PENGERTIAN STRES
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik
dan psikis pada. seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi
umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pads tubuh
tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh
dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pads satu atau lebih organ
tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekedaannya dengan
baik, maka disebut mengalami distres (Hawari 2001).
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam
lingkungan (Sunaryo, 2004).
MACAM-MACAM STRES
Kondisi stres seseorang dapat dikelompokkan (Hawari, 2001) menjadi dua macam:
1. Kondisi eustres (tidak stres): seseorang yang dapat mengatasi stres dan tidak ada gangguan
pads fungsi organ tubuh.
2. Kondisi distress (stres): pads saat seseorang menghadapi stres tedadi gangguan pada 1 atau
lebih organ tubuh sehingga prang tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
TAHAPAN STRES
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena, perjalanan awal
tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut
dan mengganggu fiungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun
pergaulan lingkungan sosialnya.
Dr. Robert Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari (2001) membagi
tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1. Stres tahap I
1. Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan
perasaan-perasaan sebagai berikut.
2. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
3. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
4. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
2. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada
tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
cadangan energi yang fidak lagi cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk
mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:
Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam peker aannya tanpa menghiraukan keluhan-
keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata
dan mengganggu, yaitu:
1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang air
besar tidak teratur (diare).
2. Ketegangan otot-otot semakin terasa.
3. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia),
atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu
pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia).
5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa jugs beban stres hendaknya dikurangi
dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guns menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
4. Stres, tahap IV
5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical dan psychological exhaustion).
2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari yang ringan dan sederhana.
3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4. Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan, tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic
attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini
dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena
tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai
akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dan hipotalamus yaitu :
1. Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya.
2. Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem
saraf simpatis juga memberi sinyal ke medulla adrenal.
3. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.
4. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang
bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus.
5. Kelenjar hipofisis . selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran
darah ke korteks adrenal.
6. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi
kadar gala darah.
7. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon.
Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas
neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalarn respons fight or flight.
Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria HARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale). Unsur yang dinilai antara lain: perasaan ansietas, ketegangan, ketakutan,
gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala respirasi,
gejala gejala kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala urinaria, gejala
otonom, gejala tingkah laku. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan
ketentuan penilaian sebagai berikut:
Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur atau item dijumlahkan
sebagai indikasi penilaian dertajat stres, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Perasaan cemas
2. Ketegangan
3. Ketakutan
4. Gangguan tidur
5. Gangguan kecerdasan
6. Perasaan dep[resi / tertekan
7. Gejala somatik
8. Gejala sensorik
9. Gejala kardiovaskuler
10. Gejala pernapasan
11. Gejala gastrointestinal
12. Gejala urogenital
13. Gejala vegetatif otonom
14. Apakah remaja merasakan
KUESIONER STRES
I.IDENTITAS RESPONDEN
1. No Responden :
2. Alamat :
3. Tanggal Pengisian :
II.PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda √ pasda salah satu jawaban yang anad anggap sesuai dengan keadaan anda!
Petunjuk:
III. STRES
1. Perasaan cemas yang anda alami biasanya.
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
Tidak lama
Terasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat iostirahat
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asinmg
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
Nyeri otot
Kaku
Kekdutan otot
Gigi gemertak
Suara tidak stabil
8. Ganguan sensorik atau gangguan dari penerimaan rangsangan yang anda rasakan.
Tangan berdenyut
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan seperti di tusuk-tusuk
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Konstipasi atau sulit BAB
Perut melilit
Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh atau kembung
12. Gangguan urogenitalia atau gangguan saluran kencing dan kelamin yang anda rasakan.
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Nafsu seksual menurun
Tidak dapat kencing
13. Gangguan vergetatif otonomi atau gangguan ketuidakseimbangan tubuh yang anda alami
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing atau sakit kepala
Bulu roma berdiri
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi dan muka tegang
Napas pendek dan cepat
Muka merah