STEAM DRUM V-0201 DENGAN METODE ROUTH HURWITZH DI PT KALTIM PARNA INDUSTRI
ABSTRAK
Steam Drum V-0201 di PT Kaltim Parna Industri merupakan sebuah process plant yang berfungsi untuk menghasilkan high
pressure (HP) steam. Level boiler feed water (BFW) pada steam drum secara langsung mempengaruhi temperatur dan tekanan pada steam
drum sehingga level BFW pada steam drum penting untuk dikendalikan. Pada awal pabrik mulai dioperasikan, level steam drum
dikendalikan oleh sistem pengendalian tiga elemen. Tiga elemen tersebut adalah laju masukan BFW, laju keluaran HP steam, dan level
steam drum. Namun saat sistem pengendalian tiga elemen diterapkan, respon level sistem justru mengalami ketidakstabilan. Hal ini
dikarenakan respon kontroler yang kurang baik. Sehingga saat ini, PT KPI menerapkan sistem pengendalian single elemen saat proses stabil,
dan apabila terjadi perubahan load yang besar, maka pengendalian level akan dikendalikan secara manual oleh operator. Penerapan metode
Routh Hurwitzh untuk menganalisis kestabilan sistem menunjukkan adanya pergantian tanda pada kolom pertama tabel Routh Hurwitzh,
sehingga berdasarkan kriteria Routh Hurwitzh sistem pengendalian level tiga elemen pada Steam Drum V-0201 adalah tidak stabil.
Ketidakstabilan sistem dikarenakan respon kontroler yang kurang baik, yakni pada parameter PID yang terdapat dalam kontroler. Melalui
metode Ziegler-Nichols didapatkan hasil tuning nilai parameter terbaik, LICA 0201: Kp=17 dan Ti=45 serta nilai parameter FICA 0220:
Kp=10 dan Ti=2, yang menghasilkan max.overshoot 0,017 m dan time settling 119 s.
Kata kunci: Steam Drum, Sistem pengendalian Tiga Elemen, Kestabilan, Routh Hurwitz, Ziegler-Nichols.
1
1. Total kapasitas produk selama performance test yaitu menggerakkan STG yaitu MP steam. Steam outlet STG
4625 Mton. Kapasitas produk rata-rata yaitu 1542 MTPD dikondensasi di turbine condenser dan kemudian dikirim ke
(Garansi: 1500 MTPD). desalination tank. Dengan adanya STG, PT Kaltim Parna
2. Kualitas produk amoniak selama performance test, yaitu: Industri memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
Ammonia 99.95 wt%, moisture 0.05 wt%, oil 0.2 wt ppm 1. STG KPI dirancang untuk parallel running dengan
max, delivery temperature -32,7OC. GTG (Gas Turbine Generator) PT KDM.
3. Konsumsi gas alam rata-rata selama performance test per 2. Adanya pembagian beban (power sharing) antara STG
metric ton amoniak yaitu 7.43 MMkcal LHV atau 29.48 KPI dengan GTG KDM yang dapat diatur di DCS
MMBTU LHV (garansi: 7.64 MMkcal). dengan persentasi yang dapat diubah setiap saat sesuai
dengan pertimbangan teknikal dan ekonomikal.
PT Kaltim Parna Industri terletak dikawasan industri Persentasi power sharing antara STG KPI dan GTG
Kaltim Industrial Estate, Bontang, Kalimantan Timur. Untuk KDM pada saat operasi normal yaitu 80% untuk STG
pemilihan lokasi pabrik, PT KPI mempertimbangan berbagai KPI dan 20% untuk GTG KDM.
faktor antara lain kemudahan dalam memperoleh bahan 3. Sistem kelistrikan KPI dilengkapi dengan load
baku, wilayah pemasaran, transportasi, penyediaan tenaga shedding system yang berfungsi sebagai proteksi
kerja, utilitas, dan lingkungan. tambahan apabila STG KPI atau GTG KDM trip.
4. Mudah untuk melakukan maintenance karena memiliki
2.1 Fasilitas Penunjang Proses Produksi PT Kaltim space yang cukup dan access yang mudah.
Parna Industri 5. Pemilihan generator dengan kapasitas 6 MW sangat
Pabrik amoniak PT Kaltim Parna Industri (KPI) tepat karena pertimbangan tidak ada idle capacity yang
mempunyai kapasitas terpasang 1500 MTPD dengan terlalu besar sehingga tidak ada idle investasi yang
konsentrasi produk diatas 99.9 %. Keunikan pabrik amoniak terlalu besar pula serta start motor-motor besar masih
PT Kaltim Parna Industri jika dibandingkan dengan pabrik bisa dilakukan karena adanya system synchrone antara
amoniak lainnya: STG KPI dan GTG KDM, sehingga starting current
1. Pengaturan tata letak peralatan atau plot plan pabrik yang untuk motor-motor yang besar akan diambil alih oleh
sangat baik sehingga mempermudah pengoperasian, GTG KDM.
access dan manuver alat-alat berat, serta mempermudah
tindakan evakuasi apabila terjadi hal-hal yang tidak Pararel running antara STG KPI dan GTG KDM ini
diinginkan di dalam pabrik. terbuti andal, adanya fluktuasi konsumsi yang mendadak
2. Semua control valve utama (control valve untuk venting (misalnya saat Sea Water Pump POPKA start up) dapat
gas, control valve untuk area steam system dan control dihadapi dengan baik. Dengan adanya keterbatasan daya
valve untuk umpan reformer) diletakkan dalam satu listrik di KDM maka parallel running di KPI ini akan
elevasi yang sama yaitu pada elevasi 13 m dan terletak membuat fleksibilitas konsumen listrik KDM untuk start
dalam satu platform sehingga memudahkan operator pompa ataupun start pabrik tetap terjamin.
melakukan pengoperasian dalam satu komando.
3. Pabrik amoniak KPI juga dilengkapi dengan gas detector 2.1.2 Emergency Diesel Generator
berjumlah 34 buah yang ditempatkan di berbagai point PT KPI mempunyai dua buah Emergency Diesel
dan elevasi dengan tujuan untuk mendeteksi adanya Generator (EDG) dengan kapasitas 900 kVA dan satu buah
paparan gas di atmosfir yang melebihi ambang batas EDG dengan kapasitas 875 kVA untuk mensupply listrik
lingkungan secara lebih dini, akibat kebocoran di pada aktivitas loading ammonia. Keunikan EDG yang
peralatan atau pipa, sehingga apabila ada kebocoran gas dimiliki KPI yaitu menggunakan udara sebagai media
di area pabrik dapat diketahui dengan segera dan pendingin sehingga tidak tergantung pada cooling water.
dilakukan pengamanan sistem.
4. PT Kaltim Parna Industri menggunakan DCS (Distributed 2.1.3 Cooling Water
Control System) dengan sistem double stage monitor Cooling water PT Kaltim Parna Industri merupakan
yang akan mempermudah operator dalam closed cooling water system dengan flow sirkulasi sekitar
mengoperasikan pabrik dan pada saat yang bersamaan 17.000 m3/jam. Cooling water system terdiri dari 3 cooling
dapat memonitor trend perubahan kondisi operasi. Sistem water pump dan 6 plate heat exchanger. Pada saat normal
ini sangat membantu terutama pada saat start-up dan operasi hanya ada 2 cooling water pump yang running.
trouble shooting. Keunggulan cooling water system PT Kaltim Parna
5. Instalasi PHD (Process History Database) sistem yang Industri, yaitu:
link dengan DCS sangat membantu dalam hal pelacakan 1. Plate heat exchanger diletakkan di elevasi 2,8 m
sumber permasalahan (trouble shooting), sehingga setiap sehingga NPSH (Net Positive Suction Head) cooling
ada trouble dapat diselesaikan dengan cepat dan akurat. water pump menjadi positif dan kebutuhan powernya
menjadi rendah.
2.1.1 STG dan Sistem Kelistrikan PT Kaltim Parna 2. Mudah untuk melakukan maintenance di plate heat
Industri exchanger karena adanya rel untuk fasilitas maintenance
PT Kaltim Parna Industri memiliki Steam Turbin dan memiliki space yang cukup.
Generator (STG) yang dapat menghasilkan listrik dengan
kapasitas 6 MW. Steam yang digunakan untuk 2.1.4 Project Ammonia Tank dan Jetty
2
PT KPI mempunyai ammonia tank dengan kapasitas heat yang berasal dari gas proses keluaran Secondary
bersih 40.000 ton amoniak. Ammonia tank KPI dilengkapi Reformer. Pada RG Waste Heat Boiler ini terjadi
dengan 3 buah BOG compressor dengan kapasitas masing- perpindahan panas antara BFW yang merupakan
masing 750 kg/jam dan 3 buah loading pump dengan downcomer dari steam drum V-0201 dengan waste heat gas
kapasitas masing-masing 500 ton/jam sehingga fleksibel proses dari Secondary Reformer sehingga dihasilkan steam
dalam pengoperasiannya. Tipe ini pada prinsipnya adalah dengan tekanan tinggi (HP steam).
double wall, hanya berbeda inner dan outer wall memakai Saturated steam yang dihasilkan oleh RG Waste Heat
material yang sama yaitu cold steel atau A 537 Class 1. Boiler ini kemudian dialirkan ke steam drum (V-0201).
Inner dan outer wall dirancang mampu dipakai untuk Sedangkan air umpan boiler (BFW) dialirkan dari SG BFW
menampung amoniak pada temperatur yang sangat dingin. Preheater (E-0502) dan BFW Preheater (E-0205). High
Letak jetty dekat dengan ammonia tank sehingga kenaikan pressure steam yang dihasilkan kemudian dialirkan ke SG
temperatur amoniak tidak begitu significant dan mengurangi Steam Superheater (E-0500) dan CG Steam Superheater (E-
jumlah yang teruapkan di tanker/kapal. 0209). Selain outputan HP steam, steam drum (V-0201) juga
mengalirkan air (down comer) untuk RG Waste Heat Boiler
(E-0208) dan SG Waste Heat Boiler (E-0501) untuk
III. TINJAUAN PUSTAKA disirkulasi alami. Sekitar 1,5-1,6 ton/hours waste water dari
steam drum di blow down ke blow down drum V-0211 untuk
3.1 Deskripsi Proses Produksi Steam dan Persiapan
kemudian dialirkan ke water cooling system (WCS) dan
BFW
kemudian ke Neutralization Pit T-2901.
Bolier feed water (BFW) merupakan masukan pada
steam drum V-0201 untuk menghasilkan high pressure (HP)
steam yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan
3.3 Sistem Pengendalian Tiga Elemen pada Steam Drum
amoniak. Deaerator V-0251 merupakan unit yang berfungsi
Sistem pengendalian ini bertujuan untuk memanipulasi
untuk menghasilkan BFW. Deaerator V-0251 memanaskan
laju BFW yang menuju steam drum V-0201 guna
air demin yang berasal dari unit demineralisasi dengan cara
mengendalikan level pada steam drum, dengan
kontak langsung dengan low pressure (LP) steam untuk
mempertimbangkan tiga element yakni level steam drum,
menghilangkan gas-gas yang tak terkondensasi, seperti O 2.
laju BFW input, dan laju HP steam output. Aktuator sistem
Air yang telah dideaerasi dinamakan air umpan boiler
pengendalian ini berupa level valve (LV 0201-2).
(Boiler Feed Water-BFW). BFW yang keluar dari
Strategi sistem pengendalian tergantung pada unit
Deaerator V-0251 dipompa dengan pompa HP BFW P-
load. Strategi pengendalian tersebut adalah sistem
0251A/B, dimana pada keadaan normal, P-0251A
pengendalian single elemen, sistem pengendalian dua
digerakkan oleh steam turbin (beroperasi), sedangkan P-
elemen, dan sistem pengendalian tiga elemen. Sistem
0251B digerakkan oleh motor (standby).
pengendalian single elemen mengukur level dan mengatur
High Pressure (HP) BFW digunakan untuk membuat
laju boiler feed water untuk mengendalikan level pada
HP steam dalam RG Waste Heat Boiler (WHB), Steam
drum. Sistem ini efektif untuk boiler kecil yang mana
Drum (V-0201), dan quench water untuk HP steam
perubahan loadnya pelan atau mendekati konstan. Sistem
desuperheater, TV-0212A/B. Medium pressure (MP) BFW
pengendalian dua elemen digunakan pada kondisi steam
digunakan untuk membuat MP steam di dalam auxiliary
drum yang mengalami perubahan load tidak lebih dari 25%.
boiler, Package Boiler H-1101, steam desuperheater
Sistem pengendalian tiga elemen mengatur level water pada
lainnya, selain HP steam desuperheater. BFW yang
digunakan untuk membuat HP steam dipanaskan dalam V- kondisi steam drum yang mana load dan pressurenya
berubah-ubah. Pada sistem pengendalian tiga elemen
0213A/B, E-0212A/B, E-0502, dan E-0205, sebelum masuk
terdapat tiga elemen atau variabel yang diperhitungkan,
ke dalam steam drum V-0201.
yakni laju BFW input, level steam drum V-0201, dan laju
Produksi steam di pabrik dihasilkan oleh dua buah
HP steam yang keluar dari steam drum.
steam boiler (E-0208 dan E-0501). Air boiler untuk dua
Sistem pengendalian tiga elemen menggunakan
steam boiler tersebut disupply dari sirkulasi alami oleh
perhitungan Density Compensation dengan menggunakan
downcomer dari steam drum (V-0201). Saturated HP steam
persamaan dibawah ini:
yang dihasilkan dalam V-0201 di superheating (pemanasan
lebih lanjut) dalam dua tahap sebelum dikirim ke HP steam Y 1=X 4+ K 1 ( X 1−X 2 ) x 3,5−K 2 { ( X 7−X 4 )−( X 6−X 3 ) }
header. Superheating pertama terjadi di dalam SG steam dimana:
superheater (E-500) dan CG steam superhater (E-0209), Y1= hasil perhitungan density compen oleh LY 0201-2
yang beroperasi secara paralel. Distribusi steam antara dua X4= nilai process value (PV) dari FT-0220 (laju inlet BFW)
buah steam superheater adalah dalam split range yang X1= nilai set point (SV) dari LICA 0201
dikontrol oleh TIC-0532. X7= nilai keluaran FY 0220
X6= hasil perhitungan density compen di FY 0217-1, dan
3.2 Proses pada Steam drum (V-0201) X3= nilai pada FI 0217
High Pressure (HP) BFW digunakan untuk membuat K1, K2= scaling factor
HP steam dalam RG Waste Heat Boiler (WHB), yang Perhitungan density compensation diperlukan, karena
merupakan heat exchanger penghasil saturated steam pada steam drum V-0201 terdapat dua fase, yakni fase liquid
tekanan tinggi. RG Waste Heat Boiler sendiri memanfaatkan (water) dan fase vapor (uap). Perubahan tekanan yang
3
terjadi akan mengakibatkan perubahan densitas baik pada
liquid (water) maupun vapor (uap) yang terdapat pada steam
drum. Hasil perhitungan density compensation kemudian
ditransmisikan ke FICA 0220 guna memanipulasi laju BFW
yang masuk ke steam drum melalui bukaan LV 0201. Sistem
kendali yang dipakai adalah cascade (bertingkat) dengan
mode kontrol PI baik itu pada master control maupun slave
control.
LY HP STEAM
0201-1 FT
0217
PT
LY 0216
0201-2
P-1
FICA
0220 LT
0201 STEAM DRUM
V-0201
LY FT
0201-5 0220
BFW
LV 0201-2
4
Gambar 3.4 P&ID Indikator Pressure a 0 sn +a 1 sn−1 +…+ an−1 s+ an (2)
Jika suatu sistem mempunyai fungsi alih loop tertutup sbb:
Pressure pada steam drum V-0201 diukur oleh
pressure transmitter PT 0216, yang kemudian memberikan
sinyal pada PIA 0216. PIA 0216 memberikan sinyal pada
FY 0217 dalam rangka perhitungan density compensation,
untuk kemudian didisplaykan pada flow indicator FI 0217.
Sinyal data dari FT 0217 dikirimkan pada LY 0201-2 dan
Gambar 3.6 Fungsi Alih Sistem Loop Tertutup
kemudian hasil perhitungan density compensation
dikirimkan pada FICA 0220 dan LV 0201-2 untuk
Maka dari persamaan fungsi alih di atas, dapat disusun
memanipulasi laju aliran boiler feed water yang akan masuk
metode Routh-Hurwitz sebagai berikut :
ke steam drum V-0201.
Tabel 3.1 Kriteria Routh Hurwitzh
3.4 Kestabilan Sistem Pengendalian
Sistem pengendalian proses merupakan gabungan dari
kerja komponen-komponen yang digunakan untuk
mempertahankan variabel yang dikendalikan (process
variable) pada suatu nilai tertentu (set point). Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu sistem
pengendalian sudah memakai unit kontroler otomatis.
Hakekat utama dari sistem pengendalian adalah menjaga
suatu process variable agar selalu sama atau paling tidak
mendekati nilai set point, sehingga sistem tersebut bisa
dikatakan berjalan dengan stabil.
][ ][ ][
kurang baik, sehingga penerapan pengendalian tiga elemen laju peruba h an laju
justru membuat level pada steam drum menjadi tidak stabil.
Penerapan pengendalian single elemen akan
mengakibatkan ketidakstabilan level pada steam drum,
[ massa
dlm steam drum
= massa
BFW
i nput
− massa
steam
output
− massa
blowdown ]
apabila terjadi kondisi perubahan load/beban yang besar dV L dV v
(bisa terjadi pada saat pabrik dalam kondisi trip) sehingga ρw + ρv =ṁ w − ṁb −ṁ v
apabila kondisi terjadi perubahan load/beban yang besar, dt dt
maka pengendalian level akan dikendalikan secara manual
oleh operator. dimana:
Gambar 4.1 di bawah merupakan respon sistem pada dV L
saat pengendalian single elemen diterapkan. Dapat dilihat ρw =¿ laju perubahan massa liquid dalam steam
dt
pada Gambar 4.1 bahwa set point level yang ditentukan pada drum
steam drum adalah 1,41 meter sedangkan sistem berosilasi
pada kisaran 1,404-1,414 meter. Ketinggian level ini tidak ṁ w = laju massa water input
bersifat membahayakan, karena osilasi yang terjadi kecil dan ṁ b = laju massa blow down (output)
tidak terlalu tinggi. ṁ v = laju massa vapor output
dV v
ρv =¿ laju perubahan massa vapor dalam steam
dt
drum
6
Model matematik control valve diperoleh dengan Untuk mendeteksi laju aliran Boiler Feed Water
persamaan: keluaran dari Deaerator V-0251 yang dialirkan menuju
mb ( s ) Kv steam drum, maka digunakan FT 0220. FT 0220 merupakan
= D/P transmitter, yang mentransmisikan sinyal dengan range
U ( s ) τ v s+1 4-20 mA. Dengan range laju aliran 360-0 ton/hours atau
dengan 100-0 kg/s dan time konstan sebesar 0,2 detik. Untuk
m b ( s ) = laju aliran BFW yang termanipulasi (kg/s) menghitung gain dari transmitter menggunakan persamaan :
U ( s ) = sinyal masukan ke control valve (Amp)
K tot = gain total control valve
GT = ( SpanOutput
Span Input )
τv = time konstan control valve (s) dimana span input adalah laju aliran dari Boiler Feed Water
(BFW), sedangkan sebagai span output adalah arus yang
Untuk menghitung gain control valve dengan menggunakan ditransmisikan oleh flow transmitter FT 0220. Didapatkan
persamaan : gain transmitter dari persamaan diatas sebagai berikut :
Span Output I max−I min mA
GV = ( Span Input ) GT = ( F max−F min )
G T =0,16
kg/ s
dimana span input adalah arus yang masuk dari controller
yaitu 4-16 mA sedangkan span output adalah laju aliran sehingga pemodelannya menjadi:
Boiler Feed Water (BFW) dengan laju aliran max: 261 I (s) 0,16
t/h=72,5 kg/s dan laju aliran min: 79 t/h= 21,9 kg/s, maka =
didapatkan:
L(s) 0,2 s +1
72,5−21,9
G(v) = = 3,1625 kg/s mA
20−4 4.2.4.2 Level Transmitter LT 0201
dimana span input adalah arus yang masuk dari controller Level yang diukur oleh LT 0201 adalah level atau
yaitu 4-20 mA. ketinggian dari water yang terdapat pada steam drum. LT
Gain I/P, 0201 merupakan D/P transmitter, yang mentransmisikan
signal sebesar 4-20 mA DC. Measurement length LT 0201
15−3 (psi) adalah 800 mm (0,8 m) dan time konstan sebesar 0,2 detik.
Gτ = =0,75 psi/mA
20−4(mA ) Untuk menghitung gain dari transmitter menggunakan
Sehingga diperoleh gain total control valve: persamaan:
Kv = Gv.G τ
= 3,1625 . 0,75
GT = ( SpanOutput
Span Input )
= 2,37 (kg dt/mA) dimana span input adalah level dari Water atau liquid yang
terdapat pada steam drum, sedangkan sebagai span output
Time constant efektif control valve diperoleh
adalah arus yang keluar dari level transmitter. Maka
berdasarkan hubungan waktu stroke, perfreksional terhadap didapatkan gain transmitter dari persamaan diatas sebagai
posisi valve dan perbandingan konstanta waktu inferent berikut :
terhadap waktu stroke yang dinyatakan: I max−I min
dengan
T Cv=Tv .(∆ V + Rv) GT = ( T max−T min ) GT =20 mA /m
sehingga pemodelannya menjadi:
T Cv=¿ time constant control valve (dt)
I (s) 20
Tv=¿ waktu stroke penuh (1,3 dt) =
Rv = perbandingan konstanta waktu inverent terhadap L(s) 0,2 s +1
waktu stroke (Rv = 0,03)
4.2.4.3 Flow Transmitter FT 0217
aliran max−aliran min 72,5−21,9
∆V = = =0,69 Flow yang diukur oleh FT 0217 adalah flow atau laju
aliran max 72,5 aliran HP steam keluaran dari steam drum V-0201. FT 0217
T Cv=1,3. ( 0,69+0.03 )=0,94 merupakan D/P transmitter, yang mentransmisikan signal
sebesar 4-20 mA DC. Dengan range laju aliran 360-0
M s (s ) ton/hours atau 100-0 kg/s dan time konstan sebesar 0,2
2,37
= detik.
G τ (s) 0,94 s+1 Untuk menghitung gain dari transmitter menggunakan
persamaan :
7
dimana span input adalah laju aliran dari HP steam, parameter LICA 0201: Kp=0,333 Ti=1200 dan nilai
sedangkan sebagai span output adalah arus yang parameter FICA 0220; Kp=0,833 Ti=60, sistem
ditransmisikan oleh flow transmitter FT 0217. Didapatkan pengendalian level tiga elemen pada Steam drum V-0201 di
gain transmitter dari persamaan diatas sebagai berikut : PT Kaltim Parna Industri adalah tidak stabil.
mA
G T =0,16 4.5 Uji Kestabilan Sistem Pengendalian Single elemen
kg/ s
dengan parameter Kp dan Ti real
sehingga pemodelannya menjadi:
Bentuk diagram blok sistem pengendalian single
I (s) 0,16 element pada steam drum V-0201 adalah sebagai berikut:
=
L(s) 0,2 s +1
STEAM
LICA LV
DRUM
0201 0201-2
4.3 Diagram Blok Sistem Pengendalian V-0201
pengendalian.
Main Steam
Flow
Gambar 4.3 Diagram Blok Sistem Pengendalian Single
elemen
FT
0217
FT
0201
Transfer function:
188.4104 S 4 +942.2098+ 0.789
Gambar 4.2 Diagram Blok Sistem Pengendalian Level Tiga ¿ ¿¿
Elemen
4.4 Uji Kestabilan Sistem Pengendalian Tiga Elemen Tabel 4.2 Perhitungan Routh Hurwitzh Sistem
dengan parameter Kp dan Ti real dengan metode Routh Pengendalian Single elemen
Hurwitzh
Digunakan metode Routh Hurwitzh untuk mengetahui S4 2.74E+05 1.46E+06 15.78
kestabilan dari sistem. S3
1.66E+06 1.80E+04
- Sistem Pengendalian Tiga Elemen 2
Uji parameter PI untuk LICA 0201; Kp=0,333 S 1.46E+06 1.58E+01
Ti=1200 dan FICA 0220; Kp=0,833 Ti=60 S1 1.80E+04
0
Transfer function: S 15.78
4 3 2
1893,3 s +18966,9 s + 47667,7 s +826,9 s +0,656 Menurut4 kriteria Routh Hurwitzh, sistem akan stabil
¿
3,3.10 s +3,6. 107 s5 +1,23. 108 s 4 +1,16. 108 s3 +1,42. 106jika
6 6
s 2+ 1,6.10 s−13,12
semua elemen pada kolom pertama tabel Routh
Hurwitzh bernilai positif. Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat
bahwa tidak terdapat pergantian nilai menjadi negatif pada
Tabel 4.1 Perhitungan Routh Hurwitzh Sistem kolom pertama. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan nilai
Pengendalian Tiga Elemen parameter LICA 0201: Kp=0,333 Ti=1200, sistem
S6 3306371 123390953 1.42E+06 -13.12 pengendalian level single elemen pada Steam drum V-0201
S 5
36581126 116006115 16535.81 di PT Kaltim Parna Industri adalah stabil.
S4 112905784.9 1401447.536 -13.1202
S3 115552050.3 15449.77332
4.6 Penentuan ulang nilai Kp dan Ti pada sistem
pengendalian Tiga Elemen dengan metode Ziegler-
S2 1386351.579 -13.1202
1
Nichols
S 14356.208 Sistem pengendalian seperti pada Gambar 4.2
S0 -13.1202 merupakan sistem pengendalian cascade atau bertingkat.
Dalam mendesain sistem cascade maka dilakukan tuning
Menurut kriteria Routh Hurwitzh, sistem akan stabil pada primary loop atau master dan pada secondary loop atau
jika semua elemen pada kolom pertama tabel Routh slave.
Hurwitzh bernilai positif. Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat Pada secondary loop:
bahwa terdapat pergantian nilai menjadi negatif pada kolom
pertama. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan nilai
8
1 2,37 ❑
Mp(s)
=
(
Kp 1+
Ti s 0,94 s+1 )( ) ( 4639,21+1042,8 Kp ) s+(379+474 Kp)
Penentuan nilai parameter Kp dilakukan dengan metode
u( s) 1 2,37 0,16
1+ Kp 1+ ( )(
Ti s 0,94 s +1 0,2 s +1 )( ) Routh Hurwitzh.
Maka digunakan metode Routh-Hurwitz untuk −3,9.1013 Kp 4−4,6.10 15 Kp 3−1,6. 1017 Kp 2−1,32. 1018 Kp−3
menentukan nilai Kp.
−2.01. 108 Kp 2−1,17.1010 Kp−5,68.10 10
Tabel 4.3 Kriteria Routh Hurwitzh Secondary Loop S0 : 379+474Kp
S2 0,188 1+0,379Kp
Berdasarkan perhitungan metode Routh Hurwitzh,
S1 1,14
maka nilai Kp yang memenuhi syarat kestabilan adalah
S0 1+0,379Kp
0<Kp<232,5. Kp kritis adalah batas kestabilan dari suatu
sistem. Nilai KP kritis sistem (Kcr) adalah 232,5. Periode
Berdasarkan metode Routh Hurwitzh sistem akan stabil
(Pcr) dari sistem yang berosilasi saat nilai Kcr dimasukkan
dengan nilai Kp>0. Penalaan nilai Kp dan Ti dilakukan
adalah 0,078 detik. maka, berdasarkan tabel 3.3 maka
dengan cara trial dan error dan didapatkan nilai sebagai
diperoleh nilai parameter PI sebagai berikut:
berikut:
Kp = 104,5
Kp = 10
Ti = 0.065 detik
Ti = 2 detik
Apabila nilai LICA 0201 Kp=104,5;Ti=0,065 dan nilai
parameter FICA 0220 Kp=10;Ti=2 di simulasikan pada
Primary loop:
Matlab 7.1 maka didapatkan hasil yang berosilasi pada level
Setelah didapatkan nilai parameter Kp dan Ti yang
1,2-1,6 meter.
dilakukan dengan cara trial dan error, maka nilai parameter
Desain ulang parameter Kp dan Ti pada loop sistem
Kp dan Ti tersebut dimasukkan dalam persamaan secondary
pengendalian secara keseluruhan, melalui simulasi Matlab
loop.
7.1 dengan nilai parameter LICA 0201: Kp=17 dan Ti=45
1 2,37
Mp(s)
=
(
Kp 1+
Ti s 0,94 s+1 )( ) dan nilai parameter FICA 0220: Kp=10 dan Ti=2 (yang
dilakukan dengan cara trial dan error), maka didapat respon
sistem seperti pada Gambar 4.4. Dari hasil simulasi, waktu
u( s) 1 2,37 0,16
1+ Kp 1+ ( )(
Ti s 0,94 s +1 0,2 s +1 )( ) yang diperlukan oleh sistem untuk mencapai keseimbangan
adalah 119 detik. Terdapat osilasi perubahan level BFW
pada steam drum yang kecil pada kisaran 1,409-1,413 meter.
Mp(s) ( 47,4 s+23,7 ) (0,2 s +1) Set point ditentukan pada 1,41 meter. Sehingga didapatkan
= maximum overshoot = 0,017 meter dan time constant= 119
u( s) 0,376 s 3+ 2,28 s 2+ 9,58 s+3,79 sekon.
Transfer function:
Kp ( 47,4 s+ 23,7 ) (0,2 s +1)2
¿
91,84 s 5 +1016,2 s 4 +5125,4 s 3 + ( 12630+189,6 Kp ) s2
9
FICA 0220 real, didapatkan hasil bahwa sistem
pengendalian tiga elemen memang tidak stabil.
3. Sedangkan, uji kestabilan pada sistem pengendalian
single elemen untuk parameter LICA 0201 real,
didapatkan hasil bahwa sistem pengendalian single
Gambar 4.4 Respon Sistem Pengendalian Level Steam drum elemen adalah stabil.
4. Untuk desain parameter Kp dan Ti: berdasarkan hasil
simulasi sistem pengendalian tiga elemen didapatkan
4.7 Uji Kestabilan Sistem Pengendalian Tiga Elemen hasil tuning terbaik melalui metode Ziegler-Nichols
Untuk mengetahui kestabilan dari suatu sistem maka dengan nilai parameter LICA 0201: Kp=17 dan Ti=45
dilakukan suatu analisa uji kestabilannya. Ada banyak cara serta nilai parameter FICA 0220: Kp=10 dan Ti=2, yang
yang bisa dilakukan antara lain dengan Routh Hurwitz. menghasilkan max.overshoot 0,017 m dan time settling
- 3 elemen kontrol 119 s.
Uji Parameter PI untuk LICA 020: Kp=17 dan Ti=45
dan FICA 0220: Kp=10 dan Ti=2. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat diberikan
Transfer Function: saran sebagai berikut:
3 4 4 3 2 2 1. Penentuan kestabilan sistem pengendalian suhu dapat
1,4. 10 s +1,5.10 s +4,4. 10 s +1,9 s+ 402,9dilakukan dengan metode yang lain yang lebih
¿
4,1. 10 s + 4,5.10 4 s 5+ 2,3.105 s 4 +7,1. 105 s 3+1,01. 106 s 2 +3,8.10
3 6 5
komplek,s+8058
seperti Metode Root-Locus.
2. Perlu dilakukan penelitian ulang pada desain kalkulasi
Tabel 4.4 Kriteria Routh Hurwitzh Primary Loop density compensation pada DCS dan disimulasikan
untuk mendapatkan respon terbaik dari sistem
S6 4132.95 230609.6 1009261 8058
pengendalian tiga elemen.
S5 45726.21 713214.3 380337.6
10
SMP Negeri 1 Sidoarjo (2001-2004)
SMA Negeri 1 Sidoarjo (2004-2007)
Jurusan Teknik Fisika ITS (2007- skrg)
11