untuk menyelesaikan proses
yang tersisa dari sistem pencernaan. Makanan tidak lagi rusak pada tahap
pencernaan ini. Usus besar menyerap vitamin yang dibuat oleh bakteri kolon —
seperti vitamin K (terutama penting karena konsumsi harian vitamin K biasanya
tidak cukup untuk mempertahankan pembekuan darah yang memadai), vitamin
B12, tiamin, dan riboflavin. Ini juga memadatkan tinja, dan menyimpan kotoran di
rektum sampai bisa buang air besar.
g. Anus
Anus adalah lubang di mana saluran pencernaan berakhir dan keluar dari
tubuh. Anus dimulai di bagian bawah rektum, bagian terakhir dari usus besar (usus
besar). Garis anorektal memisahkan anus dari dubur.

12
2.3 Gangguan pada Organ Pencernaan
Gangguan pada organ-organ pencernaan meliputi :
1. Hemmorrhoids (wasir)
Wasir merupakan penyakit peradangan pada pembuluh darah di ujung
saluran pencernaan. Kondisi ini muncul di dalam saluran rectum yang
menyebabkan BAB bercampur dengan darah. Wasir dapat muncul di
dalam rektum (saluran yang menghubungkan usus besar dengan anus) atau
di sekitar anus (dubur). Penyakit ini masih dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Internal hemorrhoid (Wasir Dalam), dimana wasir ini muncul di dalam
saluran rectum. Biasanya internal hemorrhoid tidak nyeri tapi
menyebabkan BAB berdarah. Sedangkan external hemorrhoid (Wasir
Luar) terletak di luar anus dan mungkin terasa gatal atau nyeri, terkadang
bisa robek dan berdarah.
Gejala munculnya wasir yaitu BAB Berdarah berwarna merah terang,
namun tidak nyeri. Gatal dan iritasi pada area sekitar saluran anus.
Terdapat benjolan yang sensitif atau nyeri di dekat anus. Bengkak di
sekitar anus. Keluar lendir setelah BAB. Untuk menjaga agar wasir tidak
semakin parah, langkah yang harus dilakukan yaitu makan makanan
berserat tinggi, banyak minum air putih, mencegah sembelit, mencegah
diare, menghindari jongkok terlalu lama di kloset, dan berolahraga agar
gerak usus baik. Pada penanganan wasir secara konservatif, pasien harus
menjalani bedah untuk membuang wasir, kemudian jaringan direkatkan
kembali agar menyempit. Teknik ini selain menimbulkan rasa sakit cukup
hebat pascaoperasi, juga efek operasinya masih terasa hingga dua pekan
sesudahnya. Pasien perlu dirawat inap untuk pemulihan.
2. Gastritis (Maag)
Maag merupakan penyakit atau gangguan dimana dinding lambung
mengalami peradangan. Gangguan ini disebabkan karena kadar asam
clorida yang terlalu tinggi di dalam lambung. Penyakit maag memiliki
gejala yang berbeda pada setiap orang. Namun, gejala maag yang paling
umum terjadi adalah sakit perut, perut kembung karena penumpukan

13
jumlah gas, mual dan muntah, perut terasa panas, muncul rasa tidak
nyaman di perut bagian atas, mengalami sensasi seperti terbakar di bagian
ulu hati yang bisa mengalir sampai ke dada (heartburn), mudah
bersendawa, mudah merasa kenyang padahal baru makan beberapa suap,
atau setelah makan makanan dalam porsi normal, dan merasa sangat
kekenyangan setelah makan, yang biasanya bisa berlangsung cukup lama.
Beberapa hal yang harus dilakukan agar terhindar dari penyakit maag yaitu
menghindari makan larut malam atau tidak tepat waktu, makan dalam
porsi secukupnya dan tidak terlalu berlebihan, makan makanan pedas dan
berlemak dalam porsi yang cukup, menghindari merokok dan minum
minuman beralkohol, memperhatikan jumlah minuman berkafein yang
Anda konsumsi, jangan terlalu banyak, jangan memaksa langsung
berolahraga dalam keadaan perut penuh setelah makan, dan jangan
langsung berbaring atau tidur setelah makan, sebaiknya beri jeda sekitar 2-
3 jam.
3. Apendisitis
Apendistis merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang mana
umbai cacing atau usus buntu mengalami peradangan. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun. Klasifikasi apendisitis
terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak pada apendiks yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gejala
apendisitis akut ialah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun. Diagnosis
apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis
kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau

14
total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan
adanya sel inflamasi kronik.
4. Batu empedu
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.
Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong
seperti buah advokat yang terletak tepat di bawah lobus kanan hati. Fungsi
utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.
Dikenal tiga jenis batu empedu yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau
batu bilirubin, yang terdiri dari kalsium bilirubinat, dan batu campuran.
Pengobatan kolelitiasis meliputi operasi (bedah) dan non bedah. Operasi
(bedah) pada kolelitiasis disebut kolesistektomi. Pembedahan bisa
dilakukan secara terbuka (kolistektomi terbuka) dan tertutup (kolistektomi
laparoskopik). Bedah terbuka adalah cara klasik untuk mengangkat
kandung empedu. Prosedur ini membutuhkan insisi perut. Kolesistektomi
laparoskopik adalah pengangkatan kandung empedu melalui selang yang
dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.
5. Akalasia esophagus
Akalasia esophagus adalah kelainan berupa ketidakmampuan relaksasi
katup di daerah gastro-esophageal junction sehingga makanan yang
ditelan hanya sedikit yang dapat masuk ke dalam lambung. Angka
kejadian sekitar 1/100.000 per tahunnya dan termasuk kasus yang sangat
jarang terjadi. Se-banyak 0,5 - 1,6 % ditemukan di Eropa, Asia, dan
Amerika.
Pada akalasia esophagus gejala dan tanda yang muncul dapat berupa
disfagia, meru-pakan gejala yang paling sering muncul, terutama pada saat
menelan makanan padat dibandingkan dengan makanan lembut atau
cairan. Regurgitasi, muncul pada 95% pasien, beberapa pasien belajar
untuk menghentikan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan. Nyeri
pada dada, muncul pada 40% pasien, terutama setelah makan dan
dirasakan se-perti nyeri pada bagian retrosternal. Hal ini lebih sering

15
dirasakan pada fase awal penyakit muncul. Penurunan berat badan. Dan
batuk malam hari, jarang dan merupakan tanda dari suatu pneumonia
inhalasi.
6. Diverticulitis
Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada divertikula,
yaitu kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang saluran percernaan,
terutama di usus besar (kolon). Kondisi terbentuknya divertikula di
dinding usus besar disebut juga dengan divertikulosis. Divertikula
umumnya terbentuk pada orang berusia 40 tahun ke atas karena ususnya
sudah melemah, serta pada orang-orang yang jarang mengonsumsi
makanan berserat, seperti sayur dan buah. Penyebab divertikulitis belum
diketahui secara pasti, namun diduga akibat feses atau makanan yang tidak
tercerna dengan baik terjebak di dalam divertikula dan menyumbat
divertikula tersebut. Penyumbatan ini membuat divertikula membengkak
serta timbul robekan-robekan kecil pada dinding usus besar. Bakteri usus
besar normal yang ada di dalamnya juga berkembang melebihi dari
biasanya dan bisa menimbulkan infeksi.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko peradangan pada divertikula,
antara lain Usia, Risiko terkena divertikulitis akan semakin tinggi seiring
pertambahan usia. Faktor genetik, enetik dipercaya berhubungan dengan
terjadinya divertikulitis, dibuktikan dengan divertikulitis yang terjadi di
Asia lebih dominan terjadi di sisi kanan, sedangkan di Amerika Serikat
lebih sering terjadi di sisi kiri perut. Penggunaan obat-obatan tertentu.
Penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid secara rutin dapat
meningkatkan risiko divertikulitis. Obesitas, berat badan yang berlebih
meningkatkan risiko divertikulitis dan perdarahan. Diet rendah serat,
selain berisiko terbentuk divertikula, terlalu sedikit makan makanan yang
banyak mengandung serat berisiko menimbulkan peradangan pada
divertikula yang terbentuk. Merokok, merokok dapat meningkatkan risiko
dan komplikasi divertikulitis. Serta urang olahraga.

16
7. Sirosis Hepatitis
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang menyebabkan proses difus
pembentukan nodul dan fibrosis. Prevalensi sirosis hepatis di dunia
diperkirakan 100 (kisaran 25-100)/100.000 penduduk. Sirosis hepatis
menempati urutan ke-14 penyebab tersering kematian pada orang dewasa
di dunia. Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia,
rata-rata prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang
dirawat di bangsal Penyakit Dalam.
Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alkohol dan
Hepatitis C, sedangkan di Indonesia penyebab utama sirosis hepatis adalah
Hepatitis B (40%-50%) dan Hepatitis C (30%-40%). Sirosis hepatis secara
klinis terbagi menjadi sirosis hepatis kompensata dan sirosis hepatis
dekompensata, perubahan dari kompensata menjadi dekompensata
disebabkan oleh insufisiensi sel hati dan hipertensi portal. Hal tersebut
akan memengaruhi tes fungsi hati dan pemeriksaan hematologi, beberapa
diantaranya yaitu kadar albumin, jumlah trombosit, dan kadar kreatinin.
8. Disentri
Disentri adalah peradangan usus yang bisa menyebabkan diare disertai
darah atau lendir. Saat diare, frekuensi buang air besar akan meningkat,
dengan konsistensi feses yang lembek atau cair. atau cair. Disentri terbagi
jadi dua jenis, yaitu disentri basiler atau shigellosis, yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Shigella. Dan disentri amuba atau amoebiasis yang
disebabkan oleh infeksi Entamoeba histolytica. Beberapa faktor risiko
disentri, yaitu kebersihan diri kurang, seperti tidak mencuci tangan
sebelum makan dan setelah buang air besar. Benda yang terkontaminasi
parasit atau bakteri penyebab disentri, yang masuk ke dalam mulut
seseorang. Makanan dan air yang terkontaminasi kotoran manusia. Daerah
dengan ketersediaan air bersih yang tidak memadai. Lingkungan dengan
tempat pembuangan limbah yang tidak tertata dengan saksama.
Penggunaan pupuk untuk tanaman yang berasal dari kotoran manusia.

17
Penyebab Disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri shigella (paling
umum ditemui). Namun demikian, bakteri Campylobacter, E. coli, dan
Salmonella, juga dapat menyebabkan disentri basiler. Sedangkan disentri
amuba, disebabkan oleh infeksi parasit bersel satu, yaitu Entamoeba
histolytica. Umumnya, daerah dengan sanitasi yang buruk merupakan
tempat dimana amuba sering ditemui. Komplikasi pada organ hati, yang
berupa abses hati bisa disebabkan karena disentri amuba. Gejala umum
disentri, antara lain diare disertai darah atau lendir, demam, mual, muntah,
kram dan nyeri perut.
9. Sariawan
Stomatitis Aphthousa atau sariawan adalah lesi pada mukosa mulut yang
umum terjadi pada setiap orang, hampir dapat dipastikan bahwa 98%
orang di dunia pernah menderitanya. Sariawan tersebut biasanya muncul
secara berulang baik sebagai ulkus tunggal ataupun ulkus yang lebih dari
satu yang akan sembuh dalam waktu 7-14 hari tanpa meninggalkan bekas
dan sering terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkreatin, pada palatum
lunak, mukosa bukal, dasar mulut dan lidah.
Penyebab lain yang mungkin bisa menyebabkan Stomatitis Aphthousa
adalah trauma, stres, hormonal, defisiensi faktor hematologis seperti
kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, dan akibat dari adanya
imunologi yang tidak normal. Stomatitis Aphthousa sendiri bersifat self
limited atau dapat dikatakan bisa sembuh dengan sendirinya, namun tetap
saja kehadirannya sangat menggangu pada aktivitas rongga mulut seperti
pengunyahaan, berbicara, dan kebersihan rongga mulut pun terganggu.

18
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Sistem pencernaan merupakan sistem yang digunakan dalam tubuh
manusia dalam proses mencerna makanan. Sistem pencernaan manusia
terdiri dari saluran pencernaan, atau serangkaian struktur dan organ yang
dilewati makanan dan cairan selama pemrosesan menjadi bentuk yang
dapat diserap ke dalam aliran darah.
3.1.2 Organ pencernaan manusia terdiri atas mulut, esofagus, pankreas,
lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Setiap organ pencernaan
memiliki bentuk, struktur, anatomi yang berbeda yang disesuaikan
dengan masing-masing fungsinya. Organ pencernaan yang satu dengan
yang lainnya saling berkaitan, oleh karenanya ketika terdapat satu organ
yang bermasalah maka organ yang lain akan ikut terganggu.
3.2 Saran
Kesehatan terhadap organ pencernaan sangat penting, oleh karenanya perlu
dijaga dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Disamping itu,
perlu diperhatikan juga terkait dengan asupan makanan karena sekali salah makan
akan mengakibatkan gangguan pada organ pencernaan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Angela Lovena1, Saptino Miro2, Efrida.2017. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis


di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(1)

Evelyn C, Pearce. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: PT


Gramedia.

Imelda Maria Loho., Ahmad Syibli., Achmad Fauzi. 2014. Pseudoakalasia


Sebagai Manifestasi Awal Karsinoma Sel Skuamosa Kepala Leher.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2(1)

Herlianna, Jojorita Girsang., Hiswani dan Jemadi. 2012. Karakteristik Penderita


Kolelitiasis Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Pada Tahun 2010-2011.Jurnal Kesehatan. 2(1)

Rachmanio, Nicko Guntur dan Surya Alam. 2019. Management of Esophageal


Achalasia withHeller Surgery Procedure Continued by Fundoplication.
19(1): 32-36

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy & Physiology.


USA: John Wiley & Sons. Inc.

https://mengobati.net/ambedoc-sehat-dari-wasir/?gclid=CjwKCAiA44LzBRB
EiwAjJipH029hYb0iTzHovNx0y_mQTxcRPUtw22gKJxwdAqmRGWr
xt360 xoCOQ8QAvD_BwE
https://www.cermati.com/artikel/sakit-maag-gejala-maag-ciri-ciri-sakit-maag
penyebab-dan-pecegahan-penyakit-maag-yang-perlu-kamu-tahu
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/sakit-maag-dispepsia/
https://www.alodokter.com/divertikulitis diakses 6 Maret 09.00
https://www.halodoc.com/kesehatan/disentri
https://courses.lumenlearning.com/boundless-ap/chapter/the-large-intestine/
diakses tanggal 8 Maret 2020 jam 18.30 WIB
https://www.webmd.com/digestive-disorders/picture-of-the-anus#1 diakses
tanggal 8 Maret 2020 jam 18.35 WIB

20
https://teachmeanatomy.info/abdomen/gi-tract/small-intestine/ diakses tanggal 8
Maret 2020 jam 19.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai