Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME SEMESTER PENDEK

KEPERAWATAN ANAK

Disusun
Oleh :
Gebinaraseki
(P07120417 011)

Dosen Pembimbing :
Ns. Asniah syamsuddin, S.kep.,M.kep.

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN ACEH


JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEPERAWATAN
TA 2020/2021
Imunisasi

1.  Defenisi
Kata imun berasal dari kata latin yaitu imunitas ( romawi ) selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warga negara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah inilah
kemudian berkembang sehingga pegertian nyaberubah menjadi perlindungan terhadap
penyakit menular, ( THEOPHILVS, 2000, Meni dan Madrona, 2001 ).

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005).

2. Kekebalan
 Dalam tubuh bayi atau anak ada 2 (dua) jenis kekebalan yang bekerja yaitu:
a. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
 Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak
akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap
penyakit tersebut.
 Kekebalan aktif buatan
 Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya
anak diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
b.  Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi
kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga
proses cepat tetapi tidak tahan lama.
Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara :
 Kekebalan pasif alamiah/ kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama (kira-kira hanya
sekitar 5 bulan setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
 Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat
suntikan zat penolakan.

3. Tujuan Pemberian Imunisasi


a. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
b. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang
dapat menimbulkan cacat atau kematian.

4.  Syarat Pemberian Imunisasi


a. Bayi dalam keadaan sehat
b. Bayi umur 0-11 bulan

5. Tujuh macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:


Adapun 7 (tujuh) macam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah sebagai
berikut :
a. TBC
b. Polio myelitis (kelumpuhan)
c.  Difteri
d. Pertusis
e.  Tetanus
f. Hepatitis
g. Campak
6. Macam-macam Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang diantaranya adalah :
 BCG
a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan
yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita
penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.
b. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c.  Kontra indikasi :
- Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
- Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d.  Efek samping\
- Reaksi normal
(1) . Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
(2)   Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka
tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan
bersih.
(3)    Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar)
dengan diametr 5-7 mm.
-  Reaksi berat
(1)    Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih
luas.
(2)   Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.

 DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)


a. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.
b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi :
- Panas diatas 38º C
- Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
d. Efek samping :
- Reaksi lokal
(1)   Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam
ringan selama 1-2 hari.
(2)    Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas akan
sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
- Reaksi Umum
(1)    Demam tinggi, kejang dan syok berat.
(2)    Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat) sebaiknya ibu
konsultasi pada bidan atau dokter.

 Hepatitis B
a.  Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b.  Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c.   Kontra indikasi : tidak ada
d.  Efek samping : Pada umumnya tidak ada

 Polio
a.  Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis
b.  Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c. Kontra indikasi:
- Anak menderita diare berat
- Anak sakit panas
d. Efek samping :
- Reaksi yang timbul bisaanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-berak
ringan.
- Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada anggota
gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
-      Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.

 Campak
a. Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b. Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c.  Kontra indikasi :
-     Panas lebih dari 38ºC
-      Anak yang sakit parah
-      Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
-      Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
-      Riwayat kejang demam
d. Efek samping :
-     Panas lebih dari 38ºC
-     Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
-     Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini
jarang terjadi.

7. Jadwal Pemberian Imunisasi


Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
No Jenis Jadwal
1 BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
2 DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
3 Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
4 Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
5 Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)

8. Faktor yang Berkaitan Dengan Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Dasar


Lengkap
a. Umur
b. Pendidikan
c. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah di lahirkan baik lahir hidup maupun lahir
mati.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rhineka CIpta,


Jakarta.
Dinkes, 2002, Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.
Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Kurniasih, dkk, 2006, Panduan Imunisasi, PT. Gramedia, Jakarta.
Info Sehat, 2006, Imunisasi, Jakarta.

Manajemen Terpadu Balita Sakit


MTBS
1. Pengertian
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5
tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan
untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes,
dll.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen
Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas
kesehatan yang terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana
MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter
Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan supervisi penerapan MTBS di
wilayah kerja Puskesmas. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan
penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-
penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga
dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999. Input
       Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS
Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu
a. Proses
       Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.· Memeriksa berat dan suhu
badan.· Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan mendengar
stridor.· Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi minum anak
untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan mencubit kulit perut untuk memeriksa
turgor.· Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul Vitamin A Tempat
dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang telah dilatih MTBS)
b. Output
 Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi dan
konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan harus
kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara
perawatan di rumah. Rujukandiperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a.    Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita sakit (petugas
kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani pasien
balita)
b.   Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c.    Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan)

2. Tujuan

pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan
signifikan, yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi
secara masal. Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar
dari kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat.

Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.

3. Menanyakan Keluhan Utama


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk atau
sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan
klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
1. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya. Setelah memeriksa tanda
bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita batuk atau sukar bernapas, jika
anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat
tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian
dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk
bukan pneumonia.
2. Menilai diare dan klasifikasinya. Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas
menanyakan kepada ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah
berapa lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah
berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten
berat, diare persisten atau disentri.
3. Menilai demam dan klasifikasinya. Demam merupakan masalah yang sering dijumpai
pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah
anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Jika anak demam,
tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria.
Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa
berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi
atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika
lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk,
lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya
tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu
gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam,
3. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memeriksa dalam, petugas menanyakan kepada ibu apakah telinganya.jika anak
mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya sakit,lihat apakah nanah ada
keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri di belakang telinga.kemudian
klasifikasikan apakah anak menderita mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga
kronis atau tidak ada infeksi telinga. 
4. memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya setiap anak harus di periksa
status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan masalah yang sering
ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak
sangat kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak
tangan dan membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian
mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau  anami
berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak anemi.
5. Menasehati ibu. Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian
makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus
kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
6. Pemberian pelayanan tindak lanjut Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan
pengobatan pada saat anak datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang
datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak
sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan
tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi


keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan
yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a.    Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b.    Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c.    Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal
aturan penanganan diare di rumah
d.    Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak
sakit maupun dalam keadaan sehat
e.     Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi
bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.
Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang
disampaikan padaPertemuan 3.Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen
Terpadu Balita Sakit.
SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA

1. Definisi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan yang kedua atau
manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini bersifat secara umum. Untuk lebih
mengkhususkan definisi anak, maka definisi anak dapat di tinjau dari beberapa segi, yaitu
segi agama, negara, dan psikologis.

2. Anak Dalam Pandangan Agama, Negara, dan Psikologis 


1). Pandangan Agama

Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi mereka.Anak itu suci
dalam keadaan fitrah yang dimana amal baik dan amal buruknya merupakan cobaan atau
ujian dari Tuhan

2). Pandangan Negara

“Konvensi Hak Anak (KHA) mendefinisikan anak sebagai manusia yang umurnya belum
mencapai 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, mendefinisikan
“anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.

3.) Pandangan Psikologis

Definisi anak dalam psikologis adalah “seseorang yang belum mencapai tingkat
kedewasaannya. Bisa berarti seorang individu diantara kelahiran dan masa pubertas, atau
seorang individu diantara masa kanak-kanak dan masa pubertas

3. Anak Dalam Aspek Hukum


Terdapat berbagai ragam pengertian tentang anak di Indonesia, dimana dalam berbagai
perangkat hukum berlaku penentuan batas anak yang berbeda-beda pula. Batas usia anak
merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status
hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya status usia anak menjadi usia dewasa atau
menjadi subjek hukum yang dapat bertanggung  jawab secara mandiri terhadap perbuatan dan
tindakan hukum yang dilakukannya. Beberapa pengertian anak yang terdapat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia antara lain adalah :
1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : Pasal 330 KUHPerdata : “Belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu
telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun,
maka mereka tidak kembali dalam kedudukan belum dewasa.”
2. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak : Pasal 1
angka 2 : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
pernah kawin.”
3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak : Pasal 1
angka 1 : “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8
(delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
kawin.”
4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia : Pasal 1
angka 5 : “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun
dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut
adalah demi kepentingannya.”
5. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak : Pasal 1
angka 1 : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.”
6. Menurut Hukum Adat : “Ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya, tetapi dari
ukuran yang dipakai adalah : dapat bekerja sendiri; cakap melakukan yang diisyaratkan
dalam kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan sendiri.” Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak adalah
konsekuensi penerapannya dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi,
sosial politik, dan budaya masyarakat.
5. Perlindungan anak
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar
setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan
anak tersebut secara wajar, baik fisik, mental, maupun sosial. Hal tersebut adalah sebagai
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Perlindungan anak harus dilaksanakan
secara rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif
dan efisien terhadap perkembangan pribadi anak yang bersangkutan.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dijelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Hal tersebut didukung dengan ketentuan yang tercantum dalam
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang mengatur tentang tujuan perlindungan anak
yaitu untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Perlindungan anak dapat dilakukan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Secara langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung
ditujukan kepada anak yang menjadi sasaran penanganan langsung.Dalam Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, telah diatur bahwa yang
berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah
negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.
Hukum Perlindungan Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin mengenai hak-hak
dan kewajiban anak yang berupa : hukum adat, hukum perdata, hukum pidana, hukum acara
perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan dengan permasalahan
anak.

Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak meliputi :

a.       non diskriminasi
b.      kepentingan yang terbaik bagi anak

c.       hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan

d.      penghargaan terhadap pendapat anak.

Konvensi hak anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai hak asasi
manusia yang memasukan masing-masing hak-hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial
dan hak budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikategorikan sebagai berikut,
pertama penegasan hak-hak anak, kedua perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta
berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap
hak-hak anak

Disamping itu negara berkewajiban untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi
yang bisa dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya
perawatan kesehatan primer. (Pasal 24). Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban
untuk melaksanakan program-program :
1.      melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak
2.      menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan
3.      memberantas penyakit dan kekurangan gizi
4.      menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu
5.      memperoleh informasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada
pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi
6.      mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta
penyuluhan keluarga berencana.
7.      mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang berprasangka
buruk terhadap pelayanan kesehatan.

Terkait dengan itu, hak anak akan kelangsungan hidup dapat berupa:
1.      hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan (Pasal
7)
2.      hak untuk memperoleh perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri
anak (nama, kewarganegaraan dan ikatan keluarga) (Pasal 8)
3.      hak anak untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk memperoleh
perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan (abuse) yang dilakukan orang tua atau
orang lain yang bertangung jawab atas pengasuhan (Pasal 19)
4.      hak untuk memperoleh perlindungan khusus bagi bagi anak- anak yang kehilangan
lingkungan keluarganya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan
institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan latar budaya anak (Pasal 20)
5.      adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak, dengan
segala perlindungan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 21)
6.      hak-hak anak penyandang cacat (disabled) untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan
dan latihan khusus yang dirancang untuk membantu mereka demi mencapai tingkat
kepercayaan diri yang tinggi (Pasal 23)
7.      hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai dan hak atas pendidikan (Pasal
27 dan 28).

Hak terhadap perlindungan (protection rights). Hak perlindungan yaitu perlindungan anak


dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga,
dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari diskriminasi, termasuk:
1.      perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan latihan
khusus
2.      hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam kehidupan
masyarakat negara.

Perlindungan dari ekploitasi, meliputi :


1.      perlindungan dari gangguan kehidupan pribadi.
2.      perlindungan dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan
dan perkembangan anak.
3.      perlindungan dari penyalahgunaan obat bius dan narkoba, perlindungan dari upaya
penganiayaan seksual, prostitusi, dan pornografi.
4.      perlindungan upaya penjualan, penyelundupan dan penculikan anak.
5.      perlindungan dari proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah melakukan
pelanggaran hukum.
Hak untuk Tumbuh Berkembang (development rights) Hak tumbuh berkembang meliputi
segala bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai standar hidup
yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak. Hak anak atas
pendidikan diatur pada Pasal 28 Konvensi Hak Anak menyebutkan :
1.      negara menjamin kewajiban pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma-Cuma.
2.      mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan dan mudah dijangkau oleh
setiap anak.
3.      membuat imformasi dan bimbingan pendidikan dan ketrampIlan bagi anak.
4.      mengambil langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya secara teratur di sekolah dan
pengurangan angka putus sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson Victoria etal.1998.Stepping Forward dan Bahan-bahan dari Impact Assessment


Program PLAN International atau Anak-anak membangun Kesadaran Kritis
diterjemahkan oleh Prabowo H dkk.Cetakan Pertama. Yogyakarta: Read Book
KPAI.2010.Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002.Jakarta
KPPRI.2007.Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Partisipasi Anak (tidak
dipublikasikan)
Lembaga Perlindungan Anak Jawa Barat.Bandung(tidak dipublikasikan)
LSAF, UNICEF, TERE DES HOMMES.2010.Modul Pelatihan PRA.Jakarta
Susilowati I dkk.2004.Pengertian Konvensi Hak Anak:Harapan Prima

Anda mungkin juga menyukai