Anda di halaman 1dari 13

1 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

EVALUASI LOKASI SEKOLAH


DI KECAMATAN SURADE KABUPATEN SUKABUMI
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Penulis:
Riki Yusaeri , Aan Komariah2, Taufani Chusnul Kurniatun3
1

Departemen Administrasi Pendidikan


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
rikiyusaeri@student.upi.edu
bintangauliaaan@upi.edu
taufani@upi.edu

ABSTRAK

Kebutuhan akan pelayanan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat


saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, fasilitas pendidikan yang ada harus tersebar secara
merata supaya dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Berdasarkan pada hal tersebut,
peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi dengan tujuan yaitu: 1)
mengetahui bagaimana persebaran sekolah berdasarkan pada persebaran penduduk, 2) mengetahui
perbandingan antara jumlah sekolah yang ada dengan jumlah penduduk, 3) mengevaluasi tingkat
kesesuaian lokasi sekolah di Kecamatan Surade. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Sistem Informasi Geografis dengan variabel tunggal yaitu kesesuaian lokasi
sekolah. Teknik pengumpulan data berupa observasi, pegukuran lapangan serta pengharkatan dan
buffering. Analisis data menggunakan analisis lokasi (neirest neighborhood analysis), deskriptif,
pengharkatan dan buffering. Hasil penelitian menunjukana bahwa: 1) Persebaran lokasi sekolah di
Kecamatan Surade berada pada kelas bergerombol (cluster), 2) Terdapat selisih jumlah antara
jumlah sekolah yang ada dengan jumlah sekolah ideal berdasarkan jumlah penduduk, sehingga
dapat dikatakan bahwa persebaran lokasi sekolah di Kecamatan Surade belum merata, 3) Dari 62
unit sekolah yang dievaluasi, terdapat 1 sekolah menempati kelas “tidak sesuai”, 11 sekolah
menempati kelas “cukup sesuai” dan 50 sekolah menempati kelas “sesuai”.

Kata Kunci: Analisis kebutuhan, fasilitas pendidikan, sistem informasi geografis

Penulis1
Penanggung jawab penulis2
Penanggung jawab penulis3
EVALUATION OF SCHOOL LOCATIONS
IN DISTRIK SURADE SUKABUMI REGENCY
BASEN ON GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEMS

ABSTRACT

The need for educational services is a fundamental need for today's society. To meet these needs,
the existing educational facilities must be spread evenly so that they can be reached easily by the
community. Based on this, the researchers conducted research in the Surade Subdistrict of
Sukabumi Regency with the aim of: 1) knowing how the distribution of schools based on
population distribution, 2) knowing the comparison between the number of existing schools and the
population, 3) evaluating the suitability of school locations in the District Surade. The method used
in this study is the Geographic Information System method with a single variable that is the
suitability of the school location. Data collection techniques in the form of observation, field
measurement and marking and buffering. Data analysis uses neirest neighborhood analysis,
descriptive, marking and buffering. The results show that: 1) The distribution of school locations in
Surade Subdistrict is in clusters, 2) There is a difference between the number of schools available
and the ideal number of schools based on the population, so it can be said that the distribution of
school locations in Surade Subdistrict has not evenly, 3) Of the 62 school units evaluated, there
was 1 school in the "inappropriate" class, 11 schools were in the "quite appropriate" class and 50
schools were in the "appropriate" class.

Keywords: Needs analysis, educational facilities, geographic information system,

Dalam kriteria minimum prasarana sekolah juga harus berada pada tempat
sekolah, lahan sekolah harus ditempatkan yang tidak terlalu jauh (dapat ditempuh
pada lokasi yang aman serta mudah dalam waktu maksimal 30 menit) serta
dijangkau oleh masyarakat setempat. mudah dijangkau dari permukiman
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 juga meskipun dengan berjalan kaki (Jayadinata,
mengatur tentang lokasi sekolah terkait 1999, hlm.160).
lahan yang digunakan, diantaranya: Kecamatan Surade merupakan salah
pertama, lahan terhindar dari potensi satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi
bahaya yang mengancam kesehatan dan Provinsi Jawa Barat yang luasnya 14.471
keselamatan jiwa, serta memiliki akses Ha. Berdasarkan data Laporan
untuk penyelamatan dalam keadaan Kependudukan Kecamatan Surade tahun
darurat. Kedua, kemiringan lahan rata-rata 2018, Kecamatan Surade mempunyai
kurang dari 15%, tidak berada di dalam jumlah penduduk sebanyak 76.108 jiwa
garis sempadan sungai dan jalur kereta api. yang terdiri dari 38.260 jiwa laki-laki dan
Ketiga, lahan terhindar dari gangguan- 37.848 jiwa perempuan dengan sex ratio
gangguan seperti pencemaran air, 101,09. Sementara jumlah penduduk
kebisingan, dan pencemaran udara. Selain Kecamatan Surade berdasarkan usia
terkait dengan lahan, penempatan lokasi sekolah (7 – 18 tahun) berjumlah 15.994
sekolah di suatu daerah harus jiwa.
mempertimbangkan persebaran penduduk, Berdasarkan jumlah penduduk yang
itu artinya setiap sekolah harus dapat ada dapat diproyeksikan serta jumlah unit
memberikan layanan pendidikan sesuai sekolah yang dibutuhkan untuk
dengan jumlah penduduk yang ada. Lokasi memberikan layanan pendidikan terhadap

Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 2


Berbasis Sistem Informasi Geografis
3 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

penduduk menurut usia sekolah yang ada. jumlah siswa di bawah 100 orang, 1
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar sekolah menengah pertama dengan jumlah
dan Menengah Kementerian Pendidikan siswa 200 -300 orang, serta sisanya 4
dan Kebudayaan, jumlah unit sekolah dari sekolah menengah atas dan kejuruan yang
jenjang SD/sederajat sampai memiliki jumlah siswa diatas 200 orang.
SMA/sederajat pada tahun 2018 yang Ketidakmerataan jumlah siswa tersebut
terdapat di Kecamatan Surade adalah 62 dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah
unit. satunya adalah penempatan lokasi sekolah.
Jumlah penduduk menurut usia Untuk menjamin pemerataan kesempatan
sekolah di Kecamatan Surade yang pendidikan tersebut, maka pemerintah
mencapai 15.994 jiwa setidaknya harus diantaranya harus mampu menyediakan
mendapatkan layanan pendidikan dari 62 fasilitas pendidikan yang bisa melayani
sekolah yang ada. Jika merujuk pada kebutuhan seluruh penduduk dan tentunya
peraturan Standar Pelayanan Minimal bisa diakses dengan mudah oleh penduduk
(SPM) Pendidikan, maka 62 unit sekolah untuk memanfaatkannya dengan
akan dirasa kurang untuk memberikan pengorbanan biaya yang sama (Iskandar,
layanan pendidikan terhadap 15.994 jiwa 2009).
penduduk yang dimaksud. Selain itu, Evaluasi lokasi sekolah dapat
sekolah-sekolah tersebut juga harus dilakukan dengan berbagai cara, salah
tersebar secara merata untuk dapat satunya dengan berbasis SIG (Sistem
memberikan layanan pendidikan yang Informasi Geografis). Sistem informasi
maksimal. Oleh karena itu, persebaran geografis adalah kombinasi perangkat keras
lokasi sekolah harus disesuaikan dengan dan perangkat lunak komputer yang
persebaran penduduk yang ada di daerah berfungsi mengelola (manage),
tersebut. menganalisa, dan memetakan informasi
Penempatan lokasi sekolah secara spasial data atributnya dengan akurasi
tidak langsung berpengaruh terhadap kartografis (Prahasta, 2014, hlm.100).
persebaran peserta didik di tiap-tiap Estes (dalam Suryantoro, 2013,
sekolah yang ada. Berdasarkan hlm.136) menyebutkan bahwa terdapat
Berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar empat kemampuan aplikasi SIG,
Dan Menengah Kementerian Pendidikan diantaranya adalah pengukuran
dan Kebudayaan (Kemendikbud) (measurment), pemetaan (mapping),
Kecamatan Surade tahun 2018, persebaran pemantauan (monitoring), dan pembuatan
peserta didik di jenjang sekolah dasar tidak model (modelling). Dengan kemampuan
tersebar dengan seimbang. Dari 47 unit tersebut, SIG dapat digunakan untuk
sekolah dasar, terdapat 8 sekolah dengan memetakan persebaran lokasi sekolah yang
jumlah siswa di bawah 100 orang, 34 akan di-overlay dengan variabel penelitian
sekolah dasar dengan jumlah siswa 100 dalam bentuk layers. Hasil overlay tersebut
-200 orang, serta sisanya hanya 5 sekolah akan membentuk sebuah informasi baru
dasar yang memiliki jumlah siswa diatas sesuai dengan yang diharapkan.
200 orang. Untuk sekolah menengah Berdasarkan pemaparan tersebut,
pertama, dari 9 sekolah, terdapat 4 sekolah penelitian ini akan mengkaji kesesuaian
dengan jumlah siswa di bawah 100 orang, 1 lokasi sekolah di Kecamatan Surade,
sekolah menengah pertama dengan jumlah Kabupaten Sukabumi. Sesuai data yang ada
siswa 100 -200 orang, serta sisanya hanya 4 di lapangan, peneliti memiliki anggapan
sekolah menengah pertama yang memiliki bahwa lokasi sekolah mempunyai peran
jumlah siswa diatas 200 orang. Semetara penting terhadap minat dan persebaran
untuk sekolah menengah atas dan kejuruan, peserta didik di tiap sekolah. Oleh sebab
dari 6 sekolah terdapat 1 sekolah dengan itu, diperlukan evaluasi lokasi sekolah di
Kecamatan Surade dengan memanfaatkan kriteria kondisi fisik lahan mencakup
Sistem Informasi Geografis. Hal ini perlu topografi lahan, bentuk lahan, luas lahan,
dilakukan untuk mengetahui tingkat kondisi tanah, sarana dan prasarana
kesesuaian lokasi sekolah sehingga bisa pemukiman, pencapaian lokasi, gangguan
menjadi langkah awal untuk meningkatkan alam serta gangguan lingkungan
angka partisipasi sekolah dalam persebaran (Departemen PU, 1997/1998).
siswa di setiap satuan pendidikan yang Menurut Sumaatmadja (1988,
tersebar di Kecamatan Surade, Kabupaten hlm.129) penentuan lokasi pusat-pusat
Sukabumi. kegiatan seperti sekolah merupakan
Adapun tujuan penelitian adalah: persoalan pokok bagi kelangsungan pusat-
(a) Mengetahui bagaimana persebaran pusat kegiatan tersebut dalam memenuhi
sekolah berdasarkan pada persebaran kebutuhan hidup masyarakat serta
penduduk di Kecamatan Surade Kabupaten kehidupan pusat-pusat kegiatan yang
Sukabumi. (b) Mengetahui bagaimana bersangkutan. Oleh karena itu, penentuan
perbandingan antara jumlah sekolah yang lokasi ini harus didasarkan atas hasil
ada dengan jumlah penduduk di Kecamatan penelitian yang cermat berbagai dari faktor
Surade Kabupaten Sukabumi. (c) penunjang dan pengaruhnya. Berdasarkan
Mengevaluasi tingkat kesesuaian lokasi asas pembangunan yang berwawasan
sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten lingkungan , analisis dampak lingkungan
Sukabumi dengan memanfaatkan Sistem (AMDAL) bagi pusat kegiatan yang akan
Informasi Geografis. dibangun wajib dilaksanakan, sedangkan
bagi pusat kegiatan atau proyek yang sudah
Kriteria Lokasi Sekolah berjalan, analisis manfaat dan risiko
Pembangunan unit sekolah akan lingkungan (AMRIL) wajar sekali untuk
bermanfaat secara maksimal jika dibangun dilakukan demi meningkatnya manfaat
pada lokasi yang tepat. Penentuan lokasi pusat kegiatan atau proyek tersebut di masa
sekolah di Indonesia, mengacu pada mendatang. Adapun kelangsungan hidup
Peraturan Pemerintah Departemen pusat-pusat kegiatan tadi ditunjang serta
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
buku pedoman dan mekanisme penentuan faktor yang dimaksud antara lain
lokasi sekolah (1997/1998). Berdasarkan penyediaan air, kemiringan lahan,
pada itu, penentuan lokasi untuk lahan kesuburan tanah, aliran sungai, aliran udara
pembangunan harus sesuai dengan kriteria (angin) dan lain sebagainya.
peta pendidikan, ketersediaan dokumen Kartono, dkk (1989, hlm.24)
administrasi, rencana penentuan lahan dan mengungkapkan bahwa tiap jenis pusat
kondisi fisik lahan. pelayanan seperti sekolah, untuk bisa
Kriteria kesesuaian dengan peta betahan hidup membutuhkan jumlah
pendidikan mencakup jumlah populasi penduduk minimal (threshold population).
siswa dan jumlah sekolah pendukung. Apabila jumlah penduduk yang dilayani
Sementara kriteria ketersediaan dokumen kurang dari jumlah penduduk minimal,
administrasi mencakup status hukum, surat pemberi pelayanan itu akan mati atau kerdil
tanah serta dokumen administrasi terkait tumbuhnya. Terdapat pusat-pusat
lahan yang digunakan untuk bangunan pelayanan yang karena sesuatu hal
sekolah. Lalu kriteria rencana penentuan memperoleh kesempatan untuk tumbuh
lahan mencakup Advis Planning, yaitu lebih besar dari pusat pelayanan yang lain.
ketentuan penataan bangunan, peta lokasi Kesempatan untuk tumbuh itu berarti
tanah, data tanah dan peruntukan lahan penduduknya meningkat lebih cepat.
tersebut serta keterangan camat. Terakhir Peningkatan jumlah penduduk biasanya
Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 4
Berbasis Sistem Informasi Geografis
5 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

disertai dengan peningkatan kemampuan akses. De Chiara (1976) menyatakan


untuk melayani (Kartono dkk, 1989, standar aksesibilitas untuk sekolah
hlm.25). menengah, yaitu : dapat ditempuh berjalan
Selaras dengan hal tersebut, kaki dengan jarak maksimum antara (1,6
penentuan lokasi sekolah harus s.d 2,4) km sedangkan bila menggunakan
memepertimbangkan jumlah penduduk di kendaraan bermotor maksimum 4 km.
sekitarnya. Menurut Standar Perencanaan
Kebutuhan Sarana Pendidikan Cipta Karya Tabel 2.3
Kriteria Umum Penempatan Fasilitas Pendidikan
Departemen Pekerjaan Umum, setiap 1.600 Menurut De Chiara dan Koppelman
jiwa penduduk memerlukan 1 fasilitas
Sekolah Dasar sedangkan setiap 4.800 jiwa Jenis
Fasilitas
Daerah
Jangkauan
Karakteristik
Desain
Lokasi

penduduk memerlukan masing-masing 1 (Meter)


Elementary 400 s.d Harus dapat Dekat dengan
fasilitas Sekolah Menengah Pertama dan School 800 Diakses dengan Kawasan
(SD) berjalan kaki dari permukiman dan
Sekolah Menengah Atas. perumahan tanpa fasilitas
menyebrang jalan. umum lainnya
Jika ada jalan yang
Tabel 2.2 harus disebrang,
Standar Perencanaan Sarana Pendidikan jalan tersebut
harus jalan lokal
Cipta Karya JuniorHigh 800 s.d Harus jauh dari Dekat dengan
Departemen Pekerjaan Umum School 1.200 jalan arteri primer, Konsentrasi
Jenis Jumlah (SMP) dan harus tersedia perumahan atau
Penduduk Jarak Luas Lahan di jalan setapak dekat dengan
Sarana Pendukung di area lain. konsentrasi
Kota (Jiwa) permukiman
Mudah dicapai Senior High 1.200 s.d Harus dekat Terletak di pusar
dengan radius School 1.600 dengan kawasan Untuk
2
Sekolah 1.600 pencapaian maksimum 2.000 m (SMA) taman dan jauh Memudahlan
Dasar 1.000 meter dari kebisingan akses dan dekat
dihitung dari dengan fasilitas
umum lainnya
unit terjauh
SMP 4.800
Radius
9.000 m2
Sumber : Chiara dalam Iskandar, 2009.
maksimum
1.000 meter
 12.500 Selain pertimbangan fisik lahan dan
m2 (1 juga penduduk, penentuan lokasi pusat
lt)
Radius
 8.000 kegiatan seperti sekolah juga harus
SMA 4.800 maksimum
3 km unit
m2 (2 mempertimbagkan keuntungan lokasi
lt)
yang dilayaninya
 5.000 (locational economies). Menurut
m2 (3 Adisasmita (2012, hlm.56), keuntungan
lt)
lokasi ini berkaitan dengan
Sumber: Penyempurnaan terhadap Standar
Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan
terkosentrasinya pusat-pusat kegiatan pada
Cipta Karya Departemen PU, Tata Cara suatu lokasi tunggal tertentu sehingga
Perencanaan Lingkungan Perumahan menibulkan keuntungan yang akan
Sederhana Tidak Bersusun di Daerah dinikmati oleh semua pihak yang terlibat.
Perkotaan (2003) dalam Agustin (2006). Keuntungan lokasi juga merupakan salah
satu cara untuk membuat keberlangsungan
Lokasi sekolah juga harus hidup pusat-pusat kegiatan tersebut
mempertimbangkan pola persebaran berlangsung lama.
penduduk. Pola persebaran penduduk dapat Sistem Informasi Geografis (SIG)
diketahui dengan melihat pola persebaran bisa menjadi alat dalam penentuan lokasi
pemukiman. Menurut De Chiara dan sekolah yang tepat dengan memperhatikan
Koppelman (1976) suatu sekolah berbagai faktor yang ada. Dari faktor-faktor
menengah yang terdiri dari kombinasi yang ada tersebut dirancang sebuah sistem
antara sekolah dan taman komunitas hubungan keterkaitan diantara faktor-faktor
sebaiknya diletakkan di tengah-tengah tadi dalam menentukan lokasi strategis
lingkungan perumahan untuk memudahkan untuk dibangun sebuah sekolah. Jika
memungkinkan, rancangan sistem tersebut yang mudah (Hite, 2008 dalam GeoITHub,
diimplementasikan dalam bentuk program 2017).
aplikasi yang berbasis SIG (Hartono, Aplikasi SIG dalam pemetaan
2005). sekolah digunakan untuk perencanaan serta
pengelolaan pendidikan berkaitan dengan
SIG untuk Pendidikan dan Pemetaan alokasi sumber daya. Pemetaan merupakan
Sekolah alat yang biasa digunakan untuk
Sistem Informasi Geografis dapat mengungkapkan hubungan antara distribusi
digunakan sebagai alat bantu utama yang sekolah dengan distribusi penduduk usia
bersifat interaktif, menarik dan penantang sekolah untuk mendapatkan pelayanan
di dalam usaha untuk meningkatkan pendidikan pada suatu daerah tertentu.
pemahaman, pembelajaran dan pendidikan Database SIG menyediakan kerangka kerja
mengenai ide atau konsep lokasi, ruang, yang komprehensif dan organisasi spasial
kependudukan dan unsur geografis yang serta data nonspatial yang telah menjadi
terdapat di atas permukaan bumi (Prahasta, alat terfokus untuk membantu perencanaan
2014, hlm.18). dan pengambilan keputusan. Pemetaan
Di Indonesia, pembangunan dan sekolah bersama dengan informasi pada
pemerataan pendidikan nasional tidak dapat batas administrasi dan lapisan biofisik
lepas dari perkembangan lingkungan seperti jaringan jalan utama dan
strategis, baik nasional maupun global. pemukiman utama memberikan gambaran
Pendidikan harus dibangun dalam ril secara geografis.
keterkaitannya secara fungsional dengan Pemetaan sekolah dengan
berbagai bidang kehidupan, yang masing- menggunakan SIG dinilai sangat penting
masing memiliki persoalan dan tantangan dilakukan. SIG memberikan manfaat yang
yang semakin kompleks. Pembangunan besar dalam kaitannya dengan pemetaan
pendidikan nasional harus dilihat dalam sekolah. Mendelshon (2005) dalam
perspektif pembangunan manusia Indonesia penelitiannya tentang “school mapping in
seutuhnya. Dalam perspektif demikian, Palestine” menunjukkan betapa SIG
pendidikan harus lebih berperan dalam berperan penting dalam pemetaan sekolah
membangun seluruh potensi manusia agar di Palestina. Dari hasil penelitian tersebut,
menjadi subjek yang berkembang secara terlihat jelas bahwa pemetaan sekolah
optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dengan mengunakan SIG dapat membantu
dan pembangunan nasional (Rahayu, Sri, pemerintah dalam membuat kebijakan
2008). pendidikan secara tepat. Pemetaan sekolah
Dalam kaitan penggunaan SIG penting dilakukan mengingat fungsinya
untuk pendidikan, salah satunya adalah yang cukup strategis. Adapun fungsi dari
dengan melakukan pemetaan sekolah yang dilakukannya pemetaan sekolah itu sendiri
dilakukan untuk perencanaan lokasi menurut Steven J Hite (2011, hlm.217)
sekolah. Pemetaan sekolah melibatkan antara lain sebagai berikut:
analisis lokasi fisik sekolah yang mana 1. Sebagai alat untuk menciptakan
dibutuhkan pengetahuan terkait pemukiman kondisi yang diperlukan guna
dan penduduk di area sekitar sekolah mencapai tujuan pendidikan.
tersebut. Berdasarkan pada lokasi dan data 2. Sebagai alat untuk meningkatkan
atribut jalan, rumah serta infrastruktur akses pendidikan bagi perempuan
lainnya seperti lapisan, pembuatan analisis dan kelompok-kelompok sosial
aksesibilitas dan analisis spasial akan ekonomi lainnya yang kurang
membantu dalam pengambilan keputusan terwakili.

Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 6


Berbasis Sistem Informasi Geografis
7 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

3. Sebagai alat untuk mempromosikan informasi persebaran sekolah dari


pemerataan manfaat pendidikan di semua jenjang pendidikan yang
berbagai daerah dan populasi. berstatus negeri maupun swasta.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan Informasi tersebut dapat berbentuk
kualitas pendidikan; peta interaktif berupa data spasial
5. Sebagai alat untuk mengoptimalkan dan data atribut.
penggunaan modal, manusia, dan 2. Sistem Informasi Geografis dapat
sumber daya keuangan. meghasilkan informasi terkait
6. Sebagai alat untuk mengatur, indikator pemerataan kesempatan
mengkoordinasikan, dan belajar dan Angka Pasrtisipasi
merasionalisasi upaya pendidikan Kasar di suatu wilayah tertentu.
teknis, kejuruan, dan pasca-sekolah
menengah.
Di Indonesia, salah satu penelitian
tentang pemetaan sekolah juga dilakukan
oleh Siti Suryani dkk (2012). Dalam
penelitiannya yang berjudul “Sistem
Informasi Geografis pemetaan sekolah
tingkat pendidikan dasar dan menengah di
kota serang” menyimpulkan bahwa peran
SIG dalam pemetaan sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Sistem Informasi Geografis dapat
menjadi alat untuk menampilkan

METODE

Metode yang digunakan dalam dibutuhkan dalam kegiatan evaluasi lokasi,


penelitian ini adalah metode sistem penyusunan database berkaitan dengan
informasi geografis (SIG). Metode SIG pengorganisasian dan strukturisasi data
umumnya digunakan untuk menyelesaikan geografis yang berisi informasi tentang
permasalahan atau pertanyaan yang lokasi sekolah yang akan dievaluasi.
berkaitan dengan lokasi (location), kondisi Kemudian, visualisasi output yaitu terkait
(condition), kecenderungan (trend), pola pembuatan peta, tabel ataupun gambar
(patterns), pemodelan (modelling) dan yang merupakan hasil dari pengolahan
prediksi fenomena (phenomena data. Keempat, transformasi data yang
predictions). diamaksudkan untuk mengoreksi bila ada
Dalam metode SIG ini terdapat kesalahan dalam proses penyusunan data
beberapa langkah yang akan dilakukan, serta memperbaharui data supaya sesuai
yaitu pemasukan data-data yang dengan perkembangan yang ada.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan tersebut, terdapat selisih jumlah antara
Surade Kabupaten Sukabumi Berbasis jumlah sekolah ideal minimum dengan
Sistem Informasi Geografis jumlah sekolah eksisting. Dengan demikian
Evaluasi lokasi sekolah di persebaran sekolah berdasarkan jumlah
Kecamatan Surade dilakukan berdasarkan penduduk di Kecamatan Surade dapat
beberapa variabel penelitian yang telah dikatakan belum merata. Hal tersebut
ditentukan. Variabel penelitian yang sejalan dengan Standar Departemen
dimaksud antara lain persebaran penduduk, Pekerjaan Umum tentang rencana sarana
persebaran permukiman, persebaran pendidikan yang menyatakan bahwa jika
sekolah, jaringan jalan, kondisi jalan dan terdapat selisih jumlah antara jumlah
daerah rawan bencana. Berdasarkan pada sekolah ideal minimum dengan sekolah
persebarannya, kesesuaian lokasi sekolah eksisting di seuatu daerah maka persebaran
dalam penelitian ini dinilai dari persebaran sekolah di daerah tersebut belum merata.
berdasarkan jumlah penduduk, persebaran Selanjutnya penilaian persebaran
berdasarkan sebaran permukiman dan lokasi sekolah berdasarkan sebaran
persebaran berdasarkan luas wilayah pemukiman dilakukan dengan
Persebaran lokasi sekolah menggunakan analisis buffer pada peta.
berdasarkan jumlah penduduk di Peta yang digunakan adalah peta buffer
Kecamatan Surade dapat dikatakan belum persebaran sekolah dan peta sebaran
merata. Hal tersebut berdasarkan pada hasil pemukiman, dimana Peta buffer persebaran
perhitungan dengan menggunakan Standar sekolah diklasifikasikan menjadi peta
Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan buffer persebaran SD, SMP dan SMA.
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Klasifikasi tersebut dilakukan karena
Adapun data yang diperlukan dalam kriteria jarak maksimum buffering antara
perhitungan tersebut antara lain adalah SD, SMP dan SMA berbeda. Adapun
jumlah penduduk setiap desa, jumlah keriteria jarak maksimum yang digunakan
sekolah eksisting, dan jumlah sekolah ideal peneliti merujuk pada pendapat De Chiara
minimum. Jumlah penduduk setiap desa dan Koppelman (1976) tentang standar
diperlukan untuk mengetahui jumlah lokasi sekolah. Kriteria jarak maksimum
sekolah ideal minimum di Kecamatan buffering tersebut antara lain 800 meter
Surade, caranya adalah dengan melakukan untuk sekolah dasar, 1.200 meter untuk
proyeksi terhadap jumlah penduduk yang sekolah menengah pertama, dan 1.600
ada. Proyeksi dilakukan dengan kriteria meter untuk sekolah menengah atas. Proses
bahwa setiap 1.600 jiwa penduduk analisis buffer dilakukan dengan ketentuan
memerlukan 1 buah fasilitas Sekolah tersebut, dan hasilnya menunjukkan bahwa
Dasar, dan setiap 4.800 jiwa penduduk di Kecamatan Surade sudah mendapatkan
memerlukan 1 buah fasilitas Sekolah layanan pendidikan. Penilaian terhadap
Menengah Pertama dan 1 buah fasilitas permukiman yang mendapat pelayanan
Sekolah Menengah Atas. pendidikan dilihat dari permukiman yang
Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah terjangkau oleh polygon hasil buffering
sekolah ideal minimum di Kecamatan pada peta buffer persebaran sekolah di
Surade adalah 50 fasilitas Sekolah Dasar, Kecamatan Surade. Oleh karena itu,
12 Sekolah Menengah Pertama dan 12 persebaran sekolah berdasarkan pada
Sekolah Menengah Atas. Sementara itu, sebaran pemukiman di Kecamatan Surade
jumlah sekolah eksisting di Kecamatan bisa dikatakan sudah merata.
Surade adalah 47 fasilitas Sekolah Dasar, 9 Kemudian persebaran lokasi
Sekolah Menengah Pertama dan 6 Sekolah sekolah berdasarkan luas daerah di
Menengah Atas. Dari hasil perhitungan Kecamatan Surade dilakukan dengan
Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 8
Berbasis Sistem Informasi Geografis
9 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

melakukan perhitungan menggunakan Berdasarkan hasil survey lapangan


analisis tetangga terdekat dari P. J. Clark serta analisis peta, dari 62 unit sekolah di
dan F. C. Evans. Analisis tetangga terdekat Kecamatan Surade terdapat 10 sekolah
dihitung dengan mengetahui angka rata- yang terletak pada jaringan jalan utama, 44
rata jarak terdekat antar sekolah yang sekolah terletak pada jaringan jalan lokal, 7
tersebar. Untuk mengetahui angka rata-rata sekolah terletak pada jaringan jalan
tersebut, peneliti menggunakan tools lingkungan/gang, dan 1 sekolah terletak
‘distance calculator´ pada software pada jaringan jalan setapak.
ArcMap 10.4.1 Berdasarkan hasil Selanjutnya pemberian skor
perhitungan, nilai skala R persebaran dilakukan terhadap kondisi jalan. menuju
sekolah dasar adalah 0,40338. Itu berarti setiap sekolah dilakukan berdasarkan hasil
bahwa persebaran sekolah dasar di survey lapangan oleh peneliti. Ketentuan
Kecamatan Surade termasuk pada kelas skor kondisi jalan juga berdasarkan pada
bergerombol (claster). Berbeda dengan ketentuan Departemen Pertanian Direktorat
nilai skala R sekolah menengah pertama Jendral Kehutanan (1983) dimana jalan
dan sekolah menengah atas yang masing- aspal kondisi baik diberi skor 5, jalan aspal
masing mencapai angka 2,73 dan 5,910. sedikit berlubang diberi skor 4, jalan aspal
Angka tersebut menunjukkan bahwa rusak diberi skor 2 dan jalan batu/tanah
persebaran sekolah menengah pertama dan diberi skor 1. Berdasarkan hasil survey
sekolah menengah atas di Kecamatan terdapat 14 sekolah dengan akses jalan
Surade termasuk pada kelas tersebar merata aspal kondisi baik, 10 sekolah dengan
(dispersed). Berdasarkan hasil analisis akses jalan aspak sedikit berlubang, 29
terhadap persebaran sekolah diatas, peneliti sekolah dengan akses jalan aspal kondisi
menyimpulkan bahwa persebaran lokasi rusak, dan 9 sekolah dengan kondisi jalan
sekolah di Kecamatan Surade dinilai batu.
bergerombol (cluster). Kemudian pemberian skor terhadap
Penilaian terhadap lokasi sekolah daerah rawan bencana dilakukan
juga dilakukan berdasarkan pada posisi berdasarkan hasil survey lapangan oleh
setiap sekolah yang ada. Penelitian tersebut peneliti. Ketentuan skor daerah rawan
dilakukan dengan melakukan skoring bencana juga berdasarkan pada ketentuan
terhadap variabel penelitian yang telah Peraturan Kementerian Pendidikan
ditentukan sebelumnya. Adapun variabel Nasional (Permendiknas) Nomor 24 Tahun
penelitian yang di-skoring antara lain 2007. Sekolah yang terletak pada lokasi
jaringan jalan, kondisi jalan dan kawasan rawan bencana diberi skor 1, sementara
permukiman. Pemberian skor pada jaringan sekolah yang tidak terletak pada daerah
jalan dilakukan berdasarkan hasil survey rawan bencana diberi skor 5. Berdasarkan
lapangan dengan merujuk pada ketentuan hasil skoring, sebanyak 10 sekolah di
Departemen Pertanian Direktorat Jendral Kecamatan Surade terletak pada lokasi
Kehutanan (1983) dimana jalan utama daerah rawan bencana, dan sisanya 52
diberi skor 5, jalan lokal diberi skor 4, jalan sekolah tidak terletak pada lokasi daerah
lingkungan/gang diberi skor 2 dan jalan rawan bencana.
setapak diberi skor 1. Berbeda dengan Terakhir pemberian skor terhadap
Rofi’ah (2013), disamping melakukan kawasan permukiman dilakukan dengan
skoring dia juga melakukan analisis berdasarkan pada standar lokasi sekolah
buffering terhadap jaringan jalan. dari De Chiara dan Koppelman (1976).
Menurutnya analisis buffering diperlukan Pada skoring kawasan permukiman,
untuk mengetahui dengan pasti jarak sekolah yang terletak pada kawasan
jangkauan jaringan jalan terhadap setiap permukiman diberi skor 5 sementara
sekolah yang ada. sekolah yang terletak di luar kawan
permukiman diberi skor 1. Untuk melihat sekolah dengan skor 14,7 – 20 berada pada
apakah posisi lokasi sekolah terletak pada kelas sesuai. Berdasarkan hasil
kawasan permukiman atau tidak, dilakukan penjumlahan skor, dari 62 unit sekolah
dengan cara buffering peta sebaran terdapat 50 sekolah yang menempati kelas
permukiman di Kecamatan Surade. Dengan kesesuaian sesuai, 11 sekolah menempati
demikian sekolah yang terletak pada kelas kesesuaian cukup sesuai dan 1
kawasan permukiman diberi skor 5, sekolah menempati kelas kesesuaian tidak
sementara sekolah yang terletak di luar sesuai.
kawasan permukiman diberi skor 1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Berdasarkan hasil skoring, semua sekolah disimpulkan bahwa tingkat kesesuaian
di Kecamatan Surade berada pada kawasan lokasi sekolah di Kecamatan Surade cukup
permukiman dan diberi skor 5. baik. Hanya saja dari sisi persebaran
Setelah semua sekolah mendapat penduduknya, sekolah-sekolah di
skor berdasarkan skoring setiap variabel Kecamatan Surade harus mendapat
penelitian, langkah selanjutnya adalah perhatian lebih sehingga cita-cita akan
menjumlahkan skor yang didapat setiap pemerataan pelayanan pendidikan dapat
sekolah tersebut. Skor akhir hasil terwujud secara nyata. Selain itu, perbaikan
penjumlahan yang dilakukan akan dan pembangunan fasilitas pendukung
menunjukkan kelas kesesuaian lokasi setiap aksesibilitas seperti jalan harus dilakukan
sekolah. Sekolah yang mendapat jumlah secara nyata. Hal tersebut penting
skor antara 4 – 9,3 berada pada kelas tidak dilakukan guna meningkatkan angka
sesuai, sementara sekolah dengan skor 9,4 partisipasi sekolah penduduk khususnya di
– 14,6 berada pada kelas cukup sesuai, dan Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Surade berdasarkan sebaran penduduk
Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan dikatakan merata.
Surade Kabupaten Sukabumi Berbasis 2. Selain melakukan analisis buffering,
Sistem Informasi Geografis yang telah penilaian persebaran lokasi sekolah di
dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik Kecamatan Surade juga dilakukan
kesimpulan sebagai berikut: dengan menggunakan Analisis
1. Persebaran lokasi sekolah berdasarkan Tetangga Terdekat. Dari analisis yang
sebaran penduduk di Kecamatan dilakukan dapat diketahui bahwa
Surade dikatakan merata. Hal tersebut tingkat persebaran lokasi sekolah di
dilihat dari jarak jangkauan sekolah Kecamatan Surade adalah tersebar
terhadap sebaran permukiman bergerombol (claster) dengan rincian
penduduk. Jarak jangkauan sekolah sebagai berikut:
terhadap permukiman penduduk - Tingkat persebaran Sekolah
diketahui melalui analisis buffering Dasar di Kecamatan Surade
peta persebaran sekolah. Berdasarkan adalah bergerombol (claster).
hal tersebut, dapat dilihat bahwa - Tingkat persebaran Sekolah
permukiman penduduk terjangkau oleh Menengah Pertama di
polygon dari proses buffer yang Kecamatan Surade adalah
dilakukan. Hal tersebut dapat tersebar merata (dispersed).
disimpulkan bahwa di Kecamatan - Tingkat persebaran Sekolah
Surade sudah mendapatkan layanan Menengah Atas di Kecamatan
pendidikan. Dengan demikian Surade adalah tersebar merata
persebaran penduduk di Kecamatan (dispersed).
Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 10
Berbasis Sistem Informasi Geografis
11 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

3. Perbandingan jumlah sekolah dengan pendidikan secara maksimal terhadap


jumlah penduduk di Kecamatan Surade penduduk, khususnya tingkat sekolah
dikatakan belum seimbang. Hal menengah.
tersebut dapat diketahui dari hasil
analisis menggunakan Standar Berdasarkan hasil evaluasi lokasi
Perencanaan Sarana Pendidikan Cipta sekolah di Kecamatan Surade dari 62 unit
Karya Departemen Pekerjaan Umum. sekolah terdapat 50 sekolah yang
analisis dilakukan dengan melihat menempati kelas kesesuaian sesuai, 11
jumlah penduduk, jumlah sekolah sekolah menempati kelas kesesuaian cukup
eksisting dan jumlah sekolah ideal sesuai dan 1 sekolah menempati kelas
minimum. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian tidak sesuai. Berdasarkan hasil
dapat diketahui bahwa jumlah sekolah penelitian, dapat disimpulkan bahwa
yang ada di Kecamatan Surade saat ini tingkat kesesuaian lokasi sekolah di
belum bisa memberikan layanan Kecamatan Surade cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA
Buku: Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna
Adisasmita, Rahardjo. 2012. Analisis Tanah dalam Perencanaan
Tata Ruang Pembangunan. Pedesaan Perkotaan dan Wilayah.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Bandung: ITB.
Arikunto, Suharsimi & Cepi Safrudin. Kartono, Hari dkk. 1989. Esensi
2009. Evaluasi Program Pembangunan Wilayah dan
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Penggunaan Tanah Berencana.
Aksara. Jakarta: Geo FMIPA UI.
Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Pidarta, Made. 2000. Landasan
Informasi Geografis: Menggunakan Kependidikan: Stimulus ilmu
ArcView GIS. Yogyakarta: ANDI. pendidikan bercorak Indonesia.
Daldjoeni. 1992. Geografi Baru: Jakarta: PT Rineke Cipta.
Organisasi Keruangan dalam Pidarta, Made. 2005. Perencanaan
Praktek dan Teori. Bandung: Pendidikan Partisipatori dengan
Alumni. Pendekatan Sistem. Jakarta: PT
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Rineke Cipta.
Jakarta: PT Rineke Cipta. Prahasta, Eddy. 2014. Sistem Informasi
Depdikbud & Departemen Pekerjaan Geografis Konsep-Konsep Dasar
Umum. 1997/1998. Pedoman dan (Perspektif Geodesi & Geomatika)
Mekanisme Penentuan Lokasi Edisi Revisi. Bandung: Informatika.
Sekolah. Jakarta: Depdikbud, Rafi’I, Suryatna. 1985. Teknik
Direktorat Jendral Pendidikan Evaluasi. Bandung: Angkasa
Dasar dan Menengah & Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, Suharto, Edi. (2005). Analisis
Direktorat Jendral Cipta Karya. Kebijakan Publik: Panduan Praktis
Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Mengkaji Masalah dan Kebijakan
Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Sosial. Bandung: Alfabeta.
Fakultas Ekonomi UI. Sumaatmaja, Nursid. 1982. Studi
Indarto. 2013. Sistem Informasi Geografi Suatu Pendekatan dan
Geografis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Analisa Keruangan. Bandung:
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Alumni
Pendidikan dan Sosial. Jakarta:
Gaung.
Sumaatmaja, Nursid. 1988. Geografi Batununggal Kota Bandung dengan
Pembangunan. Jakarta: Departemen Memanfaat-kan SIG. Bandung:
Pendidikan dan Kebudayaan. ITB.
Suryantoro, Agus. 2013. Integrasi Rahayu, Sri. 2008. Peranan GIS dalam
Aplikasi Sistem Informasi Dunia Pendidikan. Semarang:
Geografis. Yogyakarta: Ombak. UNDIP.
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan http://www.scribd.com/doc/969361
Pembangunan Wilayah. Bandung: 67/Sig-Pada-Pendidikan. Diakses
Bumi Aksara. tanggal 5 Maret 2017.
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Ramdan, Agus Mochamad. 2014.
Regional: Teori dan Aplikasi. Evaluasi Sebaran Lokasi dan Daya
Jakarta: Bumi Aksara. Tampung Sekolah di Kecamatan
Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Lebakgedong Kabupaten Lebak.
Informasi Geografis dengan Bandung: UPI.
MapInfo Professional. Yogyakarta. Satria, Desi. 2013. Evaluasi Sebaran
ANDI. Lokasi Fasilitas Pendidikan
Yusuf, Farida. 2000. Evaluasi Terhadap Tempat Tinggal Peserta
Program. Jakarta: PT. Rineke Didik SMP dan SMA di Kota Solok.
Cipta. Padang: Universitas Negeri Padang.
Publikasi Ilmiah: Suryani, Siti, dkk. 2012. Sistem
Aini Anisah. 2007. Sistem Informasi Informasi Geografis Pemetaan
Geografis: Pengertian dan Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar
Aplikasinya. Yogyakarta: STMIK dan Menengah di Kota Serang.
AMIKOM Semarang: UNDIP.
Budiman, Amin. 2008. Manfaat GIS Yoto. 2011. Faktor-faktor Penyebab
Bagi Dunia Pendidikan. Rendahnya Angka Melanjutakan
http://amin- Sekolah pada Jenjang Sekolah
budiman.blogspot.co.id/2008/08/ma Menengah Pertama (Studi Kasus di
nfaat-gis-bagi-dunia- Kecamatan Sukra dan Kecamatan
pendidikan.html?m=1 Diakses Cikedung, Kabupaten Indramayu).
tanggal 03 September 2016. Jakarta: UI.
GeoITHub. 2017. Geography
Information System in Education: A Peraturan Pemerintah:
Critical UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor
Review.http://geoithub.com/wp- 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang dasar,
content/uploads/2017/01/GIS-IN- fungsi, dan tujuan pendidikan
EDUCATION.pdf. Diakses tanggal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
14 maret 2017. RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Gustiandi, Isvany Septa. 2014. Analisis Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Lokasi Sekolah di Kecamatan BPS. 2016. Statistik daerah Kec.
Parongpong Kabupaten Bandung Surade. BPS Kabupaten Sukabumi.
Barat. Bandung: UPI. KEMENDIKBUD. 2016. Data
Maharani, Ade Rahmi. 2003. Evaluasi referensi Kementrian Pendidikan
Distribusi Fasilitas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan
Sekolah Dasar di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

Riki Yusaeri | Evaluasi Lokasi Sekolah di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi 12


Berbasis Sistem Informasi Geografis
13 | Antologi Administrasi Pendidikan | Volume 6, Nomor 3, Oktober 2018

Biodata Penulis
1. Riki Yusaeri adalah mahasiswa S-1 tingkat akhir Departemen Administrasi
Pendidikan FIP-UPI.
2. Prof. Dr. Hj Aan Komariah, M. Pd adalah Dosen Departemen Administrasi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Dr. Taufani Chusnul Kurniatun, M. Si adalah Dosen Departemen Administrasi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai