Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes milletus (DM) merupakan penyakit kronis yang


masihmenjadi masalah utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di
Indonesia.DM adalah suatu kelompok metabolik dengan karakteristik
hiperglikemiyang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.Terdapat II jenis diabetes milletus, yaitu diabetes milletus
tipe I dan II, diabetes milletus tipe I yaitu dicirikan dengan hilangnya sel
penghasil insulin pada pulau-pulau langhermas pancreas sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes milletus tipe II terjadi akibat
ketidak mampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas
insulin yang dihasilkan pancreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai
kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes milletus tipe II lebih
banyak ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh
dunia[ CITATION ass15 \n \l 1033 ].

Penanganan farmakologi efektif untuk menurunkan kadar gula


darah. Tetapi agar pasien dapat mengontrol kadar gula darah secara mandiri
dibutuhkan kombinasi farmakologi dengan terapi non farmakologi
[ CITATION Soe04 \l 1033 ] .Berdasarkan banyak penelitian, kami telah
menunjukan bahwa olahraga akan mengalami perbaikan tekanan darah dan
kolesterol, penurunan lemak tubuh, dan penurunan glukosa, yakni mereka
akan mengalami perubahan yang san gat penting terutama bagi penderita
diabetes[ CITATION Dar121 \l 1033 ].

Centre for disease control and prevention (CDC) dan American


collage of sport medicine (ACSM) menganjurkan olahraga berintensitas
sedang selama 30 menit pada sebagian besar hari atau setiap hari dalam
seminggu. Dapat membagi 30 menit olahraga menjadi tiga sesi masing-
masing 10 menit per hari dan memperoleh manfaat yang sama dalam
mengendalikan glukosa[ CITATION Dar121 \l 1033 ] . Kita menyebut ini

1
2

penggantian glikogen otot (glikogen adalah bentuk simpanan glukosa).Saat


berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan di dalam otot dan
jika glukosa berkurang, otot mengisi kekurangan ini dengan mengambil
glukosa dari darah.Ini berakibat menurunkan kadarglukosa darah tetap
terkendali. Namun, jika berhenti berolahraga, walaupun hanya dua hari,
dampaknya akan sebaliknya.Insulin memainkan peran kunci dalam
menegendalikan penyaluran glukosa ke sel. Saat berolahraga, sel-sel
menjadi lebih peka terhadap insulin dan glukosa disalurkan ke sel dengan
lebih cepat. Ini menurunkan kadar glukosa darah. Kepekaan insulin dan
kecepatan metabolism olahraga yang meningkat membantu pengendalian
kadar glukosa[ CITATION Dar121 \l 1033 ]. Dan salah satu olahraga fisik yang
bisa dilakukan adalah relaksasi otot progresif, relaksasi progresif adalah
suatu metode untuk membantu menurunkan tegangan sehingga otot tubuh
mejadi rileks [ CITATION Har10 \l 1033 ].

Pada tahun 2015 sebanyak 415 juta orang dewasa dengan diabetes,
terjadi kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Pada tahun 2040
diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Hampir 80% orang diabetes
terdapat di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut
Internasional Diabetes Federasi (IDF, 2017) menyatakan bahwa 425 juta
dari total populasi seluruh dunia, atau sekitar 8,8% orang dewasa berumur
20-79 tahun merupakan penderita diabetes.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru Riset Kesehatan


Dasar 2018, secara umum angka prevalensi diabetes mengalami
peningkatan cukup signifikan selama lima tahun terakhir. Tahun 2018 angka
diabetes melonjak menjadi 8,5%. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa
Indonesia menempati pringkat ke-6 sebagai jumlah penderita diabetes
dewasa tertinggi di dunia dengan total lebih dari 10,3 juta orang. Angka ini
diprediksikan akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,7 juta
pada tahun 2045. (Riskesdas, 2018).

Penyandang penyakit diabetes milletus di NTB tahun 2018 yang


terdiagnosis dokter dan gejala berdasarkan prevalensi DM berdasarkan
3

pemeriksaan darah pada penduduk umur diatas 15 tahun yaitu sebanyak


8,5% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Barat 2019 masyarakat yang terkena penyakit Diabetes Melitus
estimasi umur diatas 15 tahun dimana perempuan lebih tinggi dibandingkan
lelaki yaitu 4.408 jiwa, sedangkan laki-laki sekitar 4078 jiwa dan kasus
penyakit Diabetes Melitus terus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya
sehingga total jiwa yang terkena kasus Diabetes Melitus pada tahun 2019
sekitar 8.486 jiwa. Sementara data dari Puskesmas Banyumulek menyatakan
bahwa kasus diabetes mellitus pada tahun 2018 yaitu 597 jiwa dan untuk
tahun 2019 bertambah 15 orang yang terkena kasus diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil wawancara bersama kepala puskesmas Banyumulek
menyatakan bahwa memang kasus diabetes mellitus tiap
tahunmeningkatdan total padatahun 2019 kasus Diabetes mellitus
menjadi612 jiwa yang terkena Diabetes Melitus.Upaya puskesmas dalam
menangani diabetes milletus ini adalah dengan mengadakan senam 1 kali
dalam seminggu.

Pemenuhan latihan fisik berupa relaksasi otot progresif adalah salah


satu penatalaksanaan keperawatan yang dapat di lakukan pada pasien
Dibetes Milletus .relaksasi otot progresif yang di lakukan secara rutin
berdampak pada peningkatan transport glukosa ke dalam membrane sel
serta membuat penggunaan kadar glukosa menjadi lebih efektif sehingga
kadarnya dapat mendekati normal atau stabil[ CITATION Uti181 \l 1033 ].
Teknik ini merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan kadar gula darah, sehingga perlu dilakukan penelitian
efektifitas tekhnik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula
darah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
asuhan keperawatan dengan relaksasi otot progresif pada pasien diabetes
milletus tipe 2.
4

B. Rumusan Masalah

Bagimanakah asuhan keperawatan dengan relaksasi otot progresif


dalam menurunkan kadar gula darah pada anggota keluarga yang menderita
diabetes milletus tipe 2?

C. Tujuan

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan relaksasi otot progresif


dalam menurunkan kadar gula darah pada keluarga dengan penyakit
diabetes milletus tipe 2.

D. Manfaat
1. Pasien/keluarga
Pasien atau keluarga dapat melakukan relaksasi otot progresif secara
mandiri dirumah saat ada keluarga yang menderita diabetes milletus tipe 2.
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasasn ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
relaksasi otot progresif dalam menurunkan kadar gula darah dalam darah
pada keluarga dengan diabetes milletus tipe 2.
3. Bagi instansi kesehatan
Menambah informasi kepada tenaga kesehatan sehingga dapat
memberikan dedukasi dan komunikasi tentang relaksasi otot progresif
dalam menurunkan kadar gula darah pada keluarga diabetes milletus tipe
2.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan pada
peneliti selanjutnya.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Pada Pasien Diabetes Milletus.

1. Pengertian Diabetes Milletus

Diabetes milletus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tiga

komplikasi akut utama diabetes terkait ketidakseimbangan kadar glukosa

yang berlangsung dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemia,

ketoasidosis diabetic (DKA) dan sindrom non ketotik hiperosmolar

hiperglikemik. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan

menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan

mata) dan komplikasi neuropatik.Diabetes juga dikaitkan dengan

peningkatan insidensi penyakit makrovaskuler, seperti penyakit arteri

koroner (infark miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit

vascular perifer.[ CITATION Bru17 \l 1033 ]

2. Etiologi

a. DM tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan

penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :


6

1). Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri

tetapi mewarisi suatu kecendrungan genetik kearah terjadinya

diabetes tipe I

a) Faktor imunologi (autoimun)

(a) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat

memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi sel

beta

1) DM tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan

resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan

proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan

keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca

pembedahan dibagi menjadi 3 [ CITATION Sud09 \l 1033 ]yaitu :

(a) <140 mg/dL normal

(b) 140-<200 mg/dL toleransi glukosa terganggu

(c) > 200 mg/dL diabetes

b. Patofisiologi

Ada 2 tipe DM : tipe I, atau IDDM (unsulin-dependent DM),

akibat kekurangan insulin karena kerusakan dari sel beta pankreas.

Sebagian besar individu dengan IDDM biasanya dengan berat badan

normal atau di bawah normal.Gejala klasik IDDM yang tidak diobati

adalah poliuria, polidipsia (peningkatan cairan yang masuk), polifagia

(peningkatan makanan yang masuk), dan kehilangan berat. Tipe II,

atau NIDDM (non-insulin-dependent DM), ini ditandai dengan


7

kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resisten insulin, atau oleh

menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan sebagai respons

terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun atau meningkat,

tapi sekresi insulin terganggu dalam hubungannya dengan tingkat

hiperglikemia. Ini biasanya didiagnosa setelah berusia 30 tahun, dan

75% dari individu dengan tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat

obesitas [ CITATION Mar97 \l 1033 ]. Diabetes berhubungan dengan

komplikasi.Komplikasi kronik utama yaitu mempercepat terjadinya

penyakit makrovaskuler (penyakit jantung koroner, penyakit

pembuluh darah perifer, dan penyakit serebrovaskuler), retinopati,

nefropati, dan neuropati.Komplikasi akut dari tipe II termasuk

hiperglikemia hiperosmolar non ketotik koma (HHNC), hipoglikemia,

dan infeksi seperti pneumonia, selulitis, bakteriuria, dan

vulvoganitis.DKA adalah akibat defisiensi insulin-dosis terlalu

kecil.Kelalaian 1 dosis atau beberapa dosis, meningkatnya kebutuhan

insulin, atau meningkatnya hormone yang mengatur balik antagonis

insulin (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormone pertumbuhan),

ini dapat terjadi selama infeksi atau trauma.Tanda-tanda metabolik

dari DKA meliputi hiperglikemia, dieresis osmotic dan dehidrasi,

hiperlipidemia disebabkan oleh peningkatan lipolisis dan asidosis

akibat dari naiknya produksi keton dari asam lemak (Gb. 12-

1).Sebaliknya pihak HHNC selalu dipresipitasi oleh beberapa stressor

yang meningkatkan glikemia (operasi; trauma; luka bakar; penyakit

kronis; infeksi; obat-obatan seperti kortikosteroid atau diuretic;


