Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PHET

SIMULATION DAN KIT OPTIKA MELALUI


INKUIRI TERBIMBING

Isti Khoiriyah*, Undang Rosidin, Wayan Suana


Pendidikan Fisika FKIP Unila, Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung
*email: istikhoiriyah447@yahoo.co.id

Abstract: Comparison of Student Achievement Using Phet Simulation and Optics KIT Through
Guided Inquiry Learning. This study aimed to determine the differences of optics learning
achievement using Phet Simulation and Optics KIT through guided inquiry and determine the
better optics learning achievement between both of them. The design and the analysis technique of
this study used The Randomized Pretest-Posttest Design Group Comparasion and the Independent
Sample T-Test. The analyzed data was the average of N-gain. Average of optics student
achievement using Phet Simulation was 8.07 and using Optics KIT was 6.90. The improvement of
student achievement using Phet Simulation by 3.05 with the average of N-gain was 0.65, while
students are using Optics KIT by 2.09 with the average of N-gain was 0.43. The results showed
that the student achievement using Phet Simulation better than using Optics KIT.

Abstrak: Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Phet Simulation dan KIT Optika
Melalui Inkuiri Terbimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
optika menggunakan Phet Simulation dan KIT Optika melalui inkuiri terbimbing serta mengetahui
hasil belajar optika yang lebih baik antara keduanya. Desain eksperimen dan teknik analisis yang
digunakan adalah The Randomized Pretest-Posttest Comparasion Goup Design dan Independent
Sample T-Test. Data yang dianalisis adalah rata-rata N-gain. Rata-rata hasil belajar siswa yang
menggunakan Phet Simulation 8,07 sedangkan siswa yang menggunakan KIT Optika 6,90.
Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan Phet Simulation 3,05 dan rata-rata N-gain
0,65, sedangkan siswa yang menggunakan KIT Optika 2,09 dan rata-rata N-gain 0,43. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa menggunakan Phet Simulation lebih baik daripada
menggunakan KIT Optika.

Kata kunci: inkuiri terbimbing, KIT Optika, phet simulation

PENDAHULUAN kognitif dan materi optika dibatasi pada


Proses pembelajaran merupakan materi pembiasan cahaya dan
proses komunikasi atau penyampaian pembentukan bayangan pada lensa
pesan dari pengantar ke penerima. Oleh cembung. Pada materi pembiasan caha-
karena itu, diperlukan media sebagai ya dan pembentukan bayangan pada
perantara atau pengantar terjadinya ko- lensa cembung, media yang sebaiknya
munikasi. Pada proses pembelajaran, digunakan adalah media visual yang
media berfungsi sebagai pembawa in- dapat berperan sebagai representasi da-
formasi dari sumber (guru) menuju pe- ri materi yang disampaikan, salah satu-
nerima (siswa). Sedangkan metode nya adalah Komponen Instrumen
adalah prosedur untuk membantu siswa Terpadu Optika (KIT Optika). Dalam
dalam menerima dan mengolah infor- pembelajaran materi optika, KIT
masi untuk mencapai tujuan pembela- Optika dapat memberikan pengalaman
jaran. Tanpa media, komunikasi tidak yang nyata bagi siswa sehingga mem-
akan terjadi dan proses pembelajaran bantu dalam menjelaskan fenomena
juga tidak akan bisa berlangsung secara dan fakta mengenai peristiwa pembias-
optimal. an dan pembentukan bayangan oleh
Pada penelitian ini, hasil belajar yang lensa cembung. Serangkaian peralatan
ditinjau adalah hasil belajar pada ranah tersebut juga berfungsi membantu sis-

97
wa untuk berfikir logis dan matematis belum dimanfaatkan dengan baik. Hal
sehingga mereka pada akhirnya dapat tersebut dikarenakan waktu yang diper-
menimbulkan pemikiran yang teratur lukan untuk penggunaan KIT kurang
dan berkesinambungan yang diperlu- efisien. Belum maksimalnya peman-
kan dalam kehidupan sehari-hari faatan KIT tersebut membuat siswa ku-
(Juandi, 2011: 31). Penggunaan KIT rang terlibat aktif dalam pembelajaran
Optika juga dapat membantu guru sehingga siswa memandang bahwa
memberikan penjelasan konsep, meru- pembelajaran IPA kurang menarik dan
muskan dan membentuk konsep, mem- sulit memahami materi pembelajaran.
berikan dasar yang konkrit untuk ber- Alternatif yang dapat dilakukan un-
pikir sehingga dapat mengurangi ter- tuk menarik perhatian siswa di kelas
jadinya verbalisme, melatih siswa da- adalah dengan penggunaan laboratori-
lam pemecahan masalah, dan mendo- um virtual. Salah satu program labora-
rong siswa berpikir kritis. torium virtual yang ada yaitu Physics
KIT Optika merupakan salah satu Education Technology atau PhET yang
dari media tiga dimensi. Sebagai salah dikembangkan oleh Universitas Colo-
satu media tiga dimensi, dapat berwu- rado di Boulder Amerika (University of
jud sebagai tiruan yang mewakili benda Colorado at Boulder) dalam rangka
asli yang dapat langsung dibawa ke menyediakan simulasi pembelajaran
kelas sehingga berfungsi sebagai media fisika berbasis laboratorium maya
pembelajaran yang efektif. Dijelaskan (virtual laboratory) yang memudahkan
oleh Mudjiono dalam Daryanto (2013: guru dan siswa jika digunakan untuk
29) bahwa kelebihan-kelebihan media pembelajaran di ruang kelas. Simulasi-
tiga dimensi adalah memberikan simulasi PhET merupakan simulasi
pengalaman secara langsung, penyaji- yang ramah pengguna karena dapat di-
annya yang kongkrit dan menghindari jalankan dengan menggunakan web
verbalisme, dapat menunjukkan objek browser baku selama plug-in Flash dan
secara utuh baik konstruksi maupun Java sudah terpasang. Simulasi-simula-
cara kerjanya, dapat memperlihatkan si dalam PhET tersedia secara gratis
struktur organisasi secara jelas, dan dan dapat diunduh secara gratis melalui
dapat menunjukkan alur suatu proses website http://phet.colorado.edu.
secara jelas. Sedangkan kelemahan- Perkins et al (2006) berpendapat
kelemahannya adalah tidak dapat men- simulasi PhET menggunakan grafis de-
jangkau sasaran dalam jumlah besar, ngan visual animasi dan model konsep
penyimpanannya yang memerlukan ru- yang digunakan oleh fisikawan ahli.
ang yang besar, dan perawatannya yang Selain itu, McKagan et al (2008)
rumit. mengungkapkan bahwa simulasi ini di-
Berdasarkan data hasil belajar di rancang dalam bentuk animasi, inter-
SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung ke- aktif, dan seperti lingkungan permainan
las VIIIC Tahun Pelajaran 2013/2014 di mana siswa belajar melalui eksplo-
diketahui persentase siswa yang men- rasi. PhET menggabungkan hasil pene-
capai kriteria ketuntasan minimal litian dan percobaan yang dilakukan
(KKM) untuk materi optika sebesar oleh produsen PhET sehingga me-
52,5%. Selain itu, berdasarkan hasil ob- mungkinkan para siswa untuk meng-
servasi dan wawancara dengan guru hubungkan fenomena kehidupan nyata
IPA dan siswa di SMP Al-Azhar 3 dan ilmu yang mendasarinya.
Bandar Lampung, diketahui bahwa fa- Berdasarkan informasi dari Uni-
silitas laboratorium seperti KIT Optika versity of Colorado Boulder, simulasi

98
PhET dikembangkan menggunakan agar dapat memberikan hasil belajar
prinsip-prinsip desain berikut: 1) men- optika yang baik. Hal tersebut dikare-
dorong penyelidikan ilmiah; 2) menye- nakan model pembelajaran adalah pro-
diakan interaktivitas; 3) membuat sesu- sedur untuk membantu siswa dalam
atu yang tak terlihat bisa terlihat; 4) menerima dan mengolah informasi un-
menampilkan model mental visual; 5) tuk mencapai tujuan pembelajaran. Gu-
menampilkan beberapa representasi ru perlu merencanakan suatu model
(misalnya, gerak objek, grafik, angka, pembelajaran yang di dalamnya meli-
dan lain-lain); 6) menggunakan koneksi batkan keaktifan siswa agar dapat
dunia nyata; 7) memberikan pengguna memberikan hasil belajar optika yang
bimbingan implisit dalam eksplorasi; baik. Salah satu model pembelajaran
dan 8) membuat simulasi yang fleksi- yang dapat melibatkan keaktifan siswa
bel dan dapat digunakan dalam berba- adalah model inkuiri terbimbing
gai situasi pendidikan. Beberapa alat (Guided Inquiry). Model Guided Inqui-
dalam simulasi PhET juga memberikan ry merupakan proses mendefinisikan
pengalaman interaktif, seperti: 1) klik dan menyelidiki masalah, merumuskan
dan tarik untuk berinteraksi dengan hipotesis, merancang eksperimen, me-
fitur simulasi; 2) slider untuk me- ngumpulkan data, dan menarik kesim-
ningkatkan dan menurunkan parameter; pulan tentang masalah (Trowbridge
dan 3) membuat pengukuran dalam dalam Sofiani, 2011: 5). Proses-proses
percobaan dengan berbagai instrumen. tersebut dilakukan melalui kegiatan
Pengguna yang berinteraksi dengan alat eksperimen. Melalui kegiatan eksperi-
ini segera mendapatkan umpan balik men, maka antara teori dengan fakta-
langsung tentang efek dari perubahan fakta lapangan yang diperoleh dapat
yang mereka buat. Hal ini memung- menjadi pengetahuan baru bagi siswa
kinkan mereka untuk menyelidiki hu- sehingga diharapkan dapat memberikan
bungan sebab-akibat dan menjawab hasil belajar yang baik.
pertanyaan ilmiah melalui eksplorasi Pembelajaran yang menggunakan
simulasi. PhET Simulation dan pembelajaran
Kekurangan Phet Simulation se- yang menggunakan KIT Optika melalui
bagai media pembelajaran yang ber- Inkuiri Terbimbing memiliki kelebihan
basis laboratorium virtual, di antaranya dan kekurangan masing-masing. Hal
sebagai berikut: 1) Keberhasilan pem- tersebut dapat memberikan pengaruh
belajaran berbantuan laboratorium vir- yang berbeda pula terhadap hasil bela-
tual bergantung pada kemandirian sis- jar siswa. Untuk mengetahui media
wa untuk mengikuti proses pembela- manakah yang lebih efektif digunakan
jaran. 2) Akses untuk melaksanakan dalam proses pembelajaran, maka di-
kegiatan laboratorium virtual bergan- lakukan penelitian tentang perbanding-
tung pada jumlah fasilitas komputer an hasil belajar materi optika menggu-
yang disediakan sekolah. 3) Siswa da- nakan phet simulation dan KIT Optika
pat merasa jenuh jika kurang mema- melalui model inkuiri terbimbing.
hami tentang penggunaan komputer
sehingga dapat menimbulkan respon METODE
yang pasif untuk melaksanakan perco- Pengambilan sampel dilakukan de-
baan virtual (Siswono, 2013). ngan menggunakan teknik cluster
Pada proses pembelajaran, model random sampling (acak sederhana).
pembelajaran yang digunakan oleh gu- Cluster random sampling yaitu peng-
ru juga merupakan salah satu faktor ambilan sampel dengan cara pengun-

99
dian dari populasi yang telah ditetap- variabel terikatnya adalah hasil belajar
kan (populasi taget) dan diambil dua siswa (Y), sedangkan variabel modera-
kelas sebagai sampel penelitian. Pada tornya adalah model pembelajaran
penelitian ini, populasi target adalah inkuiri terbimbing.
kelas yang bukan unggulan. Dari peng- Instrumen penilaian dalam peneliti-
undian yang dilakukan, terpilih dua ke- an ini, yaitu instrumen penilaian kog-
las dari lima kelas yang ada. Dua kelas nitif yang terdiri dari soal pretest dan
tersebut adalah kelas VIIIC dan kelas posttest berupa soal pilihan jamak ber-
VIIIE. Selain itu, dari hasil pengundian jumlah 10 soal. Instrumen diuji valid-
juga terpilih bahwa kelas VIIIC sebagai itasnya oleh ahli dengan angket pe-
kelas eksperimen I yang menggunakan nilaian yang terdiri dari beberapa per-
Phet Simulation dan kelas VIIIE seba- nyataan. Untuk menganalisis kategori
gai kelas eksperimen II yang menggu- hasil uji validitas instrumen, digunakan
nakan KIT Optika. persamaan sebagai berikut.
Desain dalam penelitian ini meng-
gunakan The Randomized Pretest- 𝛴 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
Skor = x4
Posttest Comparasion Goup Design. 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Pada desain ini, terdapat tes awal sebe-


Skor yang diperoleh dari persamaan
lum diberi perlakuan dan tes akhir sete-
tersebut dikonversikan menjadi per-
lah diberi perlakuan. Desain ini dapat
nyataan kualitas seperti yang terdapat
dituliskan pada tabel 1.
pada Tabel 2.
Pengumpulan data dilakukan de-
Tabel 1. Desain penelitian
ngan menggunakan lembar pengum-
Group Pre Treatment Post
pulan data berbentuk tabel yang diper-
test test
oleh dari tes awal dan tes akhir.
Eksp I X1 E1 X2 Untuk menganalisis kategori tes
Eksp II Y1 E2 Y2 hasil belajar siswa, digunakan skor N-
gain. N-gain diperoleh dari pengurang-
Tabel 2. Konversi skor penilaian an skor tes akhir dengan skor tes awal
menjadi pernyataan nilai dibagi oleh skor maksimum dikurang
kualitas skor tes awal. Dengan kategori yaitu
Skor Rerata Klasifikasi tinggi: 0,7  N-gain  1; sedang: 0,3 
Penilaian Skor N-gain < 0,7; dan rendah: N-gain < 0,3.
1 3,26 – Sangat baik Untuk menguji apakah sampel pene-
4,00 litian merupakan jenis distribusi nor-
2 2,51 – Baik mal, dilakukan dengan uji statistik non-
3,25 parametrik Kolmogorov-Smirnov. Data
3 1,76 – Kurang baik yang diperoleh berdistribusi normal,
2,50 selanjutnya melakukan uji homogenitas
4 1,01 – Tidak baik (uji-F levene). Hipotesis diuji meng-
1,75 gunakan Independent Sample T-Test.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
Penelitian ini terdiri dari tiga vari- perbedaan rata-rata antara dua kelom-
abel penelitian yaitu variabel bebas, va- pok sampel yang tidak berhubungan.
riabel terikat, dan variabel moderator. Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima
Variabel bebasnya adalah pembelajaran jika –ttabel < thitung < ttabel dan H0 ditolak
berbasis PhET Simulation (X1) dan jika –thitung < -ttabel atau thitung > ttabel.
pembelajaran dengan KIT Optika (X2), Berdasarkan probabilitas yaitu Ho

100
diterima jika P value > 0,05 dan Ho belajar siswa adalah menguji data skor
ditolak jika P value < 0,05. pretest, post test, dan N-gain pada
Adapun hipotesis yang diuji kelas eksperimen 1 dan kelas eks-
dirumuskan dalam bentuk hipotesis perimen 2 untuk mengetahui apakah
statistik berikut: data dari hasil belajar kedua kelas ber-
Hipotesis untuk ji dua pihak distribusi normal atau tidak. Dalam
H0 : µ1 = µ2 menganalisis normalitas data tersebut
H1 : µ1 ≠ µ2 digunakan program SPSS versi 16
Keterangan : dengan metode One Sampel
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji nor-
hasil belajar optika siswa antara malitas skor pretest, posttest, dan N-
pembelajaran menggunakan gain ditampilkan pada Tabel 6.
PhET Simulation dan KIT Optika Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
dengan model pembelajaran data pretest dan posttest pada kelas
inkuiri terbimbing. eksperimen 1 memiliki distribusi
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil normal, di mana Asym. Sig(2-tailed) di
belajar optika siswa antara atas 0,05 yaitu 0,079 dan 0,241. Pada
pembelajaran menggunakan kelas eksperimen 2, data pretest dan
PhET Simulation dan KIT Optika posttest juga memiliki distribusi normal
KIT Optika dengan model di mana Asym. Sig(2-tailed) di atas
pembelajaran inkuiri terbimbing. 0,05 yaitu 0,087 dan 0,323. Diketahui
Hipotesis untuk uji satu pihak pula bahwa data N-gain masing-masing
H0: µ1 < µ2 kelas memiliki distribusi normal, di
H1: µ1 ≥ µ2 mana nilai Asym. Sig(2-tailed) di atas
Keterangan: 0,05, yaitu 0,358 pada kelas ekspe-
H0 : Rata-rata hasil belajar optika rimen 1 dan 0,486 pada kelas eks-
siswa menggunakan PhET perimen 2. Hasil ini merupakan salah
Simulation tidak lebih baik dari satu syarat terpenuhinya untuk melaku-
pada menggunakan KIT Optika. kan pengujian dua sampel bebas
H1 : Rata-rata hasil belajar optika dengan menggunakan Independent
siswa menggunakan PhET Sample T Test.
Simulation lebih baik dari pada
menggunakan KIT Optika. Tabel 3 Hasil penilaian uji validitas
Pernyataan
No. Jenis Uji Nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN kualitatif
Instrumen yang telah dihasilkan Uji
selanjutnya diuji kelayakannya untuk 1.
Validitas 3,56 Sangat Baik
mengetahui apakah instrumen tersebut RPP
sudah layak untuk digunakan dalam Uji
penelitian. Hasil penilaian uji validitas 2. Validitas 3,00 Baik
perangkat pembelajaran dan instrumen LKK
penelitian tersebut dapat dilihat pada Uji
tabel 3. Dari hasil pengolahan data Validitas
untuk masing-masing kelas, diperoleh 3. soal tes 3,85 Sangat Baik
nilai maksimum, nilai minimum, dan hasil
nilai rerata seperti terdapat pada Tabel belajar
4 dan Tabel 5. Langkah pertama yang
dilakukan dalam uji statistik hasil

101
Tabel 4. Nilai maksimum, nilai minimum, dan rerata tes awal
Kelas Tes Awal (Pre test)
N Nilai Maksimum Nilai Minimun Rerata
Eksperimen 1 41 7 3 5,02
Eksperimen 2 42 7 2 4,81

Tabel 5. Nilai maksimum, nilai minimum, dan rerata tes akhir


Kelas Tes Akhir (Post test)
N Nilai Maksimum Nilai Minimun Rerata
Eksperimen 1 41 10 3 8,07
Eksperimen 2 42 10 3 6,90

Tabel 6. Hasil uji normalitas skor pretest, posttest, dan n-gain


Parameter Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Pre test Post test N-gain Pre test Post test N-gain
Asym. Sig(2- 0,08 0,24 0,36 0,09 0,32 0,49
tailed)

Tabel 7. Hasil uji levene skor pre test, post test, dan n-gain
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Pre test .13 1 81 .72
Post test 7.32 1 81 .00
N-gain 11.48 1 81 .00

Hasil uji Levene dapat dilihat pada Berdasarkan data tersebut terlihat bah-
Tabel 7. Jika nilai signifikansi atau wa rata-rata skor post test kelas eks-
nilai probabilitas < 0,05 maka dika- perimen 1 lebih besar dibandingkan de-
takan bahwa variasi data adalah tidak ngan rata-rata skor post test kelas
homogen. Jika nilai signifikansi atau eksperimen 2. Untuk mengetahui seca-
nilai probabilitas > 0,05 maka dapat ra lebih jelas mengenai hasil belajar
dikatakan bahwa variasi data adalah siswa kelas eksperimen 1 sama atau ti-
homogen. Pada Tabel 7 nilai signifi- dak dengan kelas eksperimen 2 akan
kansi skor pre test sebesar 0,718 maka dilaksanakan uji kesamaan dua rata-
dapat disimpulkan bahwa skor pre test rata.
memiliki variasi data yang homogen. Data skor post test kedua kelas
Nilai signifikansi skor post test sebesar berdistribusi normal, selanjutnya dila-
0,008 dan nilai signifikansi skor N-gain kukan uji kesamaan dua rerata melalui
sebesar 0,001 sehingga bernilai < 0,05, program SPSS 17.0 for Windows
maka dapat disimpulkan skor post test menggunakan Independent Sample T-
dan skor N-gain memiliki variasi data Test. Kedua kelas tersebut memiliki
yang tidak homogen. varians yang tidak homogen sehingga
Berdasarkan data pada Tabel 8 asumsi yang dipakai adalah equal
terlihat bahwa rata-rata skor post test varians not assumed dengan taraf
pada kelas eksperimen 1 dan kelas signifikansi 0,05.
eksperimen 2 adalah 8,07 dan 6,90.

102
Tabel 8. Hasil uji independent sample t test hasil belajar siswa
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. Std. 95% Confidence
(2- Mean Error Interval of the
taile Differ Differ Difference
F Sig. T Df d) ence ence Lower Upper
Equal
variances 11.48 .00 3.11 81 .00 .24 .08 .08 .39
assumed
Equal
variances not 3.12 71.85 .00 .24 .08 .09 .39
assumed

Setelah dilakukan pengolahan data, Tabel 8. Pada tabel tersebut dapat di-
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8. lihat bahwa nilai signifikansi (2-tailed)
Berdasarkan Tabel 8 nilai thitug Equal adalah 0,00. Karena uji satu pihak,
Variances not Assumed pada tabel di maka nilai sig.(2-tailed) harus dibagi
atas sebesar 3,12 sedangkan nilai ttabel 0,00
dua menjadi 2 = 0,00. Karena 0,00
sebesar 1,67. Nilai thitug > ttabel (3,12 >
lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
1,67) dan signifikansi (0,00 < 0,05)
Sehingga dapat dikatakan bahwa rata-
maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil
rata hasil belajar optika siswa
pengujian tersebut, maka dapat dikata-
menggunakan PhET Simulation lebih
kan bahwa “Ada perbedaan rata-rata
baik dari pada menggunakan KIT
hasil belajar optika siswa antara
Optika.
pembelajaran menggunakan PhET
Berdasarkan uji tersebut dapat
Simulation dan KIT Optika melalui
terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-
model pembelajaran inkuiri terbim-
rata hasil belajar optika siswa antara
bing”.
pembelajaran menggunakan PhET
Telah diketahui secara lebih jelas
Simulation dan KIT Optika melalui
bahwa terdapat perbedaan rata-rata ha-
model pembelajaran inkuiri terbimbing.
sil belajar optika siswa antara pembe-
Selain itu, dilakukan juga uji perbedaan
lajaran menggunakan PhET Simulation
dua rerata dengan uji-t satu pihak ter-
dan KIT Optika. Untuk mengetahui ha-
hadap data post test menggunakan
sil belajar mana yang lebih baik, selan-
Independent Sample T-Test. Berdasar-
jutnya dilakukan uji perbedaan dua re-
kan uji tersebut dapat terlihat pula bah-
rata melalui program SPSS 17.0 for
wa rata-rata hasil belajar optika siswa
Windows menggunakan Independent
menggunakan PhET Simulation lebih
Sample T-Test. Kedua kelas tersebut
baik dari pada menggunakan KIT
memiliki varians yang tidak homogen
Optika.
sehingga asumsi yang dipakai adalah
Hasil tersebut didukung pula oleh
equal varians not assumed dengan taraf
data rata-rata hasil belajar optika yang
signifikansi 0,05.
diambil setelah dilaksanakannya pem-
Pengujian hipotesis tersebut dida-
belajaran melalui model inkuiri terbim-
sarkan pada hasil pengolahan data pada

103
bing lebih tinggi dari pada sebelum di- Berdasarkan grafik pada Gambar 1
laksanakannya pembelajaran menggu- menunjukkan bahwa kelas eksperimen
nakan PhET Simulation dan KIT Op- 1 yang menggunakan PhET Simulation
tika melalui model inkuiri terbimbing. menunjukkan hasil belajar yang lebih
Adanya perbedaan rata-rata hasil tinggi dari pada kelas eksperimen 2
belajar sebelum dan sesudah diterap- yang menggunakan KIT Optika. Hal
kannya PhET Simulation dan KIT tersebut dikarenakan kelas eksperimen
Optika melalui model inkuiri terbim- 2 yang menggunakan KIT Optika
bing terjadi karena melalui media visu- mengalami kesulitan sehingga alokasi
al tersebut, siswa mendapatkan repre- waktu tidak sesuai dengan yang telah
sentasi dari materi yang disampaikan. direncanakan. Waktu yang dibutuhkan
Seperti pada materi pembiasan, infor- oleh kelas eksperimen 2 lebih banyak
masi yang harus diperoleh siswa adalah karena siswa masih merasa kesulitan
bagaimana jalannya sinar yang menga- dalam merangkai peralatan meskipun
lami pembelokan saat mengenai medi- sudah mendapat bantuan dari guru. Hal
um dengan kerapatan yang berbeda. tersebut membuat proses pembelajaran
Melalui kedua media tersebut siswa da- menjadi kurang efektif sehingga mem-
pat langsung mengamati terjadinya pengaruhi pada pemahaman siswa.
pembiasan cahaya sehingga siswa da- Oleh karena itu, hasil belajar yang
pat menemukan sendiri apa definisi diperoleh siswa dengan menggunakan
tentang pembiasan cahaya. Selain itu, KIT Optika belum dapat mengungguli
melalui model pembelajaran inkuiri ter- hasil belajar dengan pembelajaran yang
bimbing siswa melakukan langkah- menggunakan Phet Simulation.
langkah ilmiah seperti membuat hipo- Hal ini didukung dengan penelitian
tesis, mengumpulkan data, menguji hi- Kusnadi (2010) yang menyatakan bah-
potesis dan menarik kesimpulan sendiri wa eksperimen dengan media laborato-
mengenai suatu objek. Sebagian besar rium virtual dapat dilakukan secara
siswa terlihat aktif dan antusias bekerja berulang tanpa menghabiskan waktu
sama melakukan eksperimen dengan untuk mempersiapkan pengulangan.
teman-teman kelompok mereka meng- Oleh karena itu, siswa dapat mengu-
gunakan Phet Simulation maupun KIT lang praktikum hingga mereka merasa
Optika. Saat siswa mengalami kesulit- paham.
an dalam menjawab pertanyaan-perta-
nyaan analisis yang terdapat pada 9 8,07
LKK, guru membimbing siswa dengan 8 6,9
cara menunjukkan pada siswa data 7
yang relevan. Dengan begitu, sebagian
Hasil Belajar

6 5,02 4,81
besar siswa dapat menjawab pertanya- 5
an-pertanyaan tersebut dan mengarah- 4
Pretest
kan pada kesimpulan yang tepat. Kerja 3
Posttest
sama tim, kegiatan penyelidikan, dan 2
pertanyaan analitis merupakan bebera- 1
pa komponen penting yang dapat me- 0
ngembangkan keterampilan proses dan Eksperimen Eksperimen
penguasaan konten mata pelajaran. 1 2
Komponen penting tersebut sesuai de-
ngan pendapat yang dipaparkan oleh Gambar 1. Rata-rata hasil belajar
Hanson (2006). siswa

104
Faktor lain yang menyebabkan karena itu, siswa akan lebih mudah
hasil belajar Optika dengan Phet untuk menarik kesimpulan yang tepat
Simulation adalah guru lebih mudah jika menggunakan Phet Simulation.
memberikan arahan kepada siswa me- Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
ngenai bagaimana cara penggunaan bu- Kagan et al (2008), yang menyatakan
sur. Hal tersebut dikarenakan guru da- bahwa ketepatan perhitungan dalam
pat menggunakan proyektor untuk Phet Simulation sangat efektif untuk
memperbesar tampilan gambar sehing- membantu siswa memahami konsep-
ga siswa bisa lebih jelas melihat arahan konsep abstrak dan berlawanan.
yang diberikan. Hal yang berbeda ter- Selain menunjukkan hasil belajar
jadi saat pembelajaran menggunakan yang lebih tinggi, kelas eksperimen 1
KIT Optika. Sebagian besar siswa, ma- juga menunjukkan peningkatan yang
sih kesulitan menggunakan busur se- tinggi pula. Pada kelas eksperimen 1
hingga guru harus memperagakan di terjadi peningkatan rata-rata hasil be-
depan kelas. Namun, karena busur lajar optika siswa sebesar 3,05. Se-
yang tersedia ukurannya kecil, siswa dangkan pada kelas eksperimen 2 ter-
kurang dapat melihat dengan jelas jadi peningkatan sebesar 2,09. Oleh ka-
arahan yang diberikan. Dalam hal ini, rena itu, rata-rata N-Gain hasil belajar
terlihat bahwa kesiapan guru saat siswa eksperimen 1 lebih tinggi dari-
menggunakan Phet Simulation lebih pada kelas eksperimen 2. Adapun data-
baik dibandingkan dengan mengguna- nya ditampilkan pada Gambar 2.
kan KIT Optika. Hal tersebut juga Peningkatan hasil belajar yang
merupakan salah satu kelemahan KIT terjadi pada kelas eksperimen 1 dapat
Optika sebagai media tiga dimensi terjadi karena siswa sudah mulai
yang tidak dapat menjangkau sasaran menunjukkan ketertarikan dan antusi-
dalam jumlah besar, seperti yang asme mereka saat pertama diperkenal-
dikemukakan oleh Mudjiono dalam kan Phet Simulation dalam proses pem-
Daryanto (2013: 29). belajaran. Selama proses pembelajaran
Kendala lain yang dihadapi siswa berlangsung, sebagian besar siswa me-
saat menggunakan KIT Optika adalah nunjukkan minat yang tinggi dan aktif
saat melakukan percobaan pemben- dalam melakukan eksperimen. Siswa
tukan bayangan pada lensa. Saat akan tidak merasa kesulitan dalam meng-
mengukur jarak bayangan, ada siswa operasikan Phet Simulation sehingga
yang belum terampil dalam meng- mereka bebas melakukan eksplorasi.
gunakan alat ukur sehingga menyebab- Mereka pun tidak khawatir akan
kan hasil pegukuran kurang akurat. Hal menimbulkan kesalahan atau kecelaka-
yang berbeda terjadi saat menggunakan an saat melakukan eksperimen. Hal
Phet Simulation. Saat menggunakan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Phet Simulation, hampir tidak ada Taufiq (2008), bahwa Phet Simulation
kendala yang berarti karena alat ukur memberikan kesan yang positif,
dapat terpasang dengan mudah se- menarik dan menghibur, serta mem-
hingga meminimalkan terjadinya ke- bantu penjelasan secara mendalam
salahan. Kualitas pengukuran yang ber- tentang suatu fenomena alam. Oleh
beda tersebut, juga akan menyebabkan karena itu, siswa yang berlatih dengan
sebaran data yang diperoleh juga ber- Phet Simulation merasa senang dan
beda. Data yang diperoleh dengan Phet mudah untuk mempelajarinya.
Simulation relatif sama, sedangkan de-
ngan KIT Optika lebih bervariasi. Oleh

105
0,7 0,65 gantung dengan kemampuan siswa
0,6 dalam melakukan pengamatan. Hal
Skor N-gain 0,5 0,43 tersebut berarti bahwa KIT Optika
0,4 dapat mendorong siswa berpikir kritis
0,3 dan memberikan pengalaman yang
0,2 nyata bagi siswa, seperti yang dikemu-
0,1 kakan oleh Juandi (2011: 31).
0
Eksperimen 1 Eksperimen 2 SIMPULAN
Berdasarkan hasil data dan
Gambar 2. Rata-rata skor n-gain pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
1) Terdapat perbedaan hasil belajar
Penelitian ini menunjukkan bahwa fisika siswa antara kelas eksperimen 1
hasil belajar optika dengan Phet yang menerapkan Phet Simulation dan
Simulation lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2 yang menerapkan
dengan menggunakan KIT Optika. KIT Optika. Pada kelas eksperimen 1
Terlihat juga bahwa Phet Simulation rata-rata hasil belajar optika yang di-
juga memiliki kemudahan penggunaan peroleh meningkat dari 5,02 menjadi
dan efisiensi waktu yang lebih baik 8,07 (mengalami peningkatan sebesar
daripada KIT Optika. Akan tetapi, 3,05). Pada kelas eksperimen 2 rata-
pengguaan Phet Simulation dalam rata hasil belajar optika yang diperoleh
pembelajaran tidak dapat sepenuhnya meningkat dari 4,81 menjadi 6,90
menggantikan KIT Optika. Hal tersebut (mengalami peningkatan sebesar 2,09).
dikarenakan hasil penelitian tersebut 2) Peningkatan hasil belajar fisika sis-
terbatas hanya pada ranah kognitif pro- wa pada kelas eksperimen 1 berdasar-
duk. Selain itu, interaksi siswa dengan kan skor N-gain sebesar 0,65 (kategori
Phet Simulation hanyalah interaksi sedang) dan pada kelas eksperimen 2
virtual, siswa tidak langsung melihat, sebesar 0,43 (kategori sedang). Hasil
memegang, dan melakukan eksperimen tersebut mengindikasikan bahwa pe-
secara nyata. Interaksi virtual tersebut nerapan Phet Simulation lebih efektif
juga tidak dapat mengukur semua digunakan sebagai upaya untuk me-
ranah hasil belajar. ningkatkan hasil belajar siswa pada
Selain itu, pengalaman nyata materi optika, khususnya tentang pem-
berinteraksi dengan fenomena dan biasan dan pembentukan bayangan
fakta mengenai alam hanya bisa pada lensa.
diperoleh jika menggunakan KIT
Optika. Misalnya saat melakukan DAFTAR RUJUKAN
eksperimen pembentukan bayangan Daryanto. 2013. Media
pada lensa menggunakan Phet Pembelajaran. Yogyakarta: Gava
Simulation, maka bayangan akan Media.
langsung terbentuk dan siswa hanya Hanson, David M. 2006.
melakukan pengukuran terhadap jarak Instructor’s Guide to Process-Oriented
bayangan. Namun, saat menggunakan Guided-Inquiry Learning. New York:
KIT Optika, siswa terlebih dahulu Department of Chemistry Stony Brook
harus menentukan bayangan mana University.
yang benar-benar tajam dan fokus. Juandi, Tarpin. 2011.
Dalam hal ini siswa mempunyai penda- Pembelajaran Fisika dengan CTL
pat sendiri mengenai bayangannya, ter- Melalui Media Pembelajaran Animasi

106
dan KIT IPA Ditinjau dari Gaya Sam Reid, Carl Wieman, & Ron
Belajar dan Motivasi Berprestasi LeMaster. 2006. PhET: Interactive
Siswa. Tesis. Surakarta: Pendidikan Simulations for Teaching and Learning
Sains Universitas Sebelas Maret. Physics. The Physics Teacher. Vol. 44,
Kusnadi. 2010. Pembelajaran 18-23.
Kimia Dengan Problem Based Siswono, Hendrik. 2013. Virtual
Learning (PBL) Menggunakan Laboratory. (Online), (http://mas-
Laboratorium Real Dan Virtual boy69.blogspot.coom/2013/10/virtual-
Ditinjau Dari Kemampuan Matematik laboratory.html), diakses 2 Februari
Dan Kemampuan Berpikir Abstrak 2014.
Siswa. Jurnal Inkuiri. Vol. 2 (2), 163- Sofiani, Erlina. 2011. Pengaruh
172. Model Inkuiri Terbimbing terhadap
McKagan, B. S., K. K. Perkins, M. Hasil Belajar Fisika Siswa pada
Dubson, S. Reid, R. LeMaster, & C. E. Konsep Listrik Dinamis. Skripsi.
Wieman. 2008. Developing and Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Researching PhET simulations for Taufiq, M. 2008. Pembuatan
Teaching Quantum Mechanics. Journal Media Pembelajaran Berbasis Compact
of Applied Physics. Vol. 40 (1), 1-13. Disc untuk Menampilkan Simulasi Dan
Perkins, Katherine, Wendy Adams, Virtual Labs Besaran-Besaran Fisika. J.
Michael Dubson, Noah Finkelstein, Pijar MIPA. Vol. 3 (3): 68–72.

107

Anda mungkin juga menyukai