1 Pengertian Ideologi
Page | 1
2) Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan
strategi guna merealisasikannya.
3) Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang
dapat mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang
selanjutnya diarahkan pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam
kehidupan sosial politik.
4) Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah
fungsi pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang
sebelumnya dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap
sebagai suatu yang sudah tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini
biasanya akan mendorong munculnya suatu ideologi. Jika manusia, kelompok,
ataupun masyarakat mulai merasakan bahwa berbagai kebutuhan dan tujuan
hidupnya tidak dapat direalisasikan, maka kesalahan pertama seringkali
ditimpakan kepada ideologi yang ada atau sedang dikembangkan. Biasanya
ideologi yang ada dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan
eksistennya atau justifikasi terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam
melaksanakan aturan main yang dicanangkan sebelumnya. Pendek kata, mereka
tidak dapat menerima batasan-batasan mengenai apa yang harus dijunjung tinggi
dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari kondisi yang
Page | 2
serba kalut, yang dicirikan oleh menghebatnya ketegangan sosial, maka
ketidakpuasan terhadap masa lampau dan ketakutan menghadapi masa depan
menjadi pendorong muncul dan bangkitnya suatu ideologi yang mampu
menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Page | 3
ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan kekuasaan
mutlak untuk mengatur semua aspek kehidupan. Dengan demikian, ideologi dapat
memberikan gambaran tentang masyarakat bangsa yang akan direalisasikan
dengan berbagai pola perilakunya. Ideologi dapat menjadi indikator dalam
menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun masyarakatnya.dengan
demikian, ideologi dapat menjadi parameter dalam mengukur keber-hasilan suatu
bangsa.
1.3 Fungsi ideologi
Page | 4
ciri dalam berbagai sektor kehidupan di samping fungsinya yang sangat umum,
ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifstnya, seperti:
Page | 5
melihat dirinya; dan sebagai jendela, melalui mana orang lain bisa
melihat diri kita.
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk
mengenal dan melihat dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa
melihat dan menginterpretasikan tindakanna yang didasarkan atas ideologinya.
Dengan demikian, ideologi merupakan potret diri pribadi, kelompok atau
masyarakat yang sangat impresio-nistis. Ideologi dapat memberikan gambaran
tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan. Inilah fungsi penting ideologi
bagi suatu bangsa dan negara.
1.4 Perbandingan Ideologi
1) Liberalisme
Page | 6
Dalam rangka mempertajam persepsi terhadap beberapa aliran filsafat
politik yang revolusioner, ada baiknya dikemukakan dua teori pokok garakan
revolusioner di Amerika Serikat. Pertama, teori yang dikembangkan oleh The
Founding of America yang didasarkan atas hak-hak rakyat untuk membebaskan
diri dari pemerintahan yang depotisme. Teori revolusioner ini tergolong
tradisional dengan tujuan yang sedehana yaitu ingin mengakhiri praktik-praktik
tirani dan memberikan kebebasan kepada rakyat secara penuh sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Liberalisme sebagai salah satu filsafat politik dan ideologi besar di dunia
memiliki hubungan yang erat dengan persoalan diatas. Edmun Burke
mengemukakan bahwa liberalisme berhubungan dengan masalah apa yang
seharusnya dilakukan oleh negara melalui kebijaksanaan umum, dan yang
seharusnya tidak dilakukan negara untuk memberikan kebebasan kepada
rakyatnya. Pada awal pertumbuhannya, liberalisme sering dikonotasikan dengan
kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Inilah arti pentingnya jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia sehingga memungkinkan setiap orang dapat
mengembangkan potensinya.
Page | 7
Menurut pandangan liberalisme, negara dan politik hanya menempati salah
satu bagian dan bukan persoalan pokok dalam kehidupan manusia. Tujuan negara
semata-mata hanya mempertahankan negara apabila ada gangguan atau serangan
dari negara lain. Fungsi negara tidak lebih dari mempertahankan hukum dan
ketertiban masyarakat. Rumusan yang sesuai dengan cita-cita ini adalah The
goverment is the best which governs the best.
Page | 8
berkembang negara hukum yang bertujuan melindungi individu dari gangguan
individu lain. Perkembangan bidang ekoomi juga ditandai dengan persaingan
yang kuat karena masing-masing individu merasa memilki hak untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya kebebasan ini telah melahirkan sikap imperealistis dan membawa
dampak yang kurang menguntungkan bagi kelompok masyarakat lain. Pendek
kata, yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin terpuruk. Akhirnya,
lahirlah kelas-kelas sosial yang pada dasarnya tidak sesuai dengan prinsip
liberalisme.
2) Komunisme
Menurut teori aslinya, yaitu teori marx, sosialisme dan komunisme tidak
akan mungkin bisa muncul di negara-negara yang tingkat perkembangan
ekonominya belum begitu maju. Selain itu, Marx mengatakan bahwa sistem
feodal harus digantikan oleh sistem kapitalis yang ditimbulkan oleh
industrialisasi. Dalam pandangan Marx, sistem kapitalis tersebut bisa
mempersiapkan kerangka landasan untuk datangnya sosialisme dengan melalui
dua cara: (1) kapitalisme memberikan kemungkinan menigkatnya produksi
melalui industrialisasi,dan (2) kapitalisme dapat melahirkan kelas baru, yaitu kelas
proletar atau buruh.
Sistem kapitalis itu sendiri, bisa saja dipimpin oleh kelas borjuis dengan satu
catatan bahwa kelas proletar semakin besar jumlahnya. Akhir dari kondisi ini akan
melahirkan kekuatan kelas proletar guna menjatuhkan atau menggantikan kelas
borjuis. Dengan demikian, kelas proletar bisa mewarisi ekonomi yang maju dari
praktek kapitalisme. Dengan asumsi bahwa kelas proletar tersebut akan
menggunakan produksi yang tinggi untuk kepentingan mayoritas kelas proletar
dan bukan demi kepentingan minoritas kelas borjuis.
Berangkat dari teori marx tersebut kita memperoleh satu kesan bahwa negara
praindustri harus diindustrilisasikan melalui kapitalis sebelum lahir atau
Page | 9
tumbuhnya sosialis. Kondisi semacam inilah yang memungkinkan kaum proletar
menjadi kuat dan dapat merebut kekuasaan dan menciptakan sosialisme.
Partai komunis terdiri dari segolongan kecil orang yang revolusioner dan
sangat berdisiplin. Sehubungan dengan ini, lenin mengatakan bahwa kualitas lebih
penting ketimbang kuatintas. Bahkan, untuk ini partai komunis disebutnya sebagai
“ vanguard” atau pelopor kelas proletar. Menurut Lenin pula orang bisa sering
menginsyafi kepentingannya sendiri. Mereka mirip tubuh tanpa kepala. Untuk ini
partai komunis sebagai kepala dari tubuh kelas proletar. Dalam pandangannya,
anggota-anggota Partai Komunis cukup memahami hukum kesejarahan. Dengan
kata lain, mereka cukup memahami bagaimana kelas proletar merupakan kelas
yang semestinya akan berkuasa. Jadi, walaupun banyak anggota partai yang
berasal dari cendikiawan daripada proletar itu sendiri, namun golongan
cendikiawan tersebut dapat mewakili kepentingan proletar.
Page | 10
Lenin juga melihat bahwa kelas proletar merupakan kelas yang kecil di
Rusia. Oleh karena itu kelas proletar harus bersatu dengan petani. Persekutuan ini
haruslah dipimpin oleh kelas proletar ( dalam hal ini partai komunis). Tugas
pertama mereka adalah menjatuhkan rezim feodal, kendatipun rezim feodal itu
sendiri tidak akan diganti oleh rezim borjuis. Menurut lenin, justru persekutuan
yang dipimpin oleh proletar itulah yang harus menunaikan tugas kelas borjuis,
yaitu industrialisasi. Sesudah itu mereka baru dapat menunaikan tugasnya sendiri,
yaitu membangun sosialisme. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa lenin
bermaksud menyatukan dua tahapan yaitu kapitalis dan sosialis.
Dari ulasan yang terakhir, nampak bahwa lenin membuat beberapa revisi
yang penting dalam teori Marxisme. Pertama ia menerima prinsip bahwa arah
sejarah bisa dipercepat. Kedua, alat yang dapat mempercepat sejarah adalah partai
komunis yang mewakili kaum proletar, kendatipun diantara anggotanya terdapat
orang-orang yang bukan proletar. Ketiga, lenin menginsyafi bahwa dalam suatu
negara agraris, kelas proletar harus bersekutu dengan kelas petani. Akhirnya lenin
berkesimpulan bahwa partai komunis dapat menjalankan industrialisasi kendati
menurur Marx industrialisasi merupakan tugas kaum borjuis dengan sistem
kapitalismenya.
Revisi-revisi lenin dikembangkan pula oleh Mao Tze Tung. Diatas telah
dikatakan bahwa lenin menciptakan gagasan Vanguard of the Proletariat atau
pelopor proletar yang mewakili kelas proletar, kendatipun ada di antara
pemimpin-pemimpinnya yang bukan dari kelas proletar. Di samping itu, peranan
para politisi tidak dapat diabaikan.
Pada mulanya partai komunis cina mengikuti contoh rusia tersebut. Dengan
kata lain, semua partai ini mendasarkan kekuatannya pada kelas proletar dan
kelompok cendikiawan di kota-kota besar. Namun kenyataan yang ada, pada
tahun 1927, Chiang Kai-Shek menghancurkan partai komunis di kota-kota besar.
Untuk itu Mao mengembangkan satu pemikiran, bahwa revolusi cina harus
mendasarkan diri pada kelas petani. Atas dasar pertimbangan tersebut Mao
membentuk suatu tentara petani. Satu pertanyaan yang timbul sekarang adalah,
Page | 11
bagaimana revolusi yang diperjuangkan oleh tentara petani itu dapat dikatakan
komunis?
Memang lenin membedakan antara pelopor proletar dan kelas proletar itu
sendiri. Akan tetapi bagaimanapun juga keduanya saling bersangkutan sangat
erat. Ada orang-orang proletar yang menjadi anggota partai komunis, dan partai
komunis berpusat di kota-kota besar sehingga pemimpin-pemimpin dapat
berhubungan secara kontinyu dengan kelas proletar.
Demokrasi rakyat diperjuangkan oleh suatu aliansi yang terdiri dari kelas –
kelas proletar, petani, borjuis kecil, dan borjuis nasional (kaum kapitalis yang
menentang atau tidak bekerja sama dengan imperealis) aliansi tersebut dipimpin
oleh kaum proletar. Untuk ini Mao mengatakan bahwa revolusi ala cina cocok
dengan kondisi negara-negara baru.
Sejak tahun 1961, uni sovyet menganjurkan sebuah jalan yang sedikit
berbeda untuk negara-negara baru. Menurut Uni sovyet negara-negara baru harus
mencapai apa yang disebut “demokrasi nasional”. Aliansi yang memperjuangkan
Page | 12
demokrasi nasional terdiri dari keempat kelas yang juga memasuki aliansi untuk
demokrasi rakyat. Tetapi aliansi demokrasi nasional tidak dipimpin oleh kelas
proletar, yaitu partai komunis. Partai komunis dianjurkan untuk bekerjasama
dengan pemimpin nasional lain dan berusaha menguasai golongan lain.
Kelihatan teori tersebut terlalu dibuat-buat. Oleh karena itu kita perlu melihat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi berkembangnya gerakan komunis. Salah
satu pendapat yang sering diutarakan tentang berkembangnya gerakan komunis di
negara-negara baru adalah bahwa komunisme merupakan akibat kemiskinan.
Kalau rakyat hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan, maka hal ini merupakan
keadaan yang subur bagi komunisme. Secara logis pendapat ini masuk akal.
Semestinya yang paling miskin menjadi yang paling kurang puas sehingga tidak
mungkin mengikuti gerakan komunis yang ingin merombak masyarakat secara
keseluruhan.
Page | 13
Ada sebuah teori tentang timbulnya gerakan komunis yang berdasarkan pada
proses detradisional. Komunisme tidak dipandang sebagai reaksi terhadap
kemiskinan melainkan sebagai reaksi terhadap perubahan yang terlalu pesat dan
kurang teratur. Dalam masyarakat tradisional semua orang merasa sebagai bagian
dari masyarakat. Mereka mempunyai suatu kedudukan yang tidak dapat dirubah
sehingga merasa aman. Secara ekonomis orang menderita, tetapi penderitaannya
diterima sebagai nasib. Tetapi sesudah masyarakat dipengaruhi modernisasi,
masyarakat tradisional seringkali dikacaukan melalui meluasnya komunikasi,
penjajahan, pendidikan modern, industri modern, dan lain-lain. Setelah
dipengaruhi oleh modernisasi mereka dapat melihat cara-cara kehidupan lain yang
merupakan alternatif yang kelihatan bagus. Orang-orang menjadi kurang puas dan
frustasi. Ketidakpuasan dan frustasi ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, orang-
orang berfrustasi secara materiil. Mereka ingin menjadi kaya seperti orang lain.
Kedua, mereka frustasi dengan nilai-nilai baru. Pada zaman yang kacau, orang
perlu ideologi yang dapat menerangkan tentang dunia modern yang kelihatan
kacau. Sering kepercayaan agama tidak cukup meyakinkan, sehingga orang tidak
saja memberi jalan untuk menjadi kaya tetapi juga sebagai pegangan yang dapat
meredakan ketakutan akan kekacauan di dunia modern.
3) Fasisme
Dalam banyak hal, fasisme yang dikembangkan Mussolini dan Nazisme oleh
Hitler sangat dipengaruhi oleh pemikiran Fichte dan Hegel. Dalam hubungan ini
bisa dikatakan bahwa fasisme tidak lain merupakan perkembangan radikal dari
Page | 14
teori negara Hegel. Dalam suatu kesempatan, Hegel pernah mengemukakan
bahwa pengorbanan yang diberikan individu kepada negaranya merupakan ikatan
substansial antara negara dengan seluruh anggotanya. Dengan demikian,
pengorbanan tersebut dapat dipandang sebagai manifestasi dari tugas individu
kepada bangsa dan negaranya. Fasisme juga cenderung menganut moralisme ideal
yang selalu didengungkan Hegel dan diperjuangkan pula oleh kant, Fichte, Green,
Calyle, ataupun Mazzini. Sesuai dengan ajaran tersebut orang seyogyanya lebih
menuntut kebajikan daripada memenuhi kesenangan pribadi. Ia harus lebih
mementingkan tugas dan kewajibannya daripada menuntut hak semata-mata, dan
pengorbanan diri atas nama masyarakat tidak harus dilaksanakan atas dasar
kepentingan diri sendiri (selfinterest).
Negara dalam pandangan fasis dianggap terlepas dan ada diatas setia perintah
moral. Negara berdiri diatas semua individu dan mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibanding individu. Kebebasan individu dibatasi untuk memberikan
perhatian sepenuhnya terhadap negara. Negara adalah diatas segala-galanya.
Page | 15
Negara mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk individu-individu
yang tercakup didalamnya. Untuk itu negara harus melakukan pengawasan mutlak
kepada setiap aspek kehidupan individu, yang meliputi pendidikan, kehidupan
ekonomi, dan memaksakan tercapainya keselarasan antara kerja dan modal. Dari
segi inilah nampak bahwa fasisme menolah sosialisme-Maxist maupun
kapitalisme. Dibawah fasisme hak milik perseorangan dipertahankan sepanjang
pemakainya diletakkan dibawah kekuasaan negara.
Perang dunia I, dalam mana italia baru terlibat pada tahun 1915, ternyata
banyak memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar dari yang diperkirakan
sebelumnya. Kendati demikian, italia sendiri boleh dikatakan tidak memperoleh
keuntungan sebagaimana yang diharapkan, malahan membawa berbagai ekses
dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Perang yang berkepanjaangan dan
menghabiskan biaya besar tersebut, banyak menimbulkan keresahan dalam
berbagai kalangan.
Sejalan dengan itu banyak pemikiran dan gagasan dilontarkan orang, dan
tidak sedikit pula usaha-usaha yang dilakukan untuk mencoba mengatasi keadaan
tersebut. Namun demikian, usaha tersebut tidaklah semudah yang diperkirakan
orang. Banyak tantangan berat yang harus dihadapi, terlebih lagi dengan melihat
struktur ekonomi negara yang sudah sedemikian parah, serta tersendat-sendatnya
pelaksanaan sistem demokrasi. Tantangan-tantangan tersebut lebih diperberat lagi
dengan belum berhasilnya parlemen melaksanakan tugas-tugasnya dengan
memuaskan.
Page | 16
Dalam bulan maret 1919, Mussolini mengorganisir gerakan yang disebut
“Fasci di Comattimento”. Pada masa-masa awal pendiriannya, organisasi tersebut
hanya memperoleh sedikit kemajuan. Bahkan dalam pemilihan bulan november
1919, misalnya, Mussolini secara tragis mengalami kekalahan di milan yang
sebenarnya dianggap sebagai basisnya. Akan tetapi bermula pada kegagalan
tersebut, masa-masa berikutnya diisi dengan segala keberhasilan. Pada bulan
oktober 1922 Mussolini dengan Fasci-nya benar-benar bisa menguasai jaringan
politik di italia.
Dengan hanya bersandar pada berbagai pernyataan Mussolini, sulit bagi kita
untuk memperoleh gambaran apa sebenarnya yang dikendaki oleh fasisme di
masa-masa yang akan datang. Akan tetapi secara umum dapat ditarik satu
pengertian bahwa dalam jangka pendek fasisme ingin segera memulihkan kondisi
yang ada pada saat itu. Asisme bukan sekedar sistem pemikiran yang terintegrasi,
akan tetapi secara gradualmenjelma sebagai respon terhadap situasi dan kondisi
yang sudah berlangsung. Hal yang demikian ini sangat wajar apabila kita tilik dari
kelahiran fasisme itu sendiri.
Lebih jauh dikemukakan, bahwa konflik antar kelas sosial dalam satu negara
sebenarnya hanya membuang-buang tenaga dan memperlemah energi nasional
yang justru sangat diperlukan dalam perjuangan menghadapi negara lain. Dalam
pandangan fasisme, bangsa adalah realitas politik yang hidup, dalam mana setiap
individu mengembangkan dirinya sendiri. Usaha-usaha perdamaian antar bangsa
yang dilansir di masa-masa lalu oleh Liga Bangsa Bangsa hanya dipandang
sebelah mata dan bahkan dianggap sebagai impian kaum utopis yang berlebihan.
Cara pandang seperti itu mau tidak mau memberikan justifikasi terhadap
upaya pengembangan konsep kekuatan, kekerasan dan bahkan brutalitas. Dan
memang konsep-konsep inilah yang nampaknya cukup dominan dalam ajaran
fasis. Cara pandang semacam itu juga mempunyai konsekuensi dalam hal
penyikapan terhadap eksistensi negara yang ternyata lebih mengarahkan kepada
pengembangan totalitarian anti demokrasi. Negara dipandang sebagai perwujudan
Page | 17
tertinggi dari bangsa. Untuk itu kepentingan semua individu harus
disubordinasikan demi kekuatan dan kemulian negara.
Page | 18
Sebaliknya, baik buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut. Dengan sendirinya
ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh
elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. Contoh paling baik dari ideologi tertutup adalah Marxisme-Leninisme.
Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang dilanjutkan
oleh Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan
prinsip dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Marxisme-Leninisme meliputi
ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialisme
dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis; (c)
norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana
individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok
orang atas nama kaum proletar
Page | 19
bertindak sesuai dengan apa yang digariskan oleh ideologi itu, sehingga akhirnya
mengingkari kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang geraknya.
b. Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang
Dunia II karena menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita, nilai, dan
keyakinan. Sesuai dengan pendapat Soerjanto Poespowardojo tersebut maka tipe
ideologi terbuka termasuk dalam artian yang positif karena ada pada sistem
demokrasi yang mengoperasionalkan seluruh cita-cita, nilai, dan keyakinan secara
holistik sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Hal itu berarti bahwa pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat setatis
melandasi berdirinya negara Indonesia, akan tetapi pancasila juga membawakan
gambaran mengenai wujud masyarakat terteentu yang diinginkan serta prinsip-
prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk mewujudkanya.
Page | 20
Kemudian juga penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan, yang
diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan
memperhatikan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kekhususan
yang lain adalah bahwa ideologi pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa itu
diatas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Berikutnya dalah kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang didasarkan pada prinsip demokrasi dengan
penentuan keputusan bersama yang diupayakan sejauh mungkin melalui
musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Satu hal lagi yaitu keinginan untuk
mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia.
Kalau setiap ideologi mendasarkan diri pada sistem filsafat tertentu yang
berisi pandangan mengenai apa dan siapa manusia, kebebasan pribadi serta
keselarasan hidup bermasyarakat; ideologi pancasila mendasarkan diri pada
sistem pemikiran filsafat pancasila, yang didalamnya juga mengandung pemikiran
mendasar mengenai hal tersebut. Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila
sebagai ideologi negara tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998
tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun 1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45
ialah dasar negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui
bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional, selain
kedudukannya sebagai dasar negara.
Page | 21
2.7 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi
etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya
aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisa saja terwujud karena
Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu:
Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi. Kelima
prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Page | 22
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat
lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main
yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai ideologi yang dikenal
oleh masyarakat internasional, Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari
pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah Pancasila mampu bertahan.
Page | 23
3) Menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4) Memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap Pancasila.
5) Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan dengan Pancasila.
Ideologi terbuka adalah sitem pemikiran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Page | 24
Maka dari itu, ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling
tepat digunakan Indonesia.
Selain itu, Pancasila memang memiliki syarat sebagai ideologi terbuka,sebab:
1) Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa
Indonesia seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Atau nilai-nilainya tidak dipaksakan dari luar atau bukan pembe-
berian negara.
2) Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD
45,
UU, Peraturan-peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll
3) Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental.
Nilai
Praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu bagaimana cara kita
melaksanakan nilai Pancasila dalam hidup sehari-hari, seperti toleransi,
gotong-royong, musyawarah, dll.
Page | 25
senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan
pemerintah di saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-
perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti
pancasila.
4) Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan,
istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan
ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai
pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam
kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa
(volkgeits) bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Di
samping itu, ada faktor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk
menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi yaitu:
1) Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana
ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar
ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2) Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok
atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3) Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi
itu berhasil menemukan tafsiran-tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu
yang sesuai dengan realita-realita baru yang muncul di hadapan mereka
sesuai perkembangan zaman.
Page | 26
Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan
sebagai ideologi terbuka.
Page | 27
1) Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksudkan dalam UUD 45 yaitu pada alinea kedua dan keempat.
2) Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang
berlaku samapai dengan tahun 2020.
3) Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN
(Garis-Garis Besar Haluan Negara).
Page | 28
Pancasila berkedudukan sebagai ideologi nasional Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Fungsi Pancasila
sebagai ideologi Negara adalah Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, mengarahkan bangsa Indonesia menuju
tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam
melaksanakan pembangunan, memelihara dan mengembangkan identitas bangsa
dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila,
menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan
Negara.
Page | 29
Page | 30