8

dialysis).Ini mengakibatkan kenaikan hebat hiperglikemia (sering

lebih besar dari 1000 mg/dL), tanpa atau dengan ketosis ringan,

kenaikan osmolalitas serum, dan dehidrasi [ CITATION Mar97 \l 1033 ].

c. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala DM dikaitkan dengan konsikuensi metabolik

dengan defisiensi insulin :

1) Kadar glukosa puasa tidak normal

2) Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi

dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran urine (poliura)

dan timbul rasa haus (polidipsia).

3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia). BB berkurang

4) Lelah dan mengantuk

5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritas vulva.

Kriteria diagnosis DM: [ CITATION Sud09 \l 1033 ] . Gejala klasik

DM+glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

1) Glikosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu

2) Gejala klasik DM+glukosa plasma > 126 mg/dL (7,0 mmo/L).

puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8

jam

3) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO < 200 mg/dL (11.1 mmo/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban


9

glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan

kedalam air.

d. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan medis

Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan

kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi

vascular dan neropatik. Tujuan teapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah untuk mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia)

tanpa disertai hipglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien

sehari-hari. Ada 5 komponen penatalaksanaan diabetes : nutrisi,

olahraga, pemantauan, terapi farmakologis, dan edukasi.

(a) Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin

(b) Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat

badan

(c) Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin

(d) Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan

olahraga tidak berhasil mengontrol kadar gula darah. Injeksi

insulin dapat digunakan dikondisi akut.

(e) Meningkatkan terapi bervariasi selama perjalanan penyakit

karena adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta

emosional dan juga kemajuan terapi, terus kaji dan

modifikasi rencana terapi serta lakukan penyesuaian terapi

setiap hari. Edukasi diperlukan untuk pasien dan keluarga.


10

2) Penatalaksanaan nutrisi

(a) Tujuannya adalah untuk mencapai dan mempertahankan

kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran

normal (atau seaman mungkin mendekati normal) dan profil

lipid dan lipoprotein dan menurunkan resiko penyakit

vaskuler; mencegah, atau setidaknya memperlambat,

munculnya komplikasi kronik; memenuhi kebutuhan nutrisi

individu; dan menjaga kepuasan untuk makan hanya pilihan

makanan yang terbatas ketika bukti ilmiah yang ada

mengindikasikan demikian.

(b) Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan

pasien, gaya hidup, waktu biasanya pasien makan, dan latar

belakang etnis serta budaya pasien.

(c) Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu

mengontrol kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam

mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang

dikonsumsi pada sesi makan.

(d) Edukasi awal membahas pentingnya kebiassan makan yang

konsisten, keterkaitan antara makanan dan insulin, dan

penetapan rencana makan individual. Selanjutnya, edukasi

lanjut berfokus pada keterampilan manajemen, seperti

makan di restoran; membaca label makanan; dan

menyesuaikan/mengatur rencana makan untuk olahraga,

kondisi sakit, dan acara-acara khusus.


11

3) Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan untuk pasien penyandang diabetes

dapat mencakup banyak macam gangguan fisiologis, bergantung

pada kondisi kesehatan pasien atau apakah pasien baru terdiagnosis

diabetes atau tengah mencari perawatan untuk masalah kesehatan

lain yang tidak terkait. Karena semua pasien penyandang diabetes

harus menguasai konsep dan keterampilan yang diperlukan untuk

penatalaksanaan jangka panjang serta untuk menghindari

kemungkinan komplikasi diabetes, landasan pendidikan yang solid

mutlak diperlukan dan menjadi fokus asuhan keperawatan yang

berkelanjutan [ CITATION Bru17 \l 1033 ]

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Milletus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan

dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi

yang di dapat dari klien (sumber data primer), data yang di dapat

dari orang lain (sumber data sekunder), catatan kesehatan klien,

informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan

orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan

pengkajian dasar [ CITATION Hid12 \l 1033 ].

a. Identitas data, nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

pekerjaan, alamat, agama, pendidikan, dan riwayat kesehatan

b. Pengkajian Aktivitas/Istirahat, dapat ditemukan gejala seperti

kelemahan, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot


12

menurun, dan gangguan tidur/istirahat. Dapat ditemukan tanda

juga seperti, Takikardia, dan takipnea pada keadaan isitirahat

atau dengan aktiviats. Letargi atau disorientasi,koma,

penurunan kekuatan otot.

c. Sirkulasi dengan Gejala : Adanya riwayat hipertensi: IM akut,

Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ektremitas.Ulkus pada

kaki, penyembuhan yang lama. Dan tanda seperti, Takikardia,

perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi yang

menurun atau takada, disritmia, krekels: DVJ (GJK), Kulit

panas,kering, dan kemerahan, bola mata cekung.

d. Integritas ego, dapat ditemukan gejala seperti, stress,

tergantung pada orang lain, masalah pinansial yang

berhubungan dengan kondisi. Dan tanda seperti ansietas, dan

peka rangsang.

e. Eliminasi, dapat ditemukan gejala seperti, perubahan pola

berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri atau terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang, nyeri

tekan abdomen, dan diare. Dapat ditemukan tanda seperti, urina

encer, pucat, kuning : poliuri (dapat berkembang menjadi

oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,

bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

f. Makanan/cairan, dapat ditemukan gejala seperti, hilang nafsu

makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet : peningkatan


13

masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih

dari periode beberapa hari atau minggu, haus, penggunaan

diuretic (tiazid). Dan dapat ditemukan tanda seperti, kulit

kering atau bersisik, turgor jelek, kekakuan atau distensi

abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan

metabolic dengan peningkatan gula darah), bau halitosis atau

manis, bau buah (nafas aseton).

g. Neurosensori, dapat ditemukan gejala seperti, pusing atau

pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia, gangguan penglihatan. Dan dapat ditemukan tanda

seperti, diorientasi : mengantuk, letargi, stupor, koma (tahap

lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental,

reflek tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang

(tahap lanjut dari DKA).

h. Nyeri atau ketidak nyamanan dapat ditemukan gejala seperti,

abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat). Dan dapat

ditemukan tanda seperti, wajah meringis dengan palpitasi :

tampak sangat berhati-hati.

i. Pernapasan, dapat ditemukan gejala seperti, merasa kekurangan

oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulent (tergantung

adanya infeksi atau tidak). Dan dapat ditemukan tanda seperti,

lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),

frekuensi pernafasan.
14

j. Keamanan, dapat ditemukan gejala seperti, kulit kering, gatal :

ulkus kulit. Dan dapat ditemukan tanda seperti, demam,

diaporisis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan

umum atau rentang gerak, parestesia atau paralisis otot

termasuk otot-otot pernafasan (jika kadar kalium menurun

dengan cukup tajam).

k. Sekualitas, dapat ditemukan gejala dengan, rabas pada vagina

(cenderung infeksi), masalah inkoten pada pria : kesulitan

orgasme pada wanita.

l. Pembelajaran/penyuluhan, dapat ditemukan gejala seperti,

factor risiko keluarga : DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti

seteroid, diuretic (tiazid) : dilatin dan fenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa darah), mungkin atau tidak

memerlukan obat diabetic sesuai pesanan, DRG menunjukkan

rerata lama dirawat : 5-9 hari.

m. Pemeriksaan Diagnostik.

a) Glukosa darah: meningkat 200-100 mg/dl

b) Aseton Plasma (keton) :positif secara menyolok

c) Asam lemak bebas : Kadar Lipid dan kolestrol meningkat

d) Osmomalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang

dari 300 mOsm/I

e) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.


15

f) Kalium :Normal atau peningkatan semu (perpindahan

seluler). selanjutnya akan menurun.

g) Fospor : Lebih sering menurun.

h) Hemoglobin Glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat.

i) Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan PH rendah dan

penurunan pada HCO3 (Asidosis Metabolik) dengan

kompensasi Alkalosis respiratorik.

j) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi),

leukositosis , hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap

stres atau infeksi.

k) Ureum atau kreatinin: Mungkin meningkat atau normal

(dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal).

l) Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan

adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diabtetes

mellitus (Diabetik ketoasidosis).

m) Pemriksaan fungsi teroid: Peningkatan aktivitas hormon

tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan

insulin.

n) Urine: Gula dan Asetan positif, berat jenis dan osmomalitas

mungkin meningkat.

o) Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi

saluran kemih, infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka


16

2. Diagnose Keperawatan

Diagnose keperawatan yang bisa muncul menurut

[ CITATION Mar00 \l 1033 ]

a) Kekurangan volume cairandapatberhubungandengan : Diuresis

osmotic (darihiperglikemia), kehilangangastrikberlebihan, diare,

muntah, masukandibatasi, mual, kacau mental.

b) Nutrisi, Perubahan:

Kurangdarikebutuhantubuhdapatberhubungandenganketidakcukup

aninsulin

(penurunanambilandanpenggunaanglukosaolehjaringanmengakibat

kanpeningkatanmetabolisme protein ataulemak.

c) Kurangpengetahuan(kebutuhanbelajar) MengenalPenyakit,

Proknosis, dankebutuhanpengobatan.Dapatdihubungkandengan:

Kurangpemahaman/mengingatkesalahaninterpretasiinformasi.

3. Intervensi Keperawatan

a) Kekurangan volume cairandapatberhubungandengan : Diuresis

osmotic (darihiperglikemia), kehilangangastrikberlebihan,

diare, muntah, masukandibatasi, mual, kacau mental.


17

No Intervensi Rasional
1 Dapatkan riwayat Membantu dalam
pasien/orang terdekat memperkirakan kekurangan
sehubungan dengan volume total. Tanda dan gejala
lamanya/intensitas dari mungkin sudah ada pada
gejala seperti muntah, beberapa waktu sebelumnya.
pengeluaran urine yang Adanya proses infeksi
sangat berlebihan. mengakibatkan demam dan
keadaan hipermetabolik yang
menignkat kehilangan air tidak
kasatmata.
2. Pantau tanda-tanda vital, Hipovolemia dapat
catat adanya perubahan dimanifestasikan oleh hipotensi
TD ortostatik dan takikardi. Perikaraan berat
ringannya hipovolemia dapat
dibuat ketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebih dari
10 mmHg dari posisi berbaring
ke posisi duduk
3 Pola nafas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam
pernafasan kusmaul atau karbonat melalui pernafasan
pernafasan berbau keton yangmenghasilkan kompensasi
alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis.
Pernafasan yang berbau keton
berhubungan pemecahan asam
aseton-asetat dan harus
berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.

No Intervensi Rasional
18

4 Frekuensi dan kualitas Koreksi hiperglikemia dan


pernafasan, penggunaan asidosis akan menyebabkan
otot bantu nafas dan pola dan frekuensi pernafasan
adanya periodedispnea dan mendekati normal. Tetapi
munculnya sianosis. peningkatan kerja pernafasan
dangkal, pernafasan cepat dan
munculnya sianosis mungkin
merupakan indikasi dari
kelelahan pernafasan dan/
munkin pasien itu kehilangan
kemampuannya untuk
melakukan kompensasi pada
asidosis.
5 Suhu, warna kulit dan Meskipundemam, menggigil
kelembabannya dan diaphoresis merupakan hal
umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit
yang kemerahan, kering
mungkin sebagai cerminan dan
dehidrasi.

b) Nutrisi, Perubahan:

Kurangdarikebutuhantubuhdapatberhubungandenganketidakcu

kupaninsulin

(penurunandanpenggunaanglukosaolehjaringanmengakibatkanp

eningkatanmetabolisme protein ataulemak.


19

No Intervensi Rasional
1 Timbang berat badan setiap hari Mengkaji pemasukan
atau sesuai dengan indikasi. makanan yang adekuat
(termasuk absorbs dan
utilisasinya).
2 Tentukan program diet dan pola Mengidentifikasi
makan pasien dan bandingkan kekurangan dan
dengan makanan yang dapat penyimpangan dari
dihabiskan kebutuhan terapeutik
3 Auskultasi bising usus, catat Hiperglikermia
adanya nyeri abdomen/perut dangangguan
kembung, mual, muntahan keseimbangan cairan dan
makanan yang belum sempat elektrolitdapat
dicerna, pertahankan keadaan menurunkan
puasa sesuai dengan indikasi mortilitas/fungsi lambung
(distensi atau ileus
paralitik) yang akan
memepengaruhi saluran
pencernaan dan
memerlukan pengobatan
secara simptomatik.
4 Berikan makanan cair yang Pemberian makanan
mengandung zat makanan melalui oral lebih baik jika
(nutrient) dan elektrolit dengan psien sadar dan fungsi
segera jika psien sudah dapat gastrointestinal baik.
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui oral.
Dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat sesuai
dengan yang dapat ditoleransi
20

No Intervensi Rasional
5 Identifikasi makanan yang Jika makanan yang disukai
disukai/dikhendaki termasuk pasien dapat dimasukkan
kebutuhan etnik/kultural. kedalamperencanaan
makan, kerja sama ini
dapat diupayakan setelah
pulang.

c) Kurangpengetahuan( kebutuhanbelajar)

MengenalPenyakit,Proknosis,

dankebutuhanpengobatan.Dapatdihubungkandengan:

Kurangpemahaman/mengingatkesalahaninterpretasiinformasi.

No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang Menanggapi dan
saling percaya dengan memperhatikan perlu
mendengarkan penuh diciptakan sebelum pasien
perhatian, dan selalu ada bersedia mengambil bagian
untuk pasien. dalam proses belajar.
2 Bekerja dengan pasien dalam Partisipasi dalam
menata tujuan belajar yang perencanaan meningkatkan
diharapkan. antusias dan kerja sama
pasien dengan prinsip-
prinsip yang dipelajari.

No Intervensi Rasional
21

3 Pilih berbagai strategi belajar, Penggunaan cara berbeda


seperti teknik demonstrasi tentang mengakses
yang memerlukan informasi meningkatkan
keterampilan dan biarkan pencerapan pada invidu
pasien mendemonstrasikan yang belajar.
ulang, gabungkan
keterampilan baru ini kedalam
rutinitas rumah sehari-hari
4 Bekerja dengan pasien dalam Partisipasi dalam
menata tujuan belajar yang perencanaan meningkatkan
diharapkan. antusias dan kerja sama
pasien dengan prinsip-
prinsip yang dipelajari.
5 Demonstrasikan tekhnik Meningkatkan relaksasi dan
penanganan stress, seperti pengendalian terhadap
latihan nafas dalam, respons stress yang dapat
bimbingan imajinasi, untuk membatasi peristiwa
mengalihkan perhatian. ketidakseimbangan
glukosa/insulin.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan atau implmentasi adalah pemberian

tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mecapai tujuan

rencana tindakan yang telah disusun setiap tindakan keperawatan yang

dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan

keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan kepada klien efektif,

teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan

yang akan diberikan kepada klien.


22

Dalam melakukan tindakan keperawatan dapat menggunakan

tiga tahap yaitu independent, dependen, dan interdependen. Tindakan

keperawatan secara indepemden adalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter aau tenaga kesehatan

lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakan

pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependen adalah

tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang

memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,

misalnya tenaga kesehatan social, ahli gizi, dan dokter, keterampilan

yang harus perawat punya adalah melakukan tindakan keperawatan

yaitu kognitif dan psikomotor.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses

keperawatan, evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta

pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek

yang penting dari proses keperawatan, karena kesimpulan yang didapat

dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan/

dilanjutkan/diubah (dimodivikasi)[ CITATION Sme01 \l 1033 ]. Tolak

ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini

adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan.

Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah masalah teratasi

sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali atau malah timbul

masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi keperawatan

dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul masalah


23

baru, maka intervensi keperawatan diubah atau dimodivikasi.

[ CITATION Luk09 \l 1033 ]. Penilaian dan kesimpulan tersebut

dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan diuraikan

berdasarkan urutan SOAP yaitu:

a) S: Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

klien secara objektif setelah diberikan tindakan

keperawatan

b) O: Keadaan subjektif yang di identifikasikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif setelah

implementasi kaperawatan

c) A: Merupakan analisa perawat sebelum mengetahui respon

subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan

kriteria dan standar yang lebih ditentukan mengacu pada

tujuan rencana keperawatan klien, kesimpulan perawat

tentang kondisi klien.

d) P: Plan of Care

Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut

a) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat

intervensi dengan respons segera

b) Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil

observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu

berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap

perencanaan. [ CITATION Nur08 \l 1033 ]

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :


24

a) Diagnose pertama :Kekurangan volume

cairandapatberhubungandengan : Diuresis osmotic

(darihiperglikemia), kehilangangastrikberlebihan, diare,

muntah, masukandibatasi, mual, kacau mental. Hasil yang

diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan

:mendemonstrasikan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh

tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan

pengisian kapiler baik, pengeluaran urine tepat secara

individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

b) Diagnose kedua :Nutrisi, Perubahan: Kurang dari

kebutuhan tubuh dapat berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin (penurunan dan penggunaan

glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan

metabolisme protein atau lemak. Hasil yang

diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : mencerna jumlah

kalori atau nutrient yang tepat, menunjukkan tingkat energy

biasanya, mendemonstrasikan berat badan stabil atau

penambahan kearah rentang biasanya yang diinginkan

dengan nilai laboratorium normal.

c) Diagnose ketiga :Kurangpengetahuan( kebutuhanbelajar)

MengenalPenyakit,Proknosis,

dankebutuhanpengobatan.Dapatdihubungkandengan:

Kurangpemahaman atau

mengingatkesalahaninterpretasiinformasi.Hasil yang
25

diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : mengungkapkan

pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi hubungan

tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan

gejala dengan factor penyebab, dengan benar melakukan

prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan,

melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam

program pengobatan ([ CITATION Mar00 \l 1033 ]

C. Konsep Relaksasi Otot Progresif

1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresifmerupakan kebebasan mental dan

fisik dari ketegangan dan stress [ CITATION APo06 \l 1033 ] .

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang

dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. Penggunaan relaksasi dalam bidang

klinis telah dimulai sejak abad 20, ketika Edmund Jacobson

menjelaskan hal-hal yang dilakukan pada saat tegang dan rileks.

Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan

yang seringkali membuat otot-otot mengencang akan diabaikan

dalam [ CITATION Har10 \l 1033 ]. Relaksasi otot progresif adalah

suatu metode untuk membantu menurunkan tegangan sehingga otot

tubuh menjadi rileks [ CITATION Har10 \l 1033 ]

2. Tujuan relaksasi otot progresif


26

Relaksasi otot progresif bertujuan menurunkan kecemasan,

stres, otot tegang dan kesulitan tidur [ CITATION Har10 \l 1033 ].

Tujuan relaksasi otot (Proressive muscle relaxation) menurut

[ CITATION APo06 \l 1033 ]adalah sebagai berikut :

a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju

metabolik.

b. Mengurangi disritmia jantung.

c. Mengurangi kebutuhan oksigen.

d. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika pasien

sadar dan tidak memfokuskan perhatian secara rileks.

e. Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi.

f. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

g. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme

otot, fobia ringan, gagap ringan, dan

h. Membangun emosi positif dan emosi negatif.

3. Jenis-jenis relaksasi otot progresif

Relaksasi otot dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Relaxation via tenson-relaxation

Metode ini diunakan agar individu dapat merasakan perbedaan

antara saat-saat otot tubuhnya tegang dan saat otot tubuhnya

lemas. Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bisep,

bahu, leher, wajah, perut dan kaki.

b. Relaxation via letting go


27

Metode ini biasanya merupakan tahap berikutnya dari

relaxation via tenson-relaxation yaitu latihan untuk

memperdalam dan menyadari relaksasi.

c. Differential relaxation

Differential relaxation adalah salah satu penerapan

keterampilan relaksasi otot progresif dimana tidak hanya

menyadari kelompok otot yang diperlukan untuk melakukan

aktifitas tertentu saja tetapi juga mengidentifikasi dan lebih

menyadari lagi otot-otot yang tidak perlu untuk melakukan

aktifitas.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Hal-hal yang disarankan dan diperhatikan dalam latihan

relaksasi otot progresif [ CITATION Ric09 \l 1033 ] . Selalu latihan di

tempat yang tenang, sendirian atau tanpa menggunakan audio untuk

membantu konsentrasi pada kelompok otot.

a. Melepaskan sepatu dan pakaian tebal.

b. Hindari makan, merokok dan minum, yang terbaik melakukan

latihan sebelum makan.

c. Tidak boleh latihan setelah minum minuman keras.

d. Latihan dilakukan dengan posisi duduk, tetapi dapat juga

dengan posisi tidur.

e. Jangan terlalu mengangkat otot berlebihan karena dapat

melukai diri sendiri.

f. Latihan membutuhkan waktu 15-20 menit.


28

5. Persiapan latihan

a. Selalu latihan di tempat yang tenang.

b. Memakai pakaian yang tidak tebal, sepatu atau sendal dilepas.

c. Hindari makanan, merokok dan minum selama latihan, yang

terbaik melakukan latihan sebelum makan, tidak boleh latihan

setelah minum minuman keras.

d. Latihan dilakukan dengan posisi duduk atau tidur.

e. Jangan terlalu mengangkat otot berlebihan karena dapat

melukai diri sendiri.

f. Selama latihan mata dipejamkan pelan-pelan dan selalu

konsentrasi pada ketegangan selama 4-10 detik dan rileks

selama 10-20 detik terhadap otot yang dilatih.

g. Setiap gerakan dilakukan 2 kali latihan.

h. Latihan membutuhkan waktu 15-20 menit.

6. Indikasi dan kontra indikasi relaksasi otot progresif

Teknik relaksasi membantu pasien yang cemas, panic, mengeluh

gejala fisik, nyeri otot, serta defresi ringan.Kontraindikasi terapi ini

adalah pada pasien marah.

7. Langkah-langkah melakukan relaksasi otot progresif

Menurut [ CITATION Ali09 \l 1033 ] . urutan melakukan relaksasi otot

progresif adalah sebagai berikut :

Gerakan 1
29

Ditujukan untuk melatih otot tangan.Menggenggam tangan kiri sambil

membuat suatu kepalan semakin kuat, sambil merasakan ketegangan,

kemudian kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.

Setelah selesai tangan kanan kemudian dilanjutkan tangan kiri

Gambar 2.1.Mengepalkan tangan

Gerakan 2

Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.Menekuk kedua

lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di

lengan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari

menghadap ke langit pertahankan sekitar 10 detik. Turunkan secara

perlahan-lahan.
30

Gambar 2.2 : Tekuk lengan kanan

Gerakan 3

Ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas

pangkal lengan).Gerakan ini diawali dengan menggenggam kedua

tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan

ke pundak sehingga otot-otot bisep akan menjadi tegang, pertahankan

sekitar 10 detik. Turunkan secara perlahan-lahan.

Gambar 2.3.Gerakan otot-otot biceps

Gerakan 4

Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.Mengangkat

kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga

menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras

ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan leher.

Pertahankan sekitar 10 detik. Turunkan secara perlahan-lahan.


31

Gambar 2.4.Melatih otot bahu

Gerakan 5

Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata,

rahang, dan mulut.Mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya

terasa dan kulitnya keriput. Pertahankan sekitar 10 detik. Bebaskan

secara perlahan-lahan.

Gambar 2.5.Kontraskan otot dahi

Gerakan 6

Ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata,

rahang, dan mulut.Menutup mata keras-keras sehingga dapat dirasakan

ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan

mata. Pertahankan sekitar 10 detik. Tutunkan secara perlahan-lahan.


32

Gambar 2.6.Gerakan untuk mata

Gerakan 7

Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot

rahang.Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga

terjadi ketegangan disekitar otot rahang.Pertahankan sekitar 10 detik.

Lepaskan secara perlahan-lahan.

Gambar 2.7.Gerakan untuk rahang

Gerakan 8

Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot disekitar mulut. Bibir

dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di

sekitar mulut. Pertahankan sekitar 10 detik kemudian perlahan-lahan

lepaskan.
33

Gambar 2.8. Gerakan untuk mulut

Gerakan 9

Ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun

belakang. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

kemudian otot bagian depan, letakkan kepala sehingga istirahat,

kemudian tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa

sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan

punggung atas. Pertahankan sekitar 10 detik.

Gambar 2.9.Melatih otot leher bagian belakang

Gerakan 10

Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan. Gerakan membawa

kepala ke muka, benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.Pertahankan 10 detik,

perlahan-lahan lepas kearah semula, sehingga keadaan rileks.


34

Gambar 2.10.Melatih otot leher depan

Gerakan 11

Ditujukan untuk melatih otot punggung.Angkat tubuh dari sandaran

kursi, punggung dilengkungkan, busungkan dada tahan 10 detik,

kemudian rileks.

Gambar 2.11. Melatih otot punggung

Gerakan 12

Ditujukan untuk melemaskan otot dada.Tarik nafas panjang, ditahan

selama beberapa saat sambil merasakan ketegangan di bagian dada

sampai turun ke perut.Pertahankan sekitar 10 detik. Turunkan secara

perlahan-lahan, rileks.
35

Gambar 20.12. Melatih otot dada

Gerakan 13

Ditujukan untuk melatih otot perut.Tarik dengan kuat perut ke

dalam.Pertahankan sekitar 10 detik. Turunkan secara perlahan-lahan.

Rileks.

Gambar .2.13. Melatih otot perut

Gerakan 14

Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan

betis).Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa

tegang.Pertahankan sekitar 10 detik. Lepas, rileks.


36

Gambar 2.14. Melatih otot paha

Gerakan 15

Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan

betis).Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa

tegang.Pertahankan sekitar 10 detik. Lepas, rileks.

Gambar 2.15. Melatih otot paha


37

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran

yang akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti. Penelitian

deskriptif berguna untuk mendapatkan makna baru, menggambarkan kategori

suatu masalah, menjelaskan frekuensi suatu kejadian dari sebuah fenomena.

[ CITATION Put12 \l 1033 ]. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian

deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus dengan judul Relaksasi

Otot Progresif Dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

Milletus Tipe 2.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh.

Pada studi kasus yang akan dilakukan, peneliti mengambil satu keluarga yang

memiliki salah satu anggota keluarga yang menderita diabetes milletus,

kemudian peneliti akan berfokus pada satu anggota keluarga yang mengalami

diabetes milletus tersebut sebagai objek penelitian yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusif :

1. Memiliki penyakit diabetes milletus tipe 2

2. Berada dalam suatu keluarga


38

3. Mampu berkomunikasi secara kooperatif

4. Bersedia sebagai subjek studi studi kasus

Kriteria eksklusi :

1. Memiliki penyakit diabetes milletus tipe 1 dan 3

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus

studi adalah penerapan relaksasi otot progresif dalam menurunkan kadar gula

darah pada penhyakit diabetes milletus tipe 2melalui pendekatan proses

keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi, sampai evaluasi.

D. Definisi Operasional

1. Relaksasi otot progresif adalah suatu metode untuk membantu

menurunkan tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks, dilakukan 5

kali dalam sepekan, dengan durasi waktu 15-20 menit.

2. Pasien diabetes milletus adalah yang memiliki riwayat penyakit diabetes

milletus tipe 2, berada dalam suatu keluarga, mampu berkomunikasi

secara kooperatif dan bersedia sebagai subjek studi.

E. Tempat dan waktu

1. Tempat

Tempat penelitian akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas desa

Banyumulek, kecamatan Kediri kabupaten Lombok barat


39

2. Waktu

Waktu studi kasus akan di lakukan pada bulan Maret 2020

F. Pengumpulan data

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi

secara lisan dari seseorang yang merupakan sasaran penelitian atau bercakap-

cakap berhadapan muka dengan seseorang tersebut (face to face).

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara dengan

pasien dan keluarga untuk menggali informasi kepada pasien dan keluarga

meliputi biodata pasien, pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang menderita diabetes milletus dengan mandiri

menurunkan kadar gula darah.

G. Penyajian Data

Dalam studi kasus ini penyajian data disajikan dalam bentuk

tekstural yaitu penyajian data berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai

untuk data yang jumlahnya kecil dan hanya memerlukan kesimpulan yang

sederhana dapat juga disertai cuplikan ungkapan verban dari subjek penelitian

yang merupakan data pendukung.Data yang akan disajikan secara narasi

meliputi biodata pasien, kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

menderita diabetes tife 2.

H. Etika Studi Kasus


40

Etika studi kasus adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan studi kasus yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut [ CITATION Not12 \l 1033 ]. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi untuk

mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.

Menurut [ CITATION Ali08 \l 1033 ] dalam melaksankan penelitian ini penulis

menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupkan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangai lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam Informed consent tersebut adalah: partisipasi responden,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain [ CITATION Ali08 \l 1033 ]

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau


41

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur yang telah diisi

oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap,

responden cukup mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset [ CITATION Ali08 \l 1033 ]. Peneliti menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai