Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Singkat Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus ke muka bumi untuk membawa
umatnya ke jalan yang benar. Beliau terlahir dari seorang ibu yang bernama Siti Aminah dan
Ayah yang bernama Abdullah, yang dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiul Awal atau 22 April
571 M di kota Mekkah pada tahun Fiil (gajah) dan wafat pada tanggal 8 Juni 632 M di Madinah
dalam usia 63 tahun. Nabi Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, karena ketika nabi
Muhammad masih dalam kandungan, Abdullah telah meninggal dunia. Nabi terlahir dari
keluarga bangsawan Bani Quraisy. Nama lengkap Muhammad bin Abdullāh ini merupakan
seorang yang terlahir dari keluarga Bani Quraisy yang membawa ajaran agama Islam. Nama
Muhammad artinya orang yang terpuji. Nama ini diberikan oleh kakek tercintanya yaitu Abdul
Muthalib.

Masa Kelahiran Nabi Muhammad

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ada banyak hal yang terlihat jauh berbeda jika
dibandingkan dengan pasca kelahirannya dan ditandai dengan perisitiwa yang terjadi sangat luar
biasa pada saat itu.

Masa Jahiliyah

Zaman jahiliyah yaitu zaman kebodohan, sebelum kelahiran nabi. Dimana umat nabi ketika
itu terbiasa menyembah patung-patung berhala. Mereka terbiasa juga dengan mabuk-mabukan,
main judi, maksiat dan merendahkan derajat kaum wanita. Hidupnya berpindah-pindah dan
terpecah kedalam beberapa suku yang disebut dengan “kabilah“. Hidup yang penuh dengan
kebebasan dan tidak memiliki aturan dalam bermasyarakat, Sehingga kehidupannya pada saat itu
sangat kacau.

Peristiwa “Tahun Gajah”

Peristiwa “Tahun Gajah” merupakan peristiwa terjadinya penyerbuan kota Makkah oleh
Pasukan Abrahah, pada masa kelahiran Nabi Muhammad. Tahun Gajah ini ialah tahun terjadinya
penyerangan Ka’bah oleh pasukan atau tentara Raja Abrahah yaitu Gubernur Habsyi di Yaman.
Serombongan pasukan Gajah yang dipimpinnya ini hendak menghancurkan Ka’bah karena
bangsa Quraisy akan semakin terhormat dan pada setiap tahunnya selalu ramai umat manusia
untuk melakukan ibadah haji. Ini yang membuat Abrahah ingin membelokkan umat manusia
agar tidak lagi datang ke Makkah. Lalu Abrahah mendirikan gereja besar di Shan’a yang
bernama Al-Qulles. Namun usahanya itu tak berhasil , tak seorang pun mau datang ke gereja Al
Qulles itu. Abrahah sangat marah besar dan pada akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk
menyerang Ka’bah.

Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor Unta
milik Abdul Muthalib kakek nabi Muhamad. Ketika ka’bah hendak dihancurkan, Allah SWT
mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan paruhnya. Kerikil-kerkil itu
dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah tersebut hingga tembus ke
badan mereka sampai mati. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Fiil ayat 1-5. (QS
105 :1-5). Pasukan bergajah ini hancur lebur mendapat adzab dari Allah SWT. Dimasa inilah
kemudian lahir seorang nabi akhiruzzaman yaitu Muhammad dari pasangan Abdullah dan Siti
Aminah. Peristiwa inilah yang menandai tahun kelahiran Muhammad dan pada akhirnya disebut
Tahun Gajah.

Masa Kecil Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sejak kecilnya telah diberikan kehidupan layaknya manusia biasa, padahal
beliau sangat dimuliakan oleh Allah SWT, bahkan sejak dikandunganpun beliau telah
ditinggalkan oleh Ayahnya. Beliau terlahir dalam keadaan yatim, dan pada usia 6 tahun beliau
ditinggal oleh ibunya. Sehingga beliau menjadi seorang yatim piatu, beliau merasakan apa yang
dialami oleh manusia pada umumnya. Dan di usianya yang ke 8 tahun, beliau ditinggal oleh
kakeknya Abdul Muthalib. Kehidupan yang beliau jalani dapat menjadi panutan seluruh umat
manusia.

Nabi Muhammad disusui oleh Tsuaibah selama 3 hari dan oleh kakeknya beliau disusukan
juga kepada Halimah As-Sa’diyah dan berada dalam asuhannya kurang lebih 6 tahun. Dalam
usia 5 bulan beliau sudah bisa berjalan dan pada usia 9 bulan sudah lancar berbicara. Semasa
kecilnya beliau juga telah menggembalakan kambing. Abu Thalib (paman nabi) mengajak
berdagang ketika usianya 12 tahun ke negri Syam. Beliau diasuh pamannya setekllah ditinggal
wafat kakeknya, dan mengasuh serta menjaga nabi sampai pada usia lebih dari 40 tahun.

Dibelahnya Dada Muhammad

Malaikat Jibril menelentangkan nabi Muhammad di usianya ke 4 tahun, lalu membelah


dadanya dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada nabi Muhammad SAW
kemudian malaikat Jibril mencucinya dan menatanya kembali ke tempatnya dan nabi
Muhammad tetap dalam keadaan sehat bugar.
Dakwah Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW menerima wahyu untuk menyampaikan dan menyiarkan ajaran agama Islam
dan mengajak umat manusia untuk menyembah Allah SWT. Beliau menyampaikan dakwahnya
secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang pertama masuk Agama Islam atau disebut
dengan Assabiqunal Awwwalun yaitu keluarga dan para sahabatnya, yaitu: istrinya Siti
Khadijah, sahabatnya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, anak angkatnya Zaid bin
Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair dan masih banyak lagi keluarga dan para sahabat Rasul yang
lainnya.

Selama 3 tahun lamanya Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi sembunyi dari satu
rumah ke rumah lainnya. Kemudian turunlah surat Al Hijr: 94 (QS 15 ayat 94). Yang artinya
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan kepadamu dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik (QS Al Hijr : 15)”. Dengan turunnya ayat ini maka
Rasulullah SAW menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan. Tanggapan orang-orang
Quraisy pada saat itu sangat marah dan melarang penyiaran islam yang dibawa oleh nabi bahkan
nyawa nabi Muhammad sangat terancam. Namun Nabi dan para sahabatnya semakin kuat dan
tangguh menghadapi tantangan dan hambatan yang dihadapi dengan ketabahan serta sabar walau
ejekan, caci maki, olok-olokan dan menentang seluruh ajaran Nabi.

Masa Kerasulan Nabi

Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW tahun ke 10 pada saat “Amul Huzni” yaitu tahun
duka cita dimana pamannya Abu Thalib dan istrinya Siti Khadijah wafat serta umat Islam dalam
keadaan sengsara. Ditengah-tengah kesedihannya, beliau dijemput Malaikat Jibril untuk Isra’
Mi’raj yaitu melakukan perjalanan dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram sampai ke Sidratul
Muntaha untuk menghadap Allah SWT dan untuk menerima perintah shalat lima waktu. Pada
tahun 10 H nabi melakukan haji wada’ atau haji terakhir. Dalam wukufnya di Arafah, beliau
menyampaikan khutbahnya yang berisi kan tentang larangan melakukan penumpahan darah
kecuali dengan cara yang benar, larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak
benar, larangan memakan harta riba, hamba sahaya harus diperlakukan dengan cara yang baik,
dan agar umatnya selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunah Nabi SAW. Setelah
berdakwah selama 23 tahun, beliau wafat pada usia 63 tahun.
Masa Kepimimpinan Pasca-Rasulullah SAW

KHULAFAUR RASYIDIN

Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat kepada
seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang berpendapat
bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal
agama, salah satunya dengan mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit.

Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni
kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu
Thalib.

Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan adalah salah seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin
gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga golongan yang bersaing keras terhadap perebutan
kepemimpinan ini, yaitu Anshar, Muhajirin dan keluarga Hasyim.

Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan
Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin mendesak
Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi. Di
pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi telah
merujuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan menantu dan
kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah
yang dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok, memaksa Abu Bakar
sendiri sebagai deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka persatuan umat yang
menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih muda itu berada dalam
tanda tanya besar.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy yang
merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia sahabat yang paling
memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok as-sabiqun al-awwalun yang
memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

1. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (13/632-634 M)


Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Dia
memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama
untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi.
Terpilihnya Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk
bersatu melanjutkan tugas tugas mulia nabi.
Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang
besatu ini, yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan
nabi yang hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di
bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya,
Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mutah.
Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya
ekpedisi itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam
membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.
Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap
nilai-nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal
Rasulullah.
Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku
bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku
dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah!
Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari
padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat
mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-
Nya, kamu tidak perlu mematuhiku," kata Abu bakar dalam pidato inauguarsinya.
Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu engiriman pasukan dibawah Pimpinan
Usamah ke Romawi, Memberantas Pembangkang zakat. Kemudian Perang Riddah dan
pengumpulan Al-Quran, Perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, Memerangi Nabi palsu,
Kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum dipegang
langsung oleh khalifah, beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M, setelah lebih
kurang selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 selama kekhalifahannya
berlangsung 2 tahun 5 bulan 11 hari. karena sakit dan mewasiatkan agar Umar
menggantikan sepeninggalnya.

2. Umar Bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)


Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan
Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia. Umar
dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada
tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW.
Kemudian oleh Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi mengenai hal-hal
yang penting. Ia dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak
menggantikan Rasulullah dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Dengan memilih dan menbaiat Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia
mendapat penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan
khalifah yang baru itu. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin
Khatthab menjadi penerusnya. Rupanya masa dua tahun bagi khalifah Abu Bakar
belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan ini
dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umatnya.
Umar bin Khatthab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari
pengganti Rasulullahh. Ia juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-
orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya. Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam
pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.
Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian
kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan
antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat.
Kehidupan khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-prinsip
egaliter dan demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiaanya sangat
tragis, seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tibatiba
menyerang dengan tikaman pisau tajam kea rah khalifah yang akan mendirikan shalat
subuh yang telah ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah
terluka parah, dari para pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang
akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari setelah
penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23 H/644 M.

3. Usman Bin Affan (23-36 H/644-656 M)


Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan
bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu
Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Meski memiliki kekayaan
melimpah tapi Usman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan
untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua
cahaya, karena menikahi dua putrid Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu
meninggal.
Selain itu. Usman juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum
Quraisy terhadap kaum muslimin Mekah, dan ikut hijrah ke Abenesia beserta
istrinya.Utsman menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam
ekspedisi untuk melawan Bizantium di perbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air
orang-orang Romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya
diwakafkan bagi kepentingan umat Islam, dan pernah meriwayatkan hadis kurang lebih
150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan.
Bedanya, Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas
penunjukan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar
menjelang wafatnya
Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah
penyusunan kitab suci Alquran. Penyusunan Alquran dimaksudkan untuk mengakhiri
perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan Alquran. Disebutkan bahwa selama
pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang baccan
Alquran muncul dikalangan tentara muslim, sebagiannya direkrut dari Suriah dan
sebagian lagi dari Irak.
Adapun ketua dewan penyusunan Alquran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri
Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Alquran untuk
dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa
selanjutnya. Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika
Khalifah Utsman sedang membaca Alquran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.

4. Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 H)


Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu nabi.
Ali putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW yang telah ikut
bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu
keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas, paman nabi yang lain
membantu Abu Thalib dengan memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah
masuk Islam pada usia sangat muda.
Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali
berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam
perjuangan menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil
menantu oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri
Rasulullah, dan dari sisi keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena kesibukannya
merawat dan memakamkan jenazah Rasulullah SAW, ia tidak berkesempatan membaiat
Abu Bakar sebagai khalifah, tetapi ia baru membaiatnya setelah Fathimah wafat.
Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan
yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan
seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan
merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.
Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu
Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan oleh Utsman
kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan
semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat menjadi
penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir untuk
menggantikan gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah,
Muawwiyah, juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia
tidak mengakui kekhalifahannya.
Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu
Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40 H
(660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.

Masa Dinasti Umayyah

Runtuhnya masa Khuafaur Rasyidin ini berakhir dengan begitu tragis karena pada saat itu
terjadi peristiwa tahkim antara Muawiyah dan Ali.Peristiwa Tahkim ini mengakibatkan
perpecahan umat Islam menjadi tiga golongan, yakni syi’ah, Khawarij dan Pengikut Muawiyah
yang akhirnya menjadi Bani umayyah. Pemicunya sendiri sebenarnya lebih pada faktor politik.

Muawiyah sendiri merupakan khalifah pertama adalam dinasti Umayyah. Dinasti ini berjalan
kurang lebih dalam kurun waktu selama 89 tahun.Tentu saja angka tersebut tidak mencapai satu
abad hingga akhirnya di gulingkan oleh dinasti Abbasiyah.

Penggulingan ini terjadi pada tahun 750 M dan meliputi hampir seluruh kekuasaan dinasti
Umayyah kecuali Andalusia.

Masa Dinasti Abbasiyah

Masa kekhalifahan dinasti Abbasiyah ini berlangsung selama ratusan tahun. Akan tetapi, tidak
dapat di pungkiri jika pada masa ini, kepemimpinan dinasti Abbasiyah berdampingan dengan
beberapa dinasti lain secara silih berganti.Diantaranya adalah di nasti Umayyah Andalusia yang
gagal di gulingkan bersamaan dengan dinasti Umayyah lainnya, dinasti Fathimiyyah dan
kesultanan Mamluk.

Pada masa Kekhalifahan ini ada banyak sekali perkembangan Islam yang terjadi di berbagai
bidang. Baik ekspansi wilayah, bidang keilmuan dan masih banyak lagi.Tentu saja dengan
pengaruh yang besar dari banyak khalifah Islam terbesar di dalamnya. Namun, pada akhirnya
Abbasiyah Baghdad runtuh karena serangan negara Mongol di abad ke-13 dan yang terakhir ada
di Mesir sebagai simbol saja.
Masa Dinasti Utsmaniyah

Setelah habisnya masa kepemimpinan dinasti Abbasiyah, masa selanjutnya di pegang oleh
kesultanan Utamni yang juga berlangsung begitu lama. Bahkan, ini terhitung hingga berabad-
abad lamanya. Kala itu, di bawah kepemimpinan Utsmaniyah, islam begitu berjaya dalam
banyak hal. Khususnya dalam perluasan wilayah, bisa di katakan bahwa Islam sudah mencapai
kesuksesannya.Meski demikian, tetap saja pada masa ini Islam tidak berada dalam satu
kepemimpinan karena saat itu wilayah daulah Utsmaniyah juga terbatas. Dan di sampingnya
terdapat dua kepemimpinan lainnya, yakni kerajaan Syafawi dan Mughal. Karena itulah masa
tersebut sering di sebut-sebut dengan masa 3 kerajaan besar Islam.Akan tetapi, tetaplah Utsmani
adalah yang terbesar diantara ketiganya.

Jika merujuk pada pembahasan sebelumnya, bisa di lihat bahwa daftar kekhalifahan yang
terakhir berada di tangan Daulah Utsmaniyah. Hal ini menjadikan khalifah terakhirnya sebagai
khalifah Islam terakhir. Pada saat itu, kekhalifahan Islam Turki utsmani memang sangat berjaya
di Eropa. Bahkan, daulah ini hampir menguasai sepertiga dunia. Namun, akhirnya mengalami
keruntuhan juga. Hampir satu abad yang lalu, tepatnya tahun 1924 M, Turki Utsmani berhasil di
gulingkan oleh bangsa Barat dengan motif dendam turun termurun yang masih mereka rasakan.
Bersamaan dengan itu, akhirnya Islam di seluruh dunia akhirnya tidak lagi di pimpin oleh satu
kekhalifahan, tetapi tercerai-berai dalam banyak negara dan wilayahnya masing-masing.

Sultan terkahir yang merupakan khalifah Islam terakhir kala itu adalah Sultan Abdul Hamid
II, yang lahir di Istanbul pada tahun 1842 M. Pada saat itu, sang sultan mewarisi tahta dari
pamannya.Namun, sangat di sayangkan karena kondisi kerajaan yang membentang begitu
luasnya tersebut di wariskan dalam kondisi yang sangat rumit dalam berbagai bidang, termasuk
politik dan ekonomi. Beliau sendiri merupakan sultan yang sangat teguh menjaga syari’at Islam
di negaranya. Karena itulah, kala itu hukum Islam di terapkan dengan sangat tegas. Namun, pada
akhirnya, beliau mengalami pengkudetaan dari para musuh melalui berbagai jalan. Hingga
akhirnya, sultan Abdul hamid II beserta keluarganya mengalami pengasingan yang parah dalam
beberapa fase. Setelah wafatnya beliau, berangsur-angsur masa Turki Utsmani ini akhirnya
runtuh. Hal ini sekaligus meruntuhkan kekhalifahan Islam yang pernah begitu berjaya selama
berabad-abad di bumi ini. Setelahnya sudah tidak ada lagi kekhalifahan Islam. Namun, suatu hari
nanti, sesuai janji Allah, akan muncul khalifah islam akhir zaman yang akan mempersatukan
umat sebelum kiamat terjadi.
ULAMA TERKEMUKA

Para Ulama Penulis Kitab Hadis

1. Imam Bukhari
Ia terlahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 21 Juli 810 M. Beliau
adalah ahli hadis termasyhur. Imam Bukhari dijuluki amirul mukminin fil hadits atau
pemimpin kaum mukmin dalam hal ilmu hadis. Nama lengkapnya Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari.
Tak lama setelah lahir, Imam Bukhari kehilangan penglihatannya. Bersama gurunya
Syekh Ishaq, ia menghimpun hadits-hadis shahih dalam satu kitab, dari satu juta hadis
yang diriwayatkan 80 ribu perawi disaringnya menjadi 7.275 hadis. Ia menghabiskan
waktunya untuk menyeleksi hadits shahih selama 16 tahun. Shahih Bukhari adalah salah
satu karyanya yang paling fenomenal.

2. Imam Muslim
Imam Muslim lahir pada 204 H atau 819 M. Ada pula yang berpendapat beliau lahir
pada tahun 202 H atau 206 H. Seorang ahli hadis kontemporer asal India, Muhammad
Mustafa Azami, lebih menyetujui kelahiran Imam Muslim pada 204 H. Azami dalam
Studies In Hadith Methodology and Literature, mengatakan, sejarah tidak dapat melacak
garis keturunan dan keluarga sang imam.
Sejarah hanya mencatat aktivitas Imam Muslim dalam proses pembelajaran dan
periwayatan hadis. Pada masa beliau, rihlah (pengembaraan) untuk mencari hadis
merupakan aktivitas yang sangat penting. Imam Muslim pun tak ketinggalan
mengunjungi hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis. Adz-Dzahabi dalam karyanya
Tadzkirat al-Hufazh menyebutkan bahwa Imam Muslim mulai mempelajari hadis pada
218 H. Ia menulis kitab Al-Musnad ash-Shahih atau yang lebih dikenal dengan Shahih
Muslim. Kitab yang satu ini menempati kedudukan istimewa dalam tradisi periwayatan
hadis. Dan, dipercaya sebagai kitab hadis terbaik kedua setelah kitab Shahih Bukhari
karya Imam Bukhari.

3. Imam Abu Dawud


Ia bernama lengkap Sulaiman bin al-Asy'ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amru
bin Amir al-Azdi al-Sijistani. Dunia Islam menyebutnya Abu Dawud. Beliau adalah
seorang imam ahli hadis yang sangat teliti dan merupakan tokoh terkemuka para
periwayat hadis. Ia dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.
Menurut Syekh Muhammad Said Mursi, dalam Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah, Imam Abu Dawud, dikenal sebagai penghafal hadis yang sangat kuat. Ia
menguasai sekitar 500 ribu hadis. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu
pengetahuan.

4. Imam At-Tirmizi
Imam At-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadis dalam kategori
hasan, di antara sahih dan dhaif. Imam At-Tirmidzi adalah satu dari enam ulama hadis
terkemuka. Nama besarnya mengacu kepada tempat kelahirannya, yaitu Turmudz, sebuah
kota kecil di bagian utara Iran.
Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh-Dhahak As-Salami Al-
Bughi. Ia sering dipanggil Abu Isa. Lahir pada bulan Zulhijjah tahun 209 Hijrah. Yusuf
bin Ahmad al-Baghdadi, menuturkan, Abu Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang
akhir usianya.
Semenjak kecil, At-Tirmidzi sudah gemar mempelajari berbagai disiplin ilmu
keislaman, termasuk ilmu hadis. Ia mulai mempelajari ilmu hadis ketika berumur 20
tahun di sejumlah kota-kota besar di wilayah kekuasaan Islam saat itu, di antaranya
adalah Kota Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, Ray,
Mesir, dan Syam.

5. Ibnu Majah
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al
Quzwaini. Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan
hari sebelum berakhirnya bulan Ramadan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadis dari
berbagai negara hingga beliau mendengar hadis dari madzhab Maliki dan Al Laits.
Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab
Sunan Ibnu Majah, salah satu kitab yang masuk dalam Kutub As-Sittah.

Anda mungkin juga menyukai