Disusun Oleh :
Gebinaraseki
(P07120417 011)
Dosen Pembimbing :
Ns. Junardi S.kep.M.kep
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas keperawatan keluarga yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Halusinasi” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam tidak lupa kita panjatkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad
SAW.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
saya mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran dari semua dosen yang
bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini.
Wassalam,
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. Definisi
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
B. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi (Stuart & Sudden, 1998)
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara /
kebisingan, paling sering suara kata
yang jelas, berbicara dengan klien
bahkan sampai percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar
jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang dapat membahayakan.
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang
luas dan komplek. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang
Penciuman menakutkan seperti monster.
D. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1) Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2) Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3) Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4) Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang.Kondisi klien sangat membahayakan.
E. Etiologi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi
otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Core Problem
Penyebab
I. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran
2) Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
3) Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis
K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Pasien Keluarga
Keperawatan
Halusinasi SP I SP I
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan
jenis halusinasi pasien masalah yang dirasakan
2. Mengidentifikasi keluarga dalam merawat
isi halusinasi pasien pasien
3. Mengidentifikasi 2. Menjelaskan
waktu halusinasi pengertian, tanda dan
pasien gejala halusinasi, dan
4. Mengidentifikasi jenis halusinasi yang
frekuensi halusinasi dialami pasien beserta
pasien proses terjadinya
5. Mengidentifikasi 3. Menjelaskan
situasi yang cara-cara merawat
menimbulkan pasien halusinasi
halusinasi
6. Mengidentifikasi
respons pasien
terhadap halusinasi
7. Melatih pasien
cara kontrol halusinasi
dengan menghardik
8. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
SP II SP II
1. Memvalidasi 1. Melatih keluarga
masalah dan latihan mempraktekkan cara
sebelumnya. merawat pasien dengan
2. Melatih pasien halusinasi
cara kontrol halusinasi 2. Melatih keluarga
dengan berbincang melakukan cara merawat
dengan orang lain langsung kepada pasien
3. Membimbing halusinasi
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi 1. Membantu
masalah dan latihan keluarga membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah
2. Melatih pasien termasuk minum obat
cara kontrol halusinasi (discharge planning)
dengan kegiatan 2. Menjelaskan
(yang biasa dilakukan follow up pasien setelah
pasien). pulang
3. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
SP IV
1. Memvalidasi
masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Menjelaskan cara
kontrol halusinasi
dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar
minum obat).
3. Membimbing
pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.