Anda di halaman 1dari 23

KEHATI-HATIAN YANG HARUS

DIPERHATIKAN DALAM PEMBERIAN


OBAT YANG DIGUNAKAN
DALAM PENANGANAN COVID-19
Dra. Togi Junice Hutadjulu, Apt, MHA

Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif


Deputi Bidang Pengawasan Obat NAPPZA
Badan Pengawas Obat dan Makanan

Jakarta, 8 Mei 2020


Outline
01 Persetujuan Penggunaan
Darurat (Emergency Use Authorization)

02 Perhatian dalam Pemberian


Favipiravir, Klorokuin,
Hidroksiklorokuin, dan Remdesivir

03 Instruksi Bagi Tenaga


Kesehatan terkait Emergency Use Authorization (EUA)

Kesimpulan dan Penutup


04
Emergency Use Authorization (EUA)

Persetujuan KLOROKUIN HIDROKSI-


FAVIPIRAVIR
Penggunaan FOSFAT KLOROKUIN SULFAT
Darurat • Indikasi pada penggunaan • Indikasi pada • Indikasi terdaftar:
(Emergency Use emergensi/terbatas: penggunaan Pengobatan pada
Penggunaan terbatas emergensi/terbatas: lupus eritematosus
Authorization) pada kondisi emergensi Penggunaan sistemik.
pandemik COVID-19 hanya terbatas pada • Indikasi pada
untuk pasien dewasa kondisi emergensi penggunaan
• Indikasi sebagai obat uji : pandemik COVID-19 emergensi/terbatas:
infeksi virus influensa untuk pasien dewasa Penggunaan
pandemik baru atau yang dan remaja BB > 50 terbatas pada
kambuh kembali (terbatas kg dan dirawat di kondisi emergensi
digunakan untuk rumahsakit. pandemik COVID-19
Penyusunan pengobatan pada kasus untuk pasien dewasa
Factsheet untuk dimana obat antivirus dan remaja BB > 50
tenaga kesehatan lainnya tidak atau kurang kg dan dirawat di
efektif). rumahsakit.
dan Product
Information Leaflet
untuk pasien
Favipiravir (Avigan®)
• Tablet 200 mg
• Harus diberikan secara oral Dosis Kontraindikasi
• Dosis yang disarankan: ❑ Tidak boleh diberikan pada
– Hari ke-1: 1600 mg (dosis muatan)
wanita hamil atau wanita yang
diikuti dengan 600 mg, merencanakan kehamilan
– Hari ke-2: 2 x sehari
❑ Hipersensitivitas terhadap semua
– Tidak diberikan lebih dari 14 hari
komponen dalam tablet
favipiravir

Favipiravir menghambat:
• Menghambat aldehid oksidase (AO)
secara ireversibel bergantung pada Peningkatan level asam urat, diare,
dosis dan waktu, misal penurunan jumlah neutrofil,
mempengaruhi famsiklovir dan peningkatan AST dan ALT
sulindak (Berdasarkan hasil studi klinik di Jepang
Interaksi Obat dan studi fase III)
• CYP2C8 yang bergantung pada dosis.
• Aktivitas penghambatannya lemah Efek Samping
terhadap CYP1A2 (clozapine), 2D6
4
(kodein)
Obat Tanda dan gejala Mekanisme dan Faktor Risiko
Pirazinamid Asam urat darah meningkat Reabsorpsi asam urat dalam
tubulus ginjal secara aditif
ditingkatkan
Repaglinid Kadar repaglinid dalam darah mungkin Penghambatan CYP2C8 → Interaksi
meningkat, dan reaksi merugikan meningkatkan kadar repaglinid
terhadap replaginid dapat terjadi dalam darah Obat
Teofilin Kadar favipiravir dalam darah mungkin Interaksi dengan Xanthine Favipiravir
meningkat dan reaksi merugikan Oxidase (XO) → meningkatkan
terhadap favipiravir dapat terjadi kadar favipiravir dalam darah
Famsiklovir, Khasiat famsiklovir/sulindak dapat Penghambatan Aldehide
sulindak berkurang Oksidase (AO) oleh favipiravir
→ bentuk aktif
famsiklovir/sulindak dalam
darah menurun
WARNING!
Favipiravir (Avigan®)
• Favipiravir bersifat teratogenik. Penggunaan pada wanita yang berpotensi hamil harus
dipastikan dulu hasil uji kehamilan negatif sebelum pengobatan dimulai.
• Untuk wanita yang sedang menyusui → diharuskan untuk menghentikan menyusui

• Terdistribusi dalam sperma.


Pria • Menggunakan metode kontrasepsi yang paling efektif dengan
pasangan selama dan untuk 7 hari setelah pengobatan berakhir
• Tidak melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil.

Meningkatkan kadar asam urat dan memperberat gejalanya. Pasien Gout


• Infeksi virus influenza dapat disertai infeksi bakteri atau dapat
Infeksi tersamarkan oleh influenza like symptoms.
virus/bakteri • Jika terjadi infeksi bakteri atau diduga terinfeksi bakteri, perlu
diberikan antibiotik.

• Perlu dilakukan secara hati-hati disertai dengan pemantauan


kondisi secara umum Lanjut usia
Klorokuin Fosfat
Dosis

1000 mg pada hari ke-1, kemudian 500 mg/hari selama 4 -7


hari, lama pengobatan berdasarkan hasil evaluasi klinik

Kontraindikasi
• Gangguan retina atau penglihatan
• Hipersensitif terhadap senyawa 4-aminokuinolin.
• Perpanjangan interval QT pada baseline atau mengalami
peningkatan risiko aritmia.
Klorokuin Fosfat

Efek samping Penggunaan saat Kehamilan

• Mata: gangguan retina, penglihatan kabur, • Pada uji dengan hewan, toksisitas pada
kesulitan untuk memfokuskan pandangan perkembangan embrio-fetal pada dosis 3-16x
• Sistem saraf: kejang, psikosis, sakit kepala. dosis terapeutik maksimum.
• Gastrointestinal: mual, muntah, diare dan • Data praklinik: risiko potensial
kram. genototoksisitas pada beberapa sistem uji.
• Reaksi hipersensitisasi termasuk urtikaria • Pada manusia, studi observasional dan
dan angioderma metaanalisis, termasuk uji prospektif skala
• Supresi sumsum tulang kecil tidak menunjukkan peningkatan angka
• Dermatologi: perubahan pigmen kulit, pruritis, kecatatan lahir atau abortus spontan.
kerontokan rambut, erupsi kulit.
• Blok atrioventikular; porfiria dan psoriasis.
Klorokuin Fosfat
Interaksi Obat

• Digoksin: meningkatkan level serum digoksin.


• Antasida dan kaolin: menurunkan absorpsi klorokuin fosfat.
• Simetidin: menghambat metabolisme klorokuin fosfat.
• Insulin dan obat antidiabetes lainnya: meningkatkan efek pengobatan hipoglikemik.
• Obat-obat aritmogenik: peningkatan risiko aritmia ventricular.
• Ampisilin: menurunkan bioavailabilitas ampisilin secara bermakna.
• Siklosporin: peningkatan level siklosporin dalam serum secara tiba-tiba.
• Meflokuin: meningkatkan risiko konvulsi.
• Prazikuantel: menurunkan bioavailabilitas prazikuantel.
• Tamoksifen: Penggunaan bersamaan dengan obat yang menginduksi toksisitas retinal,
tidak direkomendasikan.
• Antiepilepsi: terganggunya aktivitas obat antiepilepsi.
WARNING!
Kardiovaskular
• Memperpanjang interval QT
• Hati-hati pada pasien dengan penyakit jantung, perpanjangan QT, riwayat aritmia ventricular,
bradikardia, uncorrected potassium or magnesium imbalance, dan obat-obat yang memperpanjang
interval QT, seperti azitromisin dan antibakteri lainnya. Perlu dilakukan EKG
• Miokarditis, perikarditis dan kardiomiopati dapat meningkatkan risiko aritmia. Perlu dilakukan
pemantauan cardiac injury.

• Menurunkan klirens dan resistensi insulin, hilangnya kesadaran


Hipoglikemia pada pasien dengan atau tanpa pengobatan diabetes.

• Hemolisis pada pasien defisien G6PD, pansitopenia, anemia


aplastik dan neutropenia. Hematologi
• Harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hepatitis,
Gangguan Hati gangguan hati, alkoholisme atau penggunaan bersama dengan
obat yang diketahui hepatotoksik.
WARNING!

Gangguan • Risiko reaksi toksik pada pasien dengan gangguan fungsi


ginjal.
Ginjal

• Meningkatkan risiko konvulsi pada pasien dengan


riwayat kejang. Sistem Saraf
• Gangguan ekstrapiramidal akut. Pusat
• Psikosis, delirium, agitasi, kebingungan, perilaku
bunuh diri dan halusinasi.

Psoriasis dan • Memperparah psoriasis.


porfiria • Memperburuk pasien dengan porfiria.

• Kerusakan retina dengan pemakaian jangka panjang Retinopati


12
3. HIDROKSIKLOROKUIN SULFAT
DOSIS
• Pemberian: oral
• Dosis: 800 mg pada hari ke-1 (loading dose), dilanjutkan 400 mg hingga
hari ke-4 atau 7 (maksimal durasi pengobatan sesuai evaluasi klinis)
• Dosis & durasi pengobatan akan diperbaharui sesuai kemajuan
pengembangan obat & hasil uji klinik.

KONTRAINDIKASI
• Perubahan retina/penglihatan dengan etiologi apapun.
• Hipersensitif terhadap senyawa 4-aminokuinolin.
• Kondisi perpanjangan interval QT pada baseline atau peningkatan risiko
aritmia.
13

3. HIDROKSIKLOROKUIN SULFAT
EFEK SAMPING PENGGUNAAN SAAT KEHAMILAN
• MATA: retinopati, gangguan penglihatan, • Uji pd hewan: toksisitas pd embrio-fetal dng dosis
perubahan pada kornea, makulopati. 3-16x dosis terapeutik maks berdasarkan
• JANTUNG: kardiomiopati, toksisitas kronis & perbandingan luas permukaan tubuh.
hipertrofi biventricular, perpanjangan interval QT,
aritmia ventrikel • Pd manusia: utk dosis profilaksis & pengobatan
• SISTEM IMUN: urtikaria, angioderma, malaria, studi observasional & metaanalisis, uji
bronkospasme prospektif skala kecil tidak menunjukkan
• JARINGAN KULIT DAN SUBKUTAN peningkatan angka kecatatan lahir atau abortus
• GASTROINTESTINAL: nyeri perut, mual, diare, spontan.
muntah
• SISTEM SARAF: sakit kepala, pusing, kejang- • Kajian manfaat-risiko jika akan diberikan pada
kejang wanita hamil
• TELINGA DAN LABIRIN: vertigo, tinnitus
• SISTEM DARAH DAN LIMFATIK: depresi sumsum INTERAKSI OBAT
tulang, anemia, anemia aplastik Lihat
• METABOLISME & GIZI: anoreksia, hipoglikemia,
porfiria
Klorokuin
PERINGATAN
• HATI: fungsi hati tdk normal, gagal hati fulminan
REMDESIVIR

US-FDA menerbitkan EUA untuk remdesivir sebagai obat


COVID-19 pada tanggal 1 Mei 2020

A
EUA tersebut diterbitkan berdasarkan kaji ulang US-FDA
C terhadap uji klinik yang disponsori oleh Gilead dan uji
klinik yang dilakukan oleh National Institute of Allergy
B and Infectious Diseases (NIAID )

D Remdesivir hanya digunakan untuk pasien dewasa dan


anak-anak yang terbukti positif COVID-19 tingkat parah
Penggunaan remdesivir secara IV di bawah pengawasan
Nakes, dan dosis regimen mengacu pada Fact Sheet
REMDESIVIR
DOSIS
• Dewasa dan anak BB ≥40kg, membutuhkan ventilator dan/atau ECMO :
Hari ke 1 : 200 mg IV
Hari ke 2-10 : sehari 1 x 100 mg IV.

• Dewasa dan anak BB ≥40kg TIDAK membutuhkan ventilator dan/atau ECMO:


Hari ke 1 : 200 mg IV
Hari ke 2-5 : sehari 1 x 100 mg IV (dapat dilanjutkan hingga hari ke-10) A
• Anak BB 3,5 kg s/d <40 kg membutuhkan ventilator dan/atau ECMO:
Hari ke 1 : 5 mg/kg IV,
Hari ke 2-10 : sehari 1x 2,5 mg/kg IV.

• Anak BB 3,5 kg s/d <40 kg TIDAK membutuhkan ventilator dan/atau ECMO :


Hari ke 1 : 5 mg/kg IV C
B
Hari 2-5 : sehari 1x 2,5 mg/kg IV (dapat dilanjutkan hingga hari ke-10).

• Remdesivir dapat digunakan sewaktu-waktu saat gejala muncul pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit
• Seluruh pasien ranap harus memiliki estimated glomerular filtration rate (eGFR) sebelum diberikan remdesivir
• Tes laboratorium hepar harus dilakukan seluruh pasien sebelum diberikan remdesivir dan dilakukan tiap hari selama pengobatan
dengan remdesivir

B KONTRAINDIKASI
Hipersensitivitas terhadap remdesivir
REMDESIVIR
EFEK SAMPING
▪ Gangguan gastrointestinal,hepatotoksik.
▪ Dosis 150 mg IV 1 x sehari selama 7 – 14 hari pada manusia
menunjukkan:
› tidak ada kelainan uji laboratorium derajat 3 atau 4,
› terjadi peningkatan ALT dan AST derajat 1 atau 2 tanpa C
abnormalitas pada bilirubin total, fosfatase alkali atau albumin,
› tidak ada efek pada fungsi ginjal.
▪ Peningkatan kadar enzim di hati
▪ Pemberian obat melalui injeksi dapat menimbulkan nyeri, pendarahan,
BC
memar, bengkak, dan infeksi di daerah penyuntikan
REMDESIVIR

PERHATIAN PADA SAAT PEMBERIAN DOSIS


1. PREGNANCY
Penggunaan pada pasien yang sedang hamil harus mempertimbangkan risiko-manfaatnya dengan
justifikasi terhadap ibu dan fetus

2. RENAL IMPAIREMENT
Tidak ada penyesuaian dosis untuk pasien dengan eGFR ≥ 30 mL/menit. Remdesivir tidak
direkomendasikan untuk pasien dewasa dan anak (usia > 28 hari) dengan eGFR < 30 mL/menit atau
bayi baru lahir (usia ≥7 hari hingga ≤28 hari) dengan serum kreatinin ≥1 mg/dL

3. HEPATIC IMPAIRMENT
Penggunaan pada pasien dengan hepatic impairment perlu mempertimbangkan manfaat yang lebih
besar dibandingkan dengan risikonya. Uji laboratorium hepatic impairment harus dilakukan pada
seluruh pasien sebelum diberikan remdesivir dan tiap hari selama pengobatan dengan remdesivir.
REMDESIVIR
WARNING!

1. Infusion-Related Reactions
Reaksi yang muncul adalah hipotensi, mual, muntah, diaphoresis, dan menggigil

2. Peningkatan Risiko Transaminase Elevations


Transaminase elevation muncul pada saat uji klinik pada subyek sehat yang mendapatkan
remdesivir 150 mg perhari selama 14 hari maupun pasien COVID-19.

3. Hepatic laboratory testing


Harus dilakukan pada pasien sebelum mendapatkan remdesivir dan dilakukan setiap hari selama
pengobatan.
INSTRUKSI UNTUK TENAGA KESEHATAN
Harus memberkan Product Information Leaflet pada pasien atau caregiver

Menginformasikan
1. Badan POM telah menyetujui penggunaan dalam rangka kedaruratan
2. Pasien dapat memilih untuk menerima atau menolak pemberian obat
3. Konsekuensi potensial jika menolak pemberian obat
4. Risiko dan manfaat signifikan yang diketahui dan potensial dari
pemberian obat
5. Produk lain yang tersedia serta manfaat dan risikonya

Melaporkan medication error dan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi
kepada Badan POM dalam 7 hari kerja

Pusat Farmakovigilans/MESO Nasional Direktorat Pengawasan Keamanan,


Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat
Adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan
https://e-meso.pom.go.id/ADR
Laporan disertai dengan keterangan “Deskripsi kejadian, masalah, atau 19

Penggunaan Produk/Medication Error” dan pernyataan, misal


“Chloroquine Phosphate Treatment under EUA”
Informasi Lain yang
perlu disampaikan
Agar pasien tidak saling berbagi obat

Khusus untuk pasien isolasi di rumah perlu ditetapkan


cara untuk monitoring efek samping obat
(telemedicine)
Perhatian untuk penggunaan obat tradisional,
suplemen kesehatan dan obat bebas lainnya selama
penggunaan obat COVID-19
Perhatian dalam pemberian Antibiotik untuk infeksi
bakteri lain
KESIMPULAN

Obat-obat yang diberikan EUA adalah obat yang belum memiliki data khasiat
dan keamanan yang lengkap untuk indikasi tertentu, namun memiliki potensi
digunakan untuk indikasi tersebut berdasarkan uji praklinik dan uji klinik awal

Hingga saat ini, Badan POM telah mengeluarkan 3 Persetujuan Penggunaan


Darurat (emergency use authorization) untuk 3 obat yang berpotensi untuk
pengobatan COVID-19, yakni Favipiravir, Klorokuin dan Hidroksiklorokuin

Remdesivir sudah mendapatkan EUA untuk pengobatan COVID-19 dari US-


FDA (1 Mei 2020) dan persetujuan dr MFDS- Jepang. Namun Badan POM
belum menerbitkan EUA untuk remdesivir.

Mengingat obat-obat tersebut belum disetujui secara penuh sebagai obat


untuk indikasi COVID-19 di Indonesia, maka pertimbangan keamanan (risk-
benefit analysis) pada penggunaan klorokuin fosfat, hidroksiklorokuin sulfat,
favipiravir serta remdesivir yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan
PENUTUP

Badan POM berkomitmen untuk selalu meningkatkan


pengawasan, mengawal obat beredar memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, manfaat dan mutu produk,
serta menyediakan informasi yang sahih, obyektif, dan
dinamis mengikuti perkembangan terkini.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai