Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

OLEH

NAMA : SELFINA YUNITA SABUNA

NIM : 1707010189

NAMA : JULIA RENSE ULY

NIM : 1707010183

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
Covid-19 dan Fasilitas Kesehatan di NTT

Saat ini dunia sedang mengalami wabah Virus Corona. Virus Corona adalah virus yang
menyerang sistem pernafasan manusia. Karena wabah ini sudah beribu-ribu orang meninggal
dunia. Di Indonesia sendiri kasus ini mengalami peningkatan yang cukup cepat. Terhitung
sampai Senin, 30 Maret 2020 tercatat total kasus Covid-19 sebanyak 1.414 kasus yang berarti
ada penambahan 129 kasus dari hari sebelumnya. Ada Sebanyak 1.217 pasien masih dalam
perawatan, 75 orang sembuh, dan 122 orang meninggal dunia. Untuk wilayah persebaran
kasus positif telah tersebar di 31 Provinsi di Indonesia. Sebanyak 3 provinsi yang belum ada
kasus posotif Covid-19. Salah satunya yaitu NTT. Namun, sudah ada jumlah sebaran Orang
Dalam Pemantaun (ODP) dan Pasien Dalam Pemantauan (PDP). Terhitung sampai Minggu,
29 Maret 2020 sudah ada 460 orang yang menjadi ODP dan 3 orang yang menjadi PDP.
Dari total rincian per kabupaten/kota ada 460 ODP, 49 selesai masa pemantauan, 8 orang
sedang dirawat di RS, sedangkan ODP yang melakukan karantina mandiri ada sebanyak 403
orang. Sedangkan ada 3 orang PDP, 2 orang dinyatakan sembuh dan 1 orang lainnya
meninggal dunia namun belum ada hasil pemeriksaan laboratorium.

Di tengah wabah Covid-19 yang melanda Indonesia, pemerintah Provinsi Nusa


Tenggara Timur mengakui kekurangan sejumlah alat kesehatan. Persediaan alat-alat
kesehatan terutama Alat Pelindung Diri (APD) dan Viral Transport Medium (VTM) sangat
terbatas di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Dominikus Minggu Mere mengungkapkan, minimnya ketersediaan kedua
alat tersebut terjadi di sejumlah provinsi di Indonesia termasuk NTT. Menurut Dominikus,
walaupun saat ini Nusa Tenggara Timur masih dinyatakan negatif Covid-19 walau eskalasi
ODP terus meningkat, namun ketersediaan sarana prasarana kesehatan seharusnya bisa
diantisipasi dari sekarang. Menurutnya, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat telah
mengalokasikan anggaran untuk pengadaan APD.

Walau masih berstatus ODP, kondisi fasilitas kesehatan yang minim di NTT
membuat status ODP ini harus ditanggapi ekstra serius oleh pemerintah. Mewakili
sejawatnya, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Cabang Nusa Tenggara Timur
(NTT), Teda Littik, mengatakan jika ada satu kasus positif Covid-19, pemerintah di NTT
akan kewalahan, karena rumah sakit belum siap. Sebagai provinsi kepulauan, dengan hanya
lima rumah sakit rujukan, yang terpisah oleh ratusan hingga ribuan kilometer, pernyataan
Teda Littik adalah alarm.

Hal yang paling krusial dari fasilitas kesehatan kita adalah ketersediaan alat
pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Sejauh mana kelengkapan fasilitas ini di rumah
sakit rujukan? Biro Humas dan Protokoler Setda Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu
mengatakan bahwa Pemprov NTT kehabisan alat pelindung diri, cairan disinfektan, dan
masker. Pemprov NTT sudah menghubungi Kementerian Kesehatan dan berharap bantuan
dari pusat untuk hal ini.

Menurut saya, APD dan fasilitas untuk menangani kasus Covid-19 ini bukan hanya
di berikan pada RS rujukan, namun fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas
juga harus disediakan APD bagi para tenaga medis disana. Tentu, ketika seorang mengalami
sakit dan menunjukkan gejala yang sama, ia akan datang ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sebelum mengantarnya ke rumah sakit rujukan, petugas kesehatan yang menerimanya tentu
harus mendapat perlindungan diri yang memadai. Pemerintah perlu belajar dari pengalaman
meningkatnya kasus per kasus di DKI Jakarta. Mumpung status yang ada di NTT masih
ODP, persiapan harus segera dilakukan.

Bagi kami, koordinasi lintas pemerintah untuk mengadakan fasilitas kesehatan


seperti ini seharusnya bukan hal yang sulit. Kita sudah mendapatkan bantuan dari
pemerintah China dan BUMN Farmasi juga sudah digalakkan untuk memproduksi masker.
Lebih sulit sedikit adalah kemauan untuk menutup penerbangan dan mengawasi lalu lintas
darat dan laut. Namun yang tersulit adalah bagaimana menyadarkan masyarakat untuk
pentingnya melaksanakan protokoler. Dalam pantauan kami, di wilayah NTT, kesadaran
masyarakat untuk menghindari acara kumpul-kumpul masih sangat rendah. Karena ini juga
adalah tahun politik di beberapa kabupaten, beberapa relawan, masih melakukan pertemuan
yang melibatkan orang banyak.

Selain itu, disinfektan, sabun khusus pencuci tangan, poster kesehatan dan alat
pengukur suhu tubuh nyaris tak terlihat di area umum, sebagaimana diatur dalam protokol
presiden melalui KSP. Sehingga jangan heran jika sewaktu-waktu provinsi NTT juga
terdapat kasus positif Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai