Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

POLIHIDRAMNION

Oleh :

Jesiandra Isabel M Wagiu


18014101056

Masa PJJ : 11 Mei 2020 – 14 Juni 2020

Supervisor Pembimbing :

dr. Suzanna Patricia Mongan, SpOG-K

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU
MANADO
2020
POLIHIDRAMNION

Definisi
Polihidramnion adalah suatu kondisi dimana kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban yaitu
lebih dari 2000 ml ataupun juga jika indeks cairan amnion (AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 20
cm (≥ 20 cm). 1,2

Klasifikasi
Polihidramnion dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan dari pemeriksaan USG, yaitu : 1
1. Mild Hydramnion ( Hidramnion ringan) : apabila kantung amnion mencapai 8-11
cm dalam dimensi vertikal dan AFI mencapai 25- 29.9 cm.
2. Moderate Hydramnion ( Hidramnion sedang) : apabila kantung amnion mencapai
12-15 cm dalamnya dan AFI mencapai 30 – 34.9cm.
3. Severe Hydramnion ( Hidramnion berat) : apabila janin ditemukan berenang
dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar, dan
AFI mencapai 35cm atau lebih.

Patofisiologi
Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban menentukan volume cairan
ketuban. Terdapat empat jalur penting yang memegang peranan penting dalam regulasi peningkatan volume
cairan amnion, yaitu urine janin, produksi cairan paru-paru, proses menelan, penyerapan intramembranous
(ke dalam kompartemen vaskuler janin) memberikan kontribusi penting terhadap pergerakan cairan di akhir
kehamilan, faktor lain (misalnya, produksi air liur) memberikan kontribusi minimal.3,4
Pertama urin janin merupakan sumber utama cairan amnion pada trimester ke 2 kehamilan. Saat usia
kehamnilan aterm, produksi urin janin dapat mengasilakn 1000mL dalam satu hari. Kedua tingkat
osmolaritas dari urin janin secara signifikan mempengaruhi hipotonik terhadap plasma janin dan maternal
sehingga serupa dengan cairan amnion, dan proses penyerapan intramembranous yaitu sekitar 400mL per
harinya. Sumber regulasi cairan amnion yang ketiga berasal dari pernafasan. Hampir sekitar 350ml cairan
paru paru dibentuk secara teratur pada kehamilan lanjut, yang keempat proses menelan pada janin adalah
mekanisme primer penyerapan sekitar 750ml cairan amnion per harinya. Dari proses di atas dapat dikatan
yaitu terdapat dua proses utama aliran cairan ketuban yaitu proses produksi dan juga proses reabsorpsi.
Akumulasi cairan amnion yang berlebihan biasanya berhubungan dengan penurunan porses absorpsi yang
biasa disebabkan oleh adanya gangguan proses menelan pada janin, ataupun produksi yang berlebihan yang
biasa berhubungan dengan produksi urin janin. 3,4

2
Etiologi
Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion berlebihan bisa diketahui
dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis lainnya.
Penyebabnya dapat meliputi: 5
a. Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar (peningkatan cairan
ketuban pada janin kembar penerima dan penurunan cairan ketuban pada janin kembar
pendonor) atau kehamilan multipel.
b. Anomali janin, termasuk atresia esofagus (biasanya berhubungan dengan fistula
trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus lainnya.
c. Kelainan SSP dan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan disfungsi menelan.
d. Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan janin-ke-ibu, dan
infeksi parvovirus.
e. Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu.
f. Kelainan kromosom, trisomi 21 yang paling umum, diikuti dengan trisomi 18 dan trisomi
13.
g. Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.

Diagnosis
Diagnosis dari polihidramnion dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan
Laboratorium, dan pemeriksaan Ultrasonografi. 1,4,5
a. Pemeriksaan Fisik
- Anamnesis : perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa, sesak
nafas, nyeri ulu hati dan sianosis, nyeri perut karena tegannya uterus.
- Inspeksi : Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat,
retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar. Ibu
terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya.
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena
kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena)
akibat uterus yang terlalu besar.
- Palpasi : Perut tegang dan nyeri tekan Fundus uteri lebih tinggi dari
usia kehamilan, bagian janin sukar dikenali
- Auskultasi : Denyut jantung janin sukar di dengar.
b. Pemeriksaan Laboratorium

3
Pemeriksaan Laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan
untuk mendiagnosis beberapa kemungkinan penyebab terjadinya polihidramnion
seperti tes toleransi glukosa untuk ibu dengan diabetes mellitus, tes hidrops janin,
tes Kleihauer- Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu, Karyotyping janin
untuk trisomy 21, 13, dan 18.
c. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan Ultrasonografi juga merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat
menentukan Amnion Fluid Index (AFI).Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI
lebih dari 24 cm atau kantong tunggal cairan minimal 8 cm yang menghasilkan
volume cairan total lebih dari 2000 mL.

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan hidramnion adalah untuk mengatasi ketidaknyamanan, mengetahui
penyebab dan untuk menghindari dan mengatasi komplikasinya dan tujuan dari penatalaksanann yaitu untuk
mengembalikan jumlah dari cairan amnion dalam batas normal kembali. Penatalaksanaan hidramnion secara
sfesifik dilakukan berdasarkan penyebab utama dari terjadinya polihidramnion. Pada hidramnion harus
melakukan monitoring ketat jumlah cairan amnion.1,6-8
- Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik intravaskular atau
melalui perut janin. Hal ini mengurangi kemungkinan kegagalan kongestif janin,
sehingga memungkinkan perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
- Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang ketat harus
dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet dan insulin jarang
dibutuhkan.
- Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis polihidramnion. Hal ini
sangat efektif, terutama dalam kasus dimana kondisi ini terkait dengan peningkatan
produksi urin janin. Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal
janin, mungkin dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak efektif dalam
kasus di mana penyebab yang mendasari adalah penyakit neuromuskuler yang
mempengaruhi proses menelan janin, atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan
kontraindikasi pada sindrom kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek
samping yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaat dalam kasus ini.
- Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indomethacin menjadi suatu
kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada pasien yang simptomatik. Ini

4
menjadi kontraindikasi pada ketuban pecah dini atau pelepasan plasenta, atau
korioamnionitis.
- Induksi persalinan harus dipertimbangkan jika gawat janin berkembang. Kehamilan di
atas 35 minggu mungkin lebih aman untuk dilahirkan. Induksi dengan ruptur buatan
pada membran (ARM) harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan
persetujuan untuk melanjutkan dengan sectio caesar jika diperlukan.

Komplikasi
Komplikasi maternal yang paling sering ditemukan adalah solusio plasenta, disfungsi
uteri dan perdarahan postpartum. Pelepasan plasenta yang luas sebelum waktunya,
kadangkala terjadi mengikuti pengaliran keluar cairan amnion dalam jumlah banyak;
peristiwa ini disebabkan oleh menyempitnya daerah uterus tempat perlekatan plasenta
akibat pengosongan tersebut. Disfungsi uterus dan perdarahan postpartum terjadi akibat
atonia uteri yang disebabkan oleh distensi uterus berlebihan. Komplikasi yang dapat
terjadi pada janin adalah terjadinya malformasi janin, prematuritas dan meningkatnya
angka kematian perinatal.1,2
Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion gangguan
pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan gangguan pernapasan sementara
janin. Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi lainnya adalah
terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan
pneumotoraks pada janin. Risiko infeksijanin dapat sedikit meningkat.1,2

5
REFERENSI
1. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2014. Amniotic Fluid Hidramnion. Dalam
Williams Obstetrics edisi 24. New York : McGraw Hill.
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetrik, Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2004
3. Hacker and mooree. Essensial Obstetric and Gynaecologi .2nd ed. Philadelpia: WB
saunders company, 2010.
4. Mayo Clinic Staff. Polyhydramnios. Available at URL:
http://www.mayoclinic.com/health/polyhydramnios, accessed on 2 June 2018.
5. Brian S Carter, MD, FAAP. Pediatric Polyhydramnios. Available at URL:
http://emedicine. medscape.com/article/ 975821, accessed on 2 June 2018..
6. Callen. W peter,2008. Obstetrik ultra sound: Amniotic Fluid Volum: its pole in
fetal health and disease 5ed.,Mcgraw Hill
7. Hamza ,A., Herr, D., et al. 2013.  Polihidramnion: Penyebab, Diagnosis dan
Terapi.Geburtshilfe Frauenheilkd. Volume (12): 1241-1246.
8. Prawirohadrjo S, et al. 2002.Polihydramnion dalam Ilmu Kandungan, Edisi ketiga,
Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai