Anda di halaman 1dari 7

Redesign dan Analisis Kekuatan Kolom K1 Lantai 11

dengan Menggunakan Diagram Interaksi Pada Proyek


Pembangunan Hotel Aston Royal Bekasi

Sulardi, ST., MT. Anisa Lion Firda


Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma Universitas Gunadarma
Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia
ardi@staff.gunadarma.ac.ic anisalion@gmail.com

Abstrak — Proyek pembangunan Hotel Aston Royal Bekasi Diagram interaksi digunakan untuk memodelkan objek di
terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Bekasi. Proyek ini dikelola dalam sebuah proses (use case). Diagram interaksi
dan dilaksanakan oleh PT. Waringin Megah di atas lahan seluas memperlihatkan interaksi yang memuat himpunan dari objek
1564 m2, memiliki 14 lantai dan satu semi basement dengan luas dan relasi yang terjadi antar objek tersebut. Diagram interaksi
bangunan 12581,25 m2 dan nilai kontrak Rp. 49.380.000.000,00. sangat berguna untuk mempelajari kekuatan kolom dengan
Proyek Hotel Aston Royal Bekasi ini akan dilengkapi berbagai perbandingan beban dan momen yang bervariasi. Setiap
fasilitas. Pembangunan struktur Hotel Aston Royal Bekasi dimulai kombinasi beban yang berada pada bagian dalam kurva berarti
sejak bulan Maret 2013 dan direncanakan akan selesai pada bulan aman, sedangkan setiap kombinasi yang berada di luar kurva
Maret 2014. Kolom merupakan salah satu komponen struktur utama
menyatakan keruntuhan. Sumbu X menyatakan momen,
yang menahan beban aksial dan momen yang bekerja di atasnya.
Hubungan antara momen dan beban aksial dapat dilihat dalam
sedangkan sumbu Y menyatakan beban aksial. Kelebihan
diagram interaksi. Momen maksimal yang mampu didukung oleh penggunaan diagram interaksi pada hubungan beban aksial dan
kolom juga dapat diketahui dari beban aksial yang terjadi pada momen pada kolom adalah mengetahui momen maksimal yang
diagram interkasi tersebut. Tujuan dari studi ini ialah mendesain dapat ditahan oleh kolom, serta aman atau tidaknya desain
ulang kolom K1 lantai 11 dan membandingkan momen maksimalnya kolom tersebut. Diagram interaksi dapat dibuat dengan cara
dengan momen maksimal kolom sesuai rencana dari pihak manual maupun komputerisasi menggunakan program, seperti
kontraktor. Kolom yang telah didesain ulang oleh penulis memiliki PCACOL, CSICOL, ataupun Visual Basic. Kekurangannya
dimensi 450 x 950 mm dan tulangan 24D22. Momen pada kolom ialah memerlukan banyak langkah dan syarat. Sehingga
rencana adalah sebesar 1.123,976 kNm, sedangkan momen pada memerlukan ketelitian yang lebih.
kolom yang telah didesain ulang adalah 912,909 kNm. Setelah diplot
pada diagram interaksi, titik temu beban aksial Pu dengan momen
II. TINJAUAN PUSTAKA
pada kolom rencana maupun yang telah didesain ulang berada di
dalam diagram interaksi, maka kedua kolom tersebut dianggap
mampu menahan beban yang bekerja di atasnya. A. Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang fungsi
Kata Kunci — Kolom, Momen, Diagram Interaksi utamanya adalah meneruskan beban dari sistem lantai ke
pondasi. Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan dengan
I. PENDAHULUAN fungsi dan peran tersebut, kolom menempati posisi penting di
dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan
Umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan berakibat langsung pada runtuhnya komponen struktur lain
tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas dan bersifat yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas
mendadak. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Pada umumnya
runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali
dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh total dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak.
keseluruhan struktur bangunan.
Kolom tidak hanya bertugas menahan beban aksial vertikal,
Dalam merencanakan struktur kolom harus kolom juga bertugas menahan kombinasi beban aksial dan
memperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan momen lentur. Secara garis besar ada tiga jenis kolom
kekuatan lebih tinggi daripada untuk komponen struktur bertulang, yaitu:
lainnya. Kolom tidak hanya bertugas menahan beban aksial
vertikal, kolom juga bertugas menahan kombinasi beban aksial 1) Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan.
dan momen lentur. a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral.
c. Struktur kolom komposit. IV. DATA DAN PEMBAHASAN
2) Jenis kolom berdasarkan letak atau posisi beban aksial. A. Data Pembebanan
a. Kolom dengan posisi beban sentris.
Beban yang dimasukkan di perhitungan ini hanya beban
b. Kolom dengan posisi beban eksentris.
mati (DL) dan beban hidup (LL) dengan kombinasi 1,2 DL +
c. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom
1,6 LL. Berikut merupakan gambar letak kolom K1 lantai 11
B. Analisa Pembebanan yang akan dihitung.
Perhitungan pembebanan dimaksudkan untuk mendapatkan
besar gaya aksial dan momen yang bekerja pada kolom.
Perhitungan pembebanan dilakukan secara manual dan
mengacu pada peraturan dan SNI yang berlaku. Peraturan dan
SNI yang digunakan disini adalah Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) dan SNI 03-2847-
2002 (BETON).

III. METODE PENELITIAN


Gambar 2 Letak Kolom K1 Lantai 11
Penelitian ini akan mencoba menghitung pengaruh dimensi
dan letak tulangan kolom terhadap kemampuannya menahan Untuk menghitung beban aksial yang menimpa kolom K1
momen dengan membandingkan dua dimensi dan perletakan ini adalah dengan menentukan beban-beban yang menimpa di
tulangan. Dimensi dan perletakan tulangan kolom yang area yang akan mendistribusikan bebannya ke kolom K1 ini.
pertama adalah perletakan kolom yang sesuai dengan gambar Area yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
rencana, sedangkan yang kedua adalah dimensi yang lebih
kecil dan perletakan tulangan kolom yang sudah diubah.
Analisis dilakukan dengan menggunakan diagram interaksi.
Diagram interaksi menggambarkan hubungan gaya aksial dan
momen, maka dapat diketahui berapa momen maksimal yang
mampu didukung oleh kolom tersebut. Dari hasil analisis
tersebut akan didapat perbandingan momen yang mampu
ditahan oleh kedua jenis kolom tersebut, dimana yang paling
besar kemampuannya dalam mendukung momen, itulah yang
seharusnya dipilih dalam perencanaan. Kolom yang akan
dijadikan saampel disini adalah kolom K1 lantai 11. Adapun
tahapan analisis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3 Area yang Menimpa Kolom K1

Untuk menghitung gaya aksial kolom maka diperlukan


jumlah beban yang menimpa di atasnya.adapun beban yang
diperhitungkan antara lain :
1) Beban Atap
Beban atap yang dihitung adalah beban pelat, balok,
plafond, Mechanical Electrical, dan beban hidup.
Adapun hasil perhitungan pembebanan atap, dapat
dilihat pada
Tabel 1 Hasil Perhitungan Beban Mati Atap
Berat
Beban Panjang Luas
Jenis Keterangan Sendiri Total (kg)
3
(kg/m2) (m) (m2)
(kg/m )
Pelat 0,15 2400     16,875 6075,000
Balok 2 x (0,30 x
2400   3,75   3510
BI-02 0,65 m)
Gambar 1 Tahapan Analisis Balok
0,3 x 0,5 m 2400   2,25   810
BI-14
Plafond     18   16,875 303,75 kolom, sekaligus gaya aksial yang bekerja pada kolom. Jadi
gaya aksial (Pu) pada kolom yang akan ditinjau adalah sebesar
ME     25   16,875 421,875 118.192,5 kg. Beban Pu ini nanti yang akan dijadikan acuan
Total 11120,625 dalam menentukan besar momen yang mampu didukung oleh
kolom.

C. Diagram Interaksi
Tabel 2 Perhitungan Beban Hidup Atap  Jika beban aksial tekan bekerja pada kolom beton pendek,
maka kolom tersebut akan mengalami regangan merata atau
Beban Luas
Jenis Total (Kg) perpendekan.
(Kg/m2) (m2)
Hidup 100 16,875 1687,5  Jika momen bekerja tanpa beban aksial pada kolom yang
sama, hasilnya adalah lentur terhadap sumbu netral kolom
    Total 1687,5 dengan regangan yang sebanding dengan jarak dari sumbu
netral.
2) Beban Lantai 12 – 14
 Jika beban aksial dan momen bekerja pada saat yang sama,
Lantai 12-14 adalah lantai tipikal. Beban lantai yang
diagram regangan yang dihasilkan adalah kombinasi dari dua
dihitung adalah beban pelat, balok, kolom, plafond,
diagram linier yang hasilnya akan linier. Akibat dari linieritas
dinding, Mechanical Electrical, dan beban hidup.
ini, kita dapat mengasumsikan nilai regangan tertentu pada satu
Adapun hasil perhitungan pembebanan lantai 12-14,
bagian kolom dan mencntukan regangan pada tempat yang lain
dapat dilihat pada
dengan interpolasi lurus.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Beban Mati Lantai 12-14 Akibat berubahnya beban aksial kolom, momen yang dapat
Berat ditahan oleh kolom akan berubah. Hubungan beban aksial
Beban Panjang Luas Total dengan momen pada kolom dapat ditunjukkan menggunakan
Jenis Keterangan Sendiri
(kg/m2) (m) (m2) (kg) diagram interaksi.
(kg/m3)
Tebal = 1) Diagram Kolom Sesuai Rencana
Pelat 2400     16,875 6075,000
0,15 m Kolom yang akan diuji adalah kolom K1 dengan ukuran
Balok 2 x (0,30 x 500 x 1000. Gambar detail penulangan kolom K1 bisa
2400   3,75   3510
BI-02 0,65 m) dilihat pada
Balok
0,3 x 0,5 m 2400   2,25   810
BI-14
Plafond     18   16,875 303,75
ME     25   16,875 421,875
Kolom 0,5 x 1 m 2400 3,650 4380,000
Finishin
    24   16,875 405,000
g
tinggi =
Dinding 250 7,500 6843,750
3,65 m
Total 22749,375

Tabel 4 Hasil Perhitungan Beban Hidup Lantai 12-14


Beban Luas
Jenis 2
Total (kg)
(kg/m ) (m2)
Gambar 4 Detail Kolom K1 Lantai 10
Hidup 250 16,875 4218,75
Selanjutnya dilakukan analisis pada berbagai kondisi antara
    Total 4218,75
lain kondisi beban sentris, kondisi yang menentukan
B. Beban Aksial Kolom keruntuhan tekan, kondisi balanced, kondisi yang menentukan
keruntuhan tarik, dan kondisi beban P = 0 (momen lentur
Berdasarkan perhitungan data pembebanan sebelumnya, murni), adapun grafik regangan beserta hasil tinjauan dari
dapat dihitung total beban aksial yang menimpa kolom K1 masing-masing kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5
yaitu beban mati (Dead Load/ DL) sebesar 79.368,75 Kg dan sampai dengan Gambar 8 dan Tabel 5 sampai dengan Tabel 7
beban hidup (Life Load/ LL) sebesar 14.343,75 Kg. Beban- berikut ini.
beban ini kemudian digunakan untuk mencari beban terfaktor
dengan kombinasi pembebanan 1,2 DL + 1,6 LL, sehingga
diperoleh hasil 118192,5 Kg sebagai beban yang menimpa
(m) (Nm)
-T1 -4559,279 x 400 -1823711,60 -0,30 547113,48
-T2 -759,88 x 220,225 -167344,36 -1,10 184078,80
Cc 0,85 x 33,2 x 220,11 x 1000 6211639,66 0,39 2422182,92
C3 759,88 x 38,202 29029,12 2,25 65315,53
C4 759,88 x 296,629 225402,61 1,10 247942,87
C5 4559,279 x 400 1823711,60 0,30 547113,48
Jumlah 6298727,03   4013747,31

Gambar 5 Diagram Regangan pada Kondisi yang


Menentukan Keruntuhan Tekan

Tabel 5 Hasil Tinjauan pada Kondisi yang Menentukan


Keruntuhan Tekan
Lengan Momen
Gaya (N)
(m) (Nm)
-
-4559,279 x 290 -1322191,20 -0,30 396657,36
T1
- Gambar 7 Diagram Regangan pada Kondisi yang
-759,88 x 130 -98784,40 -1,10 108662,84 Menentukan Keruntuhan Tarik
T2
Cc 0,85 x 33,2 x 247,32 x 1000 6979370,40 0,38 2626616,26 Tabel 7 Hasil Tinjauan pada Kondisi yang Menentukan
C3 759,88 x 100 75988,00 2,25 170973,00 Keruntuhan Tarik
C4 759,88 x 330 250760,40 1,10 275836,44 Lengan Momen
Gaya (N)
C5 4559,279 x 400 1823712,00 0,30 547113,60 (m) (Nm)
-T1 -4559,279 x 400 -1823712,00 -0,30 547113,60
Jumlah 7708855,20   4125859,50
-T2 -759,88 x 276 -209726,88 -1,10 230699,57
Cc 0,85 x 33,2 x 206,1 x 1000 5816142,00 0,40 2308717,57
C3 759,88 x 0 0 2,25 0
C4 759,88 x 276 209726,88 1,10 230699,57
C5 4559,279 x 400 1823712,00 0,30 547113,60
Jumlah 5816142,00   3864343,90

Gambar 6 Diagram Regangan pada Kondisi Balanced


Tabel 6 Hasil Tinjauan pada Kondisi Balanced
Gaya (N) Lengan Momen
Gambar 10 Detail Kolom Baru
Gambar 8 Penampang pada Kondisi Beban P = 0 Selanjutnya dilakukan analisis untuk berbagai kondisi
seperti pada tahap sebelumnya, sehingga diperoleh diagram
regangan dan hasil tinjauan sebagai berikut.
Data-data tersebut kemudian diplotkan ke dalam grafik
diagram interaksi kolom seperti yang terlihat dalam

Gambar 11 Diagram Regangan pada Kondisi yang


Menentukan Keruntuhan Tekan (Desain Baru)

Tabel 8 Hasil Tinjauan pada Kondisi yang Menentukan


Keruntuhan Tekan (Desain baru)
Gambar 9 Diagram Interaksi Kolom Rencana
Lengan Momen
Gaya (N)
D. Perencanaan Kolom Baru (m) (Nm)
-T1 -3419,5 x 360 -1231005,60 -0,28 338526,54
Perencanaan (redesign) kolom baru dilakukan dengan
melakukan : -T2 -759,88 x 120 -91185,60 -1,28 116261,64

1) Perhitungan dimensi awal kolom, sesuai SNI 03-2847- Cc 0,85 x 33,20 x 206,1 x 950 5525334,90 0,35 1917014,94
2002 C3 759,88 x 60 45592,80 2,03 92325,42
2) Perencanaan tulangan
C4 759,88 x 240 182371,20 1,28 232523,28
3) Perencanaan sengkang
Sehingga diperoleh desain kolom baru dengan dimensi dan C5 3419,5 x 400 1367784,00 0,28 376140,60
letak tulangan yanng berbeda sebagaimana terlihat pada Jumlah 5798891,70   3072792,42
Gambar 10 berikut ini.
Lengan Momen
Gaya (N)
(m) (Nm)
-T1 -3419,5 x 400 -1367784,00 -0,28 376140,60
-T2 -759,88 x 182,608 -138760,70 -1,28 176919,89
0,85 x 33,20 x 189,612
Cc 5083308,11 0,36 1805560,54
x 950
C3 759,88 x 13,043 9911,48 2,03 20070,74
C4 759,88 x 208,695 158583,65 1,28 202194,16
C5 3419,5 x 400 1367784,00 0,28 376140,60
Jumlah 5113042,54   2957026,53

Gambar 12 Diagram Regangan pada Kondisi Balanced


(Desain Baru)

Tabel 9 Hasil Tinjauan pada Kondisi Balanced (Desain


Baru)
Lengan Momen
Gaya (N)
(m) (Nm)
-T1 -3419,5 x 400 -1367784,00 -0,28 376140,60
-T2 -759,88 x 150 -113982,00 -1,28 145327,05
0,85 x 33,20 x 197,856 x
Cc 5304321,50 0,35 1862198,76
950
C3 759,88 x 37,5 28495,50 2,03 57703,39
C4 759,88 x 225 170973,00 1,28 217990,58
C5 3419,5 x 400 1367784,00 0,28 376140,60
Jumlah 5389808,00 3035500,97

Gambar 14 Penampang pada Kondisi Beban P = 0


(Desain Baru)
Selanjutnya data-data yang didapatkan di atas diplotkan ke
dalam grafik diagram interaksi kolom seperti yang terlihat
dalam Gambar 15 berikut ini.

Gambar 13 Diagram Regangan pada Kondisi yang


Menentukan Keruntuhan Tarik (Desain baru)

Tabel 10 Hasil Tinjauan pada Kondisi yang Menentukan


Keruntuhan Tarik (Desain baru)
V. KESIMPULAN
Berikut beberapa hal yang dapat disimpulkan dari
penelitian ini antara lain :
1) Dari hasil plot Pu pada diagram interaksi masing-
masing kolom, didapat momen sebesar 1.123,976 kNm
untuk kolom dengan dimensi dan letak tulangan sesuai
dengan rencana, dan 912,909 kNm untuk kolom
dengan dimensi dan letak tulangan yang telah diubah.
2) Kolom dimensi 450 x 950 mm dengan tulangan 24D22
dapat digunakan untuk kolom K1 lantai 11.
3) Hasil perencanaan kolom baru adalah sebagai berikut:
VI. Dimensi 450 x 950 mm.
VII. Tulangan 24D22.
VIII. Spasi maksimum sengkang 352 mm.
IX. Beban Pu sebesar 1.137,039 kN.
Gambar 15 Diagram Interaksi Kolom Baru

E. Perbandingan Momen yang Dapat Didukung Oleh Kolom DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan perhitungan dan hasil plot nilai Pu pada
[1] Asroni, Ali. 2010. Kolom, Fondasi & Balok T Beton Bertulang.
diagram interaksi, telah didapat besar momen yang mampu Yogyakarta : Graha Ilmu.
didukung oleh kolom K1 pada lantai 11. Untuk kolom dengan [2] Badan Standar Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur
dimensi dan letak tulangan sesuai dengan rencana, besar Beton Untuk Bangunan Gedung. SK SNI 03-xxxx-2002.
momennya adalah sebesar 1.123,976 kNm. Sedangkan untuk [3] Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan
kolom baru dengan dimensi dan letak tulangan yang telah Pembebanan Indonesia Untuk Gedung. Bandung : Yayasan
diubah, besar momennya adalah 912,909 kNm. Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
[4] Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi.
Dari hasil plot Pu kolom dengan desain baru pada diagram Yogyakarta : C.V Andi Offset
interaksi, titik temu Pu dengan momen masih berada di dalam [5] Nawy, Dr. Edward G, P.E. 1998. Beton Bertulang Suatu
diagram interaksi, maka kolom tersebut dianggap mampu Pendekatan Dasar. Bandung : PT. Refika Aditama.
menahan beban yang bekerja.

Anda mungkin juga menyukai