DIABETES MELLITUS
Disusun oleh:
Kelompok 10 B
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon
insulin secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes,
yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung
insulin).Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi.
Diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe
2 dimulai pada usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes
dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk
Indonesia. Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2013, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan
meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari
angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia.
Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di
dunia yaitu 8,4 juta jiwa . Tradisional ke pola hidup modern, prevalensi
obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat
penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan
banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Distribusi penyakit ini juga
menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat sosial ekonomi
rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis.
Gejala DM yang bervariasi yang dapat timbul secara perlahan-lahan
sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum
yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang
menurun, gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah
raga, pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya.
DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh
darah kaki, syaraf dan lain-lain. Penderita DM dibandingkan dengan
penderita non DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali
terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali
menderita ulkus diabetika. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas
neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%,
retinopati 10%, dan nefropati 7,1% telah dikemukakan oleh A. Boutayeb, A.
Chentouani, A. Chouyab dan H. Twizell (2016) .
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Diabetes tipe II.Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
1) Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl).
Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
2) Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3) Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007).
1.6.1 Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek Dari Glukosa Darah.
a. Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar
gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada
berbagai keadaan.Salah satu bentuk dari kegawatan
hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor
atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus
dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan
untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya
disebabkan oleh overdosis insulin.Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang
berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala
hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg%
atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawatdaruratan:
Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa
40% dan biasanya kembali sadar pada pasien dengan
tipe 1.
Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50
W dalam waktu 3-5 menit dan nilai status pasien
dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian
long-acting insulin dan pemberian diabetic oral maka
diperlukan infuse yang berkelanjutan.
Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan
glikoneogenesis yang terjadi pada penyakit hati, ginjal,
dan jantung maka harus diatasi factor penyebab
kegagalan ketiga organ ini.
b. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik
(Hhnc/ Honk)
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600
mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas
darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat
asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana
BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium
berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium bervariasi.
1.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
2) Latihan
3) Penyuluhan
4) Obat
5) Cangkok pancreas
1.8 Pathway
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan Diabetes Millitus (DM)
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Airway + cervical control
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/
darah pada rongga mulut
2) Cervical Control
2.1.1.2 Breathing + Oxygenation
1) Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
- KAD : Pernafasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan
dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
2.1.1.3 Circulation + Hemorrhage control
1) Circulation :
- Tanda dan gejala schok
- Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
2) Hemorrhage control : -
2.1.1.4 Disability : pemeriksaan neurologis GCS
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respo : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons: kesadaran menurun, tidak berespon terhadap
suara, berespon thd rangsangan nyeri
U: Unresponsive : kesadaran menurun, tidak berespon
terhadap suara, tidak bersespon terhadap
nyeri
2.2.2.2 Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak
bertenaga sampai kaku)
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku distraksi (misalnya, mondar mandir, mencari
orang dan aktivitas berulang)
e. Bukti yang dapat diamati
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Wajah topeng (nyeri)
h. Perilaku menjaga atau sikap menolong
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur
atau tidak menentu, dan menyeringai
2.2.5.2 Objektif
a. Pembuluh kapiler rapuh
b. Diare atau steatore
c. Adanya bukti kekurangan makanan
d. Kehilangan rambut yang berlebihan
e. Bising usus hiperaktif
f. Kurang informasi, informasi yang salah
g. Kurangnya minat terhadap makanan
h. Salah paham
i. Membran mukosa pucat
j. Tonus otot buruk
k. Menolak untuk makan
l. Rongga mulut terluka
m. Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau
mengunyah
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri (Akut/Kronis)
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa 1 : Nyeri (Akut/Kronis)
S : klien mengatakan nyeri berkurang atau tidan nyeri lagi
O : klien tampak rileks, tenang, TD normal, frekuensi jantung normal,
frekuensi pernapasan normal
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
I. DATA DEMOGRAFI
Biodata
- Nama : Ny H
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Umur : 57 tahun
- Alamat : Jl. Sei salai , Margasari Rantau
- Pendidikan : -
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Status Perkawinan : Menikah
- Agama : Islam
- Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
- Tanggal Masuk RS :
- Diagnosa Medis : DM + Ulkus Pedis
- No. RM : 25.67.63
- Tanggal Pengkajian : April 2020
Penanggung Jawab
- Nama :
- Jenis Kelamin :
- Umur :
- Pekerjaan :
- Alamat :
- Hubungan dengan Klien :
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak mau makan kurang lebih sudah satu minggu , merasa
pusing dan klien mengatakan ada luka pada ibu jari kaki
III. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sebelum di bawa keluarganya ke rumah sakit klien sudah
satu minggu mengeluhkan pusing jika beraktivitas seperti ke kamar mandi
,memasak dan melakukan kegiatan rumah lain nya klien mengatakan pusing
makin bertamabh jika klien berdiri dan berjalan, dan klien mengatakan
terdapat luka di pada ibu jari kaki nya sebelum dibawa kerumah sakit klien
mengatakan hanya meminum obat untuk meredakan pusing nya yang dibeli di
apotik terdekat, karena pasien sudah tidak bisa menhan keluhan nya tersebut
klien dibawa keluarga nya untuk berobat ke rumah sakit, sehingga klien
dianjurkan berobat ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Klien sampai IGD
untuk mendapatkan pertolongan dan pemerikasaan pertama dan kemudian
klien dirawat inap
2. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit yang
dideritanya sekarang. Klien juga tidak memliki alergi terhadap makanan dan
obat-obatan
3. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak pernah mengalami penyakit
yang sama seperti dirinya, klien juga mengatakan didalam keluarga nya tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, asma, diabetes,
TBC, stroke, anemia dll dan klien juga mengatakan di dalam keluarga nya tidak
memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-obtan.
GENOGRAM
Keterangan:
= laki-laki = klien
= perempuan = meninggal
1 Mandiri
2 Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan/pengawasan/bimbingan sederhana
4 Memerlukan bantuan/pengawasan orang lain dan alat bantu
5 Tergantung secara total
J. Rekreasi
Keluarga pasien mengatakan hampir tidak pernah melakukan rekreasi.
VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal : 16 April 2020
pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
erythocyt 2,31 3,50-5,50 juta/ul
Trombosit 427 150-450 ribu/ul
Hematokrit 21,3 3,0-48,0 vol%
RDW CV 12,7 11,5 – 14,5 %
MCV 92,1 820 – 99,0 F1
MCH 30,4 26,0- 32,0 Pg
GRAND% 33,0 32,0 – 36,0 g/dl
LYM% 44,4 %
MID% 34,2 20,0- 40,0 %
HEMOGLOBIN 7,0 11,0 – 16,0 g/dl
GELONGAN DARAH A
LEKOSIT 30,1 4,0 – 100 ribu/ul
BAB 4
ANALISIS JURNAL
1. Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) aadalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah
hiperglikemi (World Health Organization, 2016). DM tipe 2 yang dahulu disebut
penyakit non-insulin-dependent adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh (Wijaya, 2015).
2. Kasus
Diagnosa medis: Diabetes Mellitus
Ny. N usia 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan sudah 1 minggu mengalami
pusing saat melakukan aktifitas, merasa lemah, letih, dan lesu, dan terdapat luka
pada ibu jari kakinya sejak 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pengkajian
didapatkan hasil TTV, TD: 128/67 mmHg, N: 89x/m, RR: 20x/m, T: 37 derajat
celcius. Klien mengeluh nyeri dibagian ibu jari kakinya, ditemukan adanya luka
pada ibu jari kaki klien dan hasil GDS klien 300mg/dl.
3. Rumusan Masalah
Pertanyaan Klinik :
1. Mana yang lebih efektif antara pemberian terapi progressive muscle relaxation
dengan pemberian terapi reiki terhadap penurun gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2?
Patient, Population or Pasien Diabetes Mellitus
problem
(Intervention) Pemberian terapi progressive muscle
relaxation
Comparasion or Inervention) Pemberian terapi reiki
(Outcome) Penurun gula darah
5. Hasil Penelusuran
No Judul Jurnal Validity Important Applicable
1 Pengaruh Desain Jumlah sampel Tindakan
Progressive penelitian ini penelitian adalah progressive
Muscle adalah studi 103 orang yang muscle relaxation
Relaxation kuasi- dipilih secara dapat dilakukan
Terhadap eksperimental purposive sampling di fasilitas
Stres Dan dengan kriteria kesehatan dan
Penurunan inklusi Pasien DM dapat dilakukan
Gula Darah tipe 2 tanpa sendiri oleh
Pada Pasien penyakit penyerta pasien yang
Diabetes kronis/berat. Belum menderita
Melitus Tipe pernah melakukan penyakit diabetes
2 relaksasi PMR. melitus tipe 2
Bersedia mengikuti
program
pengobatan yang
dijalankan dibawah
observasi peneliti
selama penelitian.
Kriteria eksklusi
adalah pasien
mengalami
gangguan
kesadaran.
6. Diskusi
Pemberian terapi progressive muscle relaxation lebih efektif dan lebih mudah
dilakukan karena terapi PMR selain dapat menurunkan gula darah juga dapat
mengurangi stres, terapi PMR juga mudah dilakukan, tindakan progressive muscle
relaxation dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dan dapat dilakukan sendiri oleh
pasien yang menderita penyakit diabetes melitus tipe 2. Sedangkan terapi reiki
lebih sulit diterapkan di fasilitas kesehatan dan dilakukan pasien sendiri karena
diperlukannya ahli khusus terapi reiki.
7. Kesimpulan
Pemberian terapi progressive muscle relaxation lebih efektif dilakukan dari pada
pemberian terapi reiki. Karena pada terapi PMR dapat dilakukan oleh pasien
sendiri sedangkan terapi reiki diperlukan ahli khusus terapi reiki.
BAB 5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pemberian terapi progressive muscle relaxation lebih efektif dilakukan dari pada
pemberian terapi reiki. Karena pada terapi PMR dapat dilakukan oleh pasien
sendiri sedangkan terapi reiki diperlukan ahli khusus terapi reiki.
2. Saran
Pemberian terapi progressive muscle relaxation akan sangat bagus jika
diaplikasikan dipelayanan kesehatan terutama pada poli mata.
Daftar Pustaka