1. Coba kalian analisis untuk KD terkait stuktur atom misalnya, IPK mana yang sulit, Nah
akan lebih bagus kalau diambil dari beberapa peneliti jangan kalian belum jadi guru
Jawab:
Banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar tetapi kesulitan dalam
mengemukakan pendapat pada bagian alasan. Dari kedua penelitian ini, dapat kita
simpulkan bahwa yang termasuk dalam IPK tersulit adalah (a) Menganalisis nomor atom
dan nomor massa beberapa unsur untuk menentukan jumlah elektron, proton, dan neutron
unsur tersebut ; (b) Menjelaskan pengertian bilangan kuantum dan bentuk-bentuk orbital;
(c) Menjelaskan kulit dan subkulit serta hubungannya dengan bilangan kuantum; (d)
Menerangkan prinsip Aufbau, aturan Hund, dan azas larangan Pauli untuk menuliskan
konfigurasi elektron dan diagram orbital; (e) Menganalisis nomor atom dan nomor massa
beberapa contoh kasus pada unsur untuk memahami isotop, isobar, dan isoton;
Menganalisis nomor atom dan nomor massa beberapa contoh kasus pada unsur untuk
memahami isotop, isobar, dan isoton
2. Kalau Dalton dan Thomson kan lebih dulu Dalton sampai teori belum model atom, dan
itu terus berkembang sampai mekanika gelombang, coba kalian lebih luas lagi mana yang
kemungkinan terjadi miskonsepsi?
Jawab:
No Miskonsepsi Presentase
1. Menurut teori atom mekanika gelombang, 24,47%
kebolehjadian terbesar menemukan elektron adalah
dalam lintasan/kulit atom, karena elektron terdapat
dalam kulit atom yang mengelilingi inti atom
2. Menurut model atom mekanika gelombang, 11,70%
pernyataan yang paling tepat untuk orbital adalah
kotak-kotak atau ruang tempat pengisian elektron
dimana di dalamnya maksimal terisi dua elektron yang
berlawanan arah dan cara pengisiannya harus
berurutan, karena orbital terdapat dalam subkulit (s, p,
d, f) dan subkulit berasal dari kulit atom (K,L,M…)
3. Kemungkinan terbesar untuk menemukan elektron 11,83%
dalam orbital 1s seperti yang tampak pada gambar
adalah pada daerah di sekitar titik pusat bola karena
sesuai yang dikemukakan oleh Max Born bahwa
untuk menemukan elektron paling besar ditemukan di
sekitar inti atom
4. Berdasarkan model atom mekanika gelombang, 13,83%
pernyataan berikut yang paling benar adalah: tidak ada
kemungkinan untuk menemukan elektron di luar
orbital karena kemungkinan terbesar menemukan
elektron adalah pada orbital
5. Berdasarkan model atom mekanika gelombang, 13,83%
pernyataan berikut yang paling benar adalah: peluang
terbesar menemukan elektron dalam orbital adalah
pada bagian titik pusatnya karena peluang terbesar
menemukan elektron dalam orbital adalah pada bagian
titik pusatnya
6. Berdasarkan model atom mekanika gelombang, 23,40%
pernyataan berikut yang paling benar adalah: peluang
terbesar menemukan elektron dalam orbital adalah
tepat pada lintasannya karena elektron bergerak dalam
lintasannya
7. Sebagian besar siswa tidak memahami konfigurasi 20%
elektron ion dan bisa menuliskan konfigurasi elektron
ion berdasarkan teori mekanika gelombang. Konsep
lain yang tidak dipahami sebagian besar siswa adalah
perioda dan golongan.
8. Siswa mengalami miskonsepsi dalam menggambarkan 20%
model atom Rutherford, Bohr dan Mekanika
Gelombang karena salah mengkonfigurasi partikel-
partikel penyusun atom.
9. Pada penulisan konfigurasi elektron terjadi karena 20%
siswa tidak memahami pembentukan ion positif dan
negatif.
3. Untuk ikatan kimia, apa hanya itu, sifat-sifat, membedakan kovalen polar dengan
senyawa ion dengan kovalen biasa,...,dan cari lagi ya
No Miskonsepsi Kategori
1. Kestabilan unsur dan aturan oktet Rendah
Unsur gas mulia mudah berikatan dengan unsur
lain. Unsur gas mulia cenderung reaktif untuk
berikatan membentuk senyawa.
Unsur X dengan nomor atom 16 untuk
mencapai kestabilannya dengan cara
melepaskan 6 elektron valensinya menjadi
stabil seperti gas mulia. Atom yang menerima
elektron membentuk kation (ion positif)
2. Pengecualian dan kegagalan aturan oktet Rendah
Senyawa menyimpang dari kaidah oktet karena
atom pusatnya memiliki 8 elektron valensi
setelah membentuk ikatan. SF6 menyimpang
dari kaidah oktet karena atom pusatnya
memiliki elektron valensi yang ganjil setelah
membentuk ikatan.
(Azura, et al., 2018)
No Miskonsepsi Kategori
1. Menentukan penyebab polaritas dalam ikatan kovalen Rendah
Harga keelektronegatifan yang besar
menyebabkan atom bermuatan parsial
Kepolaran molekul dalam ikatan kovalen
ditentukan oleh perbedaan keelektronegatifan
unsur penyusun senyawa
2. Mengaitkan sifat senyawa ion dengan kehidupan Rendah
sehari-hari
Gaya tolak menolak ion sejenis pada CaO
disebabkan oleh tolak-menolak antar anion
3. Menentukan polaritas molekul berdasarkan simetri Rendah
molekul
Bentuk tidak simetri dari NH3 karena senyawa
berikatan kovalen
Senyawa NH3 memiliki simetri lipat
Molekul H2O2 tidak simetri
Molekul H2O2 memiliki dua pasangan elektron
bebas
4. Menentukan jumlah ikatan kovalen dan kovalen Rendah
koordinasi dari struktur Lewis ion
Ion CO3 2- memiliki dua buah ikatan kovalen
tunggal dan satu ikatan kovalen koordinasi
Ion NH4 + memiliki empat ikatan kovalen
tunggal
(Ardiansah, dkk. 2019)
4. Untuk larutan elektrolit dan nonelektrolit, mengapa dapat menghantarkan arus listrik?
Senyawa dengan jenis ikatan, seberapa besar daya hantarnya, so sampai dengn derajat
ionisasi, dicari lebih mendalam lagi ya….
Jawab:
Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena ini erat kaitannya
dengan ion-ion yang dihasilkan oleh larutan elektrolit (baik positif maupun negatif).
Suatu zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki ion-ion yang bergerak
bebas di dalam larutan tersebut. Ion-ion inilah yang nantinya akan menjadi penghantar.
Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut menghantarkan
listrik. Larutan non elektrolit tidak ion - ion yang bergerak bebas pada larutan (Laneri,
2016).
Larutan elektrolit terdiri atas larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Perbedaan kedua jenis larutan itu terletak pada jumlah partikel yang mengalami ionisasi
tiap mol zat. Jika terionisasi semua, berarti zat tersebut termasuk elektrolit kuat.
Sebaliknya, jika terionisasi sebagian, berarti zat itu termasuk elektrolit lemah. Perbedaan
zat elektrolit kuat dan elektrolit lemah dapat diketahui dari harga derajat ionisasi (α),
yaitu perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan jumlah mol mula-mula.
Elektrolit kuat memiliki derajat ionisasi (α) satu (α = 1). Elektrolit lemah memiliki α
antara 0 dan 1(0 < α < 1). Sedangkan zat nonelektrolit memiliki derajat ionisasi nol (α =
0). Larutan elektrolit dapat berasal dari ikatan ion dan ikatan kovalen. Senyawa ion terdiri
atas ion – ion, misalnya NaCl. NaCl terdiri atas ion – ion Na+ dan Cl- , jika dilarutkan
dalam air akan terionisasi menjadi ionionnya. Ion-ion yang terbentuk dapat bergerak
bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Akibatnya, semua senyawa ion yang
larut dalam air termasuk elektrolit kuat. Namun, jika tidak terlarut atau dalam bentuk
padatan, senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu disebabkan tidak
ada ion yang bergerak bebas. Agar dapat menghantarkan arus listrik, padatan senyawa
ion harus dipanaskan hingga meleleh. Lelehan senyawa ion dapat menghantarkan arus
listrik. Padatan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena
tidak mengandung ion. Begitu juga yang terjadi pada lelehannya. Lelehan senyawa
kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik sebab senyawa kovalen polar terdiri
atas molekul yang netral. Jadi, senyawa kovalen polar dapat menghantarkan arus listrik
jika berada dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, antara molekul air dan zat terlarut yang
bersifat polar terdapat gaya tarik menarik. Adanya gaya tarik menarik itu menyebabkan
ikatan pada senyawa kovalen putus dan membentuk ion (Apriliani, 2011).
5. Untuk redoks, perkembangan konsep redoks (samp konsep BO), sampai dgn tata nama
banyak sekali kesulitannya, cari lbh mendalam yaa
Jawab :
Dalam proses pembelajaran kimia di sekolah, siswa sering merasa kesulitan dalam
mencerna materi kimia yang disajikan. Salah satu penyebabnya adalah pada materi kimia
yang diajarkan disekolah banyak terdapat konsep-konsep yang bersifat abstrak.
Kekurangmampuan siswa dalam memahami konsep dengan keabstrakan tinggi terkadang
membuat siswa melakukan penafsiran sendiri sebagai upaya mengatasi kesulitan yang
dihadapi. Hal tersebut dapat menyebabkan miskonsepsi kimia pada siswa. Salah satu
materi kimia yang sering menyebabkan miskonsepsi pada siswa adalah materi reaksi
reduksi oksidasi (redoks) karena selain bersifat abstrak, materi ini bersifat lebih
konseptual dibanding materi kimia lainnya. Penyebab lainnya terjadinya miskonsepsi
adalah guru yang kurang memberikan penekanan bahwa muatan ion tidak sama serta ada
guru yang mengajarkan hal yang keliru dengan menulis di papan tulis bahwa biloks H
pada H2O adalah +2. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa miskonsepsi
disebabkan oleh cara mengajar guru yang membingungkan,guru kurang penegasan dalam
memberikan penjelasan tentang aturan biloks H dan O yang tidak selalu +1 dan -2, guru
kurang menguasai materi, guru dalam menjelaskan reaksi autoredoks kurang optimal,
kurangnya referensi buku teks, dan rendahnya minat belajar siswa. Selain itu, siswa yang
kemampuannya kurang juga merasa kesulitan dalam menerima penjelasan sehingga
terjadi salah tafsir. Hal ini didukung hasil wawancara terkait reaksi autoredoks dan juga
hasil observasi menunjukkan bahwa guru di kelas hanya menyinggung sedikit mengenai
reaksi autoredoks. Adapun konsep lainnya yang memiliki persentase miskonsepsi yang
tertinggi adalah konsep tata nama senyawa yang besarnya 23,94% sama dengan konsep
reaksi autoredoks. Adanya miskonsepsi tersebut terjadi karena penalaran siswa yang
masih kurang sehingga tidak mampu untuk mengolah informasi dan konsep yang
diberikan guru maupun dari sumber-sumber belajar lainnya sehingga siswa salah
menyimpulkan suatu konsep (Apriadi et al, 2019).
d. Siswa sulit menentukan tata nama senyawa karena susah menentukan bilok (Jannah
dan Lisa, 2018).
6. Untuk stoikiometri yg dimulai dari hukum dasar, nah si hkm dasar itu diperoleh brdsrkn
hsl eksprmn, nah itu siswa sering bingung, so materi ini tdk sekedar hafalan. Untuk
stoikiometri sdh ada hsl penlt orang, bgs ditambah lg yaaa, pereaksi pembatas juga sulit
lhoo bs jd banyak miskonsepsi
Jawab :
Berdasarkan Yanti et al., (2018), Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa
kelas X SMA Negeri 10 Malang semester II yang memahami materi: (1) konsep mol
sebesar 75,14% dengan kategori tinggi, (2) penentuan rumus empiris dan rumus molekul
sebesar 76,49% dengan kategori tinggi, (3) penentuan rumus senyawa hidrat sebesar
53,42% dengan kategori, (4) penentuan komposisi atom sebesar 70,11% dengan kategori
tinggi, (5) perhitungan kimia tepat habis sebesar 34,42% dengan kategori rendah, (6)
penentuan pereaksi pembatas sebesar 35,50% dengan kategori rendah.
Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa materi perhitungan kimia (stoikiometri) lebih
banyak ditekankan pada penyelesaian soal matematika (algoritmik).Salah satu pokok
bahasan ilmu kimia yang diajarkan di SMA adalah perhitungan kimia (stoikiometri).
