Anda di halaman 1dari 30

1.

1     Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan,


konsep, pengertian dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa
Yunani, eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat
diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai
dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya
merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan
tentang ide-ide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar.
Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf
Perancis, Antoine Destutt de Tracypada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis
tengah menggelora (Christenson, et.al., 1971: 3). Tracy menggunakan istilah
ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal mula, hakikat, dan perkembangan
ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science of Ideas”. Gagasan ini
diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
Namun, Napoleon mencemoohnya sebagai suatu khayalan yang tidak memiliki
nilai praktis. Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan impian Leibnitz yang
disebut one great system truth (Pranarka, 1987). Kajian mengenai ideologi lahir
pada abad 19 yang disebut abad ideologi. Marx berpendapat dalam bukunya yang
berjudul German Ideology bahwa:
The Ideas of the rulling class are, in every age, the rulling ideas:i.e. the class,
which is the dominant material force in society, is the same time the dominant
intellectual force.
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai
berikut:

1) Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan


perilaku manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran
yang berkaitan dengan tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk
merubah atau mempertahankan tertib sosial dan politik yang bersangkutan.

Page | 1
2) Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan
strategi guna merealisasikannya.
3) Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang
dapat mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang
selanjutnya diarahkan pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam
kehidupan sosial politik.
4) Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah
fungsi pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.

1.2    Karakteristik dan Makna Ideologi bagi Negara

Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya


melihat dari sosok pengertiannya, atau hanya berangkat dari definisi-definisi yang
telah dikemukakan oleh para ahlinya. Oleh karena itu, meskipun secara elementer
akan dipaparkan beberapa karakteristik ideologi sehingga upaya memahami
makna suatu ideologi dapat dilakukan lebih mudah. Makna suatu ideologi dapat
ditemukan dari karakteristiknya.
Beberapa karakteristik suatu ideologi, antara lain:

1) Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis

Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang
sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap
sebagai suatu yang sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini
biasanya akan mendorong munculnya suatu ideologi. Jika manusia, kelompok,
ataupun masyarakat mulai merasakan bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan
hidupnya tidak dapat direalisasikan, maka kesalahan pertama seringkali
ditimpakan kepada ideologi yang ada atau sedang dikembangkan. Biasanya
ideologi yang ada dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan
eksistennya atau justifikasi terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam
melaksanakan aturan main yang dicanangkan sebelumnya. Pendek kata, mereka
tidak dapat menerima batasan-batasan mengenai apa yang harus dijunjung tinggi
dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari kondisi yang

Page | 2
serba kalut, yang dicirikan oleh menghebatnya ketegangan sosial, maka
ketidakpuasan terhadap masa lampau dan ketakutan menghadapi masa depan
menjadi pendorong muncul dan bangkitnya  suatu ideologi yang mampu
menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

2) Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis

Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan


atau ditawarkan ke tengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi
harus disusun secara sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara
rasional. Sebagai ide yang hendak mengatur tertib hubungan masyarakat, maka
ideologi biasanya menyajikan penjelasan dan visi mengenai kehidupan yang
hendak diwujudkan. Di samping itu, ideologi sering menampakkan sifat “self-
contained” dan “self-sufficient”. Ini mengandung pengertian bahwa ideologi
merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara beberapa premis dasar
yang memuat aturan-aturan perubahan dan pembaharuan. Meskipun ideologi
dikatakan sebagai suatu pola pemikiran yang sistematis, namun tidak jarang
dikatakan bahwa ideologi merupakan konsep yang abstrak. Hal ini tidak dapat
dipisahkan dengan deologi yang kurang mampu menggambarkan tentang realitas
dan lebih menggambarkantentang model atas dasar persepsi tentang realitas yang
ideal. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila ideologi cenderung menjadi
reduksionis, dalam arti cenderung mengetengahkan penjelasan dan rekomendasi
yang sederhana, umum, dan lebih mudah dipahami.

3) Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun


beragam

Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang


sangat luas, mulai dari penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai pada
gagasan-gagasan atau panangan-pandangan yang komperehensif (misalnya:
weltanschauung). Sebenarnya, sifat serba mencakup dari suatu ideologi sangat
tergantung pada ruang lingkup kekuasaan yang dapat dicakupnya. Ideologi-
ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih komprehensif dibandingkan dengan

Page | 3
ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan kekuasaan
mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Dengan demikian, ideologi dapat
memberikan gambaran tentang masyarakat bangsa yang akan direalisasikan
dengan berbagai pola perilakunya. Ideologi dapat menjadi indikator dalam
menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun masyarakatnya.dengan
demikian, ideologi dapat menjadi parameter dalam mengukur keber-hasilan suatu
bangsa.

4) Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan

Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran


dan panutan, mulai dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan
slogan-slogan atau simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-
gagasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan
masyarakatnya. berangkat dari tataran pemikiran semacam ini, dapat dikatakan
bahwaideologi berada pada keragaman landasan yang akhirnya akan membuahan
berbagai pemahaman dan penerimaan dari para pengikutnya.ketertarikan
seseorang pada suatu ideologi bisa didasarkan pada rangsangan intelektual,
emosional, atau yang paling sering adalah kepentingan pribadi. Disamping itu,
unsur pengikat dapat didasarkan pada daya tarik pemimpin yang kharismatik.
Dengan demikian, tidak mengherankan apabila para “ ideolog” cenderung
menunjukkan militansi dan fanatisme terhadap doktrin ideologi sehingga menjadi
sumber dukungan yang aktif dan sangat loyal dengan pasif menerima ideologi apa
adanya.

1.3     Fungsi ideologi

Tumbuhnya keyakinan dan kepercayaan terhadap ideologi tertentu,


barangkali bukan satu satunya cara, melalui mana manusia bisa memformulasikan
dan mengisi kehidupannya. Ideologi juga bisa memainkan fungsinya dalam
mengatur hubungan antara manusia dan masyarakat. Setiap kehidupan masyarakat
pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat terlibat dan tercakup di dalamnya.
Untuk itu, ideologi dapat membantu anggota masyarakat dalam upaya melibatkan

Page | 4
ciri dalam berbagai sektor kehidupan di samping fungsinya yang sangat umum,
ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifstnya, seperti:

1) Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia

Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide


atau gagasan melalui mana manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus
menginterpretasikan hakikat kehidupan ini. Realitas kehidupan yang sangat
kompleks dapat dibuat lebih jelas, lebih memenuhi harapan, dan lebih berarti oleh
sebuah ideologi. Orientasi kognitif dari suatu ideologi dapat membantu untuk
menghindarkan diri dari sikap ambiguitas, sekaligus memberikan kepastian dan
rasa aman dalam mengarungi kehidupannya. Jika manusia melihat ada kekuasaan
atau kekuatan yang sulit diprediksikan, maka ideologilah ide satu-satunya tempat
berlindung.

2) Ideologi berfungsi sebagai panduan

Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan


tentang bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan dan
cara mencapai tujuan itu. Seiring dengan fungsinya, ideologi menyajikan saluran-
saluran yang dapat dipakai untuk mewujudkan ambisi pribadi atau kelompok, hak
dan kewajiban, dan parameter yang menyangkut harapan pribadi dan anggota
masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan batasan tentang kekuasaan, tujuan,
dan organisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah politik. Dengan demikian
fungsi ideologi bagi suatu negara bukan sekedar sebagai standar pertimbangan
dalam memilih berbagai alternatif,melainkan menyertakan “a sense of self-
justification”, cara-cara mengevaluasi tingkah laku para anggotanya, dan
memberikan kerangka landasan bagi legitimasi politik (kekuasaan).

3) Ideologi berfungsi sebagai lensa, melalui mana seseoran dapat


melihat dunianya; sebagai cermin, melalui mana seseorang dapat

Page | 5
melihat dirinya; dan sebagai jendela, melalui mana orang lain bisa
melihat diri kita.

Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk
mengenal dan melihat dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa
melihat dan menginterpretasikan tindakanna yang didasarkan atas ideologinya.
Dengan demikian, ideologi merupakan potret diri pribadi, kelompok atau
masyarakat yang sangat impresio-nistis. Ideologi dapat memberikan gambaran
tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan. Inilah fungsi penting ideologi
bagi suatu bangsa dan negara.

4) Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus


fungsi integratif

Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam


mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Di sisi lain, ideologi dapat mengikat kebersamaan dengan cara
mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan individu. Dalam kehidupan
masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi membatasi terjadinya konflik. Guna
menjaga kontiunitas dan usaha-usaha bersama, suatu masyarakt tidak saja
memerlukan pengendalian konflik, tetapi juga memerlukan adanya integrasi
secara politis dari para anggotanya. Melalui ideologi setiap anggota masyarakat
mampu mengetahui ide, cita-cita, tujuan atau harapan-harapan dari masyarakat.

1.4     Perbandingan Ideologi

Kajian ideologi terasa kurang lengkap tanpa mengkaji ideologi-ideologi besar


yang berpengaruh di dunia. Oleh karena itu pada bagian ini akan disajikan uraian
singkat tentang beberapa ideologi tersebut.

1)  Liberalisme

Page | 6
Dalam rangka mempertajam persepsi terhadap beberapa aliran filsafat
politik yang revolusioner, ada baiknya dikemukakan dua teori pokok garakan
revolusioner di Amerika Serikat. Pertama, teori yang dikembangkan oleh The
Founding of America yang didasarkan atas hak-hak rakyat untuk membebaskan
diri dari pemerintahan yang depotisme. Teori revolusioner ini tergolong
tradisional dengan tujuan yang sedehana  yaitu ingin mengakhiri praktik-praktik
tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat secara penuh sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Kedua, teori yang diemukakan Kaum Komunis di Amerika dan merupakan


kebalikan dari teori pertama. Teori ini bertuuan ingin mengakhiri kebebasan
rakyat, sekaligus membagun tirani. Inilah essensi yang sering dilupakan oleh
mereka yang hanya ingin mencari justifikasi dalam membela  kaum komunis di
Amerika. Dengan kata lain, istilah yang dipergunakan sama, tetapi belum tentu
memiliki makna yang sama  di mata rakyatnya.

Persoalan yang sering dilupakan dalam pembahasan filsafat politik adalah


masalah  yang menyangkut hak dan wewenang pemerintah dalam mengendalikan
tingkah laku dan perbuatan warganegaranya. Apa yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan oleh rakyat, biasanya ditentukan oleh pemerintah dari masing-
masing negara. Inilah sebenarnya persoalan mendasar yang paling penting karena
menyangkut kepentingan asasi dari warga negara.

Liberalisme sebagai salah satu filsafat politik dan ideologi besar di dunia
memiliki hubungan yang erat dengan persoalan diatas. Edmun Burke
mengemukakan bahwa liberalisme berhubungan dengan masalah apa yang
seharusnya dilakukan oleh negara melalui kebijaksanaan umum, dan yang
seharusnya tidak dilakukan negara untuk memberikan kebebasan kepada
rakyatnya. Pada awal pertumbuhannya, liberalisme sering dikonotasikan dengan
kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Inilah arti pentingnya jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia sehingga memungkinkan setiap orang dapat
mengembangkan potensinya.

Page | 7
Menurut pandangan liberalisme, negara dan politik hanya menempati salah
satu bagian dan bukan persoalan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan negara
semata-mata hanya mempertahankan negara apabila ada gangguan atau serangan
dari negara lain. Fungsi negara tidak lebih dari mempertahankan hukum dan
ketertiban masyarakat. Rumusan yang sesuai dengan cita-cita ini adalah The
goverment is the best  which governs the best.

Liberalisme memiliki pandangan tersendiri terhadap hak dan kebebasab


warganegara. Ia mendukung pengakuan hak-hak asasi manusia sepanjang tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Pandangan ini pada dasarnya sama  dengan yang
dikembangkan bangsa Indonesia melalui ideologi pancasila. Dengan demikian,
negara paling tidak harus memberikan jaminan kepada setiap warganegaranya
untuk memilih dan menentukan agama dan kepercayaannya sendiri, berbicara dan
mengemukakan pikiran secara bebas, dan untuk bekerja secara bebas sesuai 
dengan kemauan dan kemampuannya tanpa campur tangan  dari pemerintah.

Filsafat politik liberalisme tertuang dalam Bill of Rights, gagasan


konstitusionalisme, ajaran Separation of Power, dan dimanefestasikan dalam
ajaran Checks and Balance. Keempatnya dimaksudkan untuk memberikan
jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan individu dari pelanggaran-
pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh negara atau pemerintah. Akhirnya,
prinsip-prinsip pengajaran liberalisme telah berkembang menjadi suatu ideologi
dalam segala aspek kehidupan.

Sebagai sebuah ideologi, liberalisme mengembangkan suatu prinsip yang


sangat mendasar sifatnya, seperti: (1) pengakuan terhadap hak-hak asasi
kewarganegaraan, (2) memungkinkan tegaknya tertib masyarakat dan negara atas
supermasi hukum, (3) memungkinkan lahirnya pemerintahan yang demokratis,
dan (4) penolakan terhadap pemerintahan totaliter.

Prinsip-prinsip tersebut kemudian diimplementasikan dalam berbagai bidang


kehidupan. Dalam bidang politik, ideologi liberal sangat menekankan pada
peranan masing-masing individu. Karena pentingnya kedudukan individu, pernah

Page | 8
berkembang negara hukum yang bertujuan melindungi individu dari gangguan
individu lain. Perkembangan bidang ekoomi juga ditandai dengan persaingan
yang kuat karena masing-masing individu merasa memilki hak untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya kebebasan ini telah melahirkan sikap imperealistis dan membawa
dampak yang kurang menguntungkan bagi kelompok masyarakat lain. Pendek
kata, yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin terpuruk. Akhirnya,
lahirlah kelas-kelas sosial yang pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip
liberalisme.

2) Komunisme

Menurut teori aslinya, yaitu teori marx, sosialisme dan komunisme tidak
akan mungkin bisa muncul di negara-negara yang tingkat perkembangan
ekonominya belum begitu maju. Selain itu, Marx mengatakan bahwa sistem
feodal harus digantikan oleh sistem kapitalis yang ditimbulkan oleh
industrialisasi. Dalam pandangan Marx, sistem kapitalis tersebut bisa
mempersiapkan kerangka landasan untuk datangnya sosialisme dengan melalui
dua cara: (1) kapitalisme memberikan kemungkinan menigkatnya produksi
melalui industrialisasi,dan (2) kapitalisme dapat melahirkan kelas baru, yaitu kelas
proletar atau buruh.

Sistem kapitalis itu sendiri, bisa saja dipimpin oleh kelas borjuis dengan satu
catatan bahwa kelas proletar semakin besar jumlahnya. Akhir dari kondisi ini akan
melahirkan kekuatan kelas proletar guna menjatuhkan atau menggantikan kelas
borjuis. Dengan demikian, kelas proletar bisa mewarisi ekonomi yang maju dari
praktek kapitalisme. Dengan asumsi bahwa kelas proletar tersebut akan
menggunakan  produksi yang tinggi untuk kepentingan mayoritas kelas proletar
dan bukan demi kepentingan minoritas kelas borjuis.

Berangkat dari teori marx tersebut kita memperoleh satu kesan bahwa negara
praindustri harus diindustrilisasikan melalui kapitalis sebelum lahir atau

Page | 9
tumbuhnya sosialis. Kondisi semacam inilah  yang memungkinkan kaum proletar
menjadi kuat dan dapat merebut kekuasaan dan menciptakan sosialisme.

Gambaran pada awal abad ke 20 menunjukkan, bahwa negara-negara sosialis


adalah negara-negara kapitalis yang paling maju, khususnya jerman dan inggris.
Di pihak lain, rusia masih feodal dengan ekonomi pertaniannya. Di rusia proses
industrialisasi baru mulai dan kaum borjuis masih lemah dibandingkan dengan
kaum ningrat yang ada. Meskipun demikian, partai komunis berhasil merebut
kekuasaan di rusia. Sementara di inggris dan jerman, hal yang demikian tidak
terjadi. Satu pertanyaan yang segera mengganggu adalah bagaimana kenyataan
berhasilnya partai komunis di suatu negara yang belum maju dapat disesuaikan
dengan teori Marx?

Menurut Marx, datangnya sosialis dapat diibaratkan dengan jatuhnya buah


yang matang dari pohon. Kalau buah sudah matang barulah bisa jatuh. Sementara
itu lenin berkeyakinan bahwa buah itu harus dan dapat direbut. Apabila dikaitkan
dengan perkembangan di Rusia belum cukup matang. Untuk itu sebuah organisasi
harus dibentuk dalam upaya merebut kekuasaan. Organisasi yang dimaksudkan
tidak lain dan tidak bukan ialah: Partai Bolshevic atau Komunis.

Partai komunis terdiri dari segolongan kecil orang yang revolusioner dan
sangat berdisiplin. Sehubungan dengan ini, lenin mengatakan bahwa kualitas lebih
penting ketimbang kuatintas. Bahkan, untuk ini partai komunis disebutnya sebagai
“ vanguard” atau pelopor kelas proletar. Menurut Lenin pula orang bisa sering
menginsyafi kepentingannya sendiri. Mereka mirip tubuh tanpa kepala. Untuk ini
partai komunis sebagai kepala dari tubuh kelas proletar. Dalam pandangannya,
anggota-anggota Partai Komunis cukup memahami hukum kesejarahan. Dengan
kata lain, mereka cukup memahami bagaimana kelas proletar merupakan kelas
yang semestinya akan berkuasa. Jadi, walaupun banyak anggota partai yang
berasal dari cendikiawan daripada proletar itu sendiri, namun golongan
cendikiawan tersebut dapat mewakili kepentingan proletar.

Page | 10
Lenin juga melihat bahwa kelas proletar merupakan kelas yang kecil di
Rusia. Oleh karena itu kelas proletar harus bersatu dengan petani. Persekutuan ini
haruslah dipimpin oleh kelas proletar ( dalam hal ini partai komunis). Tugas
pertama mereka adalah menjatuhkan rezim feodal, kendatipun rezim feodal itu
sendiri tidak akan diganti oleh rezim borjuis. Menurut lenin, justru persekutuan
yang dipimpin oleh proletar itulah yang harus menunaikan tugas kelas borjuis,
yaitu industrialisasi. Sesudah itu mereka baru dapat menunaikan tugasnya sendiri,
yaitu membangun sosialisme. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa lenin
bermaksud menyatukan dua tahapan yaitu kapitalis dan sosialis.

Dari ulasan yang terakhir, nampak bahwa lenin membuat beberapa revisi
yang penting dalam teori Marxisme. Pertama ia menerima prinsip bahwa arah
sejarah bisa dipercepat. Kedua, alat yang dapat mempercepat sejarah adalah partai
komunis yang mewakili kaum proletar, kendatipun diantara anggotanya terdapat
orang-orang yang bukan proletar. Ketiga, lenin menginsyafi bahwa dalam suatu
negara agraris, kelas proletar harus bersekutu dengan kelas petani. Akhirnya lenin
berkesimpulan bahwa partai komunis dapat menjalankan industrialisasi kendati
menurur Marx industrialisasi merupakan tugas kaum borjuis dengan sistem
kapitalismenya.

Revisi-revisi lenin dikembangkan pula oleh Mao Tze Tung. Diatas telah
dikatakan bahwa lenin menciptakan gagasan Vanguard of the Proletariat atau
pelopor proletar yang mewakili kelas proletar, kendatipun ada di antara
pemimpin-pemimpinnya yang bukan dari kelas proletar. Di samping itu, peranan
para politisi tidak dapat diabaikan.

Pada mulanya partai komunis cina mengikuti contoh rusia tersebut. Dengan
kata lain, semua partai ini mendasarkan kekuatannya pada kelas proletar dan
kelompok cendikiawan di kota-kota besar. Namun kenyataan yang ada, pada
tahun 1927, Chiang Kai-Shek menghancurkan partai komunis di kota-kota besar.
Untuk itu Mao mengembangkan satu pemikiran, bahwa revolusi cina harus
mendasarkan diri pada kelas petani. Atas dasar pertimbangan tersebut Mao
membentuk suatu tentara petani. Satu pertanyaan yang timbul  sekarang adalah,

Page | 11
bagaimana revolusi yang diperjuangkan oleh tentara petani itu dapat dikatakan
komunis?

Memang lenin membedakan antara pelopor proletar dan kelas proletar itu
sendiri. Akan tetapi bagaimanapun juga keduanya saling bersangkutan sangat
erat.  Ada orang-orang proletar yang menjadi anggota partai komunis, dan partai
komunis berpusat di kota-kota besar sehingga pemimpin-pemimpin dapat
berhubungan secara kontinyu dengan kelas proletar.

Sebelumnya Mao hanya membawa gagasan lenin sampai logical conclution


saja. Kalau pelopr proletar memahami kepentingan proletar dengan lebih jelas dari
orang proletar itu sendiri, apakah pelopor tersebut tersangkut-paut secara fisik
dengan proletar atau tidak, bukanlah persoalan yang penting. Pokoknya pelopor
itu, tidak lain adalah partai komunis yang dianggap mewakili kelas proletar. Jadi
walaupun tentara Mao terdiri dari petani dan bukan proletar, akan tetapi ia
mewakili proletar. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa revolusi cina
dipimpin juga oleh kelas proletar.

Revolusi Mao adalah bertujuan menjangkau “demokrasi rakyat”. Jika


demokrasi rakyat sudah dapat dicapai, maka sudah tidak perlu memasuki tahap
kapitalisme. Jadi perkembangan masyarakat harus melewati tahap feodalisme
menuju demokrasi rakyat, kemudian memasuki sosialisme, dan akhirnya
terwujudlah komunisme.

Demokrasi rakyat diperjuangkan oleh suatu aliansi yang terdiri dari kelas –
kelas proletar, petani, borjuis kecil, dan borjuis nasional (kaum kapitalis yang
menentang atau tidak bekerja sama dengan imperealis) aliansi tersebut dipimpin
oleh kaum proletar. Untuk ini Mao mengatakan bahwa revolusi ala cina cocok
dengan kondisi negara-negara baru.

Sejak tahun 1961, uni sovyet menganjurkan sebuah jalan yang sedikit
berbeda untuk negara-negara baru. Menurut Uni sovyet negara-negara baru harus
mencapai apa yang disebut “demokrasi nasional”. Aliansi yang memperjuangkan

Page | 12
demokrasi nasional terdiri dari keempat kelas yang juga memasuki aliansi untuk
demokrasi rakyat. Tetapi aliansi demokrasi nasional tidak dipimpin oleh kelas
proletar, yaitu partai komunis. Partai komunis dianjurkan untuk bekerjasama
dengan pemimpin nasional lain dan berusaha menguasai golongan lain.

Dengan demikian, jelas bahwa teori komunis tentang berkembangnya


gerakan komunis di negara-negara baru agar berbeda dengan teori aslinya yang
dikemukakan Marx. Teori komunis sudah disesuaikan dengan realita di negara-
negara baru, yaitu bahwa sebagian besar rakyat bukan kaum proletar tetapi petani.
Tetapi kaum petani tersebut tidak dapat memimpin suatu revolusi. Pemimpin-
pemimpinnya yang tergabung dalam partai komunis, sebenarnya berasal dari kelas
cendikiawan, dan bukan proletar. Jadi di negara-negara baru gerakan komunis
yang berhasil terdiri dari cendikiawan dan petani. Peranan proletar boleh
dikatakan tidak begitu menonjol.

Kelihatan teori tersebut terlalu dibuat-buat. Oleh karena itu kita perlu melihat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi berkembangnya gerakan komunis. Salah
satu pendapat yang sering diutarakan tentang berkembangnya gerakan komunis di
negara-negara baru adalah bahwa komunisme merupakan akibat kemiskinan.
Kalau rakyat hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan, maka hal ini merupakan
keadaan yang subur bagi komunisme. Secara logis pendapat ini masuk akal.
Semestinya yang paling miskin menjadi yang paling kurang puas sehingga tidak
mungkin mengikuti gerakan komunis yang ingin merombak masyarakat secara
keseluruhan.

Akan tetapi, dalam prakteknya tidak selalu demikian. Misalnya, di india


tidak semua daerah yang paling terbelakang mendukung komunis. Justru di
daerah-daerah yang paling terbelakang, petani-petani berpikiran paling tradisional.
Kalau kita melihat negara-negara yang paling tradisional  seperti saudi arabia,
meskipun rakyat miskin sekali tetapi tidak ada gerakan komunis. Seringkali sikap
narimo (menerima dengan pasrah) sangat kuat diantara orang  yang miskin sekali.
Jadi bukanlah kemiskinan sendiri yang menimbulkan gerakan komunis.

Page | 13
Ada sebuah teori tentang timbulnya gerakan komunis yang berdasarkan pada
proses detradisional. Komunisme tidak dipandang sebagai reaksi terhadap
kemiskinan melainkan sebagai reaksi terhadap perubahan yang terlalu pesat dan
kurang teratur. Dalam masyarakat tradisional semua orang merasa sebagai bagian
dari masyarakat. Mereka mempunyai suatu kedudukan yang tidak dapat dirubah
sehingga merasa aman. Secara ekonomis orang menderita, tetapi penderitaannya
diterima sebagai nasib. Tetapi sesudah masyarakat dipengaruhi modernisasi,
masyarakat tradisional seringkali dikacaukan melalui meluasnya komunikasi,
penjajahan, pendidikan modern, industri modern, dan lain-lain. Setelah
dipengaruhi oleh modernisasi mereka dapat melihat cara-cara kehidupan lain yang
merupakan alternatif yang kelihatan bagus. Orang-orang menjadi kurang puas dan
frustasi. Ketidakpuasan dan frustasi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, orang-
orang berfrustasi secara materiil. Mereka ingin menjadi kaya seperti orang lain.
Kedua, mereka frustasi dengan nilai-nilai baru. Pada zaman yang kacau, orang
perlu ideologi yang dapat menerangkan tentang dunia modern yang kelihatan
kacau. Sering kepercayaan agama tidak cukup meyakinkan, sehingga orang tidak
saja memberi jalan untuk menjadi kaya tetapi juga sebagai pegangan yang dapat
meredakan ketakutan akan kekacauan di dunia modern.

3) Fasisme

Istilah fasisme dikembangkan dari istilah latin “fasces” yang merupakan


simbol kekuasaan pada jaman romawi kuno. Di italia dikenal pula istilah “fascio”
dengan arti dan konotasi yang sama. Fasisme sebagai gerakan politik muncul di
italia setelah perang dunia I dan sempat menguasai negara itu dari tahun 1922
sampai dengan tahun 1943. Tetapi sebelum itu, telah dikenal istilah “fasci” yang
sering diartikan sebagai kelompok politik yang memperjuangkan tujuan-tujuan
tertentu. Fasisme sebagai gerakan politik lebih eksklusif sifatnya setelah dikaitkan
dengan gerakan-gerakan yang diorganisir oleh benito mussolini pada tahun 1919.

Dalam banyak hal, fasisme yang dikembangkan Mussolini dan Nazisme oleh
Hitler sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fichte dan Hegel. Dalam hubungan ini
bisa dikatakan bahwa fasisme tidak lain merupakan perkembangan radikal dari

Page | 14
teori negara Hegel. Dalam suatu kesempatan, Hegel pernah mengemukakan
bahwa pengorbanan yang diberikan individu kepada negaranya merupakan ikatan
substansial antara negara dengan seluruh anggotanya. Dengan demikian,
pengorbanan tersebut dapat dipandang sebagai manifestasi dari tugas individu
kepada bangsa dan negaranya. Fasisme juga cenderung menganut moralisme ideal
yang selalu didengungkan Hegel dan diperjuangkan pula oleh kant, Fichte, Green,
Calyle, ataupun Mazzini. Sesuai dengan ajaran tersebut orang seyogyanya lebih
menuntut kebajikan daripada memenuhi kesenangan pribadi. Ia harus lebih
mementingkan tugas dan kewajibannya daripada menuntut hak semata-mata, dan
pengorbanan diri atas nama masyarakat tidak harus dilaksanakan atas dasar
kepentingan diri sendiri (selfinterest).

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran itulah, fasisme dan nazisme


memandang liberalisme sebagai satu ajaran dan gerakan yang lebih berorientasi
kepada pemuasan kebutuhan materiel dengan mengabaikan soal-soal moral dan
spiritual. Sebaliknya, fasisme menganggap ideologi mereka lebih mendasarkan
diri pada nilai-nilai spiritual dan loyalitas daripada sekedar pemenuhan kebutuhan
perseorangan. Selain itu fasisme bukanlah ideologi yang bersifat dogmatis dan
kaku, akan tetapi merupakan ideologi yang luwes dimana ajaran-ajarannya
diterima sebagai suatu kenyataan darurat sesuai dengan suasana yang ada dalam
masyarakat dan negara yang ada. Hakikat fasisme adalah kepercayaan dan instink,
dan bukannya akal atau ajaran.

Fasisme menolak dengan tegas gerakan Pasifisme, akan tetapi lebih


menyukai bentuk-bentuk kekerasan. Mereka juga menolak demokrasi dan
liberalisme dengan segala macam pranata pendukungnya. Sebaliknya fasisme
cenderung mendekati nasionalisme dan imperealime, serta lebih tertarik kepada
tradisi-tradisi jaman romawi.

Negara dalam pandangan fasis dianggap terlepas dan ada diatas setia perintah
moral. Negara berdiri diatas semua individu dan mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibanding individu. Kebebasan individu dibatasi untuk memberikan
perhatian sepenuhnya terhadap negara. Negara adalah diatas segala-galanya.

Page | 15
Negara mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk individu-individu
yang tercakup didalamnya. Untuk itu negara harus melakukan pengawasan mutlak
kepada setiap aspek kehidupan individu, yang meliputi pendidikan, kehidupan
ekonomi, dan memaksakan tercapainya keselarasan antara kerja dan modal. Dari
segi inilah nampak bahwa fasisme menolah sosialisme-Maxist maupun
kapitalisme. Dibawah fasisme hak milik perseorangan dipertahankan sepanjang
pemakainya diletakkan dibawah kekuasaan negara.

Perang dunia I, dalam mana italia baru terlibat pada tahun 1915, ternyata
banyak memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan
sebelumnya. Kendati demikian, italia sendiri boleh dikatakan tidak memperoleh
keuntungan sebagaimana yang diharapkan, malahan membawa berbagai ekses
dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Perang yang berkepanjaangan dan
menghabiskan biaya besar tersebut, banyak menimbulkan keresahan dalam
berbagai kalangan.

Sejalan dengan itu banyak pemikiran dan gagasan dilontarkan orang, dan
tidak sedikit pula usaha-usaha yang dilakukan untuk mencoba mengatasi keadaan
tersebut. Namun demikian, usaha tersebut tidaklah semudah yang diperkirakan
orang. Banyak tantangan berat yang harus dihadapi, terlebih lagi dengan melihat
struktur ekonomi negara yang sudah sedemikian parah, serta tersendat-sendatnya
pelaksanaan sistem demokrasi. Tantangan-tantangan tersebut lebih diperberat lagi
dengan belum berhasilnya parlemen melaksanakan tugas-tugasnya dengan
memuaskan.

Konsekuensi logis dari krisis semacam itu, adalah timbulnya berbagai


organisasi ataupun gerakan politik yang bersifat ilegal. Dan muncul kekhawatiran
baru di kalangan menengah ke atas akan kemungkinan masuknya komunisme
yang biasanya lebih berhasil dalam situasi semacam itu. Saat-saat seperti itu,
banyak perhatian mulai diarahkan kepada diri Benito Mussolini, yang pada masa-
masa sekitr itu boleh dianggap sebagai salah seorang tokoh terkemuka dalam
gerakan sosialis italia sampai dengan tahun 1914 yang membawa negara tersebut
masuk dalam kancah perang dunia I.

Page | 16
Dalam bulan maret 1919, Mussolini mengorganisir gerakan yang disebut
“Fasci di Comattimento”. Pada masa-masa awal pendiriannya, organisasi tersebut
hanya memperoleh sedikit kemajuan. Bahkan dalam pemilihan bulan november
1919, misalnya, Mussolini secara tragis mengalami kekalahan di milan yang
sebenarnya dianggap sebagai basisnya. Akan tetapi bermula pada kegagalan
tersebut, masa-masa berikutnya diisi dengan segala keberhasilan. Pada bulan
oktober 1922 Mussolini dengan Fasci-nya benar-benar bisa menguasai jaringan
politik di italia.

Dengan hanya bersandar pada berbagai pernyataan Mussolini, sulit bagi kita
untuk memperoleh gambaran apa sebenarnya yang dikendaki oleh fasisme di
masa-masa yang akan datang. Akan tetapi secara umum dapat ditarik satu
pengertian bahwa dalam jangka pendek fasisme ingin segera memulihkan kondisi
yang ada pada saat itu. Asisme bukan sekedar sistem pemikiran yang terintegrasi,
akan tetapi secara gradualmenjelma sebagai respon terhadap situasi dan kondisi
yang sudah berlangsung. Hal yang demikian ini sangat wajar apabila kita tilik dari
kelahiran fasisme itu sendiri.

Lebih jauh dikemukakan, bahwa konflik antar kelas sosial dalam satu negara
sebenarnya hanya membuang-buang tenaga dan memperlemah energi nasional
yang justru sangat diperlukan dalam perjuangan menghadapi negara lain. Dalam
pandangan fasisme, bangsa adalah realitas politik yang hidup, dalam mana setiap
individu mengembangkan dirinya sendiri. Usaha-usaha perdamaian antar bangsa
yang dilansir di masa-masa lalu oleh Liga Bangsa Bangsa hanya dipandang
sebelah mata dan bahkan dianggap sebagai impian kaum utopis yang berlebihan.

Cara pandang seperti itu mau tidak mau memberikan justifikasi terhadap
upaya pengembangan konsep kekuatan, kekerasan dan bahkan brutalitas. Dan
memang konsep-konsep inilah yang nampaknya cukup dominan dalam ajaran
fasis. Cara pandang semacam itu juga mempunyai konsekuensi dalam hal
penyikapan terhadap eksistensi negara yang ternyata lebih mengarahkan kepada
pengembangan totalitarian anti demokrasi. Negara dipandang sebagai perwujudan

Page | 17
tertinggi dari bangsa. Untuk itu kepentingan semua individu harus
disubordinasikan demi kekuatan dan kemulian negara.

Negara mempunyai hak untuk mengadakan pengawasan dan mengatur semua


aktivitas anggota-anggotanya. Hal yang terakhir berbuntut pada upaya
pemberangusan segala bentuk oposisi dan dilegalisirnya negara satu partai.
Struktur partai bertumpu pada alur hierarkis, dimana otoritas langsung mengalir
sari atas. Secara demikian cara-cara diktatur adalah satu hal yang tidak bisa
dihindarkan dan boleh dikatakan sebagai konsekuensi logis dari struktur partai
semacam itu. Fasisme juga menggunakan konsep “corporate state”, dimana setiap
kelompok fungsional dalam masyarakat hanya boleh diwakili oleh satu organisasi
yang nota bene harus direstui oleh pemerintah. Dengan demikian pemerintah lebih
mudah mengendalikan segala bentuk gerakan rakyat

2.5 Tipe-Tipe Ideologi


Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara. Kedua tipe tersebut
adalah ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah ajaran atau
pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan normanorma
politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan
harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan
berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis dan
apriori sehingga tidak dapat dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman
sosial. Karena itu ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai
lain.
1). Ideologi Tertutup
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan
kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga menentukan hal-
hal yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak
masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri.
Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.
Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.

Page | 18
Sebaliknya, baik buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut. Dengan sendirinya
ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh
elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. Contoh paling baik dari ideologi tertutup adalah Marxisme-Leninisme.
Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang dilanjutkan
oleh Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan
prinsip dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Marxisme-Leninisme meliputi
ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialisme
dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis; (c)
norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana
individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok
orang atas nama kaum proletar

2). Ideologi Terbuka


Tipe kedua adalah ideologi terbuka. Ideologi terbuka hanya berisi orientasi
dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma
sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip
moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai
tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara
demokratis. Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter
dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi
terbuka hanya dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
Tipe ideologi tertutup maupun terbuka masing-masing memiliki acuan seperti
pendapat Soerjanto Poespowardojo dalam buku Pancasila sebagai ideologi:
dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermasyarakat
sebagai berikut:
a. Ideologi ditangkap dalam artian negatif, karena dikonotasikan dengan
sifat totaliter, yaitu memuat pandangan dan nilai yang menentukan seluruh segi
kehidupan manusia secara total, secara mutlak menurut manusia hidup dan

Page | 19
bertindak sesuai dengan apa yang digariskan oleh ideologi itu, sehingga akhirnya
mengingkari kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang geraknya.
b. Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang
Dunia II karena menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita, nilai, dan
keyakinan. Sesuai dengan pendapat Soerjanto Poespowardojo tersebut maka tipe
ideologi terbuka termasuk dalam artian yang positif karena ada pada sistem
demokrasi yang mengoperasionalkan seluruh cita-cita, nilai, dan keyakinan secara
holistik sesuai dengan perkembangan masyarakat.

2.6  Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga


sebagai ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa pancasila
merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara.
Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep mengenai wujud masyarakat yang
di cita-citakan, begitu juga dengan ideologi pancasila. Masyarakat yang di cita-
citakan dalam ideologi pancasila ialah masyarakat yang dijiwai dan
mencerminkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu
masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta bertoleransi,
menjunjung tiggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang bersatu dalam suasana
perbedaan, berkedaulatan rakyat dengan mengutamakan musyawarah, serta
masyarakat yang berkeadilan sosial.

Hal itu berarti bahwa pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat setatis
melandasi berdirinya negara Indonesia, akan tetapi pancasila juga membawakan
gambaran mengenai wujud masyarakat terteentu yang diinginkan serta prinsip-
prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk mewujudkanya.

Pancasila sebagai ideologi negara membawakan nilai-nilai tertentuyang


digali dari realitas sodio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka ideologi
pancasila membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan ideologi
lain. Kekhasan itu adalah keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang
membawa konsekuensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page | 20
Kemudian juga penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan, yang
diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan
memperhatikan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kekhususan
yang lain adalah bahwa ideologi pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa itu
diatas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Berikutnya dalah kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang didasarkan pada prinsip demokrasi dengan
penentuan keputusan bersama yang diupayakan sejauh mungkin melalui
musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Satu hal lagi yaitu keinginan untuk
mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia.

Kalau setiap ideologi mendasarkan diri pada sistem filsafat tertentu yang
berisi pandangan mengenai apa dan siapa manusia, kebebasan pribadi serta
keselarasan hidup bermasyarakat; ideologi pancasila mendasarkan diri pada
sistem pemikiran filsafat pancasila, yang didalamnya juga mengandung pemikiran
mendasar mengenai hal tersebut. Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila
sebagai ideologi negara tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998
tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun 1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45
ialah dasar negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui
bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional, selain
kedudukannya sebagai dasar negara.

Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara


dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam
ketetapan MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk
pelaksanaan yang konsistem dalam kehidupan bernegara.

Page | 21
2.7 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

 Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara


Kesatuan Republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan
budaya (cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah
ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu.

Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :

1) Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa


yang majemuk.
2) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa
dan Negara.
 

Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi
etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya
aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisa saja terwujud karena
Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu:
Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima
prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat bangsa dan personal-personal di dalamnya.

Page | 22
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat
lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main
yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang dikenal
oleh masyarakat internasional, Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari
pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah Pancasila mampu bertahan.

  Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia


sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu
religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan
dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang berkeadilan
sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain,
tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur
bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada kesadaran,
pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila selayaknya tetap
bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai
dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel.
Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan
keterbukaannya tersebut.

  Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan


dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai-nilai tersebut.
Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :

1) Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus


Pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan
tinggi.
2)  Lebih memasyarakatkan pancasila.

Page | 23
3) Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4) Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap Pancasila.
5) Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila.

2.8 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila Sebagai Ideologi terbuka artinya pancasila dapat dikembangkan
nilai-nilainya agar menjadi suatu ideologi yang lebih baik seiring terjadinya
kemajuan dalam kehidupan. “Terbuka” yang dimaksud disini bukanlah mengubah
pancasila, namun mengarahkan penerapan nilai – nilai pancasila menjadi lebih
mapan dan sesuai dengan perkembangan zaman.  Ciri-ciri ideologi terbuka

Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat


(falsafah).Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
kesepakatan masyarakat.
2) Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri.
Ia adalah milik seluruh rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam
kehidupan mereka.
3) Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan
perlu menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam
situasi ke-kini-an mereka.
4) Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat,
melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung
jawab sesuai dengan falsafah itu.
5) Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Indonesia menganut ideologi terbuka karena Indonesia menggunakan sistem


pemerintahan demokrasi yang didalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk
berpendapat dan melaksanakan sesuatu sesuai keinginannya masing-masing.

Page | 24
Maka dari itu, ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling
tepat digunakan Indonesia.

    Selain itu, Pancasila memang memiliki syarat sebagai ideologi terbuka,sebab:

1) Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa
         Indonesia  seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
         Keadilan.  Atau nilai-nilainya  tidak dipaksakan dari luar atau bukan pembe-
         berian negara.
2) Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD
45,
         UU, Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll      
3) Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental.
Nilai
         Praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita
         melaksanakan nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi,
         gotong-royong, musyawarah, dll.

Moerdiono menyebutkan beberapa fakta yang mendorong pemikiran


Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu : 
1) Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita
berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan
kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran
ideologi-ideologi sebelumnya
2) Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti
marxismeleninisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan
pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap
mempertahankan ideologi lainnya.
3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme
sangat penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya
bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang
kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai

Page | 25
senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan
pemerintah di saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-
perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti
pancasila. 
4) Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan,
istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan
ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai
pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam
kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa
(volkgeits) bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Di
samping itu, ada faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk
menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi yaitu:
1) Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana
ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar
ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2) Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok
atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3) Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi
itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu
yang sesuai dengan realita-realita baru yang muncul di hadapan mereka
sesuai perkembangan zaman.

Page | 26
Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan
sebagai ideologi terbuka.

Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan


Fungsi Pancasila sebagai sarana agar bangsa Indonesia tetap bersatu dan
tidak terpecah belah sangatlah penting. Seperti yang telah saya katakan diatas
bahwa Indonesia memiliki Keanekaragam suku yang sangat banyak sehingga
apabila terpecah belah akan sangat beresiko dan memberikan banyak dampak
negatif. Pancasila Menjadi Ideologi persatuan dengan membangun suatu konsep
atau ide yang menjadi watak warga negaranya, sehingga memiliki kepribadian dan
rasa percaya diri yang tinggi. Pancasila sebagai Ideologi Persatuan dapat di
analogikan seperti “pancasila membangun karakter bangsa (character Building
oleh pancasila) 

Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan 


Pancasila sebagai Ideologi pembangunan artinya pancasila memiliki kemampuan
untuk menjadi ideologi agar bangsa Indonesia dapat berkembang seutuhnya.
Pembangunan yang dimaksud disini bukan hanya dari sebagi perkembangan
ekonomi, perkembangan teknologi, dan perkembangan fisik lainnya, melainkan
juga terhadap perkembangan sumber daya manusianya. Setiap Warga Negara
Indonesia harus terus berkembang agar terjadi perubahan indonesia ke arah yang
lebih baik. Namun menurut pendapat saya, sedikit sulit utnuk membangun Negara
yang kita cintai pada masa sekarang, karena masih banyak sumber daya manusia
yang tidak baik diberi wewenang sebagai “penguasa”, contohnya adalah kuruptor
yang dalam dunia politik. 

2.9 Implementasi pancasila sebagai ideologi negara atau nasional 


1. Perwujudan Pancasila Sebagai Cita-cita Bernegara
Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi
cita-cita penyelenggaraan bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7 tahun
2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut
menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas 3 visi, yaitu :

Page | 27
1) Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksudkan dalam UUD 45 yaitu pada alinea kedua dan keempat.
2) Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang
berlaku samapai dengan tahun 2020.
3) Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN
(Garis-Garis Besar Haluan Negara).

2. Perwujudan Pancasila Sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif


Bangsa
Nilai Integratif Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang
berarti bahwa pancasila sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian
konflik perlu pula dijabarkan dalam praktik kehidupan bernegara. Nilai integratif
pancasila mengandung makna bahwa pancasila dijadikan sebagai sarana
pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik. Masyarakat
Indonesia telah menerima  pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya
sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social
ethics dalam masyarakat yang heterogen.
 
3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia Pancasila diangkat
dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
Negara. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh
para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh
lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif. Oleh karena ciri khas
Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia. ideologi
Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu
serta ideologi Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas
bangsa Indonesia mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang
berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk.

Page | 28
  Pancasila berkedudukan sebagai ideologi nasional Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Fungsi Pancasila
sebagai ideologi Negara adalah Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, mengarahkan bangsa Indonesia menuju
tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan, memelihara dan mengembangkan identitas bangsa
dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila,
menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan
Negara.

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalamnya merupakan nilai nilai


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-
nilai Pancasila tergolong nilai kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau
kenyataan. Estetis, estis maupun religius.

Page | 29
Page | 30

Anda mungkin juga menyukai