Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MOLAHILATIDOSA

KELOMPOK II
RISKA : 21906133

NUR ATHIFAH : 21906150

WARNAENI : 21906117

SUSANTI : 21906136

ZULKIFLI MANSUR : 21906119

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


TAHUN PELAJARAN
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................
1.4 Metode Penulisan.............................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................
2.1 Pengertian.........................................................................................................
2.2 Klasifikasi..........................................................................................................
2.3 Etiologi..............................................................................................................
2.4 Patofisiologi.......................................................................................................
2.5 Tanda dan Gejala.............................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................
2.7 Komplikasi.........................................................................................................
2.8 Prognosis..........................................................................................................
2.9 Penatalaksanaan..............................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan sasaran prioritas dalam


pembangunan bidang kesehatan. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi
yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu hal ini merupakan
prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat yang utama di Negara
kita. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu hamil dan bersalin.

 
Angka kematian ibu dengan kehamilan di Indonesia termasuk tinggi di Asia.
Pada setiap 2 jam terdapat satu ibu yang meninggal karena melahirkan. Propinsi
penyumbang kasus kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730 per
100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat 370 per 100.000 kelahiran, Maluku 340 per
100.000. (Warta Demografi, tahun 30, no.4, 2000).

Dari data diatas meskipun ada kecenderungan menurun, tapi angka kematian
ibu (AKI) penduduk Indonesia masih relatif tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup
tahun 2003. Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi: perdarahan, toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga
faktor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita
dengan molahidatidosa. Mola Hidatidosa ialah ke88hamilan abnormal, dengan ciri-ciri
tumor jinak (benigna) dari chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta
melanjutkan sel-sel trophoblastik terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor
yang invasif, kemudian edema dan membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola
hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada
jaringan embrio.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah membahas mengenai penyakit
molahidatidosa.

1.3 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu untuk mengerti dan menjelaskan
molahidatidosa.

B. Tujuan Khusus
Pada akhir pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari mola hidatidosa
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa
3. Mengetahui dan penyebab, gejala klinis, serta penatalaksanaan dari mola hidatidosa

1.4 Metode Penulisan


Dalam metode penulisan makalah ini, penulis menggunakan beberapa literatur buku-
buku dan media internet.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta
akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono
Prawirohardjo,2003). 
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi
kristik villi dan perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan
vaksikuler (Benigna).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan cirri-ciri stroma villus korialis
langka vaskularisasi, dan endematus ( WahyuPurwaningsih & Siti Fatmawati, 2010).
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii
dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan
ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk
mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet)

2.2 Klasifikasi

1. Molahidatidosa Komplet(klasik)
Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-
gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat
sampai beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang
tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang
besarnya bisa mencapai ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai penelitian
sitogenetik terhadap kehamilan mola komplet, menemukan komposisi kromosom
yang paling sering (tidak selalu) 46XX, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari
ayah. Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh
sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya
sendiri setelah miosis. Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif.
Tetapi semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola
kromosom pada mola komplet biSA 46XY. Dalam keadaan ini dua sperma
membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Variasi lainnya juga
pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa yang secara morfologis
komplet dapat terjadi akibat beberapapolakromosom.
Gambaran Mola parsial (inkomplet) Mola Komplet
(klasik)

Jaringan embrio atau janin Ada Tidak ada

Pembengkakan hidatidosa pada vili Fokal Difus

Hyperplasia                        Fokal Difus

Inklusi stroma Ada Tidak ada

Lekukan vilosa Ada Tidak ada


2. MolaHidatidosa Parsial (Inkomplet)
Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat
janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola
hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang
vaskular dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak
mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal dari
pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid, yang biasa 69XXY atau
69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen
haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang mencakup
malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.
2.3 Etiologi
Kekurangan vitamin A diduga kuat menjadi salah satu penyebab terjadinya mola
hidatidosa, pulihnya kadar vitamin A akan menyebabkan penderita hamil anggur
terhindar dari kanker dan memulihkan kesehatan, sehingga peluang untuk hamil lebih
besar meskipun penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun factor
penyebabnya adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast: yaitu dengan kematian fetus,pembuluh darah pada
stroma villi menjadi  jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: keadaan sosial ekonomi akan
berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan
mempengaruhin pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada
terbentuknya mola hidatidosa.
4. Paritas tinggi: ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya
abnormalitas pada kehamilan berikutnya,sehingga ada kemungkinan kehamilan
berkembang menjadi molahilatidosa.
5. Kekurangan protein:sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan
atau fetus sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan
gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot
korion.
6. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patofisiologi 
Ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi
blastometer kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2 buah sel.
Masing-masing sel membelah lagi dan menjadi 4, 8, 16, 32, dan seterusnya sehingga
membentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula bergerak ke cavum uteri kurang
lebih 3 hari dan didalam morula terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2
jenis yaitu trofoblas (sel yang berada disebelah luar yangmerupakan dinding sel telur)
sel kedua yaitu bintik benih atau nodus embrionale (sel yang terdapat disebelah dalam
yang akan membentuk bayi).

Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi
dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan
hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang
berproliferasi ringan kadang keras sehingga saat proliferasi keras uterus menjadi
semakin besar. Selain itu trofoblas juga mengeluarkan hormone HCG yang akan
mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada molahidatidosa tidak jarang terjadi
perdarahan pervaginam, ini juga dikarenakan proliferasi trofoblas yang berlebihan.
Pengeluaran darah ini kadang disertai gelembung vilus yang dapat memastikan
diagnose molahidatidosa.

2.5. Tanda dan Gelaja/Manifestasi Klinis


1. Nyeri/kram perut.
2. Muka pucat /kekuning-kuningan(mofa face).
3. Perdarahan tidak reratur.
4. Keluar jaringan.
5. Keluar secret pervaginam.
6. Muntah-muntah.
7. Pembesaran uterus dan uterus lembek.
8. Balotemen tidak teraba.
9. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal.
10. Gerakan janin tidak terasa.
11. Terdengar bunyi dan bising yang khas.
12. Penurunan berat badan yang berlebihan.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
2. HCG : Meningkat dari biasa
3. USG : Tidak ada gambaran janin dan denyut jantung lain
4. Uji sonde : Tidak ada tahanan

2.7. Komplikasi
1. Syok hypovolemia
2. Anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi
5. Moladesruen/ karoikarsinoma
2.8 Prognosis
Resiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena
perdarahan, perforasi uterus, pre-eklamsi berat, tirotoksikosis atau infeksi. Akan tetapi,
sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali. Segera setelah
jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hCG menurun dan akan
mencapai kadar normal sekitar 10-12 minggu pascaevakuasi. Kista lutein juga akan
mengecil lagi. Pada beberapa kasus pengecilan ini bisa mengambil waktu beberapa
bulan.
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi.
Bila hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi
jarang. Walaupun demikian, 15-20% dari penderita pasca mola hidatidosa dapat
mengalami degenerasi keganasan menjadi tumor trofoblas gestasional (TTG), baik
berupa mola invasif, koriokarsinoma, maupun placental site trophoblastic tumor (PSTT).
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pascaevakuasi,yang
terbanyak enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor risiko
terjadinya TTG pascamola hidatidosa adalah umur 35 tahun, uterus diatas 20 minggu,
kadar hCG preevakuasi diatas 100.000 IU/L, dan kista lutein bilateral. 

2.9 Penatalaksanaan
1. Test oksitoksin dosis tinggi (Synrocinon sampai 50 unit per 500 ml larutan)
2. Histrektomi
3. Kuretase
4. Tranfuse darah
5. Antibiotik
6. Pengobatan lanjut: 

Pada kasus yang tidak menjadi ganas, kadar HCG menjadi turun dan menjadi
negative. Pada awal pasca mola dapat dlakukan test hamil, akan tetapi setelah
test hamil biasa menjadi negative, hingga perlu dilakukan pemeriksaan
radioimmunoassay HCG dalam serum. Pemeriksaan ini dapat membantu
menemukan hormone dalam kualitas rendah. Selain kadar HCG kluen dapat
dianjurkan untuk tidak hamil dan bias menggunakan kondom, diafragma pil
kontrasepsi dan dapat dilakukan kemoterapi. Tujuan dari terapi lanjut ini adalah
menghindari timbulnya tumor ganas, menghindari metastase dari trofoblast,
pemeriksaan hormone HCG kembali.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii
dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan
ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk
mola yang komplet (klasik) dan parsial (inkomplet).
Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi
pada multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat banyaknya kasus mola hidatidosa
pada wanita umur 35-45 tahun sangat diperlukan suatu penanggulangan secara tepat
dan cepat dengan penanganan tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini
sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak
memperburuk keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu
dalam perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan
perawatan dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu dilibatkan agar
mampu memberikan perawatan secara mandiri.Pendidikan kesehatan sangat
diperlukan mengingat masih banyaknya wanita-wanita khususnya yang berumur 35-45
tahun yang kurang mengerti tentang kehamilan mola hidatidosa.

3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Harus senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan dan priksa USG rutin
2. Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.
3 Jangan kekurangan vitamin A
4 Periksa kepada tenaga medis yang profesional jika terjadi tanda-tanda
kehamilanuntuk memastikan hamil anggur atau hamil normal.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Purwaningsih, Siti Fatmawati. 2010, Asuhan Keperawatan Maternitas, Nuha


Medika, Yogyakarta
Dongoes. Marlin E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi : Pedoman untuk
perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. EGC : Jakarta
Doengoes. Marlin, 2001, rencana asuhan keperawatan, EGC, Jakarta
http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/ (diakses tanggal
22 maret 2013, pukul 20.40 WIB)

Anda mungkin juga menyukai