Materi ini diberikan kepada siswa SMA kelas X. Materi perhitungan kimia tidak hanya
berisi konsep teoritis namun juga berisi hitungan kimia. Kemampuan yang dituntut dari
siswa dalam mempelajari materi perhitungan kimia di kelas X SMA meliputi:
kemampuan menghitung jumlah mol zat, mengkonversikan jumlah mol menjadi jumlah
partikel, massa, dan volume, menentukan rumus empiris dan rumus molekul, menentukan
rumus senyawa hidrat (air kristal), menentukan komposisi atom, menentukan banyak zat
pereaksi atau hasil reaksi dari perhitungan kimia sederhana (perhitungan kimia tepat
habis), dan menentukan pereaksi pembatas dan penggunaan konsep mol dan koefisien
reaksi untuk menentukan banyak zat pereaksi atau hasil reaksi.Materi perhitungan kimia
bukan materi yang mudah karena materi perhitungan kimia merupakan materi yang
kompleks, rumit, dan dalam menyelesaikan soalsoal perhitungan kimia banyak jebakan-
jebakan. Apabila siswa tidak memahami materi ini dengan baik, maka siswa akan
mengalami banyak kesulitan. Sehingga dalam mempelajari materi perhitungan kimia
diperlukan pemahaman yang mendalam. Kesalahan yang banyak terjadi pada materi
konsep mol antara lain: (1) dalam menyelesaikan soal siswa banyak melakukan kesalahan
dalam menghitung dan siswa kurang terampil dalam menghitung, (2) siswa tidak
mengonversikan massa zat menjadi jumlah mol zat, tetapi langsung mengalikan massa
zat dengan bilangan Avogadro ataupun volume molar, (3) siswa tidak mengonversikan
volume gas menjadi jumlah mol, tetapi langsung mengalikan volume gas dengan massa
molar gas, dan (4) siswa tidak dapat menentukan nilai volume molar pada keadaan
standar (STP) dengan tepat. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa dalam memahami
materi penentuan rumus empiris dan rumus molekul antara lain: (1) dalam menyelesaikan
soal siswa langsung membandingkan massa unsur, tidak membandingkan jumlah mol
unsur, (2) siswa salah dalam menyimpulkan rumus empiris sehingga rumus molekul
senyawa juga salah, (3) siswa tidak bisa membedakan rumus empiris dan rumus molekul,
dan (4) siswa tidak menjawab. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa dalam memahami
materi ini antara lain: (1) dalam menyelesaikan soal siswa melakukan kesalahan dalam
menyetarakan reaksi, (2) kesalahan dalam perbandingan jumlah mol senyawa anhidrat
dengan H2O (perbandingan tersebut tidak 1:x), dan (3) keterampilan menghitung yang
kurang. Apabila siswa telah memahamai materi massa atom relatif dan massa molekul
relatif dengan baik, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi
ini. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa antara lain: (1) siswa tidak mengikutsertakan
jumlah atom penyusun senyawa yang dicari dan (2) keterampilan menghitung yang
kurang. Pada memahami materi perhitungan kimia tepat habis sebesar 34,42% tergolong
dalam kategori rendah. Pada materi ini, kesalahan yang dilakukan siswa antara lain: (1)
siswa salah dalam menentukan massa molekul relatif pereaksi dikarenakan adanya
koefisien reaksi, (2) siswa tidak mengkonversi massa zat menjadi jumlah mol zat, (3)
siswa salah dalam perbandingan koefisien, perbandingan koefisien sama dengan
perbandingan massa, dan (4) siswa tidak menjawab. Persentase siswa yang memahami
materi penentuan pereaksi pembatas sebesar 35,50% tergolong kategori rendah.
Rendahnya pemahaman siswa pada materi ini sebanding dengan rendahnya pemahaman
siswa pada materi sebelumnya, yaitu materi perhitungan kimia tepat habis. Kedua materi
ini mempunyai ciri yang sama, yaitu adanya penyetaraan terhadap persamaan reaksi yang
menyebabkan adanya koefisien reaksi. Koefisien reaksi yang terlibat dalam persamaan
reaksi menjadi penyebab kesalahan siswa dalam menghitung massa molekul relatif suatu
senyawa. Kesalahan lain yang dilakukan siswa adalah sebagian besar siswa menganggap
bahwa senyawa yang mempunyai koefisien reaksi paling kecil yang bertindak sebagai
pereaksi pembatas. Dalam menyebutkan senyawa mana yang bertindak sebagi pereaksi
pembatas, siswa selalu mengikutsertakan koefisien reaksi. Siswa juga tidak menyertakan
rumus dan perhitungan secara lengkap. Sebagian besar siswa banyak yang tidak
menjawab. Hal tersebut merupakan beberapa penyebab yang membuat rendahnya jumlah
siswa yang memahami materi ini (Yanti et al., 2013).
7. Untuk memudahkan bisa dibuat dalam bentuk table, missal untuk KD tertentu mulai IPK bisa juga sub materi, miskonsepsi
yang mungkin muncul (bisa dari hasil-hasil penelitian) cara mengatasi
Jawab:
Sistem Periodik 3.4 Menganalisis 3.4.1 Menunjukkan bahwa Miskonsepsi yang banyak Menggunakan strategi POGIL
Unsur hubungan unsur-unsur dapat dialami siswa terletak pada (Process Oriented Guided Inquiry
konfigurasi disusun dalam suatu sifat-sifat sistem periodik Learning) merupakan strategi
elektron dan tabel berdasarkan unsur terkait jari-jari atom pembelajaran yang melatihkan
keterampilan beripkir siswa.
diagram orbital kesamaan sifat (Wahyuningrum, 2013)
Keterampilan berpikir siswa
untuk menentukan unsure melalui Tabel Selain itu berdasarkan
dilatihkan melalui tahap-tahap
letak unsur dalam Periodik Unsur. observasi siswa juga sering dalam siklus belajar yang terdiri
tabel periodik dan 3.4.2 Menganalisis terbalik dalam menentukan dari eksplorasi, pembentukan
sifat – sifat hubungan antara sifat. keelektronegatifan konsep, dan aplikasi.
periodik unsur nomor atom dengan
sifat keperiodikan
unsur (jari-jari atom,
energi ionisasi,
afinitas elekton, dan
keelektronegatifan)
berdasarkan data sifat
keperiodikan unsur.
3.4.3 Memperkirakan sifat
fisik dan sifat kimia
unsur.
Ikatan Kimia 3.5 3.5.1 Menuliskan 1. Pengetahuan ikatan Penelitian Yona et al (2017)
Membandingkan konfigurasi electron ion dan ikatan kovalen cara mengatasi dengan
proses stabil gas mulia Ikatan ion dan ikatan menggunakan media yang
pembentukan 3.5.2 Memahami teori kovalen merupakan bernama Adobe Flash CS4.
ikatan ion, ikatan Lewis tentang ikatan jenis ikatan kimia yang Berdasarkan sifat materi yang
kovalen, ikatan dan menuliskan terbentuk pada suatu abstrak dan membutuhkan
kovalen struktur Lewis senyawa. visualisasi, maka media yang
koordinasi, dan 3.5.3 Memahami 2. Pengetahuan ikatan cocok digunakan pada pokok
ikatan logam serta perbedaan sifat ion, ikatan kovalen bahasan ikatan kimiaadalah
interaksi antar senyawa ion dan dan meramalkan media pembelajaran berbasis
partikel (atom, ion, senyawa kovalen. ikatan yang terbentuk Adobe Flash CS4.Hal ini
molekul) materi 3.5.4 Membandingkan dari dua unsur. berdasarkan karakteristik
dan hubungannya proses pembentukan 3. Siswa mengalami Adobe Flash CS4 yang mampu
dengan sifat fisik ikatan ion dan ikatan miskonsepsi mengenai mengintegrasikan berbagai
materi kovalen. aturan duplet yang media seperti teks, musik,
3.5.5 Membandingkan beranggapan bahwa audio, video, powerpoint, pdf,
proses pembentukan setiap unsur yang word, macromedia flashdan lain
ikatan kovalen memiliki sebagainya.Jadi, hasil evaluasi
tunggal dan ikatan electronvalensi dari tahap analisis yaitu materi
kovalen rangkap. berjumlah 2 elektron, pada pokok bahasan ikatan
3.5.6 Memahami adanya telah memenuhi aturan kimiamemerlukan media dalam
molekul yang tidak duplet, padahal ada penyampaian materinya. Media
memenuhi aturan yang mempunyai yang cocok digunakan untuk
oktet. electron valensi 2 pokok bahasan ikatan
3.5.7 Membahas proses elektron, namun tidak kimiaadalah media
pembentukan ikatan memenuhi aturan pembelajaran berbasis Adobe
kovalen koordinasi. duplet karena Flash CS4.
3.5.8 Membahas ikatan konfigurasi
kovalen polar dan electronnya tidak
ikatan kovalen menyerupai
nonpolar konfigurasi gas mulia.
sertasenyawa polar
dan senyawa
nonpolar.
Elektrolit dan non- 3.8 Menganalisis 3.8.1 Menyebutkan Larutan elektrolit a. Guru mengaitkan materi
Elektrolit sifat larutan pengertian larutan dapat menghantarkan sebelumnya dengan materi
elektrolit dan elektrolit dan non listrik karena terdapat yang akan diajarkan
larutan nonelektrolit elektrolit b. Guru sebelum memulai
molekul-molekul yang
berdasarkan daya 3.8.2 Mengidentifikasi sifat-
bergerak bebas pelajaran, hendaknya
hantar listriknya. sifat larutan elektrolit
Seharusnya, konsep meninjau terlebih dahulu
dan non elektrolit
melalui percobaan. yang benar: konsep prasyarat yang
3.8.3 Mengelompokkan Larutan elektrolit dibawa siswa dari
larutan ke dalam larutan dapat menghantarkan lingkungan dan kehidupan
elektrolit dan non listrik karena terdapat sehari-hari
elektrolit berdasarkan ion-ion yang bergerak c. Guru meninjau ulang
daya hantar listriknya. bebas konsep dasar siswa yang
3.8.4 Menjelaskan penyebab Larutan asam cuka berhubungan dengan
kemampuan larutan termasuk salah satu konsep-konsep yang
elektrolit contoh elektrolit kuat diajarkan, sehingga dapat
menghantarkan arus mencegah terjadinya
karena mengandung
listrik
ion H+ dan CH3COO- miskonsepsi.
3.8.5 Mendeskripsikan bahwa
larutan elektrolit dapat
Seharusnya, konsep
berupa senyawa ion dan yang benar:
senyawa kovalen polar. Larutan asam cuka
3.8.6 Merancang percobaan termasuk salah satu
untuk menyelidiki sifat contoh elektrolit kuat
larutan berdasarkan karena termasuk dalam
daya hantar listriknya. senyawa kovalen polar
3.8.7 Melakukan percobaan Semua zat padat jika
daya hantar listrik pada
dilarutkan dalam air
beberapa larutan.
akan bersifat elektrolit
3.8.8 Mencatat data hasil
Seharusnya, konsep
percobaandaya hantar
listrik pada beberapa yang benar:
larutan Semua zat padat jika
3.8.9 Menganalisis data hasil dilarutkan dalam air
percobaan daya hantar akan bersifat non
listrik larutan elektrolit elektrolit
dan larutan non- Larutan asam klorida
elektrolit. (HCl) selalu bersifat
3.8.10 Menyimpulkan sifat
elektrolit kuat tanpa
larutan berdasarkan
berpikir bahwa pelarut
daya hantar listrik
juga memiliki
larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. pengaruh
3.8.11 Menyimpulkan bahwa Seharusnya konsep
larutan elektrolit dapat yang benar:
berupa senyawa ion atau Larutan asam klorida
senyawa kovalen polar (HCl) jika pelarutnya
3.8.12 Mengomunikasikanhasil air maka selalu bersifat
percobaan larutan elektrolit kuat karena
elektrolit dan non
selain pelarut air maka
elektrolit.
bersifat non elektrolit
karena hanya molekul-
molekul saja yang
bergerak bebas
Senyawa yang
memiliki ion positif
dan negatif seperti
CH3COOH termasuk
elektrolit kuat
Seharusnya konsep
yang benar:
Senyawa CH3COOH
termasuk dalam
elektrolit kuat karena
termasuk dalam
senyawa kovalen polar
Senyawa NaCl adalah
senyawa kovalen polar
Seharusnya konsep
yang benar:
Senyawa NaCl adalah
senyawa ionik yang
mengandung ion Na+
dan Cl-
Senyawa kovalen non
polar bersifat elektrolit
Seharusnya, konsep
yang benar:
Senyawa kovalen non
polar bersifat non
elektrolit karena yang
bersifat elektrolit
adalah senyawa
kovalen polar
Padatan senyawa ion
juga tetap dapat
menghantarkan listrik
karena adanya ion-ion
Seharusnya, konsep
yang benar:
Padatan senyawa ion
tidak dapat
menghantarkan listrik,
karena yang dapat
menghantarkan listrik
adalah larutan dengan
pelarut air, lelehan, dan
leburan
Senyawa HCl sebagai
senyawa ion bukan
sebagai kovalen
Seharusnya, konsep
yang benar:
Senyawa HCl
merupakan senyawa
kovalen bukan senyawa
ion
Hukum Dasar 3.11 Menerapk 3.11.1 Mendiskripsikan 1. Reaksi yang Mengadakan bentuk media
Kimia an hukum- hukum-hukum dasar menghasilkan gas pada yang berupa teka teki
hukum dasar kimia (hukum sistem tertutup, massa chemistry, media ini
kimia, konsep Lavoisier, hukum setelah reaksi menjadi dilakukan seperti mengisi
massa Proust, hukum lebih besar karena kalimat kososng yang telah
molekul Dalton, hukum Gay siswa menganggap dibuat game
relatif, Lussac dan hukum munculnya gas Memberikan konsep
persamaan Avogadro) melalui menyebabkan tekanan pemahaman sesuai dengan
kimia, konsep data hasil percobaan. dalam wadah menjadi yang telah tertera pada
mol, dan 3.11.2 Membuktikan hukum- lebih besar sehingga hukum dasar kimia yang
kadar zat hukum dasar kimia massa bertambah. sebenarnya
untuk (hukum Lavoisier, 2. Reaksi yang Menggunakan buku-buku
menyelesaika hukum Proust, hukum menghasilkan gas pada yang terpercaya dan
n perhitungan Dalton, hukum Gay sistem tertutup, massa memberikan materi yang
kimia Lussac dan hukum setelah reaksi menjadi dapat membuat siswa
Avogadro) melalui lebih kecil karena gas paham dengan baik
data hasil percobaan. yang terbentuk Pemberian ilustrasi yang
3.11.3 Menggunakan data memiliki massa yang baik seperti penayangan
percobaan untuk lebih ringan dan dapat video cukup efektif dalam
menyimpulkan meringankan massa meminimalisir miskonsepsi
hukum-hukum dasar keseluruhan. Melakukan pembuktian
kimia. 3. Reaksi pengendapan, pada hukum dasar kimia
3.11.4 Menentukan massa massa setelah reaksi dengan melakukan sebuah
atom relatif. menjadi lebih besar praktikum
3.11.5 Menentukan massa karena endapan yang
molekul relatif. terbentuk menambah
3.11.6 Menerapkan konsep massa keseluruhan.
mol dalam 4. Reaksi pelarutan,
perhitungan kimia. massa setelah reaksi
3.11.7 Menentukan rumus menjadi lebih kecil
empiris. karena larutnya
3.11.8 Menentukan rumus padatan disertai
senyawa hidrat. dengan menghilangnya
3.11.9 Menentukan kadar zat massa padatan.
dalam suatu senyawa. Konsep yang benar
3.11.10 Menyetarakan mengenai Hukum
persamaan kimia. kekekalan massa
3.11.11 Menentukan menurut Lavoisier
pereaksi pembatas adalah tidak
dalam suatu reaksi ditemukan
3.11.12 Menentukan penambahan ataupun
banyak zat pereaksi pengurangan massa
atau hasil reaksi. yang terjadi pada
reaksi kimia yang
berarti pada reaksi
kimia, massa sebelum
reaksi sama dengan
massa setelah reaksi
5. Pada suhu dan tekanan
yang sama, volume
total sebelum reaksi
sama dengan volume
total setelah reaksi
hanya jika semua zat
yang berwujud gas.
Sedangkan yang benar
adalah sesuai hukum
perbandingan volume
Gay Lussac-Hipotesis
Avogadro yaitu pada
P,T sama
perbandingan volume
gas-gas yang bereaksi
sama dengan koefisien
reaksinya, sehingga
volume gas yang
terlibat reaksi harus
disesuaikan dengan
koefisien yang setara.
6. Gas-gas yang diukur
pada suhu, tekanan,
dan volume yang sama
memiliki jumlah
molekul yang berbeda,
karena masing-masing
gas mempunyai massa
molar yang berbeda-
beda. Yang benar
menurut Hipotesis
Avogadro adalah pada
suhu dan tekanan yang
sama, semua gas yang
bervolume sama
mengandung jumlah
molekul yang sama
pula
Stoikiometri a. Logam tersusun atas 1. Guru dapat menggunakan
unsur-unsurnya, pembelajaran secraa
b. Jumlah ion total dalam praktikum sederhana
1 mol senyawa ionik sehingga siswa dapat lebih
sama dengan bilangan memahami materi
Avogadro, stoikiometri
c. Senyawa ionik tersusun 2. Pemberian materi yang
atas molekul, dikaitkan dengan tri level
d. Untuk multi representation
mengkonversikan (makroskopis,
jumlah mol zat menjadi miskroskopis, dan simboik)
massa digunakan Mr, dapat membantu
e. Untuk pemahaman siswa terkait
mengkonversikan materi stoikiometri.
jumlah mol zat menjadi 3. Menurut penelitian
massa digunakan Ar, Widiastuti (2016) dengan
f. Mr dan Ar memiliki menggunakan model
satuan karena pembelajaran inkuiri
menyatakan massa zat terbimbing dalam
dalam tiap mol, kelompok koperatif.
g. Rumus molekul dapat Pembelajaran inkuiri
ditentukan dengan terbimbing dalam
perbandingan massa kelompok kooperatif dapat
atom penyusunnya, mengatasi kelemahan
h. Dalam persenyawaan pembelajaran inkuiri yang
Na dengan golongan tidak efektif jika terdapat
halida, semakin besar siswa yang pasif.
Mr senyawa maka Pembelajaran inkuiri
semakin besar persen terbimbing yang dilakukan
komposisi Na, dalam kelompok kooperatif
i. Pada reaksi pembakaran ini juga dapat
udara terlibat sebagai meningkatkan pemahaman
reaktan, konsep siswa serta
j. Pada tekanan dan suhu meminimalkan
tertentu, zat dengan miskonsepsi, karena hasil
volume yang sama akan pemikiran beberapa kepala
memiliki massa yang lebih kaya daripada hasil
sama, pemikiran satu kepala, yang
k. Jumlah mol produk juga berarti pemahaman
tergantung pada reaktan siswa yang didapatkan
dengan jumlah mol dalam kelompok lebih baik
terkecil, daripada pemahaman yang
l. Massa produk berasal dari satu siswa jika
merupakan hasil kelompok dibentuk secara
penjumlahan massa kooperatif.
reaktan,
m. Massa sebanding
dengan koefisien reaksi,
n. Reaksi kimia yang
melibatkan gas sebagai
reaktan tidak
mempengaruhi massa
produk,
o. Jika reaktan memiliki
jumlah mol yang sama
maka pereaksi
pembatas merupakan
reaktan dengan
koefisien terkecil,
p. Pereaksi pembatas
merupakan reaktan
dengan massa terkecil.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, N. S., & I. Wayan. R. 2019. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Topik
Reaksi Redoks. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia. 2(2) : 70-77.
Apriliani, Diny. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode E-Learning Berbasis Moodle
dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil
Belajar Kimia Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks Siswa Sma
Kelas X. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Azura, S., Jimmi, C., & Abdullah. 2018. Identification Misconception on Chemical
Bonding Using Three Tier Diagnostic Test at Students in X MIA Class Senior High
School Negeri 8 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Kimia. 4(4):35-39.
Jannah, R. R., & Lisa, U. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Reaksi
Redoks Menggunakan Certainty of Respond Indeks. Journal of The Indonesian
Society of Integrated Chemistry, 10 (2): 42-50.
Laneri, A. 2016. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar
Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
6(10): 41-52.
Yanti, D. F., Dermawan, A., & Muhammad, S. 2013. Identifikasi Pemahaman Materi
Perhitungan Kimia (Stoikiometri) Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Malang
Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas
Malang. 2(1): 1-6.
Wardhani, N.K., Prayitno. P., & Fajaroh. 2016. Studi Pemahaman Konsep Dan
Miskonsepsi Calon Guru Kimia Pada Topik Struktur Atom Menggunakan
Instrumen Diagnostik Two-Tier. Jurnal Pembelajaran Kimia. 2(1):36-41.