KEPERAWATAN ANAK
Disusun
Oleh :
Gebinaraseki
(P07120417 011)
Dosen Pembimbing :
Ns. Asniah syamsuddin, S.kep.,M.kep.
1. Defenisi
Kata imun berasal dari kata latin yaitu imunitas ( romawi ) selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warga negara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah inilah
kemudian berkembang sehingga pegertian nyaberubah menjadi perlindungan terhadap
penyakit menular, ( THEOPHILVS, 2000, Meni dan Madrona, 2001 ).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005).
2. Kekebalan
Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang bekerja yaitu:
a. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak
akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap
penyakit tersebut.
Kekebalan aktif buatan
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya
anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
b. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga
proses cepat tetapi tidak tahan lama.
Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara :
Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira hanya
sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolakan.
Hepatitis B
a. Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi : tidak ada
d. Efek samping : Pada umumnya tidak ada
Polio
a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis
b. Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c. Kontra indikasi:
- Anak menderita diare berat
- Anak sakit panas
d. Efek samping :
- Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak
ringan.
- Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada anggota
gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
- Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.
Campak
a. Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b. Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c. Kontra indikasi :
- Panas lebih dari 38ºC
- Anak yang sakit parah
- Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
- Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
- Riwayat kejang demam
d. Efek samping :
- Panas lebih dari 38ºC
- Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
- Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini
jarang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tujuan
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan
signifikan, yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi
secara masal. Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar
dari kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang
disampaikan padaPertemuan 3.Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen
Terpadu Balita Sakit.
SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA
1. Definisi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan yang kedua atau
manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini bersifat secara umum. Untuk lebih
mengkhususkan definisi anak, maka definisi anak dapat di tinjau dari beberapa segi, yaitu
segi agama, negara, dan psikologis.
Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi mereka.Anak itu suci
dalam keadaan fitrah yang dimana amal baik dan amal buruknya merupakan cobaan atau
ujian dari Tuhan
“Konvensi Hak Anak (KHA) mendefinisikan anak sebagai manusia yang umurnya belum
mencapai 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, mendefinisikan
“anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
Definisi anak dalam psikologis adalah “seseorang yang belum mencapai tingkat
kedewasaannya. Bisa berarti seorang individu diantara kelahiran dan masa pubertas, atau
seorang individu diantara masa kanak-kanak dan masa pubertas
a. non diskriminasi
b. kepentingan yang terbaik bagi anak
Konvensi hak anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai hak asasi
manusia yang memasukan masing-masing hak-hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial
dan hak budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikategorikan sebagai berikut,
pertama penegasan hak-hak anak, kedua perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta
berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap
hak-hak anak
Disamping itu negara berkewajiban untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi
yang bisa dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya
perawatan kesehatan primer. (Pasal 24). Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban
untuk melaksanakan program-program :
1. melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak
2. menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan
3. memberantas penyakit dan kekurangan gizi
4. menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu
5. memperoleh informasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada
pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi
6. mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta
penyuluhan keluarga berencana.
7. mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang berprasangka
buruk terhadap pelayanan kesehatan.
Terkait dengan itu, hak anak akan kelangsungan hidup dapat berupa:
1. hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan (Pasal
7)
2. hak untuk memperoleh perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri
anak (nama, kewarganegaraan dan ikatan keluarga) (Pasal 8)
3. hak anak untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk memperoleh
perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan (abuse) yang dilakukan orang tua atau
orang lain yang bertangung jawab atas pengasuhan (Pasal 19)
4. hak untuk memperoleh perlindungan khusus bagi bagi anak- anak yang kehilangan
lingkungan keluarganya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan
institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan latar budaya anak (Pasal 20)
5. adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak, dengan
segala perlindungan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 21)
6. hak-hak anak penyandang cacat (disabled) untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan
dan latihan khusus yang dirancang untuk membantu mereka demi mencapai tingkat
kepercayaan diri yang tinggi (Pasal 23)
7. hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai dan hak atas pendidikan (Pasal
27 dan 28).
DAFTAR PUSTAKA