Anda di halaman 1dari 6

1.

Hukum kewarisan perdata


Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek yang
sering disebut BW adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai
kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan
yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orangorang
yang memperolehnya, baik dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.
Syarat-syarat terjadinya pewarisan, untuk memperoleh warisan, haruslah dipenuhi
syarat-syarat yaitu :
1. Untuk terjadinya pewarisan maka si pewaris harus sudah meningal dunia,
sebagaimana disebutkan dalam pasal 830 KUH Perdata.
Matinya pewaris dapat dibedakan menjadi :
a) Matinya pewaris diketahui secara sungguh-sungguh ( mati hakiki) ,
yaitu dapat dibuktikan dengan panca indera bahwa ia telah benar-benar
mati.
b) Mati demi hukum, dinyatakan oleh Pengadilan, yaitu tidak diketahui
secara sungguh-sungguh menurut kenyataan yang dapat dibuktikan
bahwa ia sudah mati.
2. Syarat yang berhubungan dengan ahli waris
Orang yang berhak atau ahli waris atas harta peninggalan harus sudah ada
atau masih hidup saat kematian si pewaris. Hidupnya ahli waris
dimungkinkan dengan :
a) Hidup secara nyata, yaitu menurut kenyataan memang benar-benar
masih hidup, dapat dibuktikan dengan panca indera.
b) Hidup secara hukum, yaitu tidak diketahui secara kenyataan masih
hidup. Dalam hal ini termasuk juga bayi yang dalam kandungan ibunya
( pasal 1 ayat 2 KUH Perdata)
Asas-asas hukum waris perdata
Dalam hukum waris perdata berlaku asas-asas yaitu :
1. Hanyalah hak-hak dan kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta
benda yang dapat diwariskan.
2. Adanya saisine bagi ahli waris, yaitu sekalian ahli waris dengan sendirinya
secara otomatis karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang,
dan segala hak serta segala kewajiban dari seorang yang meninggal.
3. Asas kematian, yaitu pewarisan hanya bisa terjadi karenya meninggalnya
pewaris.
4. Asas individual, yaitu ahli waris perorangan, secar pribadi menjadi ahli
waris bukan kelompok ahli waris.
5. Asas bilateral, yaitu seseorang bisa mewarisi harta warisaan dari pihak
ayah maupun pihak ibu.
6. Asas penderajaatan, yaitu ahli waris yang derajatnya lebih dekat maka akan
menutup ahli waris yang derajatnya lebih jauh dari pewaris.
Dasar Hukum Pewarisan :
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847 No.
23)
2.Ahli waris harus hidup secara nyata dan hidup secara hukum
Ahli waris menurut undang-undang berdasarkan hubungan darah terdapat empat
golongan, yaitu :
a) Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus kebawah, meliputi anakanak
beserta keturunan mereka beserta suami istri yang ditingglkan atau
yang hidup paling lama.
b) Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus keatas, meliputi orang tua
dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka.
c) Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya keatas
dari pewaris.
d) Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping
dan sanak keluarga lainnya.
Pembagiannya :
1. Secara ab intestato ( pewarisan menurut undang-undang). Pewarisan
menurut undang-undang yaitu pembagian warisan kepada orang-orang yang
mempunyai hubungan darah yang terdekat dengan pewaris yang ditentukan
oleh undang-undang.
2.Secara testamentair ( ahli waris karena di tunjuk dalam suatu wasiat atau
testamen ). Surat wasiat adalah suatu pernyataan dari seseorang tentang
apa yang dikehendaki setelah ia meninggal dunia. Sifat utama surat wasiat
adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah pembuat surat wasiat
meninggal dunia dan tidak dapat ditarik kembali. Pemberian seseoraang
calon pewaris berdasarkan surat wasiat tidak bermaksud untuk menghapus
hak untuk mewaris secara ab intestato.
3. Uit eigen hoofde, yaitu memperoleh waris karena keduduknya secara langsung sebagai
ahli waris.
Bij plaatsvervuling/ Representasi, yaitu ahli waris pengganti dari orang lain yang sebenarnya
berhak atas warisan tersebut.
Dengan alas hak umum/ erfstalling yaitu memberi wasiat dengan tidak menentukan
bendanya secara tertentu, contoh A mewasiatkan ½ dari harta peninggalalnya pada
Mr. The OC.
Dengan alas hak khusus/ legaat yaitu memberi wasiat yang bendanya dapat
ditentukan. Orang yang menerim legat disebut dengan legataris,

4. Ahli waris yang menurut undang-undang yang dinyatakan tidak patut


untuk menerima warisan secara ab intestato dalam pasal 838, 839 dan 840
KUH Perdata adalah :
a) Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau
mencoba membunuh si pewaris.
b) Mereka yang dengan putusan Hakim pernah dipersalahkan karena secara
fitnah telah melakuka pengaduan terhadap si pewaris, ialah suatu
pengaduan telah melakukan kegiatan kejahatan yang diancam hukuman
penjara kima tahun lamanya atau lebih berat.
c) Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si
pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiat.
d) Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat
wasiat si pewaris.
2. Ahli waris menurut wasiat yang dinyatakan tidak patut menerima warisan
dalam pasal 912 KUH Perdata, ialah :
a) Mereka yang telah dihukum karena membunuh pewaris.
b) Mereka yang telah menggelapkan, membinasakan atau memalsukan
surat wasiat si pewaris.
c) Mereka yang dengan paksaan atau kekerasan telah mencegah si pewaris
untuk mencabut atau mengubah sura wasiatnya.
5. Mereka (anak luar kawin yang diakui) adalah benar-benar sebagai ahli waris
yang mempunyai hak saissine, hak heredetatis petition dan hak untuk menuntut pemecahan
warisan. Akan tetapi apabila diteliti lebih lanjut ternyata persamaannya hanyalah sampai di
situ saja karena dalam hal selebihnya bagian mereka tidak sama antara satu dengan anak
satu. Mereka (anak luar kawin) tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, tetapi dibawah
kekuasaan perwalian, sehingga hak dan bagian mereka di dalam warisan pun tidak sama
besarnya dan selanjutnya pengakuan hanya menimbulkan hubungan hukum antara si anak
dengan orang tua yang mengakui saja, jadi tidak termasuk dengan keluarga yang
mengakuinya.
6. Legitime portie adalah bagian mutlak para ahli waris yang sama sekali tidak dapat
dilanggar dengan suatu penetapan yang dimuat dalam wasiat (testament). Peraturan
mengenai Legitime Portie tersebut oleh Undang-undang dipandang sebagai suatu pembatasan
kemerdekaan seseorang untuk membuat wasiat (testament) menurut kehendak hatinya sendiri
hereditas petitio yakni hak untuk menggugat seseorang atau ahli waris lainnya yang
menguasai sebagian atau seluruh harta warisan yang menjadi haknya
Inkorting
Dalam kehidupan sehari-hari, memberikan sesuatu kepada orang lain (sahabat atau saudara)
adalah hal biasa. Pemberian kepada orang lain biasanya dibingkai dalam lembaga yang
namanya hibah atau hadiah. Hadiah adalah pemberian kepada seseorang yang telah berjasa.
Hadiah juga dapat diberikan sebagai penghargaan atas karya atau prestasi seseorang. Di
samping hadiah juga ada pemberian ucapan terima kasih kepada seseorang telah berjasa.
Inbreng
Undang-undang tidak memberikan perumusan tentang apa yang dimaksud dengan inbreng,
tetapi dari ciri-ciri yang ada di dalam ketentuan-ketentuannya inbreng adalah
memperhitungkan kembali hibah-hibah yang di berikan pewaris kepada ahli warisnya,
kedalam warisan agar pembagian warisan diantara para ahli warisnya menjadi lebih merata.
Wasiat (testament) adalah suatu pernyataan dari seseorang tentang apa yang dikehendakinya
setelah ia meninggal dunia. Pada asasnya suatu pernyataan yang demikian adalah keluar dari
satu pihak saja (eenzijdig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang membuatnya.
Jenis-jenis wasiat
Jenis-jenis wasiat menurut isinya dibedakan atas :
1. Wasiat yang berisi erfstelling atau wasiat pengangkatan waris,yaitu wasiat dengan
nama orang yang mewasiatkan ,memberikan kepada seorang atau lebih,seluruh atau
sebagian (1/2 atau 1/3) dari harta kekayaannya,kalau ia meninggal dunia. Orang yang
ditunjuk (diangkat) tersebut disebut testamentaire erfgenaam,yang berarti ahli waris
menurut wasiat dan sama halnya dengan seorang ahli waris menurut Undang-
undang,atau berdasarkan atau dibawah titel umum (onder algemene titel).
2. Wasiat yang berisi hibah (legaat), yaitu suatu pemberian kepada seorang atau
beberapa orang berupa satu atau beberapa benda tertentu,barang-barang dari jenis
tertentu misalnya : Seluruh benda bergerak,hak pakai hasil (vruchtgebruik),misalnya
seluruh atau sebagian dari warisan ,sesuatu hak lain terhadap boedel misalnya:
memberi satu atau beberapa benda tertentu dari boedel. Orang yang
menerima legaat disebut legataris. ia bukan ahli waris,sehingga ia tidak
menggantikan hak dan kewajiban si meninggal ,tidak diwajibkan membayar hutang-
hutangnya, dan legataris mendapat warisan dibawah titel khusus.
syarat-Syarat wasiat
Orang yang memiliki harta terkadang aberkeinginan agar hartanya kelak jika ia meninggal
dapat di manfaatkan sesuai kebutuhan. Pemberian harta warisan ini dapat dilakukan dengan
surat wasiat.
Adapun yang merupakan syarat-syarat wasiat terdiri:

1. Menurut Pasal 895 KUH Perdata: Pembuat testament harus mempunyai budi akalnya,
artinya tidak boleh membuat testament ialah orang sakit ingatan dan orang yang sakitnya
begitu berat, sehingga ia tidak dapat berpikir secara teratur.

2. Menurut Pasal 897 KUH Perdata: Orang yang belum dewasa dan yang belum berusia 18
tahun tidak dapat membuat testament.

codicil,yaitu surat wasiat yang dibuat dibawah tangan,dimana orang yang meninggalkan
warisan itu menetapkan hal-hal yang termasuk pemberian atau pembagian warisan itu sendiri

b. Macam-macam fidei-commis
Pada umumnya, fidei-commis ini dilarang oleh undang-undang. Menurut Pasal 879 ayat (1)
KUHPerdata, pengangkatan waris atau pemberian hibah wasiat dengan lompat tangan atau
sebagai fidei-commis  adalah terlarang. Sebagai pengecualiannya, ada dua macam fidei-
commis yang diperbolehkan, yaitu:
 1) Suatu ketetapan untuk memenuhi keinginan pewaris yang hendak mencegah kekayaannya
dihabiskan oleh anak anaknya.
2) Fidei-commis de residuo. Suatu ketetapan dengan mana seorang ketiga atau dalam halnya
ia meninggal dunia sebelumnya, sekalian anaknya yang sah, yang telah atau akan dilahirkan,
dikaruniai dengan seluruh atau sebagian dari harta yang tidak akan terjual atau terhabiskan,
oleh seorang waris atau penerima hibah dari warisan atau hibahnya, setelah meninggalnya
masing-masing akan ditinggalkannya adalah bukan sesuatu yang merupakan pengangkatan
waris atau pemberian hibah dengan berlompat tangan yang terlarang (Pasal 881 ayat 1
KUHPerdata).
Dalam fidel-commis de residuo ini, pewaris membuat suatu ketetapan atas harta warisan.
Dalam hal ini yang diterima adalah sisa harta yang tertinggal, dan hal inilah yang
membedakannya dengan fidel-commis biasa. Fidel-commis de Residuo ini bukan merupakan
yang dilarang oleh Undang-Undang, karena jika diperhatikan memang tidak terkandung
dua unsurfidel-commis yang menjadi dasar pembentuk Undang-Undang melarang fidel-
commis. Malahan dalam fidel-commis de residuo ini, ia diperbolehkan untuk menjual atau
menghabiskan hartanya, bahkan, pemikul beban (ahli waris yang berkewajiban menyimpan
warisan) menghibahkan harta warisan kepada orang lain, kecuali pewaris dengan tegas
melarangnya (Pasal 989 KUHPerdata).
Weeskamer adalah balai harta peninggalan
7. Pada pasal 584 KUHPer mengatur tentang hak milik , tindakan hukum sepihak yang
menibulkan kewajiban penyerahan adalah hibah wasiat. Yang mewajibkan ahli waris
biasanya melalui seorang pelaksana wasiat menyerahkan legaatnya. Sedangkan titel yang
timbul karena udang-undang adalah kewajiban pelaku PMH untuk membayar ganti rugi
kepada korbannya

Anda mungkin juga menyukai