Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

Kopi (Coffea sp) merupakan tanaman yang menghasilkan sejenis minuman. Minuman


tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang
telah disangrai, digiling atau ditumbuk hingga menyerupai serbuk halus (Arpah, 1993).

Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara.
Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan
Kopi Arabika (Coffea arabica).

Tingkat konsumsi kopi jenis arabika dan robusta di dalam negeri cenderung meningkat
dengan pertumbuhan sekitar 8 persen setiap tahun seiring berkembangnya bisnis kopi di Tanah
Air. Para pengusaha kopi memperkirakan konsumsi kopi telah mencapai 800 gram/kapita/tahun.
Apalagi dengan adanya berbagai variasi cara penyajian minuman kopi sekrang ini, memberikan
persepsi bahwa minuman kopi cocok dikonsumsi oleh semua kalangan, tua-muda, wanita-pria.

Dari sekian banyak kopi yang dihasilkan oleh negeri ini, yang paling menarik adalah kopi
arabika yang dihasilkan dari dataran tinggi gayo aceh, kopi ini sangat populer didunia perkopian.
Sebuah kopi yang punya kompleksitas rasa yang begitu kaya. Menurut Q Grader dan Mahdi
Usati dari Takengon, yang tegabung dalam Gayo Cuppers team, tak ada kopi yang bisa
mengeluarkan cita rasa buah tropis seperti rasa kopi Ethiopia, sekaligus dianugrahi kekayaan
wangian rempah atau coklat sebagaimana rasa kopi dari amerika selatan, kecuali kopi gayo.

kopi arabika dari dataran Tinggi Gayo, telah  dikenal dunia karena memiliki citarasa khas
dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa  yang kompleks dan kekentalan yang  kuat. 
International Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran
Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1, dibanding kopi arabika yang berasal dari tempat lain.

BAB 2
PEMBAHASAN

Pemerintah memperkirakan permintaan kopi dalam negeri oleh dunia industri akan
melonjak dalam beberapa tahun mendatang. Hal itu juga disampaikan Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia. Organisasi eksportir ini menyebutkan jika industri pengolahan atau pabrik kopi dan
kafe-kafe semakin banyak di tanah air. Kebutuhan saat ini sudah mencapai sekitar 5 – 6% dari
total konsumsi nasional atau sekitar 300 ton per tahun. Kalangan eksportir memperkirakan
tingkat pertumbuhan permintaan akan semakin pesat. Dari total produksi kopi Indonesia, sekitar
67% diekspor, sedangkan sisanya 33% untuk konsumsi pasar dalam negeri.
Tetapi  Permintaan ekspor kopi arabica Gayo dikabarkan menurun, jelang puncak hari
panen komoditas unggulan tersebut di tingkat petani di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener
Meriah pada akhir tahun. Ketua Asosiasi Produsen Fairtrade Indonesia (APFI) Armiadi
mengatakan penurunan volume kontrak ekspor tersebut diperkirakan mencapai 40 persen
dibanding kontrak tahun lalu.
Menurut dia hal itu terjadi akibat musim panen kopi serentak di berbagai negara belahan
dunia, maka para buyer memiliki cukup banyak stok barang sehingga mengurangi pembelian
untuk sementara waktu. Menurut dia kondisi ini murni terjadi karena pasar kopi dunia sedang
melemah, seiring musim panen kopi dunia dari sejumlah negara, yang menyebabkan stok barang
menumpuk di kalangan pembeli.
Tahun 2019 ini, Pemerintah Aceh juga melakukan pengembangan kopi Arabika rakyat di
Aceh Tengah seluas 300 hektar dan pemeliharaan tanaman kopi rakyat di wilayah yang sama di
areal seluas 680 hektar. Program yang sama juga dilaksanakan di Bener Meriah pada areal seluas
1.255 hektar dan di Gayo Lues seluas 400 hektar.
Dengan berbagai program, kolaborasi dan sinergi semua pihak, Plt Gubernur optimis
produksi kopi Gayo akan lebih meningkat dan mampu memenuhi permintaan pasar di masa
mendatang. Meski demikian, Nova juga mengingatkan ketatnya persaingan pasar kopi dunia
karena beberapa negara penghasil kopi, seperti Brazil, Jamaika, Chili, Afrika juga menyasar
pasar yang sama.
Menurut Fair Trade Amerika Kopi gayo termasuk dalam daftar kopi termahal di dunia
internasional, begitu banyaknya permintaan yang berdatangan setelah terbitnya Hak Indikasi
Geografis (IG) bernomor ID 000000005 tertanggal 28 April 2010.
Meski telah masuk dalam daftar kopi termahal di dunia, ternyata para petani kopi gayo
sangat sedikit meraskan dampaknya, landasan penetapan harga yang tidak wajar dari para
makelar. Sulitnya permodalan yang dialami para petani mengakibatkan mereka menggantungkan
usahanya terhadap para makelar kopi. Yang berakibat rendahnya harga jual hasil panen mereka.

BAB 3
KESIMPULAN
https://setda.acehprov.go.id/index.php/news/read/2019/06/29/487/menjaga-kualitas-kopi-gayo.html

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190717/99/1125329/konsumsi-kopi-dalam-negeri-alami-
pertumbuhan-hingga-8-persen-setiap-tahun

https://www.netralnews.com/bisnis/read/193828/ironis-permintaan-ekspor-kopi-gayo-menurun-jelang-
puncak-panen

Anda mungkin juga menyukai