Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
I.             Defenisi
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut Rozihan (2007), Pre-eklampsia
berat ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre eklamasi berat menurut Ilmu
Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta (1998), diikuti
dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pre-
eklamsia berat adalah komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan dengan ciri yang khas
yaitu disertai dengan hipertensi ≥160/110 mmHg dan atau disertai dengan adanya protein
urine positif 2 dan atau 3 dan lazim disertai dengan oedema pada kehamilan ≤20 minggu.
II.          Tanda Dan Gejala
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-eklamsi berat yaitu
tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg, terjadi peningkatan kadar
enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm 3 , terkadang disertai oligouria<400ml/24
jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum.
Terdapat beberapa penyulit juga yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh
seperti gagal ginjal, gagal jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP,
bahkan dapat terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-eklamsi tidak segera
ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).

III.        Faktor Resiko


Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005), faktor resiko pre- eklamsia berat
adalah :
1.        Riwayat Preeklampsia
2.        Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
3.        Kegemukan
4.        Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi
kembar atau lebih.
5.        Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes, penyakit
ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.
IV.         Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri
atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu kehamilan
tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal (AYeyeh.R, 2011). Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.      Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan pemeriksaan fetal
assesment yakni pemeriksaan nonstrees test(NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi
(salah satu atau lebih), yakni :
a.       Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
b.      Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation
(IUGR)
c.       Hasil laboratorium
Adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia).
2.      Pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berst (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi
dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1
liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida , diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
3.      Antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnya.
4.      Bila dibutuhkan penurun darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
5.      Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997).
6.      Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D.
7.      Lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik
diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah
karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
8.      Pengobatan Obstetrik
Pengobatan obstetri dilakukan dengan cara terminasi terhadap kehamilan yang belum inpartu,
yaitu :
a.         Induksi persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal
heart monitoring.
b.        Seksio Sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment jelek. Syarat
tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.

BAB III
PENUTUP
A.       KESIMPULAN
Penanganan yang tepat pada kasus PEB dapat dilakukan dengan cara meninjau dari umur
kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama perawatan yang dibagi
menjadi perawatan aktif. Penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test(NST) dan ultrasonograft
(USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni Pada ibu yang berusia kehamilan 37
minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau
setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan), Janin
yang memiliki hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra uterine
growth retardation (IUGR) dan hasil laboratorium yang menunjukan adanya HELLP sindrom
(haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan trombositopenia), pengobatan medicinal pasien
pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk
rumah sakit dengan berbaring miring ke kiri ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30
menit, reflek patella setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus
RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan antasida , diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak
dan garam, pemberian obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada
tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/IM, antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi
sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya bila dibutuhkan penurun darah secepatnya,
dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis
yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan
darah, bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997),
pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D, lain-lain seperti konsul bagian penyakit
dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM,
antibiotik diberikan atas indikasi saja. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti
nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. Jika Pengobatan
Obstetrik cara terminasi kehamilan yang belum inpartu dapat dilakukan dengan induksi
persalinan: tetesan oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart
monitoring dan seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment
jelek. Syarat tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi
tetesan oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. Tindakan
yang dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai wewenangnya yaitu menegakan diagnosa
awal PEB dengan cara melakukan peneriksaan awal yaitu test protein urine dan melakukan
asuhan kebidanan yang berisikan tentang pemeriksaan fisik lengkap, diagnosa dan rencana
serta pelaksanaannya. Sesuai wewenangnya bidan harus merujuk segera ibu hamil yang
sesuai dengan tanda dan gejala pre-eklamsi berat.
B.            Saran
Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat ditanggulangi
dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian preeklamsia berat


            Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia
adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan
neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
              Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).
             Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai udema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan/atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.(Asuhan Kebidanan IV:2010)
             Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat
bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
(Ilmu Kebidanan : 2005)

2.2 Etiologi preeklamsia berat


Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi
terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklampsia (Obstetri
Patologi : 1984)
            Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah iskemia
plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian
dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali
sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).
2.3 Gejala dan tanda preeklamsia berat
Gejala dan tanda preeklamsi berat : tekanan darah sistolik>160mmHg; peningkatan kadar
enzim hati atau /ikterus; trombosit<100.000mm3; oliguria<400
ml/24jam;proteinuria>3gr/liter; nyeri epigastrium; skotoma dan gangguan visus lain atau
nyeri frontal yang berat; pendarahan berat; pendarahan retina; odem pulmonum.
Penyulit lain juga bias terjadi,yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung, gagal
ginjal, gangguan fungsi hati,  gangguan pembekuan darah,sindroma HELLP, bahkan dapat 
terjadi kematian janin,ibu, atau preeklamsi  tak segera diatasi dengan segera diatasi.
Di tinjau dari umur selama kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat
selama perawatan di bagi menjadi : (1)perawatan aktif yaitu kehamilan segera di akhiri atau
di terminasi ditambah pengobatan medicinal; (2)perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap
di pertahankan di tambah pengobatan medicinal.
2.4 Patofisiologis Preeklamsia Berat
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen
arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi
jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai
usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
           Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal
dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan
proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
janin dalam rahim (Michael,2005).
Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan eklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara
patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
onkotik / kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya
. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia
dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia
tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan
oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas
normal (Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi
ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi
untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan pada preeklampsia
berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini
disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks
serebri atau didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6. Paru2
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi pnemonia atau abses paru
(Rustam, 1998).
2.4 Pencegahan Preeklamsia Berat
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang
telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat
istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat
tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. 
2.5 Penatalaksanaan Preeklamsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi : 
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal. 
1. Perawatan aktif 
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal
assesment (NST dan USG). Indikasi : 
a. Ibu 
• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih 
• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan) 
b. Janin 
• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) 
• Adanya tanda IUGR (janin terhambat) 
c. Laboratorium 
• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia) 
2. Pengobatan mediastinal 
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah : 
a. Segera masuk rumah sakit. 
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks patella
setiap jam. 
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. 
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4). 
1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20%
dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gram di pantat kiri dan 4 gr
di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. 
2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang
diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari. 
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 
• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan
IV dalam 3 menit. 
• Refleks patella positif kuat. 
• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit. 
• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam) 4. MgSO4
dihentikan bila : 
• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung
terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-
7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter
dapat terjadi kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :
- Hentikan pemberian MgSO4
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 3 menit
- Berikan oksigen
- Lakukan pernapasan buatan
• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi perbaikan
(normotensi).
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat dipakai 5
ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending
eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana gram pada pantat
kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya
disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-
lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan
harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr
IV.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah dirawat
selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2
minggu).
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II PATOLOGIS
Ny. G G1P0A0Ah0 UMUR 24 TAHUN UK 22 MINGGU
DI BPM Ny. Y SLEMAN-YOGYAKARTA

No. Register : 150313


Masuk BPM tanggal / jam : 11 Januari 2013/09.30 WIB
Dirawat diruang :-

I. PENGKAJIAN Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y


A.   BIODATA
Ibu Suami
Nama : Ny. G Tn. S
Umur : 24 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU S1
Pekerjaan : Swasta PNS
Alamat : Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo
No. Telp : 085333123456 082145456789

B.   DATA SUBYEKTIF


1.         Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
2.         Keluhan utama
Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa sering pusing,
sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta perut ibu terasa sakit.
3.         Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : Ya
Sifat darah : Encer Keluhan : Tidak ada

4.         Riwayat pernikahan


Status pernikahan : Kawin (Sah) Menikah ke : Pertama
Lama : 3 tahun Usia menikah pertama : 21 Tahun

5.      Riwayat obstetrik: G1 P0 A0Ah0

Hamil Persalinan Nifas


Umur Jns BB
ke- Tanggal Penolong komplikasi JK Laktasi Komplikasi
khamiln prsalinan Lahir
Hamil
ini

6.         Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No. Jenis Pasang Lepas
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl. Oleh Tempat Alasan
Kontraseps
i
- - - - - - - - - -

7.         Riwayat kehamilan sekarang


a.     HPHT: HPL :
b.    ANC pertama umur kehamilan: 8 minggu
c.     Kunjungan ANC
1.      Trimester I
Frekuensi : 2 x, Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : mual-mual
Terapi : B6 (2x1)
2.      Trimester II
Frekuensi : 2 x, Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : sering pusing dan terkadang pandangannya kabur.
Terapi : tablet Fe (1x1) dan asam folat (1x1).
3.      Trimester III
Frekuensi : - x, Tempat : - Oleh : -
Keluhan :-
Terapi :-
d.        Imunisasi TT
TT I Caten (12-10-2009).
e.         Pergerakan janin selama 12 jam(dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janinnya lebih dari 10x dalam sehari.
8.         Riwayat kesehatan
a.     Penyakit yang pernah /sedang diderita (menular, menurun dan menahun) Ibu mengatakan
tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, PMS. Ibu
mengatakan sedang menderita penyakit menurun yaitu hipertensi. Ibu mengatakan tidak
pernah/sedang menderita penyakit menahun seperti asma dan jantung.
b.    Penyakit yang pernah /sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun) Ibu
mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, PMS. Ibu mengatakan dalam keluarga ada riwayat penyakit menurun yaitu
hipertensi (ayah). Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun
seperti asma dan jantung.
c.     Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada riwayat keturunan
kembar
d.    Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi SC, atau usus buntu.
e.     Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi obat antibiotic (amoxicicilin)
9.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.    Pola nutrisi sebelum hamil saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x/hari 4x/hari
Porsi : 1 piring 1-2 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk nasi, sayur, lauk, buah
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
Minum
Frekuensi : 7x/hari, 8x/hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : air putih air putih dan susu
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak ada
b.    Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/hari 1x/hari
Konsistesi : lunak lunak
Warna : kuning kuning
Keluhan : tidak ada tidak ada

BAK
Frekuensi : 5x/hari 6-7x/hari
Konsistesi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning keruh
Keluhan : tidak ada tidak ada
c.    Pola istirahat
Tidur siang
Lama :- -
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 8 jam/hari 8 jam/hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
d.    Personal hygiene
Mandi : 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian : 2 x/hari 2 x/hari
Gosok gigi : 2 x/hari 2 x/hari
Keramas : 4 x/minggu 4 x/minggu
e.    Pola seksualitas
Frekuensi : 3 x/minggu 3x/minggu
Keluhan : tidak ada
f.      Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan sebelun dan selama hamil ia tetap melakukan pekerjaan rumah tangga dan
bekerja di luar rumah sebagai karyawan salon kecantikan.
g.     Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok,minum jamu,minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu dan minuman beralkohol.
h.     Psikososiospiritual ( penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan ,dukungan
sosial,perencanaan persalinan,pemberian ASI,perawatan bayi,kegiatan ibadah,kegiatan
sosial,dan persiapan keuangan ibu dan keluarga)
1)      Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan ini karena merupakan kehamilan yang
pertama.
2)      Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung kehamilan ini karena
kehamilan ini sangat diharapkan dan didamba-dambakan.
3)      Ibu mengatakan masyarakat menerima kehamilan ini karena dari perkawinan yang sah.
4)      Ibu mengatakan hubungannya dengan suami dan keluarga baik-baik saja.
5)      Ibu mengatakan taat beribadah (sholat 5 waktu)
6)      Ibu mengatakan selalu mengikuti arisan ibu-ibu setiap bulan
7)      Ibu mengatakan pendapatan keluarga cukup untuk memenuhi kebituhan sehari-hari.
i.       Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalinan,dan laktasi
Ibu mengatakan cukup paham dengan kehamilan yang ia peroleh dari orang tuanya maupun
bidan tetapi persalinan dan laktasi kurang begitu paham karena ia hanya membaca dari
beberapa artikel dan majalah pregnancy.
j.      Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan)
1)  Ibu mengatakan ia tinggal serumah dengan suami dan mertunya
2)  Ibu mengatakan lingkungnnya cukup bersih
3)  Ibu mengatakan tidak ada hewan peliharaan dirumah.

C.     DATA OBYEKTIF


1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah: 170/110mmHg Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit Suhu : 37,1 0c
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB saat ini : 74 kg
Tinggi badan : 158 cm
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala : mecocepal, kulit kepala bersih, tidak ada massa atau benjolan dan tidak nyeri tekan.
b.      Rambut : hitam pendek, tidak rontok
c.       Muka : bulat, wajah pucat, terdapat cloasama gravidarum, tidak ada bekas luka dan terdapat
oedema.
d.      Mata : simetris, sklera tidak ikterik , konjungtiva tidak anemis maupun tanda-tanda infeksi
e.       Hidung : mancung, ada secret, tidak ada polip maupun tanda-tanda infeksi.
f.        Mulut : bibir lembab, gigi bersih, gusi merah muda, tidak caries, lidah bersih, tidak ada
stomatitis dan tidak ada pembesaran tonsil.
g.       Telinga : simetris, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.
h.       Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan jugularis tidak ada nyeri
tekan maupun nyeri telan
i.         Dada : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan bunyi jantung normal.
j.        Payudara : simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak ada massa/benjolan
dan tidak nyeri tekan.
k.      Abdomen : sudah ada pembesaran, ada striae alba dan linea nigra, tidak ada bekas
luka atau operasi.
l.         Palpasi Leopold
o       Leopold I : ballotement
o       Leopold II-IV : belum dapat dilakukan
m.     Osborn test : tidak dilakuakan
n.       TFU menurut Mc. Donald : 2 jari di atas pusat TBJ :-
o.      Auskultasi DJJ : 121 x/mnt
p.      Ekstremitas atas : simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema dan LILA : 28 cm
q.      Ekstremitas bawah : simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema, tidak ada varises.
r.        Genetalia luar : tidak ada secret, varises (-), pebesaran kelenjar bartolini (-), darah (-).
s.       Anus : tidak haemorroid
t.        Pemeriksaan panggul (bila perlu) : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 11-01-2013, Jam : 09.30 WIB


a.     Protein urine : +2
b.    HB : 11,6 gr%
I. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. G G1P0A0Ah0 umur 24 tahun, UK 22 minggu dengan pre-eklamsia berat.
1.      Data subjektif
a)      Ibu mengatakan namanya Ny. Gelfy Adfitri
b)      Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran
c)      Ibu mengatkan umurnya 24 tahun
d)      Ibu mengatkan HPHT-nya tgl : 21-08-2012
e)      Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa sering pusing,
sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta perut ibu terasa sakit.
2.      Data objektif
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital sign :
Tekanan darah: 170/110mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,1 0c
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB : 74 kg
UK : 22 minggu
HPL : 08-05-2013
Tinggi badan : 158 cm
LILA : 28 cm
DJJ : 121 x/mnt
TFU : 2 jari di atas pusat
Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat.
Protein urine : +2
HB : 11,6 gr%
B.            Masalah
Ibu khawatir akan kesehatannya apalagi keadaan bayinya.
1.         Data subjektif
Ibu mengatkan ia sangat takut jika dirinya jatuh sakit apalagi sampai harus dirawat di Rumah
Sakit karena ia tidak mungkin membiarkan merepotkan mertuanya untuk mengerjakan rumah
karena ia sudah tua. Selain itu, ia juga mengkwatirkan keadaan janinnya karena ini hamil
pertama dan sangat diharapkan.
2.         Data objektif
Ibu terlihat cemas dan khawatir, lemah dan tidak bersemangat.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial yang mungkin akan terjadi adalah eklamsia.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Pasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes / menit kemudian
beri MgSO4 2 gr dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, serta
suplemen Ca dan Mg, lebih banyak beristirahat, jangan terlalu banyak bekerja selanjutnya
berkolaborasi dengan dokter obsgyn.

V. PERENCANAAN tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y


1.    Beri tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2.    Beri tahu ibu bahwa keadaannya harus segera dirujuk
3.    Berikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4.    Terapkan BAKSO KUDA
5.    Berikan pertolongan segera
6.    Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y


1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera di tangani secara
intensif menggigat terdapat tanda dan gejala pre-eklamsia berat sedangkan bayinya masih
dalam keadaan normal. Ditandai dengan :
Tekanan darah : 170/110mmHg
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB : 74 kg
DJJ : 121 x/mnt
Pemeriksaan fisik : kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat.
Protein urine : +2
HB : 11,6 gr%
2.    Memberitahu ibu bahwa keadaanya harus segera dirujuk untuk memperoleh perawatan yang
intensif dan optimal dari tenaga medis yang lebih yaitu di Rumah sakit yang memiliki
fasilitas yang memadai.
3.    Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga denagan cara meyakinkan ibu dan
keluarga bahwa perawatan medis yang ditanggani oleh dokter ahli akan lebih baik karena
peralatan dan sarana praserana yang tersedia juga komlit dan memadai sehingga komplikasi
yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat ditangani, selain itu menyarankan
keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu dengan cara berdoa.
4.    Menerapkan BAKSO KUDA dalam tindakan merujuk yaitu menyertakan bidan untuk
menemani ibu jika terjadi kegawatdaruratan, dipersiapkan pula peralatan yang memadai
untuk proses perujukan, mempersiapkan kendaraan untuk perujukan serta surat rujukan
beserta obat-obatan yang mungkin akan diperlukan. Selain itu juga disertakan keluarga untuk
menemani ibu dan memberikan semangat pada ibu, tidak lupa uang atau biaya serta doa yang
tulus demi kesembuhan sang ibu dan tidak lupa juga donor darah (persediaan darah).
5.  Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan
kecepatan 15-20 tetes / menit kemudian beri MgSO4 2 gr.
6.  Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam medik.

VII.EVALUASI tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y


1.    Ibu paham dengan keadaanya ditandai dengan mau menerima penjelasan dari bidan.
2.    Ibu dan keluarga bersedia dan mau menandatangani surat bukti rujukan yang akan
dilaksanakan.
3.    Ibu terlihat masih khawatir dengan keadaanya meskipun sudah diberikan dukungan mental.
4.    Pertolongan pertama untuk ibu telah dilakukan.
5.    Data telah ditulis di buku KIA, register dan rekam medik.
skeb preeklampsia berat

Preeklampsia adalah salah satu kondisi medis dengan Gejala hipertensi saat kehamilan,
beberapa ibu mempunyai resiko Preeklampsia saat Kehamilan, dengan tanda tingginya
tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg, tungkai bawah bengkok berlebihan dan adanya
protein dalam urin (Proteinuria). Preeklampsia merupakan penyebab kematian nomer dua
terhadap Ibu Hamil setelah pendarahan.

Pada dasarnya istilah preeklampsia, dalam dunia kedokteran sudah tidak digunakan lagi. Para
dokter saat ini menyebutnya gestosis (penyakit yang hanya terjadi saat kehamilan).
Preeklampsia dapat terjadi pada Usia kehamilan 20 minggu atau mendekati saat kelahiran,
dan berefek buruk pada system kekebalan tubuh termasuk pada plasenta yang menyediakan
zat gizi bagi janin.

Gejala preeclampsia :
1.Riwayat keluarga
Bila anggota keluarga Anda ada yang mengidap penyakit ini, risiko Anda untuk
mengalaminya semakin besar.

2.Umur
Risiko pre-eklampsia pada wanita hamil muda lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
usianya lebih dari 40 tahun.

3.Banyaknya bayi yang dikandung


Pre-eklampsia sering terjadi pada wanita yang mengandung bayi kembar, kembar tiga, atau
kelipatannya.

4.Obesitas
Apabila Anda gemuk, risiko pre-eklampsia semakin meningkat.

5.Kurang vitamin D
Beberapa bukti menunjukkan bahwa pre-eklampsia kan timbul bila Anda kekurangan vitamin
D. Pada awal kehamilan, vitamin ini berfungsi sebagai pencegahan.

6.Memiliki kadar protein tinggi


Wanita hamil yang memiliki kandungan protein tinggi dalam darah ataupun urine memiliki
risiko lebih besar untuk mengidap penyakit pre-eklampsia, pertumbuhan dan fungsi dari
pembuluh darah akan terganggu oleh kandungan protein ini.

7.Diabetes
Wanita yang menderita penyakit diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi terkena pre-
eklampsia pada kehamilannya.

Preeklampsia berbahaya karena dapat mempengaruni seluruh organ tubuh ibu hamil,
misalnya Otak, Paru-Paru, Jantung, Ginjal, mata dan sistem darah. Kelainan ini juga akan
berakibat buruk pada janin, karena bisa menyebabkan Janin kekurangan nutrisi dan oksigen.
Hal ini disebabkan karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.

Kurangnya nutrisi dan oksigen yang didapatkan janin menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan ang rendah, kelahiran prematur,
biru saat dilahirkan (asfiksia), dan kelainan lain pada janin.

Bila mengalami hal tersebut, segeralah berkonsultasi ke dokter karena Preeklampsia bisa
sangat serius. Penyakit Preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan
didapatkan ibu hamil mengalami hipertensi, bengkak, dan adanya protein dalam urin.

Preeklampsia pada Trimester II akan membuat dokter melakukan pemeriksaan lanjutan untuk
mengetahui apakah benar Preeklampsia atau menderita lupus epilepsy (ayan) dan lainnya,
dokter juga akan mencari tahu faktor penyebab apakah terjadi kehamilan kembar, kehamilan
palsu/anggur (mola) akan mengalami kekentalan darah.

Agar Anda tidak terkena penyakit apapun selama kehamilan, termasuk pre-eklampsia, tidak
ada salahnya untuk melakukan perawatan prenatal sejak dini secara teratur. Namun, bila
Anda memang telah mengidap pre-eklampsia, Anda dapat menanganinya lebih cepat. Anda
dapat melakukan beberapa tes berikut ini untuk meminimalisir resiko komplikasi.
1.Tes darah
Dengan melakukan tes ini, Anda dapat melihat apakah hati dan ginjal Anda berfungsi dengan
baik. Selain itu, tes ini dapat menentukan apakah darah Anda memiliki jumlah trombosit
normal atau tidak.

2.Tes urine
Sampel urine yang diambil selama setidaknya 12 jam dan maksimal 24 jam dapat
menghitung berapa banyak protein yang hilang dalam urine dan dapat melihat indikasi
keparahan penyakit pre-eklampsia.

3.USG janin
Pertumbuhan bayi Anda harus terus dipantau dengan menggunakan USG, tes ini
menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi pada jaringan di daerah perut Anda.
Gelombang suara dijabarkan ke dalam pola area terang dan gelap menciptakan gambar bayi
Anda di monitor yang dapat direkam secara elektronik atau film untuk melihat bagian dalam
rahim Anda.

4.Uji nonstress atau profil biofisik


Jenis tes ini digunakan untuk memastikan bahwa bayi Anda mendapatkan cukup oksigen dan
makanan, tes nonstress adalah prosedur untuk memeriksa bagaimana detak jantung bayi Anda
bereaksi ketika bayi Anda bergerak. Apabila denyut jantung meningkat setidaknya 15 kali per
menit selama minimal 15 detik dua kali dalam periode 20 menit, bayi Anda berarti dalam
kondisi yang baik. Sebuah profil biofisik menggabungkan USG dengan tes nonstress untuk
memberikan informasi lebih lanjut tentang pernapasan bayi Anda, nada, gerakan dan volume
cairan ketuban di dalam rahim Anda.-obat-obatan.

Apabila Anda telah didiagnosis mengidap penyakit pre-eklapmsia tetapi masih tergolong
ringan dan masih jauh dengan waktu kelahiran, dokter hanya merekomendasikan untuk
istirahat di tempat tidur (bedrest) guna menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah
ke plasenta, dan memberikan waktu bayi Anda untuk tumbuh dewasa. Namun, apabila
penyakit pre-eklampsia yang Anda derita semakin memburuk, dokter mungkin akan
merekomendasikan untuk mengonsumsi jenis obat di bawah ini :

1.Obat untuk menurunkan tekanan darah


Obat-obat ini disebut antihipertensi yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah Anda
sampai Anda melahirkan.

2.Kortikosteroid
Jika Anda memiliki pre-eklampsia berat atau sindrom HELLP, obat kortikosteroid dapat
meningkatkan fungsi hati dan fungsi trombosit untuk membantu memperpanjang masa
kehamilan Anda. Kortikosteroid juga dapat membantu paru-paru bayi Anda menjadi lebih
matang dalam waktu 48 jam, hal ini menjadi langkah penting untuk membantu bayi prematur
mempersiapkan kehidupan di luar rahim.

3.Obat anticonvulsive
Jika pre-eklampsia Anda sudah parah, dokter mungkin meresepkan obat anticonvulsive,
seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang pertama.

Namun, bila waktu melahirkan sudah dekat dan Anda masih mengidap penyakit pre-
eklampsia yang tergolong parah, dokter akan merekomendasikan untuk segera melahirkan
bayi Anda. Pada saat melahirkan, Anda mungkin akan diberikan magnesium sulfat intravena
untuk meningkatkan aliran darah rahim dan mencegah kejang. Dokter Anda mungkin
merekomendasikan kelahiran sesar jika persalinan inducing sulit dilakukan akibat usia
kehamilan dari si bayi. Semakin dini usia kehamilan, tenaga untuk merangsang lebih sulit
dilakukan.

Read more: http://doktersehat.com/penyakit-preeklampsia-saat-kehamilan-menyebabkan-


kermatian/#ixzz3aDWtCzmh

Anda mungkin juga menyukai