Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium.
Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus
meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak
jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam
menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis
mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam
cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya..
Ikan Betta atau dengan sebutan populer ikan cupang, jenis ikan inilah
yang banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia karna harga dan jenisnya
mudah dijangkau oleh masyarakat, bahkan dari kalangan orang sederhana
saja bisa menjangkau jenis ikan ini. Hal itulah yang menjadi factor utama di
Indonesia banyak menjadikan ikan cupang ini hiasan aquarium. Jenis ikan
ini pula memiliki gaya yang gemar berante. Pada ikan betta jantan
mempunyai penampilan yang menarik yaitu mempunyai sirip yang relatif
panjang dengan spektrum warna yang bagus sedangkan pada ikan betta
betina penampilannya kurang menarik, karena siripnya tidak panjang dan
warnanya pun tidak cerah sehingga pada ikan betta, jenis kelamin jantan
lebih mahal dibandingkan ikan jenis kelamin betina.
Popularitas cupang sebagai ikan hias tidak perlu di ragukan lagi.
Penggemar ikan cupang bukan hanya untuk anak-anak, namun juga bapak-
bapak dan para remaja. Sedikit berbeda dengan ikan hias lain, cupang di
sukai bukan hanya karena kecantikannya, namun juga karena naluri
berkelahinya.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu khususnya pada
Program Studi Pendidikan Biologi harus bisa memiliki pengetahuan tentang
regenerasi dan tahapan proses regenerasi.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu setelah melakukan
praktikum ini, mahasiswa dapat memiliki pengetahuan tentang regenerasi
dan tahapan proses regenerasi.

C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa memiliki
pengetahuan tentang regenarasi dan tahapan proses regenerasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kemampuan untuk meregenerasi struktur yang hilang terdapat pada


hampir semua makhluk, paling tidak dalam suatu derajat tertentu. Kemampuan
regenerasi yang sangat jelas dijumpai pada spons, coelonterata, cacing, bahkan
banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru yang dari fragmen-
fragmen tubuhnya saja (Campbell dkk, 2008:17).
Peristiwa regenerenasi bagi organisme merupakan hal yang sangat penting
karena proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme. Adanya bagian
tubuh yang lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian
tubuh yang lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali. Dan juga
beberapa organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam
reproduksi secara aseksual (Campbell dkk, 2008:18).
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara
makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari
organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu
organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Hewan-hewan yang
termasuk dalam sub phylum vertebrata mempunyai daya regenerasi yang lebih
randah dibandingkan dengan daya regenerasi pada hewan-hewan yang termasuk
dalam avertebrata (regenerasi tertinggi terjadi pada Urodela). Regenerasi adalah
memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar, ada yang
sedang, yang menyebabkan ujung suatu sebagian tubuh terbuang, dan yang berat,
yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang. Kemampuan regenerasi
pada berbagai organisme tidak sama, ada yang tinggi dan ada yang rendah
(Anneahira, 2013:27).
Regenarasi berlangsung dalam dua cara, yaitu: 1. Epimorfis, yaitu
perbaikan yang disebabkan oleh proliferasi jaringan baru di atas jaringan lama,
kemudian membentuk tunas regenerasi. 2. Morfalaksis, yaitu yaitu perbaikan yang
disebabkan reorganisasi jaringan lama yang masih bersifat embrional. Cara ini
berlangsung pada cacing pipih planaria (Anneahira, 2013:30).
Menurut Anneahira (2013) proses regenerasi sebagai berikut:
1.Darah yang mengalir menutupi permukaan luka, lalu beku, membentuk scap
yang sifatnya melindung
2.Epitel kulit menyebar ke permukaan luka, di bawah scap. Sel epitel bergerak
secara amoeboid, dua hari butuh waktu agar kulit itu lengkap menutupi luka.
3.Diferensiasi sel-sel jaringan disekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pruliproten untuk membentuk jenis jaringan baru.
4. Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka.
5.Proliferasi sel-sel diferensiasi secara mitosis, proliferasi ini serentak dengan
proses diferensiasi dan memuncak pada waktu blastemma dalam besarnya yang
maksimal dan waktu itu tidak membesar lagi.
6. Redeferensiasi sel-sel diferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-
sel blastoma.
Adanya regenerasi pada organisme dewasa mununjukkan suatu bukti
bahwa medan morfogenesis tetap terdapat setelah periode embrio, umpamanya
regenerasi anggota badan yang hilang, dalam prosesregenerisasi melibatkan
berbagai proses yang serupa dengan yang terjadi pada perkembangan embrionik,
seperti bagaian yang rusak muncul sel-sel, kemudian memperbanyak diri
berhimpun menjadi jaringan dan akhirnya mencapai keadaan yang berbeda. Lagi
pula pada beberapa spesies regenerasinya hanya terjadi hanya terjadi pada hewan
dewasa saja, embrionya sama sekali tidak memiliki kemampuan regenerasi,
umpamanya suatu telur Ascida yang kehilangan blastometernya akan berkembang
menjadi larva yang tidak lengkap, misalnya lagi Annelida yang kehilangan sel 4 d
nya, akan kehilangan sebagian besar mesodermnya, pada hal Ascida dan Annelida
dewas sama-sama memiliki daya regenerasi yang tinggi selama kehidupan
dewasanya (Lukman, 2012:32).
Ikan hias merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar maupun laut yang
mempunyai bentuk atau warna tubuh menarik dan indah. Salah satu jenis ikan
hias dengan keunikan tersendiri dibandingkan ikan hias lainnya adalah ikan
cupang (Betta spp.). Keunikan yang dimaksud adalah kegemarannya bertarung
dengan sesama jenisnya, namun tidak menutup kemungkinan dengan jenis lain
namun masih dalam satu suku. Daya agresifitasnya sangat tinggi sehingga sangat
tidak dianjurkan untuk menempatkan atau memelihara ikan ini dalam satu wadah
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perkelahian antar sesama
individu(Lukman,2012:33).
Di khalayak umum,ikan cupangmemiliki beberapa nama/istilahdiantaranya
ikan laga dan ikan adu, sedangkan di mancanegara ikan inidikenaldengan nama
fighting fishatau disebut ikan petarung.Istilahtersebutberarti sifat petarung dari
cupang telah diakui secara luas dan di kalangan para penggemar atau hobiis ikan
hias, cupang telah mempunyai kalangan hobiis tersendiri. Adapun para hobiis
cupang umumnya terbagi atas dua kelompok, dimana untuk kelompok usia muda
danremaja lebih menyukai gaya bertarungnya, namun untuk kelompok orang-
orang lebih tertarikdengan keindahan warna tubuhnya(Hestty P. Utami, 2007:15).
Ikan cupang mempunyai berbagai corak dan pola warna yang unik, salah
satu yang menjadi Iciri khas keindahan cupang adalah saat memamerkan ekornya
(Tim penyusun 2018).
Bentuk ekor cupang sangat beragam, dimana ada yang menyerupai
setengah bulan sabit (halfmoon), adapula yang membulat (rounded tail), mahkota
crown tail), dan slayer (Yustina et al., 2003; Rachmawati et al., 2016). Oleh
karena keindahannya,harga ikan cupang sangat fantastis yaitu bisa mencapai
ratusan bahkan jutaan rupiahyang tergantung dengan kualitas dari ikan tersebut.
Di Jakarta Barat, cupang yang telah memenangkan kontes keindahan laku terjual
dengan harga Rp. 7,5 juta.(Hestty P. Utami, 2007:20).
BAB III
METODE PENGAMATAN

A. Waktu dan Tempat


1. Waktu Praktikum
Waktu : Pukul 09:00-12:00 WITA
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
2. Tempat Praktikum : Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Makassar

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu:
a. Cawang petri 1 pasang
b. Pinset 1 buah
c. Botol plastic 12 buah
d. Mistar
e. Gunting
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
a. Ikan cupang 12 ekor
b. Kertas HVS
c. Hydrilla sp secukupnya
d. Air kolam secukupnya
e. Pakar kolam secukupnya
C. Cara Kerja
1. Mengambil ikan dan meletakkan dalam cawan petri.
2. Meletakkan di atas kertas HVS.
3. Mengukur panjang ekor ikan, dari pangkal ekor sampai ujung
kemudian potong ekor ikan. 3 ekor dipotong tegak lurus (vertical), 3
ekor dipotong secara miring, 3 ekor dipotong segitiga, dan 3 ekor
lainnya tidak dipotong untuk dijadikan sebagai control.
4. Memasukkan masing-masing ikan ke dalam botol plastic serta hydrilla
dan pakan ikan, dan beri masing-masing label sesuai perlakuan.
5. Mengamati setiap hari proses regenerasi yang terjadi dari ekor yang
dipotong kemudian ukurlah panjang ekor ikan setiap minggu dan catat
hasil nya pada tabel pengamatan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa Salah satu proses
embriologi perkembangan pada organisme yang telah dewasa, yaitu
regenerasi. Regenerasi atau regenerasi organ dapat diartikan sebagai
kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh
yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.

B. Saran
1. Dalam satu kelompok harus kerja sama yang baik, teliti dalam
mengukur panjang ekor ikan.
2. Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya praktikan hati-hati selama
memperlakukan ikan yang akan diamati, karena kesalahan dapat
menyebabkan gangguan pada fisik ikan yang akan mengganggu
pengamatan
3. Diharapkan kepada praktikan alat dan bahan yang disediakan
diperhatikan, sehingga praktikan tidak menggunakan alat ataupun
bahan yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N, A. 2008. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Hestty P. Utami. 2009. Mengenal Cahaya dan Optik. Ganecha Exact: Jakarta

Mustahal., Sunyoto, P.,& Diani, P.(2005). Usaha Pembenihan Ikan Hias Cupang
di Kabupateng Serang. Jurnal pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Vol 8(2), 292-299.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Struktur dan Perkembangan
Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FKIP UNISMUH.
Wahyudewantoro Gema.(2017). Warta iktiologi. Mengenal Cupang (Betta sp)
Ikan Hias Yang Gemar Bertarung, vol 1(1), 28-32.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul


“Regenerasi”,yang disusun oleh :

Nama : Sri Wahyuni

NIM : 105441104917

Kelas : Biologi 17 B

Kelompok : 1 (Satu)

telah diperiksa oleh asisten atau koordinator asisten sehingga dapat diterima.

Makassar,2 Juli 2018

Asisten, Praktikan

Sri Wahyuni

Anda mungkin juga menyukai