Anda di halaman 1dari 21

PEMBUATAN METIL ESTER

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Bahan yang digunakan :

 Minyak Jelantah atau Minyak Kelapa Curah

 NaOH pa

 Metanol pa

 Etanol pencuci

 NaOH 0,1 N

 Indikator Phenopthalin

Alat yang digunakan :

 Gelas Piala 600 mL

 Gelas Ukur 50 mL

 Corong Pisah

 Viskometer Ostwald

 Neraca Analitik

 Stop Watch

 Gelas Ukur 500 mL

 Buret
 Piala Gelas 250 mL

 Hot Plate dan stirrer

 Piknometer

 Pipet 10 mL

 Thermometer

 Labu Erlenmeyer 500 mL

 Pipet Tetes

 Statif dan Klem

III. DASAR TEORI

Bahan bakar nabati (BBN)-bioetanol dan biodiesel merupakan dua


kandidat kuat pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai
bahan bakar mesin Otto dan diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan
pengembangan dan implementasi dua macam bahan tersebut, bukan hanya
untuk menanggulangi krisis energi namun juga sebagai salah satu solusi
kebangkitan ekonomi masyarakat.
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari
minyak nabati, baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas
melalui proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alter
natif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel, dan
dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan
minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BBX), seperti 10% biodiesel
dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10, (Erliza,dkk,
2007:8). 
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh,
pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konver
si minyak nabati menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati
memiliki komposisi asam lemak berbeda-
beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak
(nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan
asam-asam lemak (C8 – C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati
menentukan sifat fisik kimia minyak, (Erliza, dkk, 2007: 11). 
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk
menggoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng,
ketersediaan
minyak jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25).Penggunaan
minyak goring secara berulang akan mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi
pada minyak karena adanya kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak.
Akibat pemanasan yang berulang-ulang serta reaksi oksidasi yang terjadi di
dalam minyak, minyak jelantah dapat mengandung senyawa-senyawa
radikal seperti hidroperoksida dan peroksida. Senyawa-senyawa radikal
tersebut bersifat karsinogenik, oleh karena itu pemakaian minyak goreng
yang berkelanjutan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang
begitu saja kesaluran pembuangan. Minyak  ataupun lemak yang mencemari
perairan juga dapat mengganggu ekosistem  perairan karena dapat
menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota
perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk  memanfaatkan limbah
minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang
memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan
baik secara murni maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi
perubahan pada mesin diesel. Bila dibandingkandengan bahan bakar diesel
tradisional (berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah linkungan karena emisi
gas buang
baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) re
ndah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-62, sehingga
efisiensi  pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang
dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada
piston, serta merupakan sumber energi yang terbaharui (renewable energy)
memberikan keuntungan yang lebih dari penggunaan biodiesel (Oberlin
Sidjabat 2003: 2).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati
lebih tinggi dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak
nabati tidak  cocok bila digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar
viskositas minyak nabati sama dengan viskositas minyak solar, maka harus
dilakukan  pengubahan minyak nabati menjadi senyawa monoalkil ester
melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa
ester  diubah menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari
ester  dengan gugus alkildari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan
reaksi hidrolisis, pada reaksi transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan
air  melainkan alkohol. Metanol lebih umum digunakan untuk proses
transesterifikasi karena harganya yang lebih murah dibandingkan alkohol lain.
Namun penggunaan alkohol lain seperti etanol dapat menghasilkan hasil yang
serupa (Fitria Yulistika 2006: 20).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang
berbeda-beda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman
dengan kandungan asam lemak bebas tinggi dilakukan
dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi, sedangkan untuk
minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan proses
transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk
mengubah asam lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil
ester (biodiesel) dan gliserol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi :
1. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Pada
umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol
(65oC) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan
dengan kenaikan temperatur. Semakin tinggi temperatur berarti semakin
banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang
dihasilkan karenaini akan memberikan kesempatan reaktan untuk
bertumbukan satu sama lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai
tambahan waktu retensi tidak akan mempengaruhi reaksi.Penilitian yang
menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis, 2005). 
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan
energi aktivasi reaksi, namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa
katalis reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250oC.
Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat dan menurunkan kondisi
operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, katalis basa,
ataupun penukar ion. Dengan katalis basa dapat berjalan padasuhu kamar.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk
sistem cairan duafase. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang
berlangsung lambat.
Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim tungg
al terbentukmaka pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh  signif
ikan terhadap reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan campuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan
mengurangi hambatan antara massa. Pengadukan transesterifikasi 150 rpm. 
5. Perbandingan reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio
molar atara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi
memerlukan 1 mol minyak trigliserida memerlukan 6 mol metanol
menggunakan rasio molar alkohol:minyak = 1:6. Terlalu banyak alkohol yang
dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas yang rendah
dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala
(flash point ). Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang
mudah terbakar. Perbandingan alkohol:minyak = 1:2,2 (etanol:minyak).

Metanol
Metanol dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan,
mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bauk
yang khas (berbau lebih ringandaripada etanol). Metanol banyak digunakan
sebagai pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan aditid
bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh
bakteri.
Hasil proses tersebut adalah upa metanol (dalam jumlah kecil) diudara. Setela
h beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi dan oksigen dengan
bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dalam air. Reaksi kimia
metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air :
2 CH3OH + 3 O2  2 CO3 + 4 H2O
Api dari metanol tidak berwarna, metanol sering digunakan sebagai
bahan aditif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri karena
sifatnya yang beracun.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan
41 mL Metanol p.a. Mengaduk dengan stirrer hingga semua NaOH larut
semua. Menempatkan piala gelas 250 mL.
2. 200 mL sampel minyak dipanaskan diatas hot plate dan mengaduk dengan
stirrer kira-kira 75 – 150 rpm. Hingga mencapai suhu 45 – 55 oC.
3. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langlah 1
ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan pertahankan suhu pengadukan
o
55 C. Melakukan penambahan larutan ini sedikit demi sedikit.
Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natrium
metoksida bercampur semua.
4. Memindahkan metil ester ke dalam corong pisah dan diamkan hingga
terbentuk dua lapisan selama ± 10 – 15 menit, lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya.
5. Memasukkan metil ester ke piala gelas dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50 % volume metil ester hingga suhu
60oC. Menuangkan metil ester ke dalam aquadest mengaduk perlahan
selama 10 menit.
6. Memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah danbiarkan
hingga terbentuk dua lapisan, kemudia lapisan bawahnya dikeluarkan.
7. Menghitung volume yield yang didapat.

V. PROSEDUR ANALISA
Pengujuan Density
1. Menimbang labu piknometer yang telah bersih dan kering sebagai a gram.
2. Labu piknometer diisi dengan contoh dan diimpitkan pada suhu t oC
kemudian menimbang sebagai b gram.
3. Membersihkan labu dengan sabun, kemudia dengan alkohol dan
mengeringkan.
4. Lakukan langkah 2 dengan contoh aquadest.
5. Hitung harga density metil ester.

Pengujian Viskositas
1. Membersihkan terlebih dahulu alat astwald dengan contoh 2 – 3 kali.
2. Memipet 5 mL sampel dan memasukkan ke dalam alat Ostwald.
3. Menetapkan berapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel
dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila
miniskus berhimpit perhitungan dimulai lagi dengan tanda garis bawah.
4. Melakukan pengamatan berulang minimal 3 kali.
5. Mencatat juga suhu pada saat pengamatan.
6. Mengulangi langkah di atas dengan menggunakan aquadest.

Pengujian Asam Lemak Bebas


1. Menimbang 2 – 5 gram metil ester, menambahkan larutan 50 mL
methanol 95 % netral dan 3 tetes indicator phenoptalin.
2. Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda.
3. Mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.

M ×V ×T
Kadar FFA =
10 .m
Keterangan :
M = Berat Molekul Asam Lemak (gram)
T = Normalitas NaOH
m = Berapa Molekul Asam Lemak
Y = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)

Pembauatan Larutan
1. NaOH 0,1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500 mL
aquadest).
2. Metanol 95 % netral (memasukkan methanol 95 % sebanyak yang
diperlukan ke dalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator pp lalu
titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda).
3. Indikator pp (Melarutkan 0,5 gram fenoftalein dalam 100 mL etanol).

VI. DATA PENGAMATAN


Berat NaOH : 1 gram
Volume Metanol : 41 mL
Volume Minyak : 200 mL
Volume Metil Ester : 110 mL

Analisa
a. Analisa Densitas
No Densitas
Sampel
. A b b
1. Sampel Minyak 33,5 gram 54,9 gram 21,4 gram
dalam T = 20
O
C

b. Pengujian Viskositas

No Viskositas
Sampel
. V s t
s
v=
t
Sampel 0,19 m 19 cm = 0,19
1. ¿ 1,37 s
Minyak 1,37 s m
m
¿ 0,13
s

c. Pengujian Asam Lemak Bebas

No Asam Lemak Bebas


Sampel Perubahan Warna
. mL NaOH Kadar
Warna analit setelah
Sampel titrasi adalah berubah
1. 3 mL 0,192 %
Minyak dari bening menjadi
merah muda

VII. DATA PERHITUNGAN


 Labu piknometer kosong + termometer = 33.5gr
 Labu piknometer + termometer + sampel = 54.9gr

a. Densitas Metil Ester


 Sampel minyak
- Berat sampel = (labu piknometer + termometer + sampel) -
(labu piknometer kosong + termometer)
= 54.9gr – 33.5gr
= 21.4gr
V aquadest (air) = V sampel = 24.605cm3
m sampel
 ρ sampel=
Vair

21.4 gr
¿
24.605 cm3

gr
¿ 0.8697
cm 3

gr
¿ 0.8697
ml

n = k (ρb – ρs)t

= 0.09 (2.2 – 0.8697) 1.37

= 0.164 poise

b. Pengujian Viskositas
Diketahui : s alat Hoppler = 19cm
= 0.19m
t = 1.37s
Ditanya : v=… ?
s
Penyelesaian : v=
t
0.19 m
¿
1.37 s
m
¿ 0.13
s
c. Kadar ALB Metil Ester
Diketahui : N NaOH = 0.1N
V NaOH = 3ml
M sampel = 4gr
gr
BM asam lemak = 256
mol
Ditanya : Kadar ALB sampel=… ?
M .V . N
Penyelesaian : Kadar ALB sampel=
10. m sampel
gr 10−3 L
256 . 3 ml . .0.1 N
mol 3 ml
¿
10 . 4 gr
¿ 1.92 .10−3 . 100 %
¿ 0.192 %
VIII. ANALISA DATA

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester.


Metil ester merupakan asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat filakukan dengan
melalui 4 cara, yaitu pencampuran dan penggunaan secara langsung, mikroemulsi,
pirolisis, dan transesterifikasi. Metode yang digunakan pada percobaan kali ini
adalah dengan cara transesterifikasi. Bukan utama yang digunakan dalam
pembuatan metil ester adalah minyak jelantah atau minyak kelapa curah.

Minyak jelantah merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali


untuk proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsug
karena masih dapat dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan.
Komposisi minyak goreng bekas yang masih mengandung asam lemak bebas
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan oleh kimia. Salah satu
pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku pembuatan metil ester atau bahan
bakar alternatif melalui proses transesterifikasi atau esterifikasi.

Dalam percobaan ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah


menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41ml
etanol p.a di dalam piala gelas 250ml lalu mengaduk dengan stirrer hingga NaOH
larut semua. Kemudian 200ml samppel minyak secara bergantian dipanaskan
diatas hotplate dan mengaduknya dengan stirrer kira-kira 75-150rpm dengan suhu
45-55oC, hal ini dilakukan untuk memisahkan zat menjadi metil ester dan gliserol,
lalu menambahkan larutan Natrium Metoksida yang telah dibuat sebelumnya ke
dalam minyak yang telah dipanaskan dan juga mempertahankan suhu pengadukan
55oC dengan melakukan penambahan larutan sedikit demi sedikit, menghitung
waktu hingga 45menit, setelah semuanya bercampur semua. Kemudian
memindahkan metil ester ke dalam corong pisah, mendiamkan sampai terbentuk 2
lapisan, lapisan atas adalah metil ester dan lapisan bawah adalah gliserol. Setelah
itu memasukkan metil ester ke piala gelas dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest 50% volume metil ester dengan suhu 60 oC, kemudian
menuangkan metil ester ke dalam aquadest, mengaduknya perlahan selama
10menit. Setelah itu memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong
pisah dan membiarkan hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan bawahnya dikeluarkan
lalu menghitung volume yieldnya.

Tahap kedua yaitu dengan pengujian density, pertama-tama yang harus


dilakukan yaitu menimbang labu piknometer yang telah bersih untuk a gram dan
kering lalu labu tersebut diisi dengan sampel dan mengimpitkan pada suhu 55oC,
kemudian menimbangnya untuk b gram dan menghitung beraat sampel untuk c
gram. Labu dibersihkan dengan sabun atau air panas atau alkohol kemudian
dikeringkan. Lalu melakukan perhitungan harga density metil ester, harga density
metil ester yang didapat adalah a = 33.5gr, b = 54.9gr, dan c = 21.4gr dalam T =
20oC.

Tahap ketiga yaitu pengujian viskositas, langkah pertama yang harus


dilakukan adalah membersihkan sampel terlebih dahulu alat Hoppler dengan
contoh 2-3kali lalu memipet 5ml dan memasukkan ke dalam alat, kemudian
menetapkan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sampel dengan jalan
menghisapnya sampai melebihi tanda garis. Dari percobaan, didapatkan waktu =

s
1.37s dan s = 0.19m, sehingga v dapat dicari dengan rumus v= hingga
t

m
didapatkan hasil sebesar 0.13 .
s

Tahap keempat yaitu pengujian asam lemak bebas, pertama-tama


menimbang 2-5gr metil ester, menambahkan larutan 50ml etanol 95% betral dan 3
tetes indikator phenolptalein. Kemudian melakukan titrasi dengan NaOH 0.1N
sampai warna berubah dari bening menjadi merah muda. Dari hasi percobaan, ml
NaOH yang didapatkan sebanyak 3ml sehingga kadar ALBnya = 0.192%.

Percobaan metil ester melibatkan proses pengadukan dan temperatur.


Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi proses hasil penyaringan.
Pengadukan menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa.
Pengadukan biasa dapat menyebabkan bersatunya larutan dan terjadinya
penyabunan/emulsi akibat hal tersebut.

IX. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme percobaan ini!
2. Terangkan prinsip reaksi transesterifikasi!
3. Mengapa dilakukan pada 75-150rpm? Apa yang terjadi jika pengadukan
lebih dari 150rpm?
4. Mengapa harus dilakukan pemurnian dengan air panas?
5. Apa kegunaan metil ester?
6. Tuliskan beberapa parameter fisika kimia biodiesel!
7. Dengan krisis energi yang sekarang ini, apa saja yang dapat dibuat
biodiesel? Jelaskan!
8. Tulis teori (pustaka) yang terkait dengan pembuatan metil ester!
9. Buat tabel pengamatan setiap tahapan percobaan!

JAWABAN

1. Reaksi yang terjadi

2. Prinsip transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak jelantah


dan mereaksikannya (ALBnya) dengan alkohol (metanol).
3. Karena 75-150rpm merupakan standar dalam pengadukan maka apabila
pengadukan melebihi 150rpm akan menyebabkan reaksi semakin cepat
dan konstanta reaksi semakin besar.
4. Karena didalam metil ester yang telah dibuat pasti masih ada H2O-nya
sehingga air panas dapat mengikat kadar air dan jika air panas dibuang
diharapkan tidak ada H2O lagi yang tersisa di dalam metil ester.
5. Keunggulan metil ester:
a. Sebagai bahan bakar diesel pengganti solar yang lebih murah
b. Bahan bakar mesin diesel
c. Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formula kosmetika salah satu contohnya capiyus triglycende/
6. Parameter fisika kimia biodiesel, yaitu:
a. Kekentalan (ɛSt)/viskositas

b. Kadar air ( mg
Kg )

c. Densitas ( dmKg )
3

d. Kadar ALB
7. Biodiesel untuk membantu mengurangi krisis energi:
a. Kemiri
b. Minyak jelantah
c. Biji jarak
d. Bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan bergula seperti singkong, tetes
tebu, ubi jalar
e. Minyak nabati seperti jarak pagar, kapuk
f. Biogas yang memanfaatkan sampah dan kotoran hewan
8. Teori pustaka yang terkait pembuatan metil ester, yaitu:
a. Teori tentang viskositas
b. Teori Asam Lemak Bebas
c. Teori Transesterifikasi (alkoholisis)
d. Kadar air dan density
9. a. Analisa Densitas

Densitas
No. Sampel
a b b
54.9gr dalam
1. Sampel Minyak 33.5gr 21.4gr
T = 20oC

b. Pengujian Viskositas
Viskositas
No. Sampel
v S t
s
v=
t
0.19 m
1. Sampel Minyak ¿ 19cm = 0.19m 1.37s
1.37 s
m
¿ 0.13
s

c. Pengujian Asam Lemak Bebas

Asam Lemak Bebas


No. Sampel Perubahan Warna
Ml NaOH Kadar
1. Sampel Minyak 3ml 0.192% Warna analit setelah
titrasi adalah berubah
dari bening menjadi
merah muda

X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metil ester adalah monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang
yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan
sebagai alternatif yang tepat untuk bahan baka mesin diesel.
2. Transesterifikasi (alkoholisis) adalah tahap konversi dari trugliserida
menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dengan produk samping
gliserol.
3. Esterifikasi adalah tahap koncersi dari asam lemak bebas menjadi ester
dan juga tahap yang mereaksikan lemak dengan alkohol, misalnya metanol
dan etanol.
4. Pada prosedur percobaan dilakukan tiga tahap prosedur analisa, yaitu
pengujian density, pengujian viskositas, dan pengujian asam lemak bebas.
5. Dari hasil percobaan, data yang didapatkan:
a. Densitas metil ester
 Sampel minyak
1) Berat sampel = 21.4gr
gr
2) ρ sampel = 0.8697
ml
b. Pengujian viskositas
m
v=0.13
s
c. Pengujian Asam Lemak Bebas
Kadar ALB sampel = 0.192%
6. Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi hasil penyaringan.
Pengadukan menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa
dikarenakan konstan, pengadukan manual dapat menyebabkan bersatunya
larutan dan terjadinya penyabunan(emulsi) akibat terlalu lambat atau
terlalu cepat dengan pengadukan yang tidak konstan.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Tim Penyusun. 2019. Penuntun praktikum satuan proses 2. Pembuatan
metil ester. Palembang. Poltiteknik Negeri Sriwijaya
XII. GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Spatula

Termometer Labu Piknometer

Pipet Tetes Bola Karet/Hisap


Pipet Ukur Mortar/Penumbuk Porselen

Gelas Ukur Stopwatch

Hot Plate Gelas Kimia


Viskometer Hoppler Bola Beban

Corong Pisah Stirrer

Statif dan Klem Neraca Analitis


Destilasi Ekstraksi

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM


SATUAN PROSES – 2

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Anggun Permatasari (061730400972)
2. Dwi Indah Sari (061730400974)
3. Ibrahim Jaka Surya (061730400976)
4. M Tabul Marko (061730400978)
5. M Fitrian Muttaqien (061730400980)
6. Nurvi Baity Choiriyah (061730400982)
7. Riyan Adiputra (061730400984)
8. Sely Ariska Wulandari (061730400986)
9. Titania Nurhaliza (061730400988)
10. Yunisya Pertiwi (061730400990)

Kelas : 4 KC
Dosen Pengampu : Ir. M. Zaman, M.Si., M.T.

PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019

Anda mungkin juga menyukai