1 Proposal Penyajian Ilmiah Pera Atria E1g016050 (Q)
1 Proposal Penyajian Ilmiah Pera Atria E1g016050 (Q)
Disusun Oleh :
Nama : Pera Atria
NPM : E1G016050
Judul :
Kajian Jenis Mikroorganisme Dan Tipe Fermentasi Yang Digunakan Pada Perlakuan
Pendahuluan Terhadap Mutu Miysk Atsiri Daun kecombrang
(Etlingera elatior)
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Penyajian Ilmiah
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena bimbingan dan
petunjuk-Nya serta rahmat dan karunia-Nya shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan
kealam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penyajian ilmiah yang berjudul “Kajian Jenis Mikroorganisme Dan Tipe Fermentasi
Yang Digunakan Pada Perlakuan Pendahuluan Terhadap Mutu Miysk Atsiri Daun
kecombrang (Etlingera elatior)
Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu, mendukung, serta membimbing penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung hingga terselesainya proposal penyajian ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
proposal ini.Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang....................................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
I.3. Tujuan Penelitian................................................................................................3
I.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................3
I.5. Batasan Masalah.................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Daun Kecombrang..............................................................................................4
II.2. Fermentasi .........................................................................................................5
II.3. Destilasi ..............................................................................................................7
III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1.............................................................................................................................Tempat
dan Waktu Penelitian..........................................................................................10
III.2.............................................................................................................................Bahan
dan Alat Penelitian..............................................................................................10
III.3.............................................................................................................................Rancang
an Penelitian........................................................................................................10
III.4.............................................................................................................................Variabel
Pengamatan.........................................................................................................11
III.5.............................................................................................................................Tahapan
Penelitian.............................................................................................................12
III.6.............................................................................................................................Analisis
Data.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
LAMPIRAN....................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
I.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Daun kecombrang yang buahnya berwarna merah diperoleh di hutan madapi rejang
lebong.
2. Bagian daun yang diambil adalah daun tua berwarna hijau dan berukuran besar.
3. Jenis Bakteri dan kapang yang digunakan Rhizopus oligosporus,Saccharomyces
cerevisiae, trikoderma ,Bacillus subtilis dan .
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun kecombrang
Kecombrang merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang sering digunakan sebagai
bahan sayuran seperti pecel atau sebagai lalapan, tanaman ini memiliki nama latin (Etlingera
elatior). Beberapa tahun terakhir ini, kecombrang menjadi pusat perhatian besar beberapa
peneliti karena adanya aktivitas antibakteri dan antioksidan (Syarif, 2000).Menurut
Tjitrosoepomo (2005), klasifikasi tanaman Kecombrang adalah sebagai berikut:
Famili : Zingiberaceae
Genus : Etlingera
Spesies : Etlingera elatior
Kecombrang memiliki warna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan atau
mirip sekali dengan tanaman lengkuas / laos. Jika batang sudah tua, bentuk tanamannya mirip
jahe, dengan tinggi mencapai 5 m. Batang -batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya;
tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang
yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan ketika
masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian
daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10- 20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung,
tepi bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus
dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda (Parangin,
2015). Pohon kecombrang dan daun kecombrang dapat dilihat pada Gambar 1
4
Gambar 2. Sel minyak (idioblas) pada sayatan memanjang daun kecombrang segar
(perbesaran 100x, reagen kloralhidrat)
2.3 Destilasi
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi
air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan metode yang sederhana dan
membutuhkan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan destilasi uap. Pada
5
destilasi uap-air, antara air dan minyak atsiri dalam kulit kecombrang tidak menguap secara
bersama- sama. Pada awalnya air akan menguap setelah proses pemanasan dilakukan,
setelah mencapai suatu keseimbangan tekanan tertentu maka uap air akan masuk ke
dalam jaringan dalam bahan dan mendesak minyak atsiri ke permukaan. Kemudian
minyak atsiri akan ikut menguap bersama uap air menuju kondensor. Menurut Harris (1987)
dalam Zulnely (2008) pada penyulingan sistem kukus (destilasi uap-air) letak bahan baku
yang diambil minyaknya terpisah dengan air pembawa, sehingga penguapan air dan minyak
dari tumbuhan yang disuling tidak bersamaan, selain itu pada destilasi uap-air
mempunyai suhu proses yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan destilasi air.
Perbedaan suhu yang relatif lebih tinggi tersebut yang menyebabkan proses ekstraksi
minyak atsiri pada destilasi uap-air akan berjalan lebih baik dibandingkan pada destilasi
air.
Harris (1987) dalam Zulnely (2008) juga mengemukakan bahwa persentase senyawa
yang terdapat dalam minyak hasil destilasi uap-air mempunyai nilai yang lebih besar dari
pada minyak hasil destilasi air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada minyak hasil
destilasi uap-air memiliki randemen yang lebih tinggi karena senyawa- senyawa yang
terekstrak lebih banyak. Menurut Guenther (1987), dibandingkan dengan destilasi air,
destilasi dengan uap-air lebih unggul karena proses dekomposisi minyak lebih kecil
(hidrolisa ester, polimerisasi, resinifikasi, dan lain-lain). Pada destilasi air beberapa
jenis ester misalnya linalil asetat akan terhidrolisa sebagian, persenyawaan yang peka
seperti aldehid, mengalami polimerisasi karena pengaruh air mendidih.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebagai syarat mutu dan analisis mengacu pada SP(standar perdagangan ,SNI(standar nasional idonesia) dan
EOA(essential oil association)
7
Bakteri Aspergilus Niger (K4) K4W1 K4W2
3.4.2.2 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman aromatik. Rendemen menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai
rendemen yang dihasilkan menandakan nilai minyak asiri yang dihasilkan semakin benyak.
8
Kualitas minyak yang dihasilkan biasanya berbanding terbalik dengan jumlah rendamen yang
dihasilkan. Semakin tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu yang
di dapatkan. Adapun rumus untuk menghitung rendamen sebagai berikut:
berat rendemen
H asil rendemen= × 100 %
berat bahan baku
Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium.indeks bias memiliki peran yang penting,pengukuran terhadap indeks bias biasanya
secara luas digunakan untuk mengatahui kosentarasi larutan dan mengatahui komposisi bahan
yang menyusun larutan dan kemurnian larutan, indeks bias dapat diukur dengan
menggunakan refraktometer ,indek bias sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam
ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium matematis, Indeks bias
tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n ≥ 1). Jadi cara mengukur indeks bias yaitu masukan
satu tetes minyak, diukur di refraktometer dan dicatat suhunya.
bobot minyak
Bobot jenis =
bobot air
DAFTAR PUSTAKA
11
Baydar, H. dan Baydar, N. G. (2004). The effects of harvest date, fermentation duration and
tween 20 treatment on essential oil content and composition of industrial oil rose (Rosa
damascena Mill.). Industrial Crop And Products 21 (2): 251-255.
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Jilid 1.Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hasanah, M., Nuryani, Y., Djisbar, A., Mulyono, E., Wikardi, E. dan Asman, A. (2004).
Indonesia cassia (Indonesia Cinnamon). Dalam: Ravindran P.N, Babu, K. N. dan
Shylaja, M. (ed.). Cinnamon and cassia the genus Cinnamomum, hal 185 – 198. CRC
Press Washington. New York.
Hong Yang,C., Xian Li, R., Yeh Chuang, L. (2012). Antioxidant activity of various parts of
cinnamomum cassia extracted with different extraction methods. Journal Molecules 17:
7294-7304
ISO 875:1999 (E) Essential Oils. Evaluation of miscibility in ethanol
Ketaren, S. 1989. Pengantar Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.
Ketaren, S. 1993. Pengantar Minyak Atsiri Jilid II. Balai Pustaka. Jakarta.
Ma’mun. (2006). Karakteristik beberapa minyak atsiri famili zingiberaceae dalam
perdagangan. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat XVII (2): 91 - 98
Nasrudin, N., Priyanto, G. dan Hamzah, B. (2009). Pengaruh delignifikasi daun nilam
(Pogostemon cablin Benth) dengan larutan NaOH dan fermentasi dengan kapang
Trichoderme viride terhadap minyak hasil penyulingan. Jurnal Riset Industri III (3): 94-
102.
Plants of the Week (2003). Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith. Retrieved January 2, 2001
from www.killerplants.com
Sumangat, D. dan Ma’mun (2003). Pengaruh ukuran dan susunan bahan baku serta lama
penyulingan terhadap rendemen dan mutu minyak kayumanis Srilangka (Cinnamomun
zeylanicum). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat XIV (1): 25-35.
12