Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mandiri Dosen Pebimbing

Metode Penelitian HERTINA, Dr, M.pd

RESUME METODE PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

RAFIKI RAMADHAN
Nim: 11820112930

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1441 H/2020 M
BAB I
SUB MATERI

1. Tipe Data
2. Sumber Keragaman Pengukuran
3. Karakteristik Pengukuran
4. Perancangan Kuesioner
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tipe Data


Data memiliki beberapa tipe menurut kekhususan tertentu, sesuai dengan
maksud penelitian atau sumber data yang digunakan. Oleh karena itu data dapat
diklasifikasikan sebagi berikut : Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian
dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-
kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka).1
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan
data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang
telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).
a. Data Kasus
Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelasakan kasus kasus tertentu.
Data kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk
generalisaikan data atau menguji hipotesis tertentu. Lebih memungkinkan data
kasus mendalam dan komprehensif dalam mengekspresikan suatu objek
penelitian. Wilayah data kasus tergantung pada seberapa luas penelitian kasus
tertentu. Oleh karenanya data kasus bisa seluas indonesia, provinsi, kabupaten,
kecamatan, desa, dapat beberapa orang, bahkan satu orang. Dapat juga lembaga
tertentu, suatu pranata tertentu dan lain sebagainya.
b. Data Pengalaman Individu
Data ini adalah salah satu bentuk data kualitatif yang sering digunakan
dalam penelitian kualitatif. Data pengalaman individu dimaksud adalah bahwa
keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu sebagai warga masyarakat
tertentu yang menjadi objek penelitian.

2. Data Kuantitatif
1
Kusaeri Suprananto, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta :Graha Ilmu, 2012),
hal. 4.
Data ini lebih mudah dimengerti bila dibandingkan dengan data kualitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika. Contoh data kuantitatif antara lain: tinggi
badan, berat badan, kecepatan lari, sepakbola dan sebagainya. Selanjutnya data
kuantitatif bisa dibedakan sebagai berikut:2
a. Data Nominal
Data nominal atau sering disebut juga data kategori, data yang diperoleh
melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan kategori
obyek hanya menunjukan perbedaan kualitatif.
b. Data Diskrit
Data Diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang.
c. Data kontinum
Data Kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran. Arikunto (2002:96)

d. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data oleh penyidik untuk tujuan yang khusus. Maksudnya data yang diperoleh
atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer
disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.
e. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder kemudian dikategorikan menjadi dua
yaitu :
1) Internal data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder. Umpama
kalau pada perusahaan, dapat berupa faktur, laporan penjualan, pengiriman,
hasil riset yang lalu dan sebagainya.
2) Eksternal data, yaitu data yang diperoleh dari sumber luar. Umpamanya data
sensus dan data registrasi, serta data yang diperoleh dari badan atau lembaga

2
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), hal. 134.
yang aktivitasnya menggumpulkan data atau keterangan yang relevan
dengan/dalam berbagai masalah.

2.2. Sumber Keragaman Pengukuran


Stabilitas atau Keragaman ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran
untuk tetap stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun.
Kestabilan ukuran dapat membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam
mengukur sebuah konsep. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu test-retest
realibility dan realibilitas bentuk paralel (paralel-form realibility).3
 Test-Retest Realibility, yaitu koefisien realibilitas yang diperoleh dari
pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu
ketika kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama
diberikan kepada responden pada saat ini dan diberikan kembali pada
responden yang sama dalam waktu yang berbeda (misalnya, 2 minggu – 6
bulan). Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari responden yang sama
dengan dua waktu yang erbeda inilah yang disebut dengan koefisien test-retest.
Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest realibility, sehingga semakin
stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda.
 Realibilitas Bentuk Paralel ( Parallel-Form Realibility), terjadi ketika respons
dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruks yang sama
memiliki korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang
serupa dan format respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam
penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini
adalah kesalahan variabilitas (error variability) yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan. Jika dua bentuk
pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi (katakanlah 0,8 atau
lebih) maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan
kesalahan varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan ukuran
pertanyaan.

2.3. Karakteristik Pengukuran

3
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 130.
Seorang peneliti menggunakan beberapa bentuk skala dalam melakukan
proses pengukuran. Setiap skala tersebut didasarkan sekumpulan asumsi (aturan-
aturan) mengenai hubungan antara skala tersebut dengan observasi nyatanya.
Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai
berikut:1. Urutan bilangan, 2. Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan
antara sepasang bilangan bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan
perbedaan sepasang bilangan lainnya; dan 3. Titik awal yang unik yang
menunjukkan bilangan 0. Kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup
urutan, perbedaan, dan titik awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran
sebagai berikut. Tipe skala pengukuran terdiri atas4 :
1. Skala Nominal
Merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau
klasifikasi dari construct yang diukur dalam bentuk variabel. Skala nominal
banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial dan bisnis. Jika kita
menggunakan skala nominal, kita memisahkan sekelompok objek ke dalam sub
kelompok atau kategori yang bersifat mutually exclusive dan collectively
exhaustive. Mutually exclusive berarti tidak ada objek yang bisa masuk ke lebih
dari sub kelompok atau kategori sedangkan collectively exhaustive berarti tidak
ada objek yang tidak termasuk kategori. Skala nominal merupakan tipe skala
pengukuran yang paling sederhana.

2. Skala Ordinal
Merupakan skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi
juga menyatakan peringkat construct yang diukur. Skala ordinal mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan skala nominal, karena menyatakan ketegori dan
peringkat, misal: A lebih berat dari B atau C lebih baik dari D, namun tidak
menunjukkan jarak atau interval berapa selisih berat antara A dengan B atau
seberapa baik antara C dibandingkan dengan D.

3. Skala Interval

4
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kualitatif dan kuantitatif), (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009), hal. 78.
Merupakan skala pengukuran yang menyatakan kaategori, peringkat, dan jarak
construct yang diukur. Skala interval tidak hanya mengukur perbedaan subyek
atau obyek secara kualitatif melalui kategorisasi dalam menyatakan urutan
preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan yang
lainnya. Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan
dengan skala nominal dan skala ordinal karena mempunyai karakteristik seperti
yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain,
yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat
besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya.

4. Skala rasio
Merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori peringkat, jarak dan
perbandingan construct yang diukur. Skala rasio mengunakan nilai absolut,
sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif.
Skala ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi dan manajemen
keuangan. Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi
skala ini memiliki nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik
yang diukur.

2.4. Perancangan Kuesioner


a) Tetapkan Informasi Yang Ingin Diketahui5
 Pastikan bahwa anda mempunyai pemahaman yang baik tentang suatu isu
dan apa yang ingin anda ketahui (kecuali untuk belajar). Susunlah
pertanyaan riset anda sedemikian rupa, tetapi jangan mengulang pertanyaan-
pertanyaan yang sudah ada dalam kuesioner pada waktu ini.
 Buatlah daftar pertanyaan riset anda. Review pertanyaan itu secara periodik
ketika anda sedang menyusun kuesioner.
 Gunakan tabel contoh atau dummy ketika melakukan analisis data guna
menentukan pertanyaan yang akan dicantumkan dalam kuesioner.
 Langkah pencarian atas pertanyaan mengenai isu-isu yang ada.

5
Suhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
Refika Aditama, 2012), hal. 94.
 Revisilah pertanyaan tentang isu-isu yang ada, dan susunlah pertanyaan
baru mengenai isu yang akan anda bahas dalam riset.

b) Tentukan Jenis Kuesioner dan Metode Administrasinya


 Gunakan jenis data yang dikumpulkan sebagai dasar untuk memutuskan
jenis kuesioner.
 Gunakan tingkat struktur dan samaran serta faktor biaya untuk menentukan
metode administrasinya.
 Bandingkan kemampuan dan keterbatasan utama dari setiap metode
administrasinya, serta nilailah data yang dikumpulkan oleh masing-masing
metode untuk keperluan survei.

c) Tentukan Isi dari Masing-masing Pertanyaan


 Untuk setiap pertanyaan riset yang diajukan kepada anda sendiri, “Mengapa
saya ingin mengetahui hal ini ?” jawabannya harus dapat membantu riset
anda. “Hal itu penting untuk diketahui” adalah bukan suatu jawaban yang
dapat diterima.
 Pastikan bahwa setiap pertanyaan adalah penting dan hanya berkaitan
dengan isu-isu yang penting.
 Tanyakan pada diri anda sendiri apakah pertanyaannya berlaku untuk semua
responden: ya : atau suatu ketentuan harus dibuat untuk mengabaikannya.
 Pecahlah satu pertanyaan yang dapat dijawab dari kerangka referensi yang
berbeda menjadi pertanyaan-pertanyaan terpisah, yang mencerminkan
kerangka acuan atau referensi yang mungkin digunakan.
 Tanyakan pada diri anda sendiri apakah responden mempunyai informasi
tentang, dan dapat mengingat, isu-isu yang disampaikan dalam pertanyaan.
 Tentukan periode waktu pertanyaan berkaitan dengan signifikansi topik.
Gunakan teknik-teknik aided-recall seperti buku harian atau catatan tertulis.
 Hindari pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan upaya ekstra, yang
mempunyai jawaban yang sulit untuk diutarakan dengan baik, dan yang
berhubungan dengan isu-isu yang mengancam atau memalukan.
 Jika pertanyaan-pertanyaan yang mengancam memang diperlukan:
- Sembunyikan pertanyaan itu dalam kelompok pertanyaan lain yang lebih
aman.
- Gunakan pernyataan yang menetralisir.
- Susunlah pertanyaan itu dengan mencontohkan orang lain dan bagaimana
mereka mungkin merasa atau bertindak.
- Tanyakan para responden apakah mereka pernah ditugaskan dalam
aktivitas yang tidak menyenangkan, dan kemudian bertanya apakah
mereka saat ini sedang melakukan aktivitas semacam itu.
- Gunakan sejumlah kategori atau rentang selain nomor khusus.
- Gunakan model respons acak.

d) Tentukan Bentuk Respons atas Setiap Pertanyaan


Tentukan mana jenis pertanyaan open-ended, dichotomous, atau pilihan ganda
yang menyediakan data yang sesuai dengan informasi yang diperlukan proyek.
 Gunakan pertanyaan terstruktur bila memungkinkan.
 Gunakan pertanyaan terbuka atau open-ended yang hanya memerlukan
jawaban singkat untuk mengawali suatu kuesioner.
 Cobalah untuk mengubah pertanyaan open-ended atau terbuka menjadi
pertanyaan dengan respons tetap guna mengurangi beban kerja responden
dan upaya pengkodean pada studi deskriptif serta kausal.
 Jika pertanyaan terbuka dinilai penting, maka buatlah pertanyaan-
pertanyaan langsung secukupnya untuk memberikan para responden
kerangka acuan atau referensi ketika menjawab.
 Apabila menggunakan pertanyaan dichotomous, nyatakan sisi negatif atau
alternatif secara rinci.
 Menyediakan jawaban “tidak tahu“, “tiada pendapat“ dan “keduanya“.
 Menyadari bahwa mungkin ada responden yang bersikap netral.
 Sensitif terhadap “ kehalusan“ dan “kekasaran“ alternatif.
 Apabila menggunakan pertanyaan pilihan berganda, pastikan pilihannya
lengkap serta bersifat mutually exclusive, dan jika kombinasi keduanya
memungkinkan , maka masukkan.
 Pastikan kisaran alternatifnya jelas dan semua jawaban alternatifnya yang
masuk akal telah dimasukkan.
 Jika respons yang mungkin sangat banyak, maka pertimbangkan dengan
menggunakan lebih dari satu pertanyaan untuk mengurangi informasi yang
berlebihan.
 Apabila menggunakan pertanyaan dichotomous atau pilihan berganda, maka
gunakan prosedur split-ballot untuk mengurangi bias urutan.
 Tunjukkan apakah item-item telah diberi peringkat atau hanya satu item
yang ada pada daftar yang akan dipilih.

e) Tentukan Kata-Kata yang Digunakan untuk Setiap Pertanyaan


 Gunakan kata-kata yang sederhana.
 Hindari kata-kata dan pertanyaan yang bermakna ganda.
 Hindari pertanyaan yang mengandung jawabannya atau menuntun.
 Hindari alternatif implisit.
 Hindari asumsi-asumsi implisit.
 Hindari generalisasi dan estimasi.
 Gunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan hindari kalimat-kalimat yang
sama.
 Ubahlah kalimat dengan kata-kata yang panjang dan tanggung atau frasa-
frasa yang pendek.
 Hindari pertanyaan double-barreled.
 Buatlah setiap pertanyaan sespesifik mungkin.

f) Tentukan Urutan Pertanyaan


 Gunakan pertanyaan yang sederhana dan menarik sebagai pembuka.
 Gunakan pendekatan corong, dengan pertama kali mengajukan pertanyaan
yang bersifat umum, baru kemudian yang bersifat khusus.
 Ajukan pertanyaan yang sulit atau sensitif pada bagian akhir kuesioner,
ketika hubungan yang baik telah terjalin.
 Ikuti urutan kronologis ketika mengumpulkan informasi historis.
 Jawablah pertanyaan mengenai suatu topik sebelum melangkah ke
pertanyaan selanjutnya.
 Susunlah suatu bagan arus apabila pertanyaan bercabang digunakan.
 Ajukan pertanyaan saringan sebelum mengajukan pertanyaan yang terinci.
 Ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang demografi terakhir sehingga jika
responden menolak menjawabnya, data yang lain masih dapat digunakan.

g) Tentukan Karakteristik Fisik Kuesioner


 Buatlah kuesioner dengan profesional dan secara relatif mudah dijawab.
 Gunakan kertas dan cetakan yang berkualitas, jangan menggunakan
kuesioner yang difotokopi.
 Upayakan untuk membuat kuesioner sesingkat mungkin dan hindari
kuesioner yang terlalu padat.
 Gunakan format buku kecil untuk memudahkan analisis dan mencegah
halaman-halaman yang hilang.
 Cantumkan nama organisasi yang melakukan survei pada halaman pertama.
 Berilah nomor pertanyaan untuk memudahkan pemrosesan data.
 Jika responden harus melewati lebih dari satu pertanyaan, gunakan “go to“.
 Jika responden harus melewati seluruh bagian, maka gunakan kode warna
pada bagian-bagian tertentu.
 Nyatakan bagaimana respons akan dilaporkan, seperti memberi tanda check
mark, nomor, lingkaran, dan lain sebagainya.

h) Uji Kembali Langkah 1 Sampai 7 dan Lakukan Perubahan Jika Perlu


 Periksa beberapa kata dari setiap pertanyaan untuk memastikan bahwa
pertanyaan itu tidak membingungkan, bermakna ganda, bersifat menyerang ,
atau mengandung jawabannya (menuntun).
 Mintalah evaluasi dari teman sebaya anda mengenai draft kuesioner.

i) Lakukan Uji Awal atas Kuesioner dan Lakukan Perubahan Jika Perlu
 Lakukan uji awal atas kuesioner pertama melalui wawancara pribadi
diantara para responden seperti yang digunakan dalam studi aktual.
 Mintalah komentar dari para pewawancara dan responden untuk
menemukan setiap masalah dalam kuesioner, dan revisi kuesioner tersebut
jika perlu. Apabila revisinya adalah substansi, ulangi langkah 1 dan 2 dari 9
langkah.
 Lakukan uji awal atas kuesioner melalui pos atau telepon untuk
mengungkapkan masalah-masalah unik pada mode administrasinya.
 Berilah kode dan buatlah tabulasi atas respons uji awal dalam tabel contoh
atau dummy untuk menentukan apakah pertanyaan-pertanyaan menyediakan
informasi yang memadai.
 Eliminasi pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyediakan informasi yang
memadai , dan revisilah pertanyaan yang menimbulkan masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kualitatif dan


kuantitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.

Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai