Anda di halaman 1dari 14

Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi

Disusun Oleh :
Gebinaraseki
(P07120417 011)

Dosen Pembimbing :
Ns. Junardi S.kep.M.kep

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN ACEH


JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEPERAWATAN
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas keperawatan keluarga yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Halusinasi” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam tidak lupa kita panjatkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad
SAW.

Dalam menyelesaikan makalah saya mendapat bimbingan dan partisipasi dari


semua dosen mahasiswa. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini saya
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan
narasumber yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
saya mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran dari semua dosen yang
bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini.

Banda Aceh, 01-05-2020

Wassalam,
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.

B. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998)
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara /
kebisingan, paling sering suara kata
yang jelas, berbicara dengan klien
bahkan sampai percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar
jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang dapat membahayakan.
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang
luas dan komplek. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang
Penciuman menakutkan seperti monster.

Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
Pengecapan stroke, tumor, kejang / dernentia.

Merasa mengecap rasa seperti rasa


Perabaan darah, urine, fases.

Mengalami nyeri atau


ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau
kanestetik orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti


Kinestetik aliran darah divera (arteri),
pencernaan makanan.

Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak
C. Jenis Halusinasi
Menurut  Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

D. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1) Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4) Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang.Kondisi klien sangat membahayakan.

E. Etiologi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

F. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi
maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak
ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal
mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya,
yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan
terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon
tersebut sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi konsisten terganggu  Sulit berespons
dengan (distorsi pikiran  Perilaku
pengalaman  Ilusi disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri  Isolasi sosial
 Hubungan sosial  Reaksi emosi >/<
harmonis  Perilaku tidak
biasa

G. Pathway (Keliat, 2005)

Akibat Resiko perilaku mencederai diri sendiri

Halusinasi pendengaran dan penglihatan


Isolasi sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronis

Core Problem

Penyebab

H. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji


1) Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%
halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap,
perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan
mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang
dialami oleh pasien.
2) Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

3) Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi.Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi
pencetus
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-
suara atau melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti
bicara seolah-olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk
yang komplek)

I. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran
2) Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
3) Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Pasien Keluarga
Keperawatan
Halusinasi SP I SP I
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan
jenis halusinasi pasien masalah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi keluarga dalam merawat
isi halusinasi pasien pasien
3. Mengidentifikasi 2. Menjelaskan
waktu halusinasi pengertian, tanda dan
pasien gejala halusinasi, dan
4. Mengidentifikasi jenis halusinasi yang
frekuensi halusinasi dialami pasien beserta
pasien proses terjadinya
5. Mengidentifikasi 3. Menjelaskan
situasi yang cara-cara merawat
menimbulkan pasien halusinasi
halusinasi
6. Mengidentifikasi
respons pasien
terhadap halusinasi
7. Melatih pasien
cara kontrol halusinasi
dengan menghardik
8. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.

SP II SP II
1. Memvalidasi 1. Melatih keluarga
masalah dan latihan mempraktekkan cara
sebelumnya. merawat pasien dengan
2. Melatih pasien halusinasi
cara kontrol halusinasi 2. Melatih keluarga
dengan berbincang melakukan cara merawat
dengan orang lain langsung kepada pasien
3. Membimbing halusinasi
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi 1. Membantu
masalah dan latihan keluarga membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah
2. Melatih pasien termasuk minum obat
cara kontrol halusinasi (discharge planning)
dengan kegiatan 2. Menjelaskan
(yang biasa dilakukan follow up pasien setelah
pasien). pulang
3. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
SP IV
1. Memvalidasi
masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Menjelaskan cara
kontrol halusinasi
dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar
minum obat).
3. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2.
Jakarta. EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai