Anda di halaman 1dari 31

Modul Pembelajaran ............

UNIT IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM -

SISTEM TUBUH PADA LANSIA

A. PENGANTAR

Saudara, setelah anda mempelajari tentang proses keperawatan pada unit


sebelumnya tentang konsep asuhan keperawatan pada lansia secara keseluruhan,
selanjutnya materi yang akan disajikan dalam bab ini adalah merupakan proses
asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan fungsi sistem tubuh. Pada unit
ini proses asuhan keperawatan yang akan dibahas antara lain sistem
kardiovaskuler, respiratori, endokrin, gastrointestinal, perkemihan, neurologi,
integumen, sensori dan muskuloskeletal.

Pada unit ini akan diawali dengan penjabaran perubahan yang terjadi pada masing –
masing sistem, dan masalah kesehatan/ penyakit yang sering terjadi pada tiap
sistem, dan asuhan keperawatan diawali dari tahap pengumpulan data, dilanjutkan
dengan tahap-tahap yang berhubungan dengan pengkajian keperawatan, yaitu:
validasi data dan identifikasi pola/masalah, dan dilanjuti dengan menganalisa data
yang didapat, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. Dan
diakhiri dengan melakukan evaluasi.

Perlu saudara perhatikan pada bab ini kami tidak mengulas materi tiap
sistem secara mendetail karena materi pada bab ini sudah dibahas pada
semester sebelumnya yaitu pada mata kuliah KMB I dan II. Dan saudara
perlu membaca kembali tentang pembahasan ini agar dapat memahaminya
materi yang akan disampaikan dengan baik.

B. TUJUAN

Diharapkan materi yang telah disajikan akan membekali saudara untuk lebih mudah
melakukan asuhan keperawatan pada masing – masing sistem.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 19


Modul Pembelajaran ............

Mari kita lihat dan baca secara seksama materi yang akan dibahas .......

Selamat Membaca ......

C. BAHAN BACAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM KARDIOVASKULER

Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel
–sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.
Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai dengan
bertambahnya usia. Dengan bertambahnya umur, denyut jantung maksimum
dan fungsi lain dari jantung juga beransur- ansur menurun.
Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas
jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% disbanding orang
berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua mencapai
170/90 mmHg dan pada pria tua yang mencapai 160/100 mmHg masih
dianggap normal.
Derajat kerja jantung dapat dinilai dari besarnya curah jantung (cardiac
output), yaitu jumlah darah yang dikeluarkan oleh bilik jantung/ ventrikel
permenit. Pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan sudah
tentu menimbulkan efek pada fungsi alat- alat lain, seperti : otot, paru dan
ginjal karena berkurangnya arus darah ke organ tubuh itu.
Sebaliknya, tekanan darah saat istirahat akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia walaupun tidak begitu besar. Dengan adanya aktivitas
fisik, tekanan darah seseorang akan meningkat, terutama tekanan sistoliknya.
Pada lanjut usia peningkatan tekanan darah saat melakukan pekerjaan fisik
ini meningkat lebih cepat disbanding orang muda.
Denyut jantung nadi juga meningkat pada waktu seseorang melakukan
pekerjaan fisik dan pada saat bekerja maksimal, namun denyut nadi
maksimal pada lanjut usia ternyata menurun karena jantung tidak dapat
mencapai frekuensi seperti saat masih muda. Rumus untuk meramalkan
denyut nadi maksimal seseorang adalah (200- usia).

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 20


Modul Pembelajaran ............

Table. 1. Perubahan normal pada sistem kardiovakuler akibat penuaan.

Perubahan normal yang berhubungan Implikasi klinis


Dengan penuaan

Ventrikel kiri menebal. Penurunan kekuatan kontraktil.

Katup jantung menebal dan Gangguan aliran darah melalui katup.


membentuk penonjolan.

Jumlah sel pacemaker menurun. Umum terjadi distrimia.

Arteri menjadi kaku dan tidak lurus Penumpulan respons baroreseptor.


pada kondisi dilatasi.
Penumpulan respons terhadap panas
dan dingin.

Vena mengalami dilatasi, katup- Edema pada ektremitas bawah


katup menjadi tidak kompeten. dengan penumpukan darah.

Proses asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kardiovaskuler


1. Pengkajian
a. Pengkajian riwayat penyakit
1) Riwayat hipertensi, atelosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup.
2) Pertanyaan untuk riwayat kardiovaskuler
 Apakah anda merasakan perasaan berdebar- debar di
dada ?
 Apakah anda merasakan kesulitan untuk mengambil
napas pada saat melakukan aktivitas normal sehari – hari
?
 Apakah anda merasakan pembengkakan pada kaki dan
tungkai ?
 Apakah anda merasakan sangat penuh setelah makan
sedikit ?
 Apakah anda merasakan sering buang air kecil selama
malam hari?
 Apakah anda merasakan adanya batuk kering pada
malam hari dan hilang pada siang hari ?

b. Pemeriksaan fisik.
1). Frekuensi jantung meningkat
2). Perubahan irama jantung
3). Takipnea
4). Kenaikan tekanan darah
5). Nadi cepat (takikardia)
6). Bunyi jantung ; terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4
(pengerasan ventrikel kiri/ hipertrofi ventrikel kiri)
7). Perubahan warna kulit, suhu dingin. Pengisian kapiler lambat.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 21


Modul Pembelajaran ............

8). Berat badan normal atau obesitas


9). Edema
10). Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex tendon
dalam.
11). Bunyi napas tambahan (krakles / mengi)
12). Adanya papiledema.
13). Perubahan status mental.
14). Mual, nyeri ulu hati, nyeri dada.

2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard,
hipertrofi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik,
pola hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mudah terserang
penyakit, krisis situasional/ maturasional, perubahan dalam hidup,
relaksasi tidak adekuat, sistem penduduk tidak adekuat, nutrisi
buruk, kerja berlebihan, metode koping tidak efektif.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan/ daya ingat,
keterbatasan kognitif, penyangkal diagnosis.

3. Perencanaan tindakan keperawatan


a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard,
hipertrofi.
Kriteria hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan


darah/ beban kerja jantung.

 Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu


yang dapat diterima.

 Mempertahankan irama dan frekuensi jantung stabil dalam


rentang normal.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 22


Modul Pembelajaran ............

Tindakan keperawatan

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri :

1. Pantau tekanan darah. Perbandingan dari tekanan


Ukur pada kedua tangan/ memberikan gambaran lengkap
paha untuk evaluasi awal. tentang keterlibatan vaskuler.
Gunakan ukuran manset Hipertensi sistolik merupakan
yang tepat dan teknik faktor risiko penyakit
yang akurat. serebrovaskuler dan iskemia
jantung bila tekanan diastolic 90
– 115 mmHg.

2. Catat keberadaan serta Denyutan karotis, jugularis,


kualitas denyutan sentral radialis, dan femolaris
dan perifer. terpalpasi. Denyut pada tungkai
mungkin menurun,
mencerminkan efek dari
vasokontriksi dan kongesti vena.

3. Auskultasi bunyi jantung S4 umum terdengar pada klien


dan bunyi nafas hipertensi berat karena hipertrofi
atrium (peningkatan volume/
tekanan atrium). Perkembangan
S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi.
Adanya krekles dan mengi
mengidentifikasikan kongesti
paru sekunder terhadap
terjadinya gagal jantung kronik.

4. Amati warna kulit, Pucat, dingin, kulit lembab, dan


kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler lambat
masa pengisian kapiler. berkaitan dengan vasokontriksi
atau dekompensasi atau
penurunan curah jantung.

5. Catat edema umum atau Mengidentifikasi gagal jantung,


tertentu. kerusakan ginjal/ vascular.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 23


Modul Pembelajaran ............

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PULMONAL/ PARU

Sistem Pulmonal yang


mengalami penuaan
secarnormal

Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap


perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan
menurunnya reflex batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan
kemampuan perlindungan pada system pulmonal.
Perubahan anatomis seperti kemampuan komplaince paru dan dinding dada
turut berperan dalam peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60
tahun. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan
dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernafasan pada
lansia. Perubahan-perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan
konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada interstisium parenkim
dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat mengasilkan penurunan
difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini bila dikombinasikan dengan sekitar 50%
pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya.
Perubahan normal system pulmonal akibat penuaan dan implikasi klinisnya
dirangkum dalam table table dibawah :

PERUBAHAN ANATOMIS DAN GANGGUAN


SISTEM PULMONAL PADA LANSIA

Perubahanan Hasil Perubahan


Klasifikasi kartilago Peningkatan diameter Penurunan PaO2
kosta anteroposterior
peningkatan pernafasan
abdomen dan diafragma
Atrofi otot pernafasan Peningkatan resiko untuk Penurunan kecepatan
terjadinya kelelahan otot aliran ekspirasi maksimal
inspirasi
Penurunan dalam Peningkatan volume Peningkatan volume

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 24


Modul Pembelajaran ............

recoil elastis penutupan residu


Peningkatan udara yang Menurunnya kekuatan
terjebak kapasitas vital
Ketidakcocokan ventilasi
– perfusi
Pembesaran duktus Menurunnya area
alveolar permukaan alveolar
Peningkatan ukuran Menurunnya kapasitas
dan kekakuan trakea difusi
dan jalan napas pusat Peningkatan ruang

PENYEBAB PERUBAHAN CADANGAN FISIOLOGIS


DAN MEKANISME PERLINDUNGAN PULMONAL

Perubahan Hasil Konsekwensi


Hilangnya silia Kurang efektifnya Peningkatan risiko
Perubahan reflex peningkatan mukosasilia gangguan respirasi
muntah dan batuk Jalan nafas yang tidak Peningkatan resiko
Pengumpulan terlindungi cedera pulmonal
respons terhadap Penurunan saturasi Penurunan cadangan
hipoksemia dan oksigen fisiologis
hiperkapnia
Penurunan fungsiPenurunan respons Peningkatan kerentanan
limfosit T danantibody terhadap antigen terhadap infeksi
imunitas humoral spesifik Berkurangnya respons
hipersensivitas lambat
(respons negative palsu
terhadap tes derivative
protein yang dimurnikan)
Penurunan efisiensi dari
vaksinasi
Penurunan fungsi Penurunan respon Peningkatan kesulitan
reseptor B2 terhadap agonis B2 yang dalam menangani asma
dihirup
Penurunan motolitas Peningkatan resiko Peningkatan resiko
esofagus dang aster refluks ke esofagus terjadinya aspirasi
dan hilangnya tonus
spingter kardiak

Pengkajian Sistem Pernafasan

Pengkajian sistem pernafasan dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses


penuaan yang terjadi pada sistem pernafasan. Hal ini mencakup :
1. Perubahan pada saluran pernafasan atas
2. Diameter dinding

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 25


Modul Pembelajaran ............

3. Dinding dada kaku


Bentuk kelainan yang dikaji meliputi adanya pernafasan dengan menggunakan otot
nafas tambahan, pernafasan yang memerlukan tenaga, pernafasan yang kurang
efisien, menurunya reaksi batuk, serta lansia menjadi lebih rentan terhadap infeksi
saluran nafas bagian bawah.
Adapun factor risiko yang ditemukan antara lain berupa merokok, polusi udara, atau
polusi akibat keterpaparan (exposure) dari lingkungan pekerjaan, seperti asbestosis.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan :
 Infeksi
 Trauma
 Kerusakan perspektual / kognitif
 Bronkospasme
 Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
 Penurunan energy / kelemahan
Ditandai dengan :

 Sianosis, dispnea, demam, takipnea


 Pernyataan kesulitan bernafas
 Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori
 Bunyi nafas abnormal, missal : mengi, ronkhi dan krekels
 Batuk (menetap), dengan / tanpa produksi sputum
Kriteria hasil / kriteria evaluasi :
 Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih
 Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, missal batuk
efektif dan mengeluarkan secret
Tindakan keperawatan

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
1. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi Beberapa derajat spasme bronkus
nafas, misal mengi, ronkhi dan krekels terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat / tidak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas adventius,
missal : penyebaran, krekels basah
(bronchitis), bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi (asma
berat), atau tidak ada bunyi nafas
(emfisema).
2. Kaji frekwensi pernafasan. Catat rasio Takipnea biasanya ditemukan
Akademi Keperawatan Harum Jakarta 26
Modul Pembelajaran ............

inspirasi / ekspirasi selama stress/ proses infeksi akut.


Pernafasan melambat dan
frekwensi ekspirasi memanjang
disbanding inspirasi.
3. Catat derajat dispnea, missal : Disfungsi pernafasan selain proses
keluhan sesak, gelisah, ansietas, distress akut yang menimbulkan perawatan
pernafasan, dan penggunaan otot bantu di rumah sakit, missal : infeksi,
nafas reaksi alergi

4. Beri posisi yang nyaman, missal : Peninggian kepala tempat tidur


peninggian kepala tempat tidur, duduk mempermudah fungsi pernafasan
pada sadaran tempat tidur dengan menggunakan gravitasi.
Dukungan tangan/kaki dengan
meja, bantal, membantu
menurunkan kelemahan otot, dan
sebagai alat ekspansi dada
5. Bantu untuk mengambil posisi bantuk yang Batuk efektif membutuhkan nafas
nyaman dan ajarkan tehnik batuk efektif dalam dan kontraksi otot
pernafasan, khususnya otot
abdomen, untuk meningkatkan
tekanan intratorak dan pengeluaran
sekresi

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :


 Perubahan aliran darah
 Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah
 Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, dan
jebakan udara)
 Kerusakan membrane alveo-kapiler
Di tandai dengan:

 Dispnea
 Somnolen, mudah terangsang, bingung, gelisah
 Ketidakmampuan mengeluarkan secret
 Nilai GDA abnormal (hipoksia dan hiperkapnia)
 Perubahan tanda vital
 Penurunan toleransi terhadap aktivitas
1. Berikan oksigen tambahan yang sesuai Mencegah memburuknya hipoksia.
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi Catatan : emfisema kronis, mengatur
klien pernafasan ditentukan oleh kadar
Co2, dikeluarkan dengan
peningkatan Pa02 berlebihan
2. Berikan penekanan susunan saraf pusat Mengontrol ansietas/gelisah
(antiansietas, sedative, narkotik) dengan meningkatkan konsumsi oksigen,
hati-hati eksasserbasi dispnea. Pantau ketat
karena dapat terjadi gagal nafas
3. Bantu intubasi, berikan/ pertahankan Kegagalan nafas perlu upaya
ventilasi mekanik tindakan penyelamatn hidup
Akademi Keperawatan Harum Jakarta 27
Modul Pembelajaran ............

PEDOMAN PENGAJARAN UNTUK LANSIA


DENGAN MASALAH PERNAFASAN

Tanda-tanda masalah Perubahan pada sputum


pernafasan Nafas yang semakin pendek
Demam
Perubahan toleransi terhadap aktivitas
Pengobatan Gunakan sesuai petunjuk
HIndari obat-obat yang dijual bebas tanpa
berkonsultasi dengan pemberi layanan
(missal aspirin yang berinteraksi dengan
koumadin, anatsid dapat menghambat
absorpsi dari antibiotic tertentu)
Bila efek yang tidak diinginkan terjadi, beri
tahu pemberi layanan
Vaksin pneumokokus
Diet Berikan makanan dengan porsi kecil dan
sering (hindari makan yang banyak karena
hal tersebut dapat menyebabkan distensi
lambung dan kelemahan respirasi)
Berikan diet seimbang yang baik (hindari
diet tinggi karbohidrat karena hal tersebut
dapat meningkatkan kandungan Co2 dan
meningkatkan ventilasi)
Pertahankan hidrasi yang adekuat, kira-
kira 1 L/hari (hindari kafein dan produk
susu)
Latihan Latihan secara teratur sesuai toleransi
(meningkatkan cadangan pulmonal dan
meningkatkan aliran darah balik vena)
Kurangi aktivitas jika terjadi keletihan
Hentikan aktivitas sementara dengan
periode istirahat
Bahaya lingkungan Hindari merokok/merokok pasif
Hindari pemicu untuk masalah respirasi
Hindari aktivitas di luar rumah ketika kadar
polusi tinggi

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 28


Modul Pembelajaran ............

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PERKEMIHAN

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak


retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.
Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak
setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron. Nefron terdiri atas
glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai filter. Penyaringan terjadi
di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan setiap glomerulus.

PERUBAHAN SISTEM
GINJAL PADA LANJUT USIA

Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia muda.
Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram bersamaan
dengan pengurangan ukuran ginjal.
A. Perubahan aliran darah ginjal pada lanjut usia.

Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per
menit darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit.
Normalnya 20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit
atau sekitar 170 liter per hari. Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih
dari 99% yang terserap kembali meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5
liter per hari.
Pengurangan aliran darah ginjal mungkin sebagai hasil dari kombinasi
pengurangan curah jantung dan perubahan dari hilus besar, arcus aorta dan
arteri interlobaris yang berhubungan dengan usia.

B. Perubahan fungsi ginjal pada lanjut usia


Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga
merupakan predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua
tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi
hemostasis, kecuali bila timbul beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia antara lain :
(Cox, Jr dkk, 1985)

1. Fungsi konsentrasi dan pengenceran menurun.


2. Keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda.
3. Ureum darah normal karena masukan protein terbatas dan produksi ureum
yang menurun. Kreatinin darah normal karena produksi yang menurun serta
massa otot yang berkurang. Maka yang paling tepat untuk menilai faal ginjal
pada lanjut usia adalah dengan memeriksa Creatinine Clearance.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 29


Modul Pembelajaran ............

4. Renal Plasma Flow (RPF) dan Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun
sejak usia 30 tahun.

C. Perubahan laju filtrasi glomerulus pada lanjut usia

Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus
(GFR). Pada usia lanjut terjadi penurunan GFR. Hal ini dapat disebabkan karena
total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus. Pada
beberapa penelitian yang menggunakan bermacam-macam metode, menunjukkan
bahwa GFR tetap stabil setelah usia remaja hingga usia 30-35 tahun, kemudian
menurun hingga 8-10 ml/menit/1,73 m2/dekade.

Penurunan bersihan kreatinin dengan usia tidak berhubungan dengan peningkatan


konsentrasi kreatinin serum. Produksi kreatinin sehari-hari (dari pengeluaran
kreatinin di urin) menurun sejalan dengan penurunan bersihan kreatinin.

D. Perubahan fungsi tubulus pada lanjut usia


Aliran plasma ginjal yang efektif (terutama tes eksresi PAH) menurun sejalan dari
usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian
berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia 70, 80 dan 90 tahunan. Transpor
maksimal tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif
sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.

Penemuan ini mendukung hipotesis untuk menentukan jumlah nefron yang masih
berfungsi, misalnya hipotesis yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan
antara usia dengan gangguan pada transpor tubulus, tetapi berhubungan dengan
atrofi nefron sehingga kapasitas total untuk transpor menurun.

E. Perubahan pengaturan keseimbangan air pada lanjut usia


Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan
usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi
pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan
peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-laki,
prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi peningkatan
jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi sejumlah urin atau
kehilangan air dapat meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler dan
menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan timbulnya rasa haus
subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus timbul terletak pada daerah
yang menghasilkan ADH di hypothalamus.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1. Kaji faktor resiko : obat- obatan, kondisi patologis, psikososial, serta


kelainan kognitif dan fungsional.
2. Riwayat penyakit : Diabetes melitus, hiperprostat.
3. Riwayat pembedahan

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 30


Modul Pembelajaran ............

4. Riwayat pola berkemih : kapan terjadinya inkontinensia, frekuensi


terjadinya, terdapat keinginan berkemih dan adanya tetesan urin sebelum
dan sesudah berkemih, hematuria, volume urin,aliran urin, terdapat
urgensi.
5. Keluhan utama : nyeri saat berkemih, rasa tidak nyaman saat berkemih.
6. Kaji dan catat masukan jumlah cairan yang diminum, waktu minum, jenis
minuman.
7. Pemeriksaan fisik :
 Nyeri tekan pada angulus kostovertebral, distensi abdomen, nyeri
tekan pada abdomen, impaksi fekal.
 Edema, bau genitourinaria, obstruksi rektal untuk pria, dan
pemeriksaan pelvis untuk wanita.
 Adanya kesulitan dalam defisit mobilisasi.
 Pemeriksaan neurologis
8. Kaji klien dapat menahan kemih sebelum mencapai toilet (berapa lama).
9. Setelah berkemih apakah merasa tidak lampias.

a. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan urgensi,
inkontinensia, stress.
Kriteria hasil :
 Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa.
 Tidak mengalami tanda obstruksi
Rencana tindakan :

Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukkan dan Memberikan informasi tentang


pengeluaran dan karakteristik fungsi ginjal dan adanya
urin. komplikasi.

2. Tentukan pola berkemih Kalkulus dapat menyebabkan


normal pasien dan perhatikan eksitabilitas saraf, yang
variasinya. menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera.

3. Anjurkan klien untuk banyak Membilas bakteri, darah dan


minum. debris. Dan tidak terjadinya
hidrasi.

4. Selidiki keluhan kandung Retensi urin dapat terjadi,


kemih, perhatikan penurunan menyebabkan distensi jaringan
keluaran urin. (kandung kemih/ ginjal).

5. Observasi perubahan status Akumulasi sisa uremik dan


mental atau tingkat ketidakseimbangan elektrolit
kesadaran. dapat menjadi toksik pada SSP.

6. Kolaborasi dalam Menentukan adanya ISK, yang

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 31


Modul Pembelajaran ............

pemeriksaan kultur dan penyebab komplikasi.


sensitivitas.

2. Inkontinensia urin berhubungan dengan hipertropi prostat, infeksi


traktus, reaksi obat, gangguan kognitif.
Kriteria hasil:
 Pola berkemih normal
 Klien dapat menahan rasa berkemih sampai ke kamar mandi.
Rencana tindakan :

Intervensi Rasional

1. Anjurkan klien banyak minum Membersihkan bakteri dan


8 – 10 gelas, dan kurangi obstruksi.
minum saat malam hari.

2. Anjurkan pada klien untuk Dapat meningkatkan stimulus


tidak meminum yang kontraksi kandung kemih.
mengandung alkohol dan
kafein.

3. Perhatikan pencahayaan dan Mengurangi terjadinya cidera.


faktor upaya mengenai akses
ke toilet.

4. Ajarkan klien latihan pelvis Melatih otot pelvis untuk


kegel mengurangi inkontinensia.

5. Kolaborasi dalam pemberian Obat untuk mengurangi


obat esterogen, inkontinensia.
propantheline, imipramie, dan
dicyclomine.
6. Kolaborasi dalam Mengobservasi jumlah urin, warna
pemasangan kateter urin.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 32


Modul Pembelajaran ............

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM PENGINDRAAN

Perubahan Sistem
Pengindraan pada Lansia

A. SISTEM PENGLIHATAN
1. Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh
jaringan kelopak mata. Perubahan ini juga disebut dengan
perubahan infolusional, terjadi pada :
a. M.Orbikularis
Perubahan pada M. orbicularis bisa menyebabkan perubahan
kedudukan Palbebra, misalnya kelopak mata jatuh.
b. Retraktor Palpebra inferior
Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah
tarsus rotasi / berputar kearah luar.
c. Tarsus
Apabila tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan
menyebabkan tepi atas lebih melengkung kedalam.
d. Tendo Kantus medial / lateral
Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon
kantus medial / lateral sehingga secara horizontal kekencangan
palpebra berkurang.

2. Perubahan sistem lakrimal


Kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis disebabkan
oleh karena kelemahan palpebra, malposisi palpebra sehingga akan
menimbulkan keluhan epipora (sumbatan), Yang mengakibatkan
kelenjar lakrimal secara progresif kurang.

3. Proses penuaan pada kornea


Arcus senilis, merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea
yang sering di jumpai. Ini memberikan keluhan. Kalaianan ini berupa
infiltrasi bahan lemak yang bewarna keputihan, berbentuk cincin
dibagian tepi kornea.

4. Perubahan muskulus siliaris


Dengan bertambahnya usia, bentuk daripada muskuls siliaris akan
mengalami perubahan. Mengenai manifestasi klinis yang dikaitkan
dengan perubahan muskulus siliaris pada lanjut usia, dikatakan bahwa
degenarasi muskulus siliaris bukan merupakan faktor utama yang

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 33


Modul Pembelajaran ............

mendasari terjadinya presbiofia. Ini dikaitkan dengan perubahan


serabut-serabut lensa yang menjadi padat, sehingga lensa kurang
dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal tersebut
muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami
hipertrofi.

5. Perubahan replaksi
Dengan bertambahnya usia penurunan daya akomdasi akan menurun.
Karena proses kekeruhan dilensa dan lensa cenderung lebih cembung.

6. Perubahan struktur jaringan dalam bola mata


Semangkin bertambahnya umur nucleus makin membesar dan padat,
sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian kortek menipis,
elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias berubah (jadi lemah). Yang
mula-mula bening trasparan, menjadi tampak keruh ( sclerosis ).

7. Perubahan fungsional
Proses degenerasi dialami oleh berbagai jaringan di dalam bola mata,
media refrakta menjadi kurang cemerlang dan sel-sel reseptor
berkurang, visus kurang tajam dibandingkan pada usia muda. Keluhan
silau ( foto fobi ) timbul akibat proses penuaan pada lensa dan kornea.
Masalah-masalah lainnya yang sering muncul pada lansia dengan
gangguan penglihatan adalah sfinter pupil timbul sclerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola),
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarrak, susah
melihat dalam keadaan gelap, hilangya daya akomodasi.

B. SISTEM PENDENGARAN

1. Daun telinga sudah mulai mengkeriput.


2. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
3. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.

C. SISTEM PENGECAPAN
1. Jumlah kuncup – kuncup perasa pada lidah mengalami penurunan.
2. Dan kuncup perasa pada lidah mengalami kerusakan, yang menurunkan
sensitivitas terhadap rasa.
3. Defisiensi vitamin D, dan penurunan produksi saliva.
4. Gigi palsu dan pengobatan tertentu dapat mengumpulkan sensasi
terhadap rasa.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 34


Modul Pembelajaran ............

D. SISTEM PENCIUMAN

Kehilangan kemampuan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza,


merokok, obstruksi hidung, sekret dari hidung, sinusitis kronis, kebiasaan
tertentu dengan bau aroma, epitaksis, alergi, penuaan, dan faktor
lingkungan.

Asuhan Keperawatan
Sistem Pengindraan

Asuhan Keperawatan pada sistem penglihatan


A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2. Makanan / Cairan :
Mual, muntah
3. Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan
kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan penyebab katarak mata.
4. Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau
tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan
vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas
fenotiazin.

B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi


1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan
penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal


Kriteria Hasil :
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 35


Modul Pembelajaran ............

Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.

2. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,


kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,


dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan
salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang
dapat dicegah.

Asuhan keperawatan pada sistem pendengaran


A. Pengkajian
a. Riwayat penyakit :
Klien mengalami ganggguan pendengaran pekak/ tuli, parotitis, infleunza,
meningitis, trauma kepala, dan penggunaan obat ototoksik.
b. Keluhan untama :
Suara mendengung/ mendenging, rasa pusing yang berputer/ vertigo,
keluar cairan dari telinga/ otore, dan rasa nyeri pada telinga.
c. Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi aurikulus dan jaringan sekitar tentang deformitas, lesi ukuran,
cairan, konsistensi, simetris, gerakan aurikulus nyeri.
- Palpasi nyeri tekan pada mastoid.
- Adanya inflamasi nodus aurikula posterior.
- Pemeriksaan nervus kranial VIII.

Tenggorokan :
- Nyeri pada tenggorokan (keluhan hilang timbul/ menetap), nyeri
sampai ketelinga atau tidak.
- Nyeri tenggorok disertai demam, batuk, serak dankering.
- Banyaknya dahak/ lendir, pus/ bercampur darah.
- Kemampuan menelan (disfagia).
Faring dan rongga mulut :

- Observasi rongga mulut, lidah dan gerakan lidah


- Ada pembesaran Kelenjar limfe
- Arkus faring serta gerakan tonsil
- Suara serak (disfoni), adanya peradangan hidung dan tenggorok.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 36


Modul Pembelajaran ............

- Suara serak disertai dengan batuk rasa nyeri


- Nyeri tekan pada hidung dan sinus paranasal.
- Adanya sekret (observasi konsistensi sekret, warna, jumlah).
- Kaji adanya alergi.
- Tes pendengaran dengan tes bisik, tes garpu tala, dan tes audiometri.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Perubahan kenyamana (nyeri) akut berhubungan dengan adanya
peradangan.

Kriteria hasil :
a. Melakukan tindakan untuk menurunkan nyeri.
b. Mengungkapkan tindakan penurunan nyeri.
c. Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktifitas sehari –
hari.
Intervensi :

a. Kaji nyeri
b. Aktivitas sehari – hari
c. Kaji tentang intensitas nyeri, kakrakter nyeri
d. Ajarkan pada klien tentang managemen nyeri
e. Kaji pengalaman nyeri klien
f. Kaji perjalanan nyeri
g. Observasi tanda – tanda vital
h. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses peradangan

3. Ansietas berhubungan dengan adanya iritasi, nyeri pada telinga luar.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 37


Modul Pembelajaran ............

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM ENDOKRIN

Perubahan normal pada


sistem endokrin

Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebihsulit untuk mendeteksi
dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak
pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding
denganmenopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami
penurunan.Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan
kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :

1. Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan
nodularity.
2. Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya
sering padaorang dewasa.
3. Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,
fibrotik.
4. Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan
menjadimati/fibrotik.

Asuhan keperawatan
pada sistem endokrin

A. Pengkajian
Aktivitas / istirahat :
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur/ istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas.
Letargi/ disorientasi, koma.
Penurunan kekuaran otot.

Sirkulasi :
Gejala : Adanya riwayat hipertensi.
Kebas, dan kesemuatan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural.
Nadi yang menurun/ tak ada.
Distrimia, kulit panas, kering, dan kemerahan.

Integritas ego :

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 38


Modul Pembelajaran ............

Gejala : Stres, tergantung pada orang lain.


Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsangan.

Eliminasi :
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.
Rasa nyeri/ terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang.
Nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri.
Urin berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun.
Makanan/ cairan :
Gejala : Hilang napsu makan, mual/ muntah, tidak mengikuti diet.
Penurunan berat badan berlebih dari periode beberapa hari/
minggu.
Haus, penggunaan diuretik.
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek.
Kekakuan/ distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid, bau halitosis/ manis, bau buah (napas
aseton).

Neurosensori :
Gejala : Pusing/Pening.
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi; mengamuk; letargi; stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

Nyeri/ kenyamanan :
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati –
hati.

Pernapasan :
Gejala : Merasa kekuarangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/ tidak).
Tanda : Lapar udara, batuk, dengan /tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.

Keamanan :
Gejala : Kulit kering, gatal: ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis
Kulit rusak, lesi/ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak.
Akademi Keperawatan Harum Jakarta 39
Modul Pembelajaran ............

Parastesia/ paralisis otot termasuk otot – otot pernapasan


(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

Seksualitas :
Gejala : rabas vagina (cederung infeksi).
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, diare, muntah, masukkan dibatasi : mual, kacau mental.

Kriteria hasil :
Mendokumentasikan hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
pengeluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam
batas normal.

Intervensi :
Rencana tindakan Rasional
Kaji riwayat klien sehubungan Membantu memperkirakan
dengan lamanya atau intensitas kekurangan volume total. Adanya
dari gejala seperti muntah dan proses infeksi mengakibatkan
pengeluaran urine yang demam dan keadaan
berlebihan. hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air.

Pantau tanda- tanda vital, catat Hipovolemia dimanifestasikan oleh


adanya perubahan tekanan darah hipotensi dan takikardia. Perkiraan
ortostatik. berat ringannya hipovolemia saat
tekanan darah sistolik turun ≥ 10
mmHg dari posisi berbaring ke
duduk atau berdiri.
Pantau pola napas seperti Paru mengeluarkan asam
adanya pernapasan kussmaul karbonat melalui pernapasan yang
atau pernapasan yang berbau menghasilkan kompensasi
keton. alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis. Napas bau
aseton disebabkan pemecahan
asam asetoasetat dan harus
berkurang bila ketosis terkoreksi.
Pantau masukkan dan Memperkirakan kebutuhan cairan
pengeluaran. pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan terapi yang diberikan.
Kaji nadi perifer, pengisian Merupakan indikator tingkat
kapiler, turgor kulit dan membran dehidrasi atau volume sirkulasi
mukosa. yang adekuat.
Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian
terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
Akademi Keperawatan Harum Jakarta 40
Modul Pembelajaran ............

cairan pengganti.
Pertahankan pemberian cairan Mempertahankan hasil pengkajian
minimal 2500 ml/hari terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.

Kaji adanya perubahan mental Perubahan mental berhubungan


dan sensori dengan hiperglikemia atau
hipoglikemia, elektrolit abnormal,
asidosis, penurunan perfusi
serebral, dan hipoksia.
Observasi mual, nyeri abdomen, Kekurangan cairan dan elektrolit
muntah, dan distensi abdomen. mengubah motilitas lambung
sehingga sering menimbulkan
kekurangan cairan dan elektrolit.
Observasi adanya perasaan Pemberian cairan untuk perbaikan.
kelelahan yang meningkat, Yang cepat berpotensi
edema, peningkatan berat badan, menimbulkan kelebihan cairan dan
nadi tidak teratur, dan distensi gagal jantung kronis.
vaskuler.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukkan oral,
anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 41


Modul Pembelajaran ............

Perubahan normal sistem muskuloskeletal pada penuaan.


a. Sistem skeletal
Penurunan progresif dalam tinggi badan, penyempitan diskus intervertebral
dan penekanan pada kolumna spinalis. Bahu menjadi sempit dan pelvis
menjadi lebih lebar.
Jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan, hilangnya lemak subkutan
perifer cenderung untuk mempertajam kontur tubuh dan memperdalam
cekungan di sekitar kelopak mata, aksila, bahu, dan tulang rusuk. Tonjolan
tulang (veterbra, krista iliaka, tulang rusuk, skalupa) menjadi lebih menonjol.
Kecepatan formasi tulang baru mengalami perlambatan seiring dengan
penambahan usia, yang menyebabkan hilangnya massa total tulang pada
lansia.

b. Sistem muskular
Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi
secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot
melambat dengan penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan oleh
jaringan fibrosa.
Perlambatan,pergerakkan yang kurang aktif dihubungkan dengan
perpanjangan waktu kontraksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari
unit motor dalam jaringan otot.
Sendi – sendi seperti pinggul, lutut, siku, pergelangan tangan, leher, dan
vetebra menjadi sedikit fleksi pada usia lanjut. Peningkatan fleksi disebabkan
oleh perubahan dalam kolumna vertebra, ankilosis (kekakuan) ligamen dan
sendi, penyusutan dan sklerosis tendon dan otot, dan perubahan generatif
sistem ekstrapiramidal.

c. Sendi
Terdapat kemunduran kartilago sendi,sebagian besar terjadi pada sendi- seni
yang menahan berat, dan pembentukan tulang di permukaan sendi.
Komponen – komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada
jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi,
mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi dan
deformitas.

Asuhan keperawatan pada


sistem muskuloskeletal
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan memfokusksn pada bagaimana perubahan yang
berhubungan dengan usia mempengaruhi status fungsional lansia dan
termasuk hal- hal berikut ini :
a. Tinggi badan, berat badan, postru tubuh, dan gaya berjalan
memberikan dasar yang dapat mengidentifikasikan adanya
kerusakan otot obesitas atau edema.
b. Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang, harus dicatat.
Seseorang yang tidak pernah berolah raga atau diikutsertakan
dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit
atau menyakitkan.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 42


Modul Pembelajaran ............

c. Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. Obesitas


dan malnutrisi dapat memengaruhi mobilitas dan kekuatan otot.
Obesitas menjadi faktor predisposisi bagi lansia untuk mengalami
ketidakstabilan ligamen, terutama pada derah punggung bagian
bawah dan sendi – sendi lain yang menahan berat tubuh.
d. Pengobatan, termasuk obat-obatan yang dijual bebas dan
pengobatan sendiri di rumah, dapat membuat lansia lebih mudah
mengalami keracunan obat dan efek samping obat. Pengumpulan
informasi yang spesifik tentang penggunaan relaksan otot, agens
antireumatik, salisilat, agens antiinflamasi nonsteroid, dan steroid
sistemik harus dilakukan. Beberapa obat telah diketahui dapat
menimbulkan kerusakan pada sistem muskuloskeletal : antikonvulsi
(osteomalasia), fenotiazin (gangguan cara berjalan), steroid
(distribusi lemak tubuh abnormal dan kelemahan otot).
e. Kombinasi mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan menentukan
kemampuan fungsional klien tersebut. Pengkajian mobilitas dan
kemampuan fungsional.
f. Cedera pada masa lalu (misalnya fraktur tulang pinggul) dapat
mengindikasikan adanya suatu kondisi osteoporosis. Riwayat nyeri
sendi, dan kekakuan, kelemahan atau keletihan sering
dihubungkan dengan adanya osteoartritis atau artritis reumatoid.
Nyeri punggung dan parestesia atau rasa kesemutan pada
ekstremitas bawah mungkin merupakan gejala degenerasi diskus
vertebral atau intervertebral pada daerah lumbal.
g. Pemeriksaan fisik :
Adanya kifosis atau skoliosis harus dicatat. Kifosis yang berat dapat
mengganggu fungsi pernapasan dan kardiovaskuler. Adanya nyeri
tekan di atasprosesus spinosus dapat diduga adanya suatu fraktur
vetebral. Bengkak terlihat pada sendi – sendi interfalang. Bengkak
yang terlihat pada sendi-sendi reumatoid bukanlah tulang, tetapi
lebih pada pembengkakan sinovial dan jaringan lunak.
Nyeri dan kekakuan sendi pada pagi hari dapat berlangsung
selama beberapa jam pada klien atritis reumatoid.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan agen


pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses
inflamasi destruksi sendi.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
b. Telihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
c. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
d. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program kontrol/ nyeri.

Intervensi :
Rencana tindakan Rasional

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 43


Modul Pembelajaran ............

Kaji keluhan nyeri, kualitas, Membantu menentukan kebutuhan


lokasi, intesitas (skala 0-10), dan manajemen nyeri dan keefektifan
waktu. Catat faktor yang program.
mempercepat dan tanda rasa
sakit nonverbal.

Berikan matras/ kasur lembut dan Matras lembut dan bantal kecil
bantal kecil. Tinggikan linen mencegah pemeliharaan
tempat tidur sesuai kebutuhan. kesejajaran tubuh yang tepat,
mengistirahatkan sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan sendi yang
terinflamasi/ nyeri.

Berikan posisi nyaman waktu Penyakit berat/ eksaserbasi, tirah


tidur/ duduk di kursi. Tingkatkan baring diperlukan untuk membatasi
istirahat di tempat tidur sesuai nyeri atau cedera sendi.
indikasi.

Pantau penggunaan bantal, Mengistirahatkan sendi yang sakit


karung pasir, bebat dan brace. dan mempertahankan posisi
netral.

Anjurkan sering mengubah posisi. Mencegah terjadinya kelelahan


Bantu bergerak di tempat tidur, umum dan kekakuan sendi.
sokong sendi yang sakit diatas Menstabilkan sendi serta
dan di bawah, serta hindari mengurangi gerakan dan rasa
gerakan menyentak. sakit pada sendi.

Anjurkan mandi air hangat/ Panas meningkatan relaksasi otot


pancuran pada waktu bangun. dan mobilitas, menurunkan rasa
Sediakan waslap hangat untuk sakit dan kekakuan di pagi hari.
mengompres sendi yang sakit Sensitivitas pada panas dapat
beberapa kali sehari. hilang dan luka dermal dapat
sembuh.

Berikan masase yang lembut. Meningkatkan relaksasi atau


mengurangi ketegangan otot.

Libatkan dalam aktivitas hiburan Memfokuskan kembali perhatian


yang sesuai individu. memberikan stimulasi,
meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.

Beri obat sebelum aktivitas atau Meningkatkan relaksasi,


latihan yang direncanakan sesuai mengurangi ketegangan otot/
petunjuk. spasme, memudahkan ikut serta
dalam terapi.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 44


Modul Pembelajaran ............

Kolaborasi : Mengurangi rasa nyeri


Berikan obat analgetik sesuai
indikasi

2. Kerusakan Mobilisasi fisik berhubungan dengan deformitas


skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas,
penurunan kekuatan otot.

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perseptual


kognitif, psikososial, perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

LATIHAN
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan belajar 1
dari modul ini. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi
dari masalah yang terjadi pada lansia dan dikaitkan dengan peranan anda sebagai
seorang perawat dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan dan agar tercapainya
tujuan pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Buat rangkuman tentang masalah kesehatan pada lansia terkait perubahan sistem
tubuh berikut intervensi keperawatan yaitu :
a. Sistem kardiovaskuler : mengenai penyakit hipertensi dan stroke
b. Sistem pernafasan : mengenai penyakit PPOK, asma, bronkhitis, pneumonia,
emboli paru dan tuberkulosis
c. Sistem perkemihan : mengenai penyakit ISK, inkontinensia dan hipertropi
prostat
d. Sistem pengindraan : mengenai penyakit glukoma, dan katarak
e. Sistem endokrin : mengenai penyakit DM, dan hipertiroidism
f. Sistem muskuloskeletal : mengenai penyakit osteoporosis, osteoarthritis, dan
arthritis reumatoid

SELAMAT MENGERJAKAN !!!!!

D. RANGKUMAN

 Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang
paling banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 45


Modul Pembelajaran ............

–sel otot jantung hingga menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.


Penyakit yang sering terjadi pada sistem ini adalah hipertensi dan stroke.
 Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap
perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan
menurunnya reflex batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan
kemampuan perlindungan pada system pulmonal.Perubahan anatomis
seperti kemampuan komplaince paru dan dinding dada turut berperan dalam
peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot
pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan dapat
meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernafasan pada
lansia. Penyakit yang sering terjadi pada sistem ini adalah PPOK, Asma,
bronkhitis, emboli paru, pneumonia, dan tuberkulosis
 Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia
muda. Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20-30% atau 110-150 gram
bersamaan dengan pengurangan ukuran ginjal. Penyakit yang sering terjadi
pada perubahan sistem ini adalah ISK, inkontenensia, dan hipertropi prostat
 Pada lansia telah mengalami semua pmelipuenurunan sistem sensori
persepsi meliputi penurunan fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman
dan perabaan. Penyakit yang sering terjadi akibat penurunan penglihatan
berupa glukoma dan katarak
 Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebihsulit untuk mendeteksi
dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrinlebih banyak
pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding
denganmenopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami
penurunan.Penyakit yang sering ada pada lansia pada sistem ini adalah DM,
hipertiroididsm
 Lanjut usia mengalami perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi
penurunan skeletal, muskulo dan sendi. Penyakit yang sering dirasakan
lansia berupa osteoporosis, osteoarthritis, dan arthritis reumatoid

E. T ES FO RMAT IF

1. Berikut ini perubahan normal pada sistem kardiovaskuler akibat penuaan :

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 46


Modul Pembelajaran ............

a. Ventrikel kiri menipis


b. Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan
c. Jumlah sel pacemaker meningkat
d. Vena mengalami kontriksi, katup-katup menjadi tidak kompeten
2. Seorang lansia dikatakan hipertensi sistolik terisolasi bila :
a. Tekanan sistolik sama dengan 140 dan diastolik 90 mmHg
b. Tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg
c. Tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg
d. Tekanan sistolik dibawah 160 mmHg dan diastolik dibawah 90 mmHg
3. Diagnosa keperawatan utama pada lansia dengan gangguan sistem
kardiovaskuler adalah :
a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah
d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat
4. Peningkatan volume residu pada lansia disebabkan adanya perubahan
fisiologis dari :
a. Atrofi otot pernafasan
b. Pembesaran duktus alveolar
c. Kekakuan trakea
d. Penurunan dalam recoil elastis
5. Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada lansia dengan gangguan
sistem pernafasan adalah :
a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan
afterload
c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah
d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat
6. Perubahan fungsi fisiologis sistem perkemihan yaitu :
a. Glomerular Filtration Rate ( GFR ) menurun
b. Fungsi konsentrasi renal meningkat
c. Fungsi pengenceran renal meningkat
d. Renal plasma flow ( RPF ) meningkat
7. Diagnosa medis keperawatan yang bisa ditegakkan terkait gangguan sistem
perkemihan adalah :
a. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring lama
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah
d. Inkontinensia urin b.d hipertropi prostat
8. Kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis pada lansia
disebabkan oleh :
a. Lemak keputihan pada kornea
b. Perubahan pada M. Orbicularis
c. Kelemahan palpebra, malposisi palpebra sehingga terjadi sumbatan
d. Perubahan muskulus silaris
9. Berikut ini perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :
a. Peningkatan kemampuan mentoleransi stres
b. Konsentrasi glukosa darah meningkat
c. Peningkatan kadar estrogen
d. Peningkatan kadar aldosteron serum 50 %

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 47


Modul Pembelajaran ............

10. Berikut ini perubahan normal sistem skeletal pada lansia yaitu :
a. Pelebaran diskus intervetebral
b. Bahu dan pelvis melebar
c. Jumlah massa otot tubuh menurun
d. Kecepatan formasi tulang baru mengalami percepatan pertumbuhan

A. F. KUNCI JAWABAN
B.
TES 1.CB. 6. A
2. B 7. D
3. B 8. C
4. D 9. B
5. C 10. C

G. UMPAN BALIK

Bagi mahasiswa dapat menjawab 8 dari 10 pertanyaan diatas dengan tepat akan
mendapatkan nilai 100

E. DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn C, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC.

Hudak, Gallo, (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta,
EGC.

Price, Sylvia, (1999). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4,
Jakarta: EGC.

Smeltzer, Bare, (2001). Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart,
Edisi 8, Jakarta, EGC.

Angela, et.al, (1996). Essentials of gerontological nursing, adaptation to the aging


process, JB Lipincott, comp.

Annete, GL. (1996). Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss.
Maryam. RS, dkk. ( 2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Nugroho. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 48


Modul Pembelajaran ............

Tamher, dkk. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Watson. R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC
Kushariyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba
Medika

Akademi Keperawatan Harum Jakarta 49

Anda mungkin juga menyukai