Mengkaji Masalah Bahan Ajar SMA Kelas 11
Mengkaji Masalah Bahan Ajar SMA Kelas 11
Dosen Pengampu :
Dr. Sri Haryani, M.S. dan Dra. Sri Nurhayati, M.Pd.
Disusun oleh :
Tasya Syalsya Dhila (4301417024)
Salsabila Syafari Zaza (4301417031)
Kurnia Dwi Rahayu (4301417091)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN DAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Telaah Kurikulum mengenai Mengkaji Masalah
Materi Ajar Kelas XI.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dosen yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Telaah
Kurikulum. Kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah. Dan berharap,
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami penyusun dan para pembaca
semuanya. Amiin.
Semarang, 16 Mei 2020
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Rantai Siklik
Miskonsepsi Siswa berpendapat bahwa bensin mudah
meledak dan terbakar karena bensin
memiliki titik didih yang tinggi.
Konsep yang benar Konsepsi siswa ini tidak logis. Titik didih
tidak ada hubungannya dengan mudahnya
suatu senyawa terbakar atau meledak.
Sifat mudah terbakar atau mudah meledak
(sifat kimia) ditentukan oleh jenis zat,
bukan titik didihnya. Titik didih akan
berhubungan dengan wujud zat atau
perubahan wujud zat (sifat fisika).
Miskonsepsi Siswa beranggapan bahwa Pesawat jet
menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Pendapat siswa ini dilatarbelakangi oleh
pengamatan siswa terhadap hasil
pembakaran oleh pesawat jet berupa asap
hitam. Karena siswa mengamati ibunya
memasak di dapur menggunakan minyak
tanah dan parabot untuk memasak
menjadi berwarna hitam, siswa
menyimpulkan bahwa pesawat jet
menggunakan bahan bakar minyak tanah.3
Konsep yang benar Bahan bakar jet atau jet fuel atau aviation
turbuine fuel (ATF) atau avtur (aviation
turbine) merupakan salah satu jenis bahan
bakar penerbangan yang dirancang untuk
digunakan pada pesawat terbang yang
bermesin turbin gas. Avtur adalah minyak
tanah dengan spesifikasi yang diperketat,
terutama mengenai titik uap, dan titik
beku. Bahan bakar minyak ini merupakan
BBM jenis khusus yang dihasilkan dari
fraksi minyak bumi. Avtur didesain
khusus untuk bahan bakar pesawat udara
dengan tipe mesin turbin (external
combution). Perfoma atau nilai mutu jenis
bahan bakar avtur ditentukan oleh
karakteristik kemurnian, model
pembakaran turbin, dan daya tahan
struktur pada suhu yang rendah.
Disamping sebagai sumber energi
penggerak mesin pesawat terbang juga
berfungsi sebagai cairan hidrolik didalam
sistem kontrol mesin dan sebagai
pendingin bagi beberapa komponen
sistem pembakaran. Hanya terdapat satu
jenis bahan bakar jet yakni tipe kerosine
yang digunakan untuk keperluan
penerbangan sipil diseluruh dunia. Oleh
karena itu sangatlah penting bagi
perusahaan penyedia bahan bakar
penerbangan untuk memastikan bahan
bakar yang disediakannya bermutu tinggi,
dan sesuai dengan standar internasional.
Cara Mengatasi
Cara Mengatasi Miskonsepsi yang dapat dilakukan: Guru bisa menggunakan
media pembelajaran yang tepat untuk menanamkan pemahaman konsep pada
materi hidrokarbon. Misalnya pada mikonsepsi yang dialami siswa ini guru bisa
menggunakan media video animasi untuk menunjukkan konsep ikatan antar atom
dalam rantai karbon dan konsep rantai tertutup. Guru juga bisa menggunakan
media
2.2 TERMOKIMIA
Miskonsepsi
Termokimia adalah salah satu materi pembelajaran kimia yang dianggap sulit
oleh peserta didik, karena banyak menggunakan perhitungan, sehingga kurang
diminati. Suatu pelajaran yang dianggap sulit oleh seorang siswa biasanya dihindari
atau bahkan tidak dipelajari lebih lanjut. Miskonsepsi masih terjadi pada sebagian
besar konsep-konsep pada materi termodinamika diantaranya:
1. Menentukan suatu sistem berdasarkan percobaan sederhana
Air merupakan salah satu bagian yang diamati perubahan energinya namun tidak
hanya air yang diamati perubahan energinya tetapi urea juga merupakan bagian
yang diamati perubahan energinya. Adanya pengaruh kalor dari lingkungan
membuat suhu es turun. Alasan ini menjadi penyebab miskonsepsi siswa tersebut
digolongkan pada intuisi yang salah. Seharusnya, dengan adanya penambahan
kalor yang diserap oleh es dari lingkungan tidak merubah suhu es hingga es
tersebut mencair, setelah es mencair maka suhunya akan naik dan energi potensial
dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun sehingga sistem melepaskan
kalor kelingkungan (Justiana, 2009).
2. Menentukan perubahan suhu suatu senyawa saat menyerap kalor dari lingkungan
Konsepsi siswa tidak sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh ilmuan
bahwa untuk menentukan suatu kalor berdasarkan ΔH tidak menggunakan rumus
ΔH = ΔHpereaksi – ΔHhasil reaksi tetapi dengan rumus ΔH = Hproduk –
Hreaktan (Parning, 2006).
3. Menghitung jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran suatu senyawa
Dari jawaban yang diberikan yakni reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan
entalpi produk lebih kecil daripada entalpi reaktan sehingga entalpi sistem
berkurang. Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan konsep yang dikemukakan
oleh ilmuan bahwa dalam reaksi endoterm adalah reaksi kimia dengan entalpi
produk tidak lebih kecil daripada entalpi reaktan tetapi entalpi produk lebih besar
dari entalpi pereaksi.
4. Menganalisis suatu reaksi endoterm
H2SO4 + air → larutan H2SO4 merupakan reaksi endoterm. Dalam reaksi tersebut
terjadi reaksi endoterm karena adanya kalor yang dilepas ke lingkungan sehingga
suhu lingkungan meningkat. Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan konsep yang
dikemukakan oleh ilmuan bahwa reaksi endoterm tidak terjadi karena adanya
kalor yang dilepas ke lingkungan tetapi reaksi kimia dengan sistem menyerap
kalor dari lingkungannya (Justiana, 2009).
5. Menentukan perubahan entalpi berdasarkan persamaan reaksi
Pada reaksi CH4 + 2O2 →CO2 + 2H2O terjadi perubahan entalpi yakni kalor
pembentukan CO2 dan H2O. Konsepsi siswa ini tidak sesuai dengan konsep yang
dikemukakan oleh ilmuan bahwa pada reaksi CH4 + 2O2 →CO2 + 2H2O tidak
terjadi perubahan entalpi pembentukan CO2 dan H2O tetapi entalpi pembakaran
CH4. Hal ini dikarenakan perubahan entalpi pembakaran CH4 yang terjadi
melalui pembakaran 1 mol senyawa tersebut menjadi senyawa CO2 dan H2O
pada keadaan standar (Kalsum,2009).
6. Menentukan harga ΔH berdasarkan percobaan sederhana
Terjadi kekeliruan dalam perhitungan yang menyatakan banyaknya mol yang
terbentuk tidak mempengaruhi perubahan entalpi pembentukannya sehingga
perubahan entalpinya CuSO4 tetap. Sedangkan pada soal lainnya yang memiliki
indikator sama terdapat 94.73% yang mengalami miskonsepsi. ΔH peruraian HBr
dapat dihitung dengan 0,5 mol HBr x (−36kJ)1mol. Konsepsi siswa ini tidak
sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh ilmuan bahwa ΔH peruraian HBr=
0,5 mol HBr x 36kJ1mol.
Cara Mengatasi
Cara mengatasi miskonsepsi yang daapat dilakukan: Miskonsepsi pada materi
termokimia bisa diatasi dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning dengan metode diskusi, praktikum, maupun demonstrasi. Guru bisa
melakukan praktikum mengenai materi sistem dan lingkungan ataupun demonstrasi
pada materi reaksi eksoterm dan endoterm untuk menanamkan konsep pada
pemahaman siswa.
Sebanyak 15,62% siswa kelas A dan 3,12% siswa kelas B beranggapan bahwa
garam yang bersifat netral terbuat dari asam kuat dan basa kuat sehingga
konsentrasi H3O+ sama dengan OH- karena tidak akan larut dalam air dan
menyebabkan konsentrasi keduanya tidak akan bertambah. Konsep yang
dikemukakan oleh kedua kelas tersebut merupakan konsep yang salah, yang benar
yaitu garam yang bersifat terbuat dari asam kuat dan basa kuat serta konsentrasi
H3O+ sama dengan OH- dimana tidak menghasilkan ion H3O+ dan ion OH- sehingga
tidak mengubah jumlah H3O+ dan OH- di dalam air.
Pada soal penelitian Viyadari dkk soal penentuan ksp perak pospat, siswa
membawa konsep penulisan kesetimbangan reaksi yang hasil kal produk dibagi
dengan hasil reaktan dalam penulisan rumus. Siswa yang mengalami miskonsepsi
yaitu siswa yang benar dalam menentukan ksp tetapi salah menjawab alasanya
mengatakan mereka menggira kesetimbangan yang terjadi adalah kesetimbangan
homogen sehingga konsentrasi padatan konstan. Hal ini berbeda dengan konsep,
karena kesetimbangan yang terjadi merupakan keseimbangan heterogen dimana
konsentrasi padatan konstan
pada hasil kali kelarutan yaitu perhitungan kelarutan berdasarkan Ksp atau
sebaliknya. penulisan rumus Ksp. Siswa Menganggap Penulisan Rumus Dengan
Menuliskan Koefisien Dalam Ionisasi. Penulisan Rumus Yang Salah Menyebabkan
Salah Dalam Perhitungan Harga Ksp, Siswa Terkecoh dengan jumlah kelarutan
sehingga penulisan rumus disertakan koefisienya.
2. Pengaruh ion senama
Pengaruh ion senama terhadap kelarutan, siswa mengetahui bahwa penambahan
ion senama dalam larutan jenuh akan menyebabkan endapan, namun masih ada
siswa yang banyak mengalami miskonsepsi, siswa mengatakan bahwa semakin besar
konsentrasi pelarut maka akan semakin besar kecepatan zat utuk bereaksi, siswa
menyamakan atara kecepatan zat yang mudah melarut akibat penambahan
konsentrasi dengan pengaruh ion senama dalam kelarutan dan ion senama akan
terionisasi sempurnaa dalam larutan jenuh dan sukar megendap. Pada kelarutan
Ag2CrO4 dalam kelarutan AgNO3 0,2 m siswa menganggap kelarutan Ag + yang
digunakan dalam perhitungan merupakan konsentrai Ag= dari agno3 saja bukan
total,
3. Pengaruh ph
Pengaruh ph menentukan kelarutan daam ph tertentu. Kelarutan yang dimaksud
adalah kelarutan larutan standar yang telah ditambahkan larutan yang memiliki ph
12. siswa mengatakan bahwa nlai oh- yang diggunakan adalaah nilai dari larutan
yang memiliki ph 12.
4. Kesulitan materi ksp
a. Menganggap kelarutan terjadi pada larutan lewat jenuh
b. Tidak dapat membedakan larutan jenuh dan lewat jenuh
c. Perhitungan harga ksp tidak memangkatkan konsentrasi dengan koefisien
d. Ion senama tdk berpengaruh terhadap harga kelarutan
e. Tidak memahami pengaruh suhu terhadap kelarutan.
f. Siswa kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
5. Faktor penyebab miskonsepsi
a. Pembelajaran yang kurang memperhatikan konsep awal yang diiii siswa yaitu
para guru mengajar berdasarkan asumsi tersembunyi bahwa pegetahuan dapat
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepikiran siswa
b. Kompetensi generiknya lemah
c. Strategi pembelajarannya yang berorientasi pada ketrampilan generik sains cara
untuk meminimallisir bahkan menghilangkan miskonsepsi.
d. Kurngnya minat dan perhatian siswa
e. Kesiapan siswa dalam menerima materi dan konsep baru
f. Perbedaan daya tangkap dan daya pikir
g. Pengetahuan awal siswa
h. Strategi pembelajaran yang kurang tepat
2.9 KOLOID
Materi koloid sebenarnya bersifat kontekstual. Sistem koloid menjelaskan tentang
jenis-jenis koloid yang terlibat langsung dalam kehidupan siswa seperti koloid
hidrofil, koloid hidrofob, contoh-contoh koloid seperti mayonais, susu, santan, gem
stone, dan lain sebagainya. Namun, pada pembelajaran kimia, materi koloid
cenderung dihafalkan oleh siswa, sehingga menimbulkan beberapa miskonsepsi
diantaranya siswa menganggap bahwa larutan merupakan campuran suatu zat dengan
air, larutan selalu encer, dan koloid selalu kental, koloid mengendap, koloid berwujud
padat, larutan selalu berbentuk cair, dan larutan merupakan campuran suatu materi
dengan air (Purtadi & Sari, 2011). Alternatif yang dapat digunakan untuk
mengatasi ketidaktuntasan siswa dalam materi koloid dengan menggunakan metode
atau model pembelajaran berbasis induktif. Inkuiri terbimbing merupakan salah satu
model pembelajaran induktif yang dimulai dengan penerapan untuk mengkonstruk
teori. Inkuiri terbimbing merupakan proses mendefinisikan dan menginvestigasi
permasalahan, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data
dan menarik kesimpulan terkait permasalahan. Beberapa kelebihan pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing diantaranya inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
potensi intelektual siswa, memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan, dan
memperpanjang proses ingatan, inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan
pemahaman konsep-konsep sains, meningkatkan hasil belajar siswa, menghindarkan
siswa belajar dengan hafalan, dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa. Salah satu kelebihan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing adalah
meningkatkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan
keterampilan yang terdiri dari beberapa macam interaksi diantaranya observasi,
interpretasi, inferensi, merumuskan hipotesis, merencanakan, dan lain sebagainya
yang terdiri dari aspek-aspek diantaranya mengbservasi, menginferensi, mengukur,
mengkomunikasikan, mengklarifikasi, dan memprediksi (Novilia et al., 2016).
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi
kimia sering terjadi di SMA. Konsep kimia mempunyai tiga aspek yang sangat
berkaitan yaitu aspek yang bersifat makroskopis, mikroskopis dan simbolik.
Pemahaman kimia bermakna memerlukan kemampuan mengaitkan tiga pilar kajian
kimia, yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbol. Adapun penyebab
miskonsepsi yang terjadi pada siswa adalah pemikiran asosiatif siswa, prakonsepsi
awal siswa yang salah, intuisi yang salah dan kemampuan siswa. Untuk mengatasi
miskonsepsi dapat dilakukan pembaruan pada penggunaan model pembelajaran,
pengembangan modul pembelajaran dan menggunakan uji tes.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat
menyempurnakan makalah ini diwaktu mendatang. Semoga makalah ini berguna
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Amry, U.W., Sri, R., & Yahmin. 2017. Analisis Miskonsepsi Asam Basa pada Pembelajaran
Konvensional dan Dual Situated Learning Model (DSLM). Jurnal Pendidikan:Teori,
Penelitian, dan Pengembangan. 2(3):385-391.
Apriadi, N. N. S., Rendhana, I. W., & Suardana, I. N. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Kelas X Pada Topik Reaksi Redoks. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Indonesia,
2(2), 70–77.
Auliyani, Aida dkk. 2017. Analisis Kesulitan Pemahaman Siswa pada Materi Sifat Koligatif
Larutan dengan Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic test di Kelas
XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia
(JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Azizah Agustin, Nur. 2017. Analisis Miskonsepsi Siswa Dengan Tes Diagnostik Two Tier
Multiple Choice Pada Materi Hidrokarbon. Jurnal Pendidikan. Fakultas Matematika
dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.
Barke, H. D., Hazari, A., & Yitbarek, S. 2009. Misconceptions in Chemistry. Heidelberg:
Springer-Verlag.
Chandra, A., Suhartono., & Ella, F. 2019. Penggunaan Peta Konsep sebagai Instrumen
Penilaian terhadap Pemahaman Konseptual Peserta Didik Melalui Model
Pembelajaran PDEODE pada Materi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan Kimia.
9(1):66-78.
Erza. F., & Nasrudin. H. 2017. Capaian Keterlaksanaan Strategi Predict Discuss Explain
Observe Discuss Explain (PDEODE) untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa pada
Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN 1 Krembung Sidoarjo. Journal of
Chemical Education. 6(2) : 190-195.
Finley, F. N., Stewart, J. & Yarroch, W . L. 1982. Teachers’ Perceptions of Important and
Difficult Science Content. Science Education, 66, 531-538.
Friesta, A.M., & Suharto,B., 2016. Identiifikasi Dan Analisis Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep
Kesetimbangan Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains. 7(1): 27-38.
Hadi, Sukma Anugrah, Effendy & Suharti. 2014. Analisis Kesalahan Konsep Sifat Koligatif
Larutan Pada Mahasiswa Kimia Universitas Negeri Malang Dan Eliminasinya
Menggunakan Media Visualisasi Statik. Malang: Universitas Negeri Malang.
Jannah, M., Ningsih, P., & Ratman. (2016). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA
Negeri 1 Banawa Tengah Pada Pembelajaran Larutan Penyangga dengan CRI
(Certainty of Response Index). Jurnal Akademia Kimia, 5(2): 85-90.
Kalsum. 2009. Kimia 2: Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Maratusholihah, N. F., Rahayu, S., & Fajaroh, F. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Pada
Materi Hidrolisis Garam Dan Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan, 2(7), 919–926.
Mulyo, S.A., dan Sukarmin. (2019). Pengenbangan Software Anti Mischem untuk Mereduksi
Miskonsepsi Siswa dengan StrategiI Conceptual Change Text Pada Materi Hidrolisis
Garam Kelas XI SMA (Development Of Software Anti Mischem For Reducing
Misconception Of Students With Strategies Conceptual Change Text In Hydrolysis Of
Salt Class XI SMA). Unesa Journal of Chemical Education, 8(1): 32-38.
Purtadi, S., & Sari R. L. P. 2011. Using Structured Clock Reaction Demonstration to Assess
Students Understanding of Solution and Colloid Concepts. Jurdik Kimia FMIPA
UNY.
Utami, D.B., Yuli, R., & Riskiono, S. 2018. Penggunaan Conceptual Change Text dengan
Model Pembelajaran 5E untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa
di SMAN 4 Tambun Selatan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia. 1(1):30-37.
Viyandari.A dkk. 2012. Analisis Miskonsepsi Siswa Terhadap Materi Kelarutan Dan Hasil
Kelarutan (Ksp) Dengan Menggunakan Two-Tier Diagnostic Instrument: Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia. Vol 6(1), hal 852-